Você está na página 1de 99

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DYSPEPSIA DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN NUTRISI


DI RUANG HDU RSUD PANDAN TAHUN 2018

Nama : Ny.Y
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl masuk RS : 21 – 04 - 2018
Diagnosa Medis : Ge akut
No. Rekam Medis : 06.53.18

A. DATA FOKUS
Data Subjektif :
Keluhan utama : Pasien datang ke RSUD Pandan pada tanggal 21.04.2018
dengan berkendaraan bersama keluarga dengan keluhan nyeri pada ulu
hati,keadaan ini dirasakan klien sejak kurang lebih 2 hari sebelum mauk RS
Data Objektif :
- Sens : CM
- TD : 130/80
- Pulse : 80 x/i.
- RR : 20 x/i.
- T : 37℃
- GCS : E : 4, M : 6, V : 5.

Pemeriksaan Fisik :
Bentuk kepala : Normachepali
Rambut : Bersih
Konjungtiva : Anemia,pupil isokor
Sklera : Ikterik
Hidung : Simetris kiri kanan tidak terdapat pernafasan cuping hidung
Leher : Tidak ada peningkatan vena jugularis, tidak terjadi pembengkakan
kelenjar tiroid
Dada : Simetris kiri kanan
Abdomen:Soepel,nyeri tekan epigastrium

1
Pemeriksaan Diagnostik :
- DR
- Foto thorax (PA)
- Feses rutin
- Hb rutin
- Kgd

Terapi yang diberikan :


1. Ivfd RL fls 30 ggt/i
2. Inj. Omeprazole 1 amp/ 2 jam
3. Inj. Keterolac 30 kg / 8 jam
4. Sucralfat syr 3xc II

B. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1 :
1. Pantau TTV
2. Pantau dan dokumentasikan tiap jam secara adekuat
3. Timbang berat badan

D. IMPLEMENTASI
Pasien dibawa keluarga pasien dan serta perawat dengan menggunakan kursi
roda keruang HDU RSUD Pandan.Keluarga pasien membawa perawat untuk
mengangkat pasien ketempat tidur dan setelah itu perawat langsung
memasang monitor dan serta memasang infus

2
E. EVALUASI
S : Klien mengatakan nyeri ulu hati seperti terbakar dan pedih serta tembus
belakang, klien mengatakan nyeri terus menerus
O : Meringis memegang bagian yang sakit, tidak konsentrasi saat diajak
komunikasih
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutka

3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN OKSIGENASI
DI RUANG HDU RSUD PANDAN TAHUN 2018

Nama : Tn. S
Umur : 78 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl masuk RS : 23 – 04 - 2018
Diagnosa Medis : Pneumonia
No. Rekam Medis : 00.66.19
F. DATA FOKUS
Data Subjektif :
Keluhan utama : Pasien masuk rumah sakit bersama keluarga dengan rasa
kecemasan karna pasien tersebut terlihat sesak nafas dan batuk2 dan badannya
juga panas serta nyeri
Data Objektf :
- Sens : CM
- TD :130 / 90 mmHg.
- Pulse : 120 x/i.
- RR : 32 x/i.
- T : 39℃
- GCS : E : 4, M : 6, V : 5.

Pemeriksaan Fisik :
Bentuk kepala : Normachepali
Rambut : Bersih
Konjungtiva : Anemia,pupil isokor
Sklera : Ikterik
Leher : Tidak ada peningkatan vena jugularis, tidak terjadi pembengkakan
kelenjar tiroid
Abdomen:Soepel,nyeri tekan epigastrium

4
Pemeriksaan Diagnostik :
- DR
- KGDS
- AGD
- HB
- Sputum
- Urine/Cr
- Elektrolit

Terapi yang diberikan :


1. O2. 2 liter / i
2. Ivfd NaCL 0,9
3. Ampicilin 100 mg
4. Kloramfenicol 75 mg
5. Sevotaksin 100 mg
6. Amikasim 10-15 mg

G. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Bersihnya jalan nafas tak efektif b/d imflamasih trachea bronchial
peningkatan produksi sputum

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1 :
1. Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
2. Auskultasi area paru cacat area penurunan / tak ada aliran udara dan bunyi
nafas adventisus
3. Bantu pasien latih nafas sering tunjukkan / batuk mis, menekan dada dan
batuk efektif sementara posisi duduk tinggi
4. Pengisapan sesuai indikasih

I. IMPLEMENTASI
Perawat dan keluarga membawa pasien ke HDU dengan menggunakan kursi
roda dan langsungg buat ke tempat tidur serta monitor2nya dipasang semua
kepada pasien dan serta memberi obat sesuai anjuran dr

5
J. EVALUASI
S : Klien mengatakan sudah dapat mengeluarkan dahak
O : klioen dapat mengeluarkan dahak
A : masalah teratasi sebagai klien dapat menegeluarkan dahak dengan efektif
dan sesak nafas berkurang
P : intervensi dilanjutkan

6
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEPATITIS DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN RASA NYAMAN
DI RUANG HDU RSUD PANDAN TAHUN 2018

Nama : Ny. S
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl masuk RS : 20 – 04 - 2018
Diagnosa Medis : Hepattis
No. Rekam Medis : 06.81.36

K. DATA FOKUS
Data Subjektif :
Keluhan utama : Pasien datang ke HDU bersama keluarga serta perawat
dengan keluhan suhu tubuh tinggi dan nyeri perut kanan atas . gejala awal
biasanya sakit kepala, lemas, mual muntah, demam
Data Objektif :
- Sens : CM
- TD : 110 / 70 mmHg
- Pulse : 100 x/i.
- RR : 22 x/i.
- T : 37℃
- GCS : E : 4, M : 6, V : 5.

Pemeriksaan Fisik :
Bentuk kepala : Normachepali
Rambut : Bersih
Konjungtiva : Anemia,pupil isokor
Sklera : Ikterik
Leher : Tidak ada peningkatan vena jugularis, tidak terjadi pembengkakan
kelenjar tiroid
Abdomen:Soepel,nyeri tekan epigastrium

7
Pemeriksaan Diagnostik :
- DR
- Feses Rutin
- HB
- Lipid Profil
- USG Abdomen

Terapi yang diberikan :


1. Tirah baring semi fowler
2. O2. 2L / i
3. Diet jantung II
4. Ivfd NaCL 0,9
5. Inj. Cefotaksin 1 gr / 8 jam
6. Inj. Furosemid ¼ amp / 12 jam
7. Inj. Omeprazol 40 kg /12 jam

L. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d pembengkakan hepar

M. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kolaborasi dengan individu untuyk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri
2. Observasi TTV
3. Tunjukkan pada klien penerimaan tentangrespon klien terhadap nyeri
4. Jelakan penyebab nyeri

N. IMPLEMENTASI
Pasien dibawa keluarga pasien dengan menggunakan rostur bersama perawat.
Keluarga pasien membawa perawat untuk mengangkat pasien ketempat tidur
.Dokter dan perawat melakukan pengkajian .Dokter dibantu oleh perawat
melakukan tindakan pemeriksaan fisik.Dokter mengintruksikan perawat untuk
melakukan tindakan pemasangan infus dengan cairan RL sebanyak 10 tts.

8
O. EVALUASI
S : sesak nafas (+), badan lemas
O : TTV sudah tertera
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

9
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DYSPEPSIA DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN NUTRISI
DI RUANG HDU RSUD PANDAN TAHUN 2018

Nama : Ny. S
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl masuk RS : 23 – 04 - 2018
Diagnosa Medis : Dyspepsia
No. Rekam Medis : 06.67.60

P. DATA FOKUS
Data Subjektif :
Keluhan utama : Pasien datang ke HDU bersama orangtua nya beserta
dengan perawat dengan meringis ringis karnanyeri yang dirasakan pada dada
sangat sakit serta keingat dingin
Data Objektif :
- Sens : CM
- TD : 160/100
- Pulse : 70 x/i.
- RR : 60 x/i.
- T : 36,6℃
- GCS : E : 4, M : 6, V : 5.

Pemeriksaan Fisik :
Bentuk kepala : Normachepali
Rambut : Bersih
Konjungtiva : Anemia,pupil isokor
Sklera : Ikterik
TTH : ( Dalam batas normal )
Leher : Tidak ada peningkatan vena jugularis, tidak terjadi pembengkakan
kelenjar tiroid
Abdomen:Soepel,nyeri tekan epigastrium

10
Pemeriksaan Diagnostik :
- DR
- KGDS
- Elektrolit
- Urin

Terapi yang diberikan :


1. Poresemide 20 mg / 8 jam
2. Cripofiaxacime 20 mg / 12 jam
3. Neb. Combivent 1 syr
4. Aspilet 1 x 80 mg
5. ISDN 3 x 5 mg
6. Pct 3 x 1tab
7. Cetirizine 2 x 10 mg
Q. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d iskemik miokard

R. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1 :
1. Anjurkan pasien untuk memberi tahu perawat dengan cepat bila terjadi
nyeri dada
2. Tinggikan kepala tempat tidur
3. Pantau kecepatan irama jantung
4. Pantau TTV
S. IMPLEMENTASI
Keluarga membawa pasien keruangan HDU bersama dengan perawat dengan
keadaann lemas karna nyeri yang dirasakan sangat sakit . paien dibawa
dengan menggunakan prostur setelah itu langsung dipindakan ketempat
tempat tidur dan monitor segara dipasang dan serta obat lainnya .
T. EVALUASI
S : Klien mengatakan nyeri pada dada kiri, keringat dingin
O : Pasien tampak lemas
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan beri obat sesuai anjuran dokter

11
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Tuberculosis adalah penyakit langsung yang mengenai parenkim paru yang


disebabkan oleh basil mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman
tuberculosis mengenai paru tapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Brunner &
Suddarth, 2001).
Tuberkulosis Paru (TB Paru) telah dikenal hampir di seluruh dunia, sebagai
penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius.
Hal ini disebabkan oleh terjadinya kerusakan jaringan paru yang bersifat permanen.
Di samping proses destruksi terjadi pula secara simultan proses restorasi atau
penyembuhan jaringan paru sehingga terjadi perubahan struktural yang bersifat
menetap serta bervariasi yang menyebabkan berbagaimacam kelainan faal paru
(Supardi, 2006).
Indonesia berada pada tingkat ke 3 terbesar didunia dalam jumlah penderita
Tuberkulosis (TB), setelah India dan Cina. Di dunia diperkirakan penyakit ini dapat
menyebabkan kematian kurang lebih 8.000 orang per hari, atau 140.000 per tahun,
dan kurang lebih ¼ juta penduduk diduga terinfeksiTB setiap tahun ( Jakarta Pos,
2008).
Hasil survey Prevalensi TB paru di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa
angka prevalensi TB BTA positif secara Nasional adalah sebesar 110 per 100.000
penduduk. Secara regional prevalensi TB BTA positip di Indonesia di kelompokan
dalam 3 wilayah yaitu wilayah Sumatra dengan angka prevalensi TB sebesar 160 per
100.000 penduduk, wilayah Jawa dan Bali dengan angka prevalensi TB sebesar 110
per 100.000 penduduk, dan wilayah Indonesia Timur dengan angka prevalensi TB
sebesar 210 per 100.000 penduduk. Khusus untuk propinsi DIY dan Bali angka
prevalensi TB adalah sebesar 68 per 100.000 penduduk (Depkes, 2008).
Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif
,penderita TB kebanyakan dari kelompok sosiol ekonomi rendah. Dari tahun 1995 -
1998, cakupan penderita TB Paru dengan strategi DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse Chemotherapy) atau pengawasan langsung menelan obat
jangka pendek / setiap hari, baru mencapai 36% dengan angka kesembuhan 87%.
Sebelum strategi DOTS (1969-1994) cakupannya sebesar 56% dengan angka

12
kesembuhan yang dapat dicapai hanya 40-60%. Karena pengobatan yang tidak teratur
dan kombinasi obat yang tidak cukup dimasalalu kemungkinan telah timbul
kekebalan kuman TB terhadap OAT (obat anti tuberkulosis) secara meluas atau Multi
Drug Resistance (MDR).
RSUD PANDAN tercatat penderita Tb paru berjumlah 1000 orang dalam
kurun waktu 2017 – 2018. Angka penderita Tb cukup signifikan oleh kerena itu
kelompok mengangkat kasus Tb paru sebagai asuhan keperawatan keluarga.
Keluarga-keluarga tersebut harus mendapat asuhan keperawatan yang tepat agar
penyakit Tuberkulosis Paru dapat dihambat penularannya.Walaupun usaha-usaha
pemberantasan telah dilakukan, namun ada beberapa faktor yang menghambat
diantaranya : kemiskinan, keadaan sosial ekonomi yang rendah, perumahan yang
kurang memenuhi standar kesehatan, kepadatan penduduk serta kurang mengetahui
masyarakat dan keluarga, kurang minatnya masyarakat dan keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang telahtersedia (Nasrul, Effendi, 1998).
Dilihat dari jenis penyakit dan komplikasi yang ditimbulkan, penyakit
tuberculosis paru dapat memberikan pengaruh negatif bagi penderita itu sendiri
melainkan pada anggota keluarga yang tidak menderita Tuberculosis Paru. Pengaruh
keluarga meliputi aspek fisik, psikologis dan sosial. Effendi (1998) mengatakan
bahwa dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga yang
mengambil keputusan dalam memecahkan masalah tersebut adalah kepala keluarga
dan anggota yang dituakan. Dalam mengatasi masalah ini peran perawat kesehatan
adalah memberikan keperawatan keluarga untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Menurut Friedman (1998) keluarga memiliki tugas dalam pemeliharaan
kesehatan anggota keluarganya, termasuk mengenal masalah tentang Tuerculosis
paru, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan pengobatan yang tepat,
memberikan keperawtan kepada anggota keluarganya yang sakit, mempertahankan
suasana rumah yang kondusif bagi kesehatan. Berkait dengan data tersebut diatas
penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan
memberikan asuhan keperawatan untuk memandirikan keluarga dalam upaya
perawatan mengatasi masalah TB Paru.

13
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa akan mampu untuk memberikan Asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan pernapasan TB Paru.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa akan mampu untuk melakukan pengkajian pada klien dengan
penderita TB Paru.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan masalah TB Paru.
c. Merencanakan intervensi keperawatan kepada klien dengan masalah TB
Paru berdasarkan prioritas masalah
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan TB Paru.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan TB Paru.

1. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini, diharapkan penulis sebagai
mahasiswa keperawatan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan
tentang penyakit TB paru yang dimulai dari penyebab, serta upaya
pencegahan penyakit TB paru agar terciptanya kesehatan masyarakat yang
lebih baik

2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang TB paru lebih
dalam sehingga dapat melakukan pencegahan serta mengantisipasi diri dari
penyakit TB paru.

3. Bagi Petugas Kesehatan


Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi tentang penyakit
TB paru serta penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan yang lebih baik

4. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan


Diharapkan dapat menambah informasi tentang penyakit TB paru serta
penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan yang lebih baik

14
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

1.Tinjauan Teoritis Medis


2.1.1.Defenisi
TB paru adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Brunner,
Suddarth 2001)

2.1.2. Etiologi
Penyebab dari penyakit TB Paru adalah kuman tahan asam
Mycobacterium tuberculosis yaitu sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1 – 4 mm dan table 0,3 – 0,6 IUm

2.1.3.Manifestasi Klinis
Gejala – gejala yang relevan pada Tuberkulosis paru adalah :

1. Batuk berdahak > 3 minggu


2. Turgor kulit jelek
3. Malnutrisi
4. Nyeri dada
5. Demam tinggi
6. Keringat pada malam hari
7. Batuk berdarah
8. Malaise
9. Anorexia
10. BB menurun
1. Komplikasi TB Paru
Komplikasi dari TB paru adalah sebagai berikut :

a. Emphyema
b. Effusi pleura
c. Pneumotoraks
d. Enteritis
e. Koch Pulmonal
f. Atelektasis

15
2.1.4. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur sputum
Positif untuk Mycobacterium tuberculosis untuk tahap aktif penyakit

2. Tes kulit / Mantoux test


Menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara
berarti menunjukkan penyakit aktif

3. Foto Thorax
Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau effuse cairan

4. Histologi atau kultur jaringan


Termasuk untuk pembersihan gaster dan urine serta cairan
serebrospinal dan biopsi kulit. Positif untu Mycobacterium
tuberculosis

5. Pemeriksaan fungsi paru


Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, kehilangan
jaringan paru dan penyakit pleural ( TB paru kronis luas )

2.1.5. Penatalaksanaan Medis


a. Pengobatan
TB paru terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam waktu
jangka lama, penderita dengan gejala klinis dapat meminum 2 obat untuk
mencegah timbulnya strain yang resisten

b. Bedrest dengan lingkungan yang sehat


Pada pasien dengan TB paru diberikan istirahat yang cukup dan
lingkungan dengan udara yang sehat.

1. Diet
Untuk mengganti sel – sel paru yang rusak karena adanya peradangan,
maka pasien dengan penyakit TB paru harus diberikan diet TKTP ( Tinggi
Kalori Tinggi Protein ).

2. Operasi
Terapi bedah paru dilakukan pada penderita TB Paru.

16
1. Patofisiologi

Mycobacterium Tuberkulosis

Batuk Bersin Berbicara

Droplet / Infektion

Menyebar ke udara

Terhisap masuk ke paru – paru melalui hidung

MK : Resti Infeksi

Berkembang biak dalam sitoplasma makropage

Tubercel Slarang Primer Meluas


Meluas

Tuberculosis primer Tuberculosis primer

Peradangan pleura Tuberculosis derman

Produksi secret MK : tidak efektif bersihan jalan napas

Sputum Meningkat MK : Kurang penegtahuan tentang

Pencegahan dan penanganan

Rangsangan meningkat MK : Resti pertukaran gas

17
Kerusakan dinding alveolus

MK: Nyeri

BB Menurun MK : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

18
2. TEORITIS KEPERAWATAN
1. Data Dasar Pengkajian
1. Aktifitas
Gejala : kelelahan, napas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam
hari, menggigil dan berkeringat

Tanda : takikardi, takipnea dan dispnea

2. Integritas Ego
Gejala : adanya faktor stress yang lama, masalah keuangan dan rumah.

Tanda : menyangkal, ketakutan dan mudah tersinggung

3. Makanan dan Cairan


Gejala : kehilangan nafsu makan dan makanan tidak dapat dicerna

Tanda : Turgor kulit buruk, anoreksia

4. Nyeri dan ketidaknyamanan


Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk terus menerus

Tanda : berhati – hati pada daerah yang sakit

5. Pernapasan
Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif, napas pendek, riwayat TBC
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan

6. Keamanan
Gejala : adanya kondisi immun, tes HIV positif
Tanda : demam rendah, gampang sakit,

7. Interaksi Sosial
Gejala : perasaan diisolasi / penolakan karena penyakit yang
``1dideritanya adalah penyakit yang menular.
Tanda : menarik diri dan tidak mau bersosialisasi

19
I. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum
yang banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat
sputum
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi

20
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1 Biodata
Identitas pasien
Nama : Tn.U
Umur : 90 Tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Kalangan
Tgl masuk R.S : 25 – 04 – 2018
No RM : 04 – 34 – 00
3.1.2 Penanggung Jawab
Nama : Upik
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kalangan
3.1.3. Keluhan Utama

Batuk berdahak bercampur darah, Warna sputumnya merah, Konsistensinya kental


Volumenya + 3cc , Sesak nafas RR:32x/i O2: 2-5 liter, Berkeringat (+)

3.1.4. Alasan Masuk Rumah Sakit

Pada awal bulan Agustus 2012, klien mulai mengeluh dengan penyakit yang
dideritanya, dan kemudian keluarga segera membawa klien berobat ke rumah sakit
umum Pandan. Disana klien menjadi pasien rawat inap kurang lebih 1 minggu.

21
3.1.5. Riwayat Kesehatan Sekarang

1. Provokatif/paliative

1. Apa penyebabnya : Tidak diketahui pasien

2. Hal yang mempebaiki keadaan : Berobat

3. Quantity/Quality

1. Bagaimana dirasakan : Lemas

2. Bagaimana dilihat : Klien tampak lemas

3. Region

1. Dimana lokasinya : di paru paru

2. Apakah menyebar : Tidak menyebar

3. Severity

1. Mengganggu aktivitas : Ya

2. Time ( Kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya )

Dialami sejak 2 tahun yang lalu, tetapi akhir- akhir ini tambah parah.

3.1.6. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

3. Penyakit yang pernah dialami : Demam

4. Pengobatan / tindkan yang dilakukan : Berobat jalan di RS Pandan

5. Pernah dirawat / operasi : Klien pernah dirawat di RS


Pandan

22
3.1.7. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Penyakit yg pernah diderita keluarga : Tidak ada penyakit yang serius


yang diderita keluarga

2. Anggota keluarga yang meninggal : Ya, ada yaitu istri klien

3. Lingkungan keluarga dan komunitas : Lingkungan dan komunitas


klien agak kumuh

4. Perilaku yg mempengaruhi kesehatan : merokok

23
5. Genogram

KET :

= Laki –laki = Meninggal

= Perempuan = Cerai

= Klien = Garis keturunan

= Garis perkawinan

--------------:Tinggal serumah.

24
3.1.8. Riwayat / Keadaan Fisikososial
1. Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia, bahasa daerah
2. Persepsi pasien dgn penyakitnya : Faktor umur
3. Konsep diri
1. Gambaran diri ( Body image )
1. Tanggapan dengan tubuhnya : Klien merasa tubuhnya yang
Sekarang tidak seperti yang dulu
2. Bagian tubuh yang disukai : Klien menyukai seluruh
anggota tubuhnya
3. Bagian tubuh yang tidak disukai : Klien merasa menyukai
seluruh anggota tubuhnya
4. Persepsi tentang kehilangan tubuhnya : Klien tidak kehilangan anggota
tubuhnya
5. Identitas ( personal identinity )`3’
1. Status dalam keluarga : Sebagai kepala keluarga dan
Ayah dari 4 anak
2. Kepuasan terhadap status : Saat ini pasien tidak mampu
menjalankan statusnya sebagai sumi dan ayah
3. Kepuasan terhadap jenis kelamin : Klien merasa puas dengan jenis
kelaminnya
4. Peran
1. Tanggapan tentang perannya : Saat ini perannya digantikan
anak
2. Kemampuan melaksanakan perannya : Klien tidak mampu melakukan
perannya sebagai kepala keluarga dan ayah karena sakit yang
dideritanya.
3. Kepuasan melaksanakan perannya : Kurang puas karena tidak bisa
melakukan perannya seperti biasa
4. Ideal diri
1. Harapan pasien terhadap
1. Tubuhnya : Kembali seperti semula
2. Posisi ( Pekerjaan ) : Dapat melakukan peran
sebagai ayah
3. Status( keluarga ) : Bisa berkumpul bersama
4. Tugas / pekerjaan : Dapat bekerja kembali

25
Harapan pasien terhadap lingkungan
1. Sekolah : -
2. Keluarga : Dengan kondisi yang sekarang
klien berharap keluarga yang tenang
3. Masyarakat : klien berharap masyarakat
tidak berpikir negatif terhadap penyakitnya
4. Tempat / lingkungan kerja : klien berharap rekan kerjanya
tidak akan mengalami hal yang sama seperti yang klien rasakan
sekarang.
5. Harapan pasien terhadap penyakit dan tenaga kesehatan
Semoga cepat sembuh, dan tenaga kesehatan mampu mengobati
dengan baik.
6. Harga diri
Tanggapan pasien terhadap harga dirinya : Harga dirinya baik,
berhubung dengan penyakit yang pernah dialaminya wajar dan sudah
faktor umur.
4.Sosial
1. Hubunan dengan keluarga : Saat ini klien merasa
keluarganya masih peduli dengan dia ( klien ditemani oleh anak dan
menantunya )
2. Hubungan dengan pasien lain : Baik, klien sering kontak (
komunikasi ) dengan pasien lain.
3. Dukungan keluarga : Sangat kuat dan memberi
semangat
4. Reaksi saat interaksi : Dengan kontak mata

5. Spritual
1. Konsep tentang penguasa hidup : Agama yang dianutnya
2. Sumber kekuatan / harapan saat sakit : Allah Yang Maha Esa
3. Ritual agama yang dilakukan : Sholat 5 waktu
4. Kenyakinan terhadap kesembuhan :Yakin akan sembuh
5. Persepsi terhadap penyakitnya : Faktor Umur

1. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : CM ( compos mentis )

26
2. Tanda – tanda vital
1. TD : 130/70 Mmhg
2. HR : 80x/i ( Lokasi perhitungan Pada arteri radialis )
3. RR : 32x/i
4. Temp : 37,1 C ( Lokasi perhitungan pada axila )
5. TB : 160 Cm

Kepala

1. Bentuk : Kepala lonjong


2. Ubun – ubun : Ubun – ubun tertutup
3. Kulit kepala : Bersih
4. Nyeri kepala : Tidak ad nyeri kepala
5. Rambut
1. Penyebaran dan keadaan rambut : Merata pada seluruh kepala
2. Bau : Bau keringat
3. Warna : Putih merata
4. Wajah
1. Warna kulit : Sawo matang
2. Struktur wajah : Lonjong
3. Mata
1. Kelengkapan / kesimetrisan : Lengkap dan simetris
2. Pupil : Isokor kiri/kanan
3. Strabismus : Tidak ada
4. Refleks cahaya : Positif, klien merasa silau
bila terkena cahaya
5. Konjungtiva : Anemis karena kurang
darah Hb:9 gr%
6. Sklera : Ikterik (berwarna
kekuningan)
7. Palpera : Tidak edema pada palpebra
8. Pergerakan bola mata : Normal, kedua bola mata
dapat bergerak
9. Strabismus : Tidak ada strabismus
10. Tekanan bola mata : Tidak diukur

27
11. Ketajaman penglihatan : Klien tidak mampu
membaca
12. Hidung
1. Tulang hidung dan posisi septumnasi : Simetris
2. Mukosa : Pucat
3. Pernafasan cuping hidung : Pernafasan cuping
hidung
4. Ketajaman penciuman : Mampu membedakan bau
alkohol dengan jeruk
5. Telinga
1. Bentuk telinga : Simetris ( lengkap kiri dan
kanan )
2. Keluhan : Tidak ada keluhan pada
telinga
3. Ketajaman pendengaran : Normal ( klien dapat
mendengar suara jarum
detik jam dibelakang telinga )
4. Alat bantu : klien tidak menggunakan
alat bantu dengar
5. Mulut dan faring
1. Mulut : Kotor
2. Mukosa : Kering
3. Bibir : Simetris atas / bawah
4. Lidah : Kotor banyak bercak
5. Gigi : Ada karies pada gigi, gigi
tidak lengkap
6. Kebiasaan gosok gigi : Tidak teratur ( 1x/hari )
7. Tenggorokan : Tidak Sakit menelan

8. Leher
1. Pembesaran kelenjar thyroid : kelenjar tiroid tidak membesar
2. Pembesaran kelenjar limfe : Tak ada ditemukan
3. Peningkatan vena jugularis : Tak ada ditemukan
4. Denyut nadi karotis : Teraba dengan jelas
5. Integumen

28
1. Kebersihan : Bersih ( Dilap 2x/hari )
2. Kehangatan : Hangat
3. Warna : Agak pucat
penyinaran matahari
4. Turgor : Kurang ( > 2 detik )
5. Kelembapan : Kering
6. Edema : Tidak ada edema
7. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit
klien
8. Luka insisi : Tidak ada ditemukan
9. Payudara dan ketiak
1. Ukuran dan bentuk payudara : Simetris, ( Kiri dan kanan )
2. Warna payudara dan areola : Hitam kecoklatan
3. Axila dan klavicula : Normal tidak ada fraktur
4. Thorak / dada
1. Bentuk thorax : Normal dan simetris
2. Pemeriksaan thorax : Infiltrat
3. Pemeriksaan paru
1. Pola nafas : Tidak Teratur RR: 30x/i
2. Reaksi otot bantu nafas : ada, dengan cuping hidung
3. Perkusi thorax : sonor
4. Suara pernafasan : Ronci
5. Taktil premitus : Sama kiri / kanan
6. Keluhan : batuk produktif
1. Sesak nafas : Dipsnea
2. Saat : Berbaring
3. Tindakan yang mengurangi :setengah duduk / semi
fowler
4. Alat bantu napas :Oksigen 2-5 L / i

29
5. Pemeriksaan jantung
1. Nyeri dada : ya, ada nyeri dada saat
batuk
2. Irama jantung : Reguler dengan S1 dan S2
Mur mur gallop (-)
3. Pulsasi : Kuat
4. Bunyi jantung : S1 :Lup `
S2 : Dup
5. Abdomen
1. Bentuk abdomen : Soepel
2. Benjolan / massa : Tidak ada terdapat massa
3. Spidernevi : Tidak ada terdapat garis – garis
spidernevi
4. Peristaltik usus : 16x/i
5. Nyeri tekan : Tidak ada
6. Ascites : Tidak ada ascites
7. Hepar : Tidak teraba
8. Ginjal : Tidak teraba
9. Lien : Tidak teraba
10. Suara abdomen :timpani
6. Kelamin dan genetalia (klien tidak bersedia diperiksa)
1. Genetalia
1. Bentuk alat kelamin : Klien tidak bersedia diperiksa
2. Rambut pubis : Klien tidak bersedia diperiksa
3. Lubang uretra : Klien tidak bersedia diperiksa
4. Kelainan : Klien tidak bersedia diperiksa
5. Anus dan perineum
1. Lubang anus : Klien tidak bersedia
diperiksa
2. Kelainan pada anus : Klien tidak bersedia
diperiksa
3. Perineum : Klien tidak bersedia
diperiksa

30
4. Muskuloskletal / Ekstremitas atas dan bawah
1. Kesimetrisan otot :simetris kiri / kanan
2. Kemampuan gerak sendi :bebas
3. Kekuatan otot : 1 2 3 4 5 12345
12345 12345
d. fraktur : tidak ada
e. edema : tidak ada edema
f. sianosis : tidak ada

10.Neurologis
Kesadaran : Compos mentis

31
PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK

1. Diagnosa medis : Haemaptoe Escause TB Paru


2. Pemeriksaan diagnostik/ penunjang
1. Laboratorium
No Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal
1 26 - 4 – 2018 Eritrosit 7 – 10 <3
Leukosit 1–2 <5
Ureum 31 mg/dl 10 – 50 mg/dl
Natrium 1,39 meg/dl 1,35 – 1,55 meg/l
Kalium 3,8 meg/l 3,6 – 5,5 meg/l
Hemoglobin 9gr % 14-16 gr %

AGDA
PH 7,90
PCo2 35,5 mmHg 7,35-7,45
Po2 99,4 mmHg 38-42 mmHg
CO2 22,3 mmol/L 85-100mmHg
BikarbonatHco3 23,4mmol/L 22-26mmol/L
Basa (BE) -1,9mmol/L 19-25mmol/L
Saturasi O2 76,6% (-2 –(+2)mmol/L
95-100%

2. Radiologi
1. Tanggal : 26 april 2018
2. Jenis : PA Thorax
3. Hasil : Infiltrat

32
1. PENATALAKSANAAN / TERAPI

NO NAMA OBAT DOSIS FUNGSI EFEK SAMPING

1 IVFD Ringer Laktat 20 tts Mengembalikan Panas, infeksi pada


keseimbangan tempat penyuntikan
elektrolit pada
dehidrasi.

Mual, gangguan GI
2 Inj. Cefotaxime Antibiotic
1000mg
1 gr / 12 jam
Mua

3 Untuk
Vit K menghentikan
1AMP/12
perdarah.

Rasa ngantuk
Mengurangi rasa
4 nyeri.
Ketorolak
30gr/8jam
Pusing.
Tukak lambung

5
Ranitidine
50gr/8jam

33
3.2.ANALISA DATA

No Pengkajian Etiologi Masalah


1 DS : Slarang primer Bersihan jalan napas
1. klien mengatakan bahwa ia tidak efektif
lemas dan sesak (+) Tubercel
2. klien mengatakan bahwa ia
batuk dan mengeluarkan Tuberculosis Primer
darah
DO : Peradangan Pleura
3. Klien tampak lemah dan
sesak Produksi sekret
4. Pada saat batuk klien
mengeluarkan darah Sputum Meningkat
volumenya + 3 cc,
konsistensi: kental
5. RR : 32 x/i
6. Oksigen : 2-5L/i Sputum
kental
7. Dipsnoe
Data penujang
8. Hasil photo tórax: infiltrat
2 DS : Produksi sekret Nyeri

1. Klien mengatakan
bahwa dia nyeri dada
Sputum meningkat
2. Klien mengatakan
bahwa ia merasa sakit
pada daerah dada Rangsangan meningkat
setiap kali batuk

Kerusakan dinding
DO : alveolus

3. Skala nyeri (0-10) adalah 7


4. Klien tampak meringis

34
kesakitan
5. Klien tampak gelisah
6. HR: 96x/i
7. Pada saat batuk klien melihat
dadanya yang nyeri

3 DS : Micobacterium
tuberculosis
8. Klien mengatakan Resiko tinggi
lemas dan suhu tubuh Bersin terhadap pertukaran
meningkat gas.
Doplet/infektion
9.

10. Klien mengatakan


panasnya naik turun
Menyebar ke udara

DO :
Terhisap masuk ke paru
11. Suhu tubuh klien meningkat
paru melalui hidung
12. Suhu :38 c
13. Klien tampak gelisah
Data Penunjang
14. Eritrosit meningkat
15. Eritrosit:7-10

35
3.3.Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum yang
banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat sputum
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus ditandai dengan klien
mertingis kesakitan dan skala nyeri 7.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi

36
3.4.Rencana Asuhan Keperawatan
No Dx. Keperawatan Tujuan / Kriteria Intervensi dan Rasionalisasi
Hasil

1 Tidak efektifnya bersihan Dalam waktu 3 x 24 Mandiri :


jalan napas berhubungan jam diharapkan
1. Kaji fungsi pernapasan
dengan produksi sputum dengan
Rasional : penurunan bunyi
yang banyak, secret yang dilakukannya
napas dapat menunjukkan
kental ditandai dengan intervensi
ronkhi dan atelektasis
keperawatan berikut
DS :
2. Catat
maka bersihan jalan kemampuan untuk
16. klien mengatakan bahwa napas klien efektif mengeluarkan mucosa, batuk
ia lemas dan sesak efektif, volume sputum dan
17. klien mengatakan bahwa hemoptisis
ia batuk dan Kriteria hasil : Rasional : pengeluaran sulit
mengeluarkan darah bila sekret tabal, sputum
1. Volume sputum
DO : darah kental, atau darah
berkurang atau
segar diakibatkan oleh
18. Klien tampak lemah dan (-)
kerusakan paru atau luka
sesak 2. Bunyi napas normal
bronkial
19. Pada saat batuk klien
3. Sputum dapat
mengeluarkan darah dikeluarkan 3. Berikan posisi semi fowler
20. TD : 110 / 70 mmHg melalui batuk Rasional : posisi
21. HR : 90 x/i efektif memaximalkan expansi paru
22. RR : 32 x/i 4. Dispnea (-) dan menurunkan upaya
23. Sputum kental pernapasan

4. Bersihkan sekret dari mulut dan


trakea
Rasional : mencegah
obstruksi, penghisapan dapat
dilakukan bila pasien tidak
mampu mengeluarkan sekret

Kolaborasi :

37
1. Lembabkan udara / oksigen
inspirasi
Rasional : mencegah
pengeringan membran
mukosa, membantu
pengenceran sekret

2. Berikan obat agen mukolitik


Rasional : agen mukolitik
menurunkan kekentalan
sekret paru untuk untuk
memudahkan pemberitahuan

3. Beri obat Vit K

Rasional:untuk mengurangi
perdarahan

2 Nyeri berhubungan Dalam waktu 3 x 24 Mandiri :


dengan kerusakan jam diharapkan
1. Kaji skala nyeri
dinding alveolus dengan
Rasional : untuk mengetahui
ditandai dengan dilakukannya
sejauh mana tingkat nyeri nya
intervensi
DS :
keperawatan berikut 2.Lakukan teknik menejemen
4. KLien mengatakan bahwa maka kerusakan nyeri:Teknik napas dalam.
ia merasakan nyeri pertukaran gas tidak Rasional: untuk mengurangi rasa
pada dadanya terjadi. nyeri.
5. Klien mengatakan bahwa
3.Evaluasi perubahan pada
ia merasa sakit pada
tingkat kesadaran
daerah dadanya setiap Kriteria hasil :
Rasional : Membuat tahanan,
kali batuk
1. Nyeri berkurang mencari udara luas untuk
DO :
2. RR normal 16 – 20 mencegah kolaps
6. Skala nyeri yang x/i
2. Tingkatkan tirah baring
dirasakan klien ( 0-10
3. Nyeri (-)
dan batasi aktifitas dan
) adalah 7 4. HR normal (60 – 80)
bantu aktifitas perawatan
7. Klien gelisah
diri sesuai keperluan
8. Pada saat batuk terlihat

38
klien memegang Rasional : menurunkan
daerah dadanya yang konsumsi O2 / kebutuhan
nyeri selama periode penurunan
9. RR : 32 x/i pernapasan dapat menurunkan
10. HR : 96 x/i beratnya gejala.

Kolaborasi :

1. Berikan oksigen tambahan


yang sesuai
Rasional : alat dalam
memperbaiki hipoksemia
yang dapat terjadi sekunder
terhadap penurunan ventilasi
paru

2. Awasi GDA / nadi oksimetri


Rasional : penurunan
kandungan pCO2 atau
peningkatan pCO2
menunjukkan kebutuhan
untuk intervensi / perubahan
program terapi.

3 Resiko tinggi infeksi Dalam waktu 3 x 24 Mandiri


berhubungan dengan jam diharapkan
1.kaji patologi penyakit atau
inflamasi
1.Suhu tubuh klien penyebab infeksi
DS: normal
R/ membantu klien menyadari
1. Klien mengatakan 2.infeksi tidak bahwa pentingnya prosedur
bahwa suhu tubuhnya terjadi pengobatan.
meningkat
3. klien tidak 2.Identifikasi orang lain yang
2. Klien mengatakan gelisah. beresiko
bahwa panasnya naik
R/ Orang- orang yang terpajan
turun
ini perlu program terapi obat

39
untuk mencegah penyebaran/
terjadinya infeksi
DO:
3.Kaji tindakan konrtol infeksi
1. Suhu tubuh klien
sementara
meningkat
R/ Dapat membantu menurunkan
2. Suhu: 38 c
rasa terisolasi pasien dan
3. Klien tampak membuang stigma sosial
gelisan sehubungan dengan penyakit
menular.
4. Eritrosit
meningkat 4.Awasi suhu sesuai indikasi

5. Eritrosit 7-10 R/ Reaksi demam indikator


adanya infeksi lanjut.

Kolaborasi:

1.berikan obat infeksi

Contoh: obat utama : Isoniazid /


INH, etambutol, rifamfin

R/ untuk infeksi pada risiko


terjadi infeksi

2.Awasi pemeriksaan lab

Contoh: hasil usap sputum

R/ untuk mengetahui
penyembuhan penyakit.

40
Nama Pasien : Tn. U

Ruangan : FLAMBOYAN

3.5.Catatan perkembangan : Jumat, 27 APRIL 2018

Dx. Waktu Implementasi Evaluasi


Keperawatan

Tidak efektifnya Mandiri : S : klien mengatakan bahwa ia


bersihan jalan masih merasa sesak oleh
09.00 1. Mencatat fungsi
napas karena batuknya, klien
Wib pernapasan
berhubungan mengatakn masih ada sekert
Hasil : irama tidak
dengan produksi pada jalan napasnya
teratur, nafas cepat
sputum yang
dan dangkal, RR 32 O : Klien sesak, RR : 32 x/i,
banyak, secret
x/i ( Normal 16 – 20 sputum (+), iaram tidak teratur
yang kental
x/i)
ditandai dengan A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
DS :
2. Mencatat Mandiri :
6. klien mengatakan
kemampuan untuk
bahwa ia 1. Kaji fungsi pernapasan
mengeluarkan
lemas dan 09.10 2. Catat kemampuan untuk
mucosa, batuk
sesak Wib mengeluarkan mucosa, batuk
efektif, volume
7. klien mengatakan efektif, volume sputum dan
sputum dan
bahwa ia hemoptisis
hemoptisis
batuk dan 3. Berikan posisi semi fowler.
Hasil : klien mampu
mengeluarka 4. Bersihkan sekret dari mulut
batuk efektif
n darah dan trakea.
DO :
Kolaborasi :
8. Klien tampak 3. Memberikan posisi
lemah dan semi fowler 5. Lembabkan udara / oksigen
sesak Hasil : klien mampu inspirasi.
9. Pada saat batuk berbaring dalam
klien posisi semi fowler,
mengeluarka
n darah 09.20

41
10. TD : 110 / 70 Wib 4. Membersihkan
mmHg sekret dari mulut
11. HR : 90 x/i dan trakea
12. RR : 32 x/i Hasil : sekret dapat
13. Sputum kental keluar sebagian,
pada rongga mulut
klien bagian dalam
masih terdapat
sekret.
09.30
Wib
Kolaborasi :

1. Melembabkan udara
deng`an
09.40 pemberian O2 /
oksigen inspirasi
Wib
Hasil : membran
mucosa lembab

09.50
wib
klien diberikan
obat Vit K.

Batuk tetep
bercampur darah.

Berikan obat

2.Nyeri Mandiri: S : klien mengatakan nyeri pada


berhubungan dadanya sudah berkurang.
10.00 1.Mengkaji skala nyeri
dengan kerusakan
Wib (1-10 ) O:Skala nyeri 5.
dnding alveolus

42
DS: Hasil : 7 HR:86x/i

1.klien 10.10 2.Lakukan tindakan A: masalah sebagian teratasi


mengatakan wib menejemen nyeri :
P: intervensi di lanjutkan.
bahwa ia teknik nafas dalam
merasakan nyeri Mandiri:
Hasil: masih nyeri
pada dadanya 10.20
1.kaji skala nyeri
Wib 3.Mengevaluasi
2.klien
perubahan pada tingkat 2.lakuakan tindakan menejemen
mengatakan
kesadaran nyeri
bahwa
10.30
Hasil: kesadaran 3.mengevaluasi perubahaqn pada
ia merasa sakit Wib
compos mentis. tingakat kesadaran
pada daerah
dadanya setiap 4. memberikan posisi yang
kali batuk. 10.40 nyaman
4.memberikan posisi
wib
DO: yang nyaman. Kolaborasi:

1.Skala nyeri Hasil: nyeri berkurang 1. memberikan obat analgesik.


yang dirasakan
Kolaborasi:
klien 7
Memberikan obat
2.Pada saat batuk
analgetik
klien terlihat
memegang Ketorolax 1 amp/8 jam
daerah dadanya
Hasil: nyeri berkurang.
yang nyeri.

3. HR: 96x/i

3.Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan inflamasi.

43
DS:

1.Klien
mengatakan
11.00
lemas dan suhu
wib
tubuh meningkat

2.klien
mengatakan
panasnya naik
11.10
turun. Mandiri:
wib
DO: 1.Kaji tanda – tanda
penyebab infeksi
1.Suhu tubuh
klien meningkat Hasil : infensi beresiko
S:klien mengatakan suhunya
tinggi
2.Suhu 38 c berkurang
11.30 2.Mengkaji patologi
3.Klien tampak O:Suhu tubuh berkurang
penyakit atau
gelisah Wib
penyebaran infeksi Hasil: 37C
4.Eritrosit
Hasil: klien menyadari A: Masalah sebagian teratasi
meningkat
11.40 perlunya mematuhi
P: Intervensi dilanjutkan di
5.Eritrosit 7-10 program pengobatan.
Wib Rindu A 2.
3.Mengawasi suhu
Mandiri:
sesuai indikasi
12.00 1.kaji penyebab infeksi
Hasil: suhu turun
Wib 2.Mengkaji patologi penyakit
Kolaborasi
atau penyebaran infeksi.
1.membri obat anti
3.Mengawasi suhu sesuai
inflamasi
indikasi
Hasil: suhu berkurang
Kolaborasi
2.Memberikan obat
1.Memberi obat anti inflamasi
antibiotik
2.Memberikan obat antibiotik.

44
Hasil : belum teratasi

45
BAB 4

PEMBAHASAN

Setelah kelompok selesai melakukan Asuhan Keperawatan pada Th.P dengan


“TUBERKULOSIS PARU‘’ diruang FLAMBOYAN RSUD PANDAN, penulis akan
membahas kesenjangan yang terdapat pada teoritis dan tindakan kasus.
Pada tahap ini pembahasan dapat meliputi tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelakasanaanserta evaluasi.

4.1.Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis melakukan anamnese terhadap pasien dan
keluarga yang meliputi riwayat kesehatan klien dimasa lalu sekarang serta dan
keadaan fisiko sosial pasien. Pada tahap ini penulis juga melakukan pemeriksaan fisik
mulai dari vital sign, anamnese serta pola kebiasaan sehari – hari yang meliputi pola
tidur, eliminasi, makan / minum, personal gygiene dan pola kegiatan / aktivitas. Pada
tahap pengkajian ini pula penulis menyertakan beberapa pemeriksaan penunjang atau
diagnostik serta penatalaksanaan dan terapi.
Setelah mendaptkan data – data dari pengkajian diatas, maka penulis
menggolongkan data tersebut kedalam data subjektif dan objetif, selanjutnya penulis
menganalisa data tersebut dan kemudian menegakkan diagnosa keperawatan pada
kasus Tn.U
Dalam hal ini penulis sangat berterima kasih kepada klien dan keluarga yang
banyak membantu dalam proses pengkajian tersebut.
Pada landasan teoritis diperoleh data sebagai berikut :
1. Aktivitas / Istirahat
Klien lemah, nyeri tidak mampu beraktivitas atau bekerja, depresi, serta gangguan
konsentrasi.
2. Sirkulasi
Klien memiliki riwayat hipertensi, takikardi.
3. Integritas ego
Klien tampak stress, ansietas, pekarangsang, serta emosi tidak stabil
4. Eliminasi
Klien tidak mengalami diare.
5. Makanan / cairan

46
Klien mengalami hilang nafsu makan batuk yang mengeluarkan sekret dan darah
serta penurunan berat badan.
6. Neurosensori
Klien kesemutan, pusing, dan kelemahan tonus otot, peka rangsang dan adanya
cemas
7. Penyuluhan dan pembelajaran
Berdasarkan pengkajian tersebut diatas penulis tidak menemukan adanya faktor
resiko terjadinya Tuuberkulosis paru

4.2.Diagnosa keperawatan
Dalam tahap diagnosa keperawatan ini penulis menemukan kesenjangan antara
landasan teoritis dengan tinjauan kasus. Adapun diagnosa keperawatan yang
didapat pada tinjauan teoritis adalah :
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum
yang banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat
sputum
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi.
Diagnosa ini tidak diangkat oleh penulis dikarenakan pada saat melakukan
pengkajian
tidak ditemukan adanya keluhan dan masalah klien yang berhubungan dengan
diagnosa diatas.

4.3.Intervensi
Pada tahap perencanaan untuk diagnosa nyeri tidak ditemui kesenjangan antara
teori dengan kasus, dimana semua intervensi yang ada pada kasus mengacu pada
kasus.
Untuk diagnosa resiko tinggi terjadinya inflamasi/ infeksi, terdapat intervensi
yang ada diteori namun
qw tidak terdapat pada kasus yaitu :
1. Evaluasi replesi secara periodik, observasi adanya peka rangsang, misalnya :
1. Gerakan tersentak
2. Adanya kejang
3. Prestesia

47
4.4.Implementasi
Pada tahap implementasi untuk diagnosa nyeri semua intervensi yang ada
pada rencana asuhan keperawatan mampu di implementasikan pada klien.
Untuk diagnosa resti terjadinya cidera / infeksi terdapat intervensi yang ada
pada rencana asuhan keperawatan namun tidak dapat di implementasikan pada klien
yaitu : Evaluasi replesi secara periodik, observasi adanya peka rangsang misalya ,
gerakan tersentak , adanya kejang, prestesia berhubung karena klien sadar total ( CM
).
Pada diagnosa kerusakan komunikasi verbal semua intervensi yang terdapat
pada teori di implementasikan pada klien. Hali ini dapat dilakukan karena
ketersediaan klien untuk terlibat dalam proses keperawatan serta adanya dukungan
darib keluarga.

4.5. Evaluasi
Hasil evaluasi keperawatan terhadap Tn.P dilakukan selama 1 hari namun
tidak terlalu menunjukkan adanya kemajuan. Diantara ketiga diagnosa tersebut belum
ada yang teratasi karena pasien dioper keruangan RA 2.

48
BAB 5
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Tn. P di ruang IGD RSUP HAM
Medan pada tanggal 13 September 2012, diketahui bahwa klien mengalami gangguan
aktivitas / istirahat dimana klien lemah, sulit istirahat, integritas ego klien terganggu
dimana klien sering labil (emosi), makanan dan cairan, klien kehilangan nafsu makan
karena batuk berdahak dan bercampur darah, neurosensorinya terjadi kelemahan otot
dan tidak terdapat faktor resiko keluarga terhadap kasus yang sama
2. Diagnosa
1. Berdasarkan data diatas maka dirumuskan diagnosa sebagai berikut :
Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum
yang banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak, terdapat
sputum
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinding alveolus
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inflamasi
3. Intervensi

Pada diagnosa Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan


produksi sputum yang banyak, secret yang kental ditandai dengan lemah, sesak,
terdapat sputum. Semua intervensi pada rencana asuhan keperawatan dari diagnosa
diatas dapat dilaknakan dengan baik. Sedangkan pada diagnosa resiko tinggi b/d
proses pembedahan terdapat intervensi yang tidak dapat dilaksanakan dikarenakan
klien mampu/ sadar total.

4. Implementasi
1. Implementasi dapat dilakukan dengan baik walaupun tidak semua asuhan
keperawatan dapat direncanakan.
2. Partisifasi keluarga dan klien sangat mendukung dalam melakukan asuhan
keperawatan sekaligus terlaksananya implementasi keperawatan.
3. Adanya kerjasama yang baik antara perawat ruangan dengan tim kesehatan lainnya
mendukung terlaksananya implementasi keperaawatan dengan baik.

49
5. Evaluasi
Tidak ada diagnosa keperawatan yang dapat diatasi karena klien dioperkan
keruangan rawat inap yaitu Rindu A 2.
Saran
1. Bagi Keluarga
Tetap memberi dukungan / dorongan dan semangat pada pasien dalam menghadapi
penyakitnya.
2. Bagi Perawat
Diharapkan meningkatkan kemampuan dalam mengimplementasikan asuhan
keperawatan pada klien dengan diagnosa “Tuberkulosis paru“.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Menanbah ilmu pengetahuan dan keterampilan pada khususnya penerapan
asuhankeperawatan klien dengan diagnosa “Tuberkulosis paru
4. Bagi Intalasi RS
Perlu meningkatkan SDM perawat khususnya dalam pengadaan pelatihan tentang
perawatan Tuberkulosis paru dan menyediakan prosedur perawatan :Tuberkulosis
paru “ pada setiap klien.

50
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN KEBUTUHAN OKSIGEN
DI RUANG IGD RSUD PANDAN TAHUN 2018

Nama : Ny. R
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl masuk RS : 10 – 05 - 2018
Diagnosa Medis : Tb Paru
No. Rekam Medis : 06.85.38

U. DATA FOKUS
Data Subjektif :
Keluhan utama : Pasien mengatakan sesak napas. Pasien datang ke RSUD
pandan jam 10.00 WIB dengan keluhan batuk- batuk ± 1 bulan, batuk
bercampur darah, nyeri pada dada dan tenggorokan.
Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan belum pernah masuk rumah
sakit dengan keluhan dan penyakit yang sama. Pasien sebelumnya hanya
berobat rawat jalan dirumah sakit dengan penyakit yang sama.

Data Objektif :
- Sens : CM
- TD :140 / 90 mmHg.
- Pulse : 80 x/i.
- RR : 26 x/i.
- T : 36,8℃
- GCS : E : 4, M : 6, V : 5.

51
Pemeriksaan Fisik :
Rambut : Bersih
Kulit Kepala : Bersih
Konjungtiva : Anemia
Sklera : Ikterik
Hidung : Tidak ada polip
Gigi : Lumayan kotor
Leher : Tidak ada peningkatan vena jugularis, tidak terjadi pembengkakan
kelenjar tiroid
Dada : Simetris

Pemeriksaan Diagnostik :
HB/LEU
Ur
EKG
Foto Thorax

Terapi yang diberikan :


1. Ranitidin 3 x 250 mg
2. Cepotaxime 3 x 1 gr
3. IVFD Nacl 20 qtt/i

V. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d adanya penumpukan secret
2. Resiko infeksi b/d adanya pintu masuk mikroorganisme sekunder terhadap
pemasangan infus

W. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1 :
1. Kaji pola napas, kedalaman, dan frekuensi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
3. Anjurkan pasien untuk minum air hangat
4. Berikan posisi semi fowler
5. Berikan terapi sesuai yang dikasih

52
Diagnosa 2 :
1. Kaji tanda – tanda infeki
2. Kaji monitor tetsean infus
3. Berikan terapi antibiotik sesuai yang dikasih dari dokter

X. IMPLEMENTASI
Seorang perawat mengkaji keluhan pasien pada pukul 20.30 dengan
memonitoring TTV serta mengajarkan pasien untuk teknik batuk efektif dan
menganjurkan untuk banyak minum air hangat.

Y. EVALUASI
S : Pasien mengatakan masih batuk berdarah
O : Pasien masih terlihat batuk
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

53
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN MOBILITAS FISIK
DI RUANG IGD RSUD PANDAN TAHUN 2018

Nama : Tn. S
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Tgl masuk RS : 10 – 05 - 2018
Diagnosa Medis : Stroke
No. Rekam Medis : 06.86.39

Z. DATA FOKUS
Data Subjektif :
Keluhan utama : Pasien tiba di IGD diantar oleh anaknya mengeluh anggota
gerak ekstremitas kanan ,kesemutan badan sebelah ,bicara sulit dirasakan
secara tiba-tiba setelah bangun tidur kurang lebih 2 hari yang lalu
Data Objektif :
- Sens : CM
- TD :160 / 90 mmHg.
- Pulse : 64 x/i.
- RR : 20 x/i.
- T : 36,2℃
- GCS : E : 4, M : 6, V : 5.

Pemeriksaan Fisik :
Bentuk kepala : lonjong
Rambut : Bersih
Konjungtiva : Anemia
Sklera : Ikterik
Leher : Tidak ada peningkatan vena jugularis, tidak terjadi pembengkakan
kelenjar tiroid
Pemeriksaan Diagnostik :
- HB/LEU
- Ur
- KGD

54
Terapi yang diberikan :
4. IVFD RL 20 qtt/i
5. Citicolin 2 x 500mg
6. Piracetam 3 x 3 gr
7. Ranitidin 2 x 1
8. Ceftriaxone 2 x 1 gr
9. Furosemide 1 x 1

AA. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan mobilitas fisik b/d hemiparase/hemiplegia

BB. INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa 1 :
6. Ubah posisi klien setiap 2 jam
7. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang
tidak aktif
8. Tinggikan kepala dan tangan
9. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik

CC. IMPLEMENTASI
Mempertahankan kekuatan dan fungsi bagian yang terkena/kompensasi dan
mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
serta mempertahankan intergritas kulit.

DD. EVALUASI
S : Klien mengatakan bagian badan sebelah kanan sulit di gerakan
O : klien tampak lemas
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

55
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DYSPEPSIA DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN NUTRISI
DI RUANG IGD RSUD PANDAN TAHUN 2018

Nama : Ny. S
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl masuk RS : 13 – 05 - 2018
Diagnosa Medis : Dyspepsia tipe like ulcer
No. Rekam Medis : 06.77.07

EE. DATA FOKUS


Data Subjektif :
Keluhan utama : Pasien tiba di IGD di antar oleh keluarga dengan keluhan
nyeri ulu hati ,dialami sejak 3 hari yang lalu,nyeri dirasakan jika pasien
terlambat makan.BAB encer terakhir 5x /hari
Data Objektif :
- Sens : CM
- TD :160 / 70 mmHg.
- Pulse : 100 x/i.
- RR : 22 x/i.
- T : 36,3℃
- GCS : E : 4, M : 6, V : 5.

Pemeriksaan Fisik :
Bentuk kepala : Normachepali
Rambut : Bersih
Konjungtiva : Anemia,pupil isokor
Sklera : Ikterik
Leher : Tidak ada peningkatan vena jugularis, tidak terjadi pembengkakan
kelenjar tiroid
Abdomen:Soepel,nyeri tekan epigastrium

56
Pemeriksaan Diagnostik :
- DR
- KGDS
- Urine/Cr
- Elektrolit
Terapi yang diberikan :
10. IVFD NaCL 0,9% 10 qtt/i
11. Inj.OMZ 40 mg
12. Inj.Metclopramide 1 amp
13. Sucralfat syr 3c III
14. Valsartan 1x80 mg
15. Inj.Furosemide 1amp

FF. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.Nyeri epigastrium b/d iritasi pada mukosa lambung

GG. INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa 1 :
1. Kaji tingkat nyeri (skala 0-10)
2. Kemajuan pengobatan
3. Berikan istirahat tidur semi fowler
4. Pantau TTV
HH. IMPLEMENTASI
Pada saat jam waktunya perawat memantau TTV dan memantau skala nyeri
serta mengkolaborasi pemberian obat sesuai instruksi dari dokter.

II. EVALUASI
S : Klien mengatakan nyeri ulu hati
O : Skala nyeri 3
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

57
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTROENTERITIS AKUT
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NUTRISI
DI RUANG IGD RSUD PANDAN TAHUN 2018

Nama : An.I
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl masuk RS : 09 – 05 - 2018
Diagnosa Medis : Ge akut
No. Rekam Medis : 06.86.09

JJ. DATA FOKUS


Data Subjektif :
Keluhan utama : Pasien datang ke IGD bersama orangtua nya dengan
keluhan muntah mencret dialami sejak k± 3 hari yang lalu
Data Objektif :
- Sens : CM
- TD :-.
- Pulse : 110 x/i.
- RR : 20 x/i.
- T : 37℃
- GCS : E : 4, M : 6, V : 5.

Pemeriksaan Fisik :
Bentuk kepala : Normachepali
Rambut : Bersih
Konjungtiva : Anemia,pupil isokor
Sklera : Ikterik
Leher : Tidak ada peningkatan vena jugularis, tidak terjadi pembengkakan
kelenjar tiroid
Abdomen:Soepel,nyeri tekan epigastrium
Pemeriksaan Diagnostik :
DR

58
Terapi yang diberikan :
1. Paracetamol 500 mg 3x 1 tab
2. Antasida 500 mg
3. Cotrimoksazole 240 mg 3x1 tab
KK. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Resiko tinggi terhadap defisit volume cairan b/d kehilangan sekunder
terhadap muntah dan diare

LL. INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa 1 :
1. Jelaskan pada pasien tentang penyakit penyebab nyeri kaji tinggi nyeri
2. Kaji tinggi nyeri
3. Ajarkan teknik untuk pernafasan
4. Beri aktivitas hiburan
5. Berikan kompres dingin
6. Pantau TTV
MM. IMPLEMENTASI
Pasien dibawa keluarga pasien dengan menggunakan sepeda motor keruang
IGD RSUD Pandan.Keluarga pasien membawa perawat untuk mengangkat
pasien ketempat tidur .Dokter dan perawat melakukan pengkajian .Dokter
dibantu oleh perawat melakukan tindakan pemeriksaan fisik.Dokter
mengintruksikan perawat untuk melakukan tindakan pemasangan infus
dengan cairan RL sebanyak 10 tts.
NN. EVALUASI
S : Klien mengatakan nyeri ulu hati
O : Skala nyeri 3
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

59
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian)
hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian
epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8 – 28,6 % penduduk yang
berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih
banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain
dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan
resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga,
merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Ditinjau perbandingan antara perempuan dan laki-laki, ternyata perempuan lebih
banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka
prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk perempuan. Prevalensi di Sumatera
Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta
(Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% perempuan.
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada pada kembar monozigot
(satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang
mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah
tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya
berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala
hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya.

60
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan keperawatan pada seorang Klien dengan
Hipertensi.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien Hipertensi
b. Mampu merumuskan Diagnosa pada pasien Hipertensi
c. Mampu merumuskan rencana keperawatan pada pasien Hipertensi
d. Mampu melaksanakan implementasi pada pasien Hipertensi
e. Mampu melaksanakan evaluasi pada pasien Hipertensi

C. Manfaat
1. Bagi Profesi Keperawatan
Memberi masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmukeperawatan dan
profesi keperawatan yang profesional.

2. Bagi Pasien
Agar pasien dan keluarga mampu mengetahui tentang penyakit Hipertensi
cara merawat keluarga dengan Hipertensi serta mampu mencegah komplikasi yang
bisa terjadi pada penderita Hipertensi.

3. Bagi Penulis
Karya Tulis Ilmiah ini sebagai dasar melakukan asuhan keperawatan serta
menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan penulis sebagai perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien khususnya Hipertensi.

61
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. TINJAUAN TEORITIS MEDIK

2.1.1 Defenisi

Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih


besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar
95 mmHg (Kodim Nasrin, 2007 ).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana


tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2007).

Hipertensiadalahtekanandarahsistolik>140 mmHg
dantekanandarahdiastolik>90 mmHg, ataubilapasienmemakaiobatantihipertensi.

2.1.2 Etiologi

Etiologi pada hipertensi primer / essensial tidak diketahui namun factor dari
hipertensi primer antara lain :

1. Usia antara umur 30-40 tahun


2. Jenis kelamin atau seks : pria paling banyak
3. Keturunan 75%
4. Obesitas atau kegemukan
5. Konsumsi garam yang berlebihan, lemak berlebih, dan tinggi kalori

Etiologi pada hipertensi sekunder :

1. Endokrin
2. Ginjal

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.

62
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

 Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport


Na.
 Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkantekanan darah meningkat.
 Stress Lingