Você está na página 1de 29

Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam
mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan
tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal,
reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai
kemih.
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel
dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi
glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus.
Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20
sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke ginjal
berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla.
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases)
terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik,
sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan
masyarakat utama.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat
membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang
lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh
darah perifer.
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi
pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai
berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit
saluran cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia.
Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan
pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal
kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah
menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat
dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya yang
harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap penyakit
ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal
kronik dapat dikendalikan.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari makalah ini kami bedakan menjadi tujuan umum dan tujuan
khusus. Untuk tujuan umum dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memberikan
pemahaman mengenai gangguan system perkemihan akibat gagal ginjal kronis, dan untuk
mengetahui bagaimana penerapan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan
system perkemihan akibat gagal ginjal kronis. Sedangkan tujuan khususnya yaitu:

1. Mengetahui mengenai pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan


diagnostic dan penatalaksanaan medis yang terjadi pada penyakit gagal ginjal kronis.

2. Mengetahui pengkajian pada pasien dengan gangguan sitem perkemihan akibat gagal ginjal
kronis, mengetahui cara menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem perkemihan akibat gagal ginjal kronis, dapat mengetahui cara membuat rencana
tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronis, dan dapat
mengetahui intervensi keperawatan dan mengevaluasi pasien dengan gangguan sistem
perkemihan akibat gagal ginjal kronis.

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan dari makalah yang kami susun adalah sebagai berikut:
1. Manfaat pengetahuan
Menambah keragaman ilmu pengetahuan bagi dunia keperawatan umumnya, khususnya
adalah keperawatan medical bedah.
2. Manfaat pendidikan
Memberikan referensi mengenai pembahasan yang menyeluruh meliputi berbagai hal yang
berkaitan dengan gangguan pada system perkemihan yang dibahas.
3. Manfaat praktis
a. Bagi profesi
Sebagai salah satu sumber literature dalam pengembangan bidang profesi keperawatan
khususnya keperawatan medical bedah tentang penyakit gagal ginjal kronis.
b. Bagi peneliti
Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pembahasan dan proses keperawatan yang
dilakukan pada klien dengan gangguan system perkemihan.

1.4 Metodologi Penulisan


Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
dengan menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari sumber dari berbagai
literature baik itu buku maupun dari berbagai media elektronik.

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika dari penulisan makalah ini terdiri dari:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan penulisan
1.3 Manfaat penulisan
1.4 Metodologi penulisan
1.5 Sistematika penulisan
BAB II PEMBAHASAN
BAB III KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap (Doenges, 1999; 626)
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan
lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai.
Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap
sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang
progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit ( toksik uremik ) di dalam darah.
(Arif Muttaqin,2011; 166)
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut. Hal ini terjadi
apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/menit. (Arjatmo Tjokonegoro,2001;427)
2.2 Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis.
Akan tetapi apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara
progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan
dari ginjal sendiri dan dari luar ginjal.
1. Penyakit dari ginjal
a. penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis
b. infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis
c. batu ginjal : nefrolitiasis
d. kista di ginjal : polcystis kidney
e. trauma langsung pada ginjal
f. keganasan pada ginjal
g. sumbatan : tumor, batu, penyempitan/striktur
2. Penyakit umum di luar ginjal
a. penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b. dyslipidemia
c. infeksi di badan : tbc paru, sifilis, malaria, hepatitis
d. preeklamsi
e. obat-obatan
f. kehilangan banyak cairan yang mendadak ( luka bakar )

2.3 Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang
utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai
poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih
jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun
sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin
berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
 Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal
dan penderita asimtomatik.
 Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate
besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas
normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan,
timbul nokturia dan poliuri.
 Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia).
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10%
dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum
dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992:
813-814)
2.4 Manifestasi Klinis
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia,
maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia
pasien.
Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjsl kronis mencakup hipertensi (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-angiotenin-aldosteron), gagal jantung
kongestif, dan edema pulmoner (akibat cairan berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada
lapisan pericardial oleh toksin uremik).
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (pruritis).
Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang terjadi akibat
penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir. Gejala gastrointestinal juga
sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muantah dan cegukan. Perubahan
neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran, ketidak mampuan berkonsentrasi,
kedutan otot dan kejang.
Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak
nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak
ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal
jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat
iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan,
kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Sistem kardiovaskuler
•Hipertensi
• Pitting edema
• Edema periorbital
• Pembesaran vena leher
• Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
• Krekel
• Nafas dangkal
• Kusmaull
• Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
• Anoreksia, mual dan muntah
• Perdarahan saluran GI
• Ulserasi dan pardarahan mulut
• Nafas berbau ammonia
d. Sistem musculoskeletal
• Kram otot
• Kehilangan kekuatan otot
• Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
• Warna kulit abu-abu mengkilat
• Pruritis
• Kulit kering bersisik
• Ekimosis
• Kuku tipis dan rapuh
• Rambut tipis dan kasar
f. Sistem Reproduksi
• Amenore
• Atrofi testis
Mekanisme yang pasti untuk setiap manifestasi tersebut belum dapat diidentifikasi.
Namun demikian produk sampah uremik sangat dimungkinkan sebagai penyebabnya.

2.5 Pemeriksaan Diagnostic


1. Laboratorium :
a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
b. Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin
kurang lebih 20 : 1. Perbandingat meninggi akibat pendarahan saluran cerna, demam, luka
bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang
ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin
yang menurun.
c. Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia : biasanya terjadi
pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis
d. Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3
pada GGK.
e. Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
isoenzim fosfatase lindi tulang.
f. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
g. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal (
resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer ).
h.Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian
hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
i. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang menurun, BE
yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi
asam-asam organic pada gagal ginjal.
2. Radiology
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal ( adanya batu atau adanya
suatu obstruksi ). Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh
sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
3. IIntra Vena Pielografi (IVP)
Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter.
4. USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
5. EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia,
gangguan elektrolit (hiperkalemia)

2.6 Penatalaksanaan Medis


Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan
fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua factor yang berperan dalam terjadinya
gagal ginjal kronik dicari dan diatasi.
Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan konservatif, Meliputi pengaturan
diet, cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa,
mengendalikan hiperensi, penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan
mengatasi komplikasi. Dan penatalaksanaan pengganti diantaranya dialysis (hemodialisis,
peritoneal dialysis) transplantasi ginjal.
Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
dan mencegah komplikasi yaitu sebagai berikut :
1. Dialisis
Dialysis dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti
hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia,
menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi sevara bebas, menghilangkan
kecenderungan pendarahan, dan membantu menyembuhkan luka.
2. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat menimbulkan
kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan
hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan
EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi
intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3. Koreksi anemia
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi darah
hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal pada adanya insufisiensi koroner.
4. Koreksi asidosis.
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat
diberikan peroral atau parenteral. Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi
asidosis
5. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake
garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal
disertai retensi natrium.
6. Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti
oleh ginjal yang baru.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS (GGK)

3.1 Pengumpulan data

Anamnesa
Anamnesa adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara wawancara atau interview.
Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu.
Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan
lingkungan dan tempat tinggal.

1. Identitas
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien, dan alamat.

2. Keluhan utama
Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya, apakah secara tiba-tiba atau
berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang
digunakan.
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit sampai tidak
dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual,
muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal pada kulit.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )


Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa meliputi palliative,
provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity scala dan time.
Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onet penurunan urine output, penurunan kesadaran,
perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau
ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien meminta
pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatn apa.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan
obat-obat nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat
penyakit batu saluran kemih, infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit diabetes
mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab.
Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Bagaimana
pola hidup yang biasa di terapkan dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi system
perkemihan yang berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan penyakit menular pada
keluarga.

6. Riwayat Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep
diri ( gambaran diri ) dan gangguan peran pada keluarga.

7. Lingkungan dan tempat tinggal


Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal,
area lingkungan rumah, dll.

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum dan TTV

 Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat


 Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi
system saraf pusat

 TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah terjadi


perubahan dari hipertensi ringan sampai berat

2. Sistem Pernafasan

Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon uremia didapatkan adanya
pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan
pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi

3. Sistem Hematologi

Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan adanya friction rub
yang merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung
kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas,
gangguan irama jantung, edema penurunan perfusiperifer sekunder dari penurunan curah
jantungakibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventikel.

Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai akibat dari
penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah
merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan mengalami
perdarahan sekunder dari trombositopenia.

4. System Neuromuskular

Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses


berfikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer,
burning feet syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.

5. Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas system
rennin- angiostensin- aldosteron. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi
pericardial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi.

6. Sistem Endokrin

Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi
testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan
metabolic tertentu. Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi
sampaiamenorea.

Angguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada
gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit) terjadi penuruna klirens metabolic
insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat
menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic
lemak, dan gangguan metabolism vitamin D.

7. Sistem Perkemihan

Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan libido berat

8. Sistem pencernaan

Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari bau mulut
ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.

9. Sistem Muskuloskeletal

Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk saat
malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ),
petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan
lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi.

Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan
perfusi perifer dari hipertensi.
3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet


berlebih dan retensi cairan dan natrium
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic,
sirkulasi,sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum dalam
kulit.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur
5. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh,
tindakan dialysis, koping maladaptif
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.

3.3 Perencanaan Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan


keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
Kriteria Hasil : Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, piting edema (-),
produksi urine > 600ml/hr

Intervensi Rasional
 Kaji status cairan :  Pengkajian
a. Timbang berat merupakan dasar dan
badan harian data dasar
b. Keseimbangan berkelanjutan untuk
masukan dan memantau perubahan
pengeluaran dan mengevaluasi
c. Turgor kulit dan intervensi
adanya edema
d. Distensi vena leher
e. Tekanan darah,
denyut dan irama
nadi

 Batasi masukan
cairan  Pembatasan cairan
akan menentukan
berat tubuh ideal,
keluaran urine, dan
respon terhadap terapi
 Identifikasi sumber
potensial cairan :  Sumber kelebihan
a. Medikasi dan cairan cairan yang tidak
yang digunakan diketahui dapat
untuk pengobatan : diidentifikasi
oral dan intravena
b. Makanan

 Jelaskan pada
pasien dan keluarga
rasional pembatasan
 Pemahaman
meningkatkan
 Bantu pasien dalam kerjasama pasien dan
menghadapi ketidak keluarga dalam
nyamanan dalam pembatasan cairan
pembatasan cairan
 Kenyamanan pasien
 Tingkatkan dan meningkatkan
dorong hygiene oral kepatuhan terhadap
dengan sering pembatasan diet.

Kolaborasi :
 Berikan diuretic,
 Higiene oral
contoh : furosemide,
spironolakton, mengurangi
hidronolakton
kekeringan
membrane mukosa
mulut

Adenokortikosteroid
, golongan
prednisone  Diuretic bertujuan
untuk menurunkan
volume plasma dan
menurunkan retensi
 Lakukan dialisis
cairan di jaringan
sehingga menurunkan
resikoterjadinya
edema paru
 Adenokortikosteroid,
golongan predison
digunakan untuk
menurunkan
proteinuri

 Dialysis akan
menurunkan volume
cairan yang berlebih.
2. Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut.
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria Hasil : Mempertahankan / meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan
oleh situasi individu, bebas edema.

Intervensi Rasional
 Kaji status nutrisi :  Menyediakan data
a. Perubahan berat dasar untuk
badan memantau perubahan
b. Pengukuran dan mengevaluasi
antopometrik intervensi
c. Nilai laboratorium
(elektrolit seru,
BUN, kreatinin,
protein,transferin,
dan kadar besi)

 Kaji pola diet  Pola diet dahulu dan


nutrisi pasien : sekarang dapat
a. Riwayat diet dipertimbangkan
b. Makanan kesukaan dalam menyusun
c. Hitung kalori menu

 Kaji faktor yang


berperan dalam
merubah masukan  Menyediakan
nutrisi : informasi mengenai
a. Anoreksia, mual, faktor lain yang dapat
atau muntah diubah atau
b. Diet yang tidak dihilangkan untuk
menyenangkan bagi meningkatkan
pasien masukan diet
c. Depresi
d. Kuran memahami
pembatasan diet
e. Stomatitis

 Menyediakan
makanan kesukaan
pasien dalam batas-
batas diet
 Mendorong
 Tingkatkan peningkatan masukan
masukan protein diet
yang mengandung
nilai biologis tinggi
seperti : telur,  Protein lengkap
produk susu, dan diberikan untuk
daging mencapai
keseimbangan
 Anjurkan camilan nitrogen yang
tinggi kalori, rendah diperlukan untuk
protein, rendah pertumbuhan dan
natrium, diantara penyembuhan
waktu makan
 Mengurangi makanan
dan protein yang
dibatasi dan
 Ciptakan
menyediakan kalori
lingkungan yang
untuk energy,
menyenangkan
membagi protein
selama waktu
untuk pertumbuhan
makan
dan pertumbuhan
jaringan

 Timbang berat  Faktor yang tidak


badan harian menyenangkan yang
berperan
menimbulkan
 Kaji bukti adanya anoreksia
masukan protein dihilangkan.
yang tidak adekuat
a. Pembentukan  Untuk memantau
status cairan dan
edema
nutris
b. Penyembuhan yang
lambat
c. Penurunan kadar
 Masukan protein
albumin serum
yang tidak adekuat
dapat menyebabkan
penurunan albumin
dan protein lain,
pembentukan edema,
dan perlambatan
penyembuhan
3. Diagnosa Keperawatan :. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status
metabolic, sirkulasi,sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum
dalam kulit.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria Hasil : Kulit tidak kering, hiperpigmentasi berkurang, memar pada kulit berkurang
Intervensi Rasional
 Kaji terhadap  Perubahan mungkin
kekeringan kulit, disebabkan oleh
pruritis, ekskoriasi, penurunan aktivitas
dan infeksi kelenjar keringat atau
pengumpulan kalsium
dan posfat pada
 Kaji terhadap lapisan kutaneus.
adanya petekie dan Perdarahan yang
purpura abnormal sering
dihubungkan dengan
penurunan jumlah dan
fungsi platelet akibat
 Monitor lipatan uremia
kulit dan area yang
edema  Area-area ini sangat
mudah terjadinya
 Gunting kuku dan injuri
pertahankan kuku
terpotong pendek  Penurunan curah
dan bersih jantung
mengakibatkan
gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium
/ air, dan penurunan
Kolaborasi :
urine output.
 Berikan
pengobatan
antipruritis sesuai
pesanan.
 Mengurangi stimulus
gatal pada kulit

4. Diagnosa Keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,


retensi produk sampah dan prosedur dialysis.
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria Hasil : Meningkatkan rasa sejahtera, dan dapat berpartisipasi dalam aktivitas
perawatan mandiri yang dipilih

Intervensi Rasional
 Kaji faktor yang  Menyediakan
menimbulkan informasi tentang
keletihan : indikasi tingkat
a. Anemia keletihan
b. Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
c. Retensi produk
sampah
d. Depresi

 Tingkatkan  Meningkatkan
kemandirian dalam aktivitas
aktivitas perawatan ringan/sedang dan
diri yang dapat memperbaiki harga
ditoleransi, bantu jika diri
keletihan terjadi

 Anjurkan aktivitas  Mendorong latihan


alternative sambil dan aktivitas dalam
istirahat batas-batas yang
dapat ditoleransi dan
istirahat yang
adekuat

 Anjurkan untuk
beristirahat setelah  Istirahat yang
dialisis adekuat dianjurkan
setelah dialysis yang
bagi banyak pasien
sangat melelahkan.

5. Diagnosa Keperawatan :. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan


penurunan fungsi tubuh, tindakan dialysis, koping maladaptif
Tujuan : Pasien mampu mengembangkan koping yang positif
Kriteria Hasil : -Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan,
- Mampu menyatakan atau mengomunikaasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang sedang terjadi
- Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap komunikasi
- Mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat
tanpa harga diri yang negatif

Intervensi Rasional
 Kaji perubahan dari  Menentukan bantuan
gangguan persepsi individual dalam
dan hubungan menyusun rencana
dengan derajat perawatan atau
ketidak mampuan pemilihan intervensi

 Identifikasi arti dari  Mekanisme koping


kehilangan atau pada beberapa pasien
disfungsi pada pasi dapat menerima dan
mengatur perubahan
fungsi secara efektif
dengan sedikit
penyesuaian diri,
sedangkan yang lain
mengalami koping
maladaptive dan
mempunyai kesulitan
 Anjurkan klien dalam
untuk membandingkan,
mengekspresikan mengenal, dan
perasaan mengatur,
kekurangan yang
terdapat pada dirinya

 Bantu dan anjurkan  Menunjukan


perawatan yang baik penerimaan, dan
dan memperbaiki membantu pasien
kebiasaan untuk mengenal dan
mulai menyesuaikan
 Anjurkan orang dengan perasaan
yang terdekat untuk tersebut
mengijinkan pasien
melakukan  Membantu
sebanyak- meningkatkan
banyaknya hal-hal perasaan harga diri
untuk dirinya dan mengontrol lebih
dari satu area
 Dukung perilaku kehidupan
atau usaha seperti
peningkatan minat  Menghidupkan
atau partisipasi kembali perasaan
dalam aktivitas kemandirian dan
rehabilitasi membantu
erkembangan harga
diri, serta
memengaruhi proses
rehabilitasi

 Pasien dapat
beradaptasi terhadap
perubahan dan
pengertian tentang
peran individu masa
mendatang

6. Diagnosa Keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan


kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
Kriteria Hasil : Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai penyakit yang dideritanya.
Intervensi Rasional
 Kaji pemahaman  Merupakan instruksi
mengenai penyebab dasar untuk
gagal ginjal, penjelasan dan
konsekuensinya dan penyuluhan lebih
penanganannya : lanjut
a. Penyebab gagal
ginjal pasien
b. Pengertian gagal
ginjal
c. Pemahaman
mengenai fungsi
renal
d. Hubungan antara
cairan, pembatasan
diet dengan gagal
ginjal
e. Rasional
penanganan
(hemodialisis,  Pasien dapat belajar
dialysis peritoneal, tentang gagal ginjal
transplantasi) dan penanganan
setelah mereka siap
 Jelaskan fungsi untuk memahami dan
renal dan menerima diagnosis
konsekuensi gagal dan konsekuensinya
ginjal sesuai dengan
tingkat pemahaman  Pasien dapat melihat
dan kesiapan pasien bahwa kehidupannya
untuk belajar tidak harus berubah
akibat penyakit
 Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
cara-cara untuk
memahami berbagai
perubahan akibat
 Pasien memiliki
penyakit dan
penanganan yang informasi yang dapat

mempengaruhi digunakan untuk

hidupnya klarifikasi
selanjutnya di rumah

 Sediakan informasi
baik tertulis maupun
secara oral dengan
tepat tentang :
a. Fungsi dan
kegagalan renal
b. Pembatasan cairan
dan diet
c. Medikasi
d. Melaporkan
masalah, tanda dan
gejala
e. Jadwal tindak lanjut
f. Sumber di
komunitas
g. Pilihan terapi

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel, dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

Penyebab

• Infeksi misalnya pielonefritis kronik

• Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis

• Penyakit vaskuler hipertensif

• Gangguan jaringan penambung


• Gangguan kongenital dan herediter

• Penyakit metabolic

• Nefropati toksik

• Nefropati obstruktif

Tanda dan gejala

• Gangguan pernafasan

• Udema

• Hipertensi

• Anoreksia

• Ulserasi usus

• Stomatitis

• Proteinuria

• Hematuria

• Letargi, apatis, penurunan konsentrasi

• Anemi

• Perdarahan

• Turgor kulit jelek

• Gatal-gatal pada kulit

• Distrofi renal

• Hiperkalemia

• Asidosis metabolic

Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti yang paling baik, akan tetapi
mempunyai beberapa kendala seperti keterbatasan donor, biaya mahal, efek samping obat-
obatan imunosupresi dan rejeksi kronik yang belum bisa diatasi. Keuntungan transplantasi
ginjal ialah menghasilkan rehabilitas paling baik dibandingkan dialysis.

4.2 Saran

Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa
calon perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai penyakit gagal ginjal kronis
menjadi bekalkan dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas
ini.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid
3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Supartondo. ( 2001 aq). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Você também pode gostar