Você está na página 1de 9

LAPORAN PENDAHULUAN ( LP )

GASTRITIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi Ners

OLEH :
YUSTIAN ADI NUGROHO

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2018
A. PENGERTIAN

Gastritis berasal dari kata "gaster" yang artinya lambung dan "itis" yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan lain (Suyono, 2011).

Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal (Prince, 2015).

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan oleh
ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang
terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks
empedu atau terapi radiasi (Brunner & Suddarth, 2010).

B. ETIOLOGI
1. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan
kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat penecernaan
mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat
dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka
jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011).
2. Jenis Makanan
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem
pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan
mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan
muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya. Bila
kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu selama
minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung
yang disebut dengan gastritis (Okviani, 2011).
3. Stres
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress, misalnya pada beban
kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat dapat
mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan dapat
menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak
dapat dihindari. Oleh karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara
efektif dengan cara diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah raga
teratur dan relaksasi yang cukup (Friscaan, 2010).

1
C. TANDA DAN GEJALA

1. Tanda dan gejala Gastritis Akut

Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan abdomen yang tidak jelas seperti
mual, muntah dan anoreksia sehingga menyebabkan pemenuhan kebutuhan nutrisi
harian berkurang intake nutrisi tidak adekuat,kehilangan cairan dan elektrolit. Pada
beberapa orang didapat keluhan yang lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah,
perdarahan,dan hematemesis yang menimbulkan manifestasi kecemasan secara
individu (Sari.K, Muttaqin. A, 2011).

2. Tanda dan Gejala Gastritis Kronis

Berikut adalah tanda dan gejalan Gastritis Kronis (Inayah, 2014) :

a. Gastritis sel plasma.


b. Penyakit miniere.
c. Nyeri yang menetap pada daerah epigastrium.
d. Nausea sampai muntah empedu.
e. Dyspepsia.
f. Anoreksia.
g. Berat badan menurun.
h. Keluhan berhubungan dengan anemia.

D. PHATOFISIOLOGI
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan
pada manifestasi klinis, gambaran hispatologi yang khas, distribusi anatomi, dan
kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat
dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat, bahwa walaupun dilakukan pembagian
menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak saling berhubungan. Gastritis kronik bukan
merupakan kelanjutan gastritis akut (Suyono, 2011).

1. Gastritis Akut

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak
dan sembuh sempurna (Prince, 2015). Gastritis akut terjadi akibat respons mukosa
lambung terhadap berbagai iritan lokal. Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian
besar kasus merupakan penyakit yang ringan.
Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat,
yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan
jaringan parut dapat terjadi yang mengakibatkan obstruksi pylorus (Brunner, 2016).

2
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk
penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut gastritis
hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung
dalam berbagai derajat dan terjadi drosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa
lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut
(Suyono, 2011).

2. Gastritis Kronis

Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina
propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu
limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara histologis sebagai
peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat paling
ringan gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis, yang mengenai bagian sub
epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai kelenjar-
kelenjar pada mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya berhubungan dengan atrofi
kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia intestinal (Chandrasoma, 2015).
Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe, yaitu tipe
A yang merupakan gastritis autoimun yang terutama mengenai tubuh dan berkaitan
dengan anemia pernisiosa; dan tipe B yang terutama meliputi antrum dan berkaitan
dengan infeksi Helicobacter pylori. Terdapat beberapa kasus gastritis kronis yang
tidak tergolong dalam kedua tipe tersebut dan penyebabnya tidak diketahui
(Chandrasoma, 2015).

3
E. PATHOFLOW

Stress Alkhohol, Obat-obatan Makanan merangsang Helicobakter pylor


Panas, pedas, asam

Merangsang saraf Iritasi sel epitel kolumner gaster Menyerang bagian


Simpatik N, Vagus fundus gaster

Produksi mukus berkurang Desquamasi sel

Respon lambung Respon lambung Respon radang kronis


Vasodilatasi mukosa aksfollasi - Destroksi kelenjar
- Metalasia

Erosi sel

Produksi HCL meningkat Kerusakan pembuluh Sel mukosa Elastisitas


Darah mukosa hilang sel kurang

MK 1 Iritasi Lambung MK III Gastritis Kronis Kekakuan


Mual, Muntah, Pendarahan
Anoreksia

MK II Melena Hematomesis Komplikasi Nyeri


Nyeri Ulkus peptikum

Gastritis Akut

4
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan letaknya
tersebar.
2. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis.
3. Pemeriksaan radiology.
4. Pemeriksaan laboratorium.
5. Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun pada
klien dengan gastritis kronik.
6. Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12 yang
rendah merupakan anemia megalostatik.
7. Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
8. Gastroscopy: Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi
area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa
proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan ulkus lambung yang lain). Fungsi
obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
2. Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau
inhibitor pompa proton.

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat kesehatan adanya nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual dan muntah.
b. Kaji waktu terjadinya gejala, apakah berhubungan dengan ansietas, stress,
alergi, makan atau minum terlalu banyak atau makan terlalu cepat.
c. Bagaimana gejala hilang.
d. Adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung.
e. Riwayat diet dan jenis diet yang dilakukan.
f. Pemeriksaan fisik mencakup nyeri tekan abdomen, dehidrasi (perubahan turgor
kulit, membran mukosa kering).

5
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri b/d mukosa lambung teriritasi.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d masukan nutrien yang tidak adekuat.
c. Risiko kekurangan volume cairan b/d masukan cairan tidak adekuat dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
d. Ansietas b/d pengobatan.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri b/d mukosa lambung teriritasi.
Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol.
Intervensi :
1) Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
R/ Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala
nyeri pasien sebelumnya.
2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau yang menurunkan nyeri.
R/ Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
3) Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
R/ Makanan mempunyai efek penetralisis asam, juga menghancurkan
kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
4) Identifikasi dan batasi makanan yang dapat menimbulkan iritasi lambung.
R/ Makanan tersebut dapat meningkatkan iritasi lambung sehingga nyeri
meningkat.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, mis: analgesik dan antasida.
R/ Analgesik dapat menghilangkan nyeri dan antasida dapat menurunkan
keasaman gaster dengan absorpsi atau netralisis zat kimia.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d masukan nutrien yang tidak adekuat.
Tujuan : Menghindari makanan pengiritasi atau minuman yang mengandung
kafein dan alkohol.
Intervensi :
1) Catat masukan nutrisi.
R/ Mengidentifikasi kebutuhan diet.
2) Berikan perawatan oral teratur.
R/ Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan berbau.
3) Auskultasi bunyi usus dan catat pasase flatus.
R/ Peristaltik kembali normal menunjukkan kesiapan untuk memulai
makanan yang lain.

6
4) Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutnya.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau
penentuan kebutuhan nutrisi.
5) Kolaborasi pemberian protein sesuai indikasi.
R/ Protein tambahan dapat membantu perbaikan dan penyembuhan.

c. Risiko kekurangan volume cairan b/d masukan cairan tidak adekuat dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat dibuktikan oleh membran
mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran, karakter dan frekuensi muntah.
R/ Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
2) Kaji tanda-tanda vital.
R/ Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
3) Ukur berat badan tiap hari.
R/ Indikator cairan status nutrisi.
4) Kolaborasi pemberian antiemetik pada keadaan akut.
R/ Mengontrol mual dan muntah pada keadaan akut.

d. Ansietas b/d pengobatan.


Tujuan : Ansietas teratasi/berkurang.
Intervensi :
1) Catat petunjuk perilaku, mis: gelisah, peka rangsang.
R/ Indikator derajat ansietas.
2) Motivasi menyatakan pernyataan, berikan umpan balik.
R/ Membuat hubungan terapeutik, membantu pasien/orang terdekat dalam
mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress.
3) Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang dipersepsikan orang
lain.
R/ Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stress.
4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku koping yang digunakan pada
masa lalu.
R/ Perilaku yang berhasil dapat diikutkan pada penerimaan masalah saat ini,
meningkatkan rasa kontrol dingin pasien.
5) Bantu pasien belajar mekanisme koping yang efektif.
R/ Belajar cara memecahkan masalah dapat membantu dalam menurunkan
stress dan ansietas.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kajianpustaka.com/2016/08/pengertian-jenis-gejala-faktor-
penyebab.html
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-hadiharton-6743-2-
babii.pdf
http://lianasriulina.blogspot.co.id/2013/10/gastritis_17.html
http://www.ilmukeperawatan.info/2011/10/asuhan-keperawatan-
gastritis.html#ixzz5ApNyuPuy
http://www.ilmukeperawatan.info/2011/10/asuhan-keperawatan
gastritis.html#ixzz5ApOXhWQy

Você também pode gostar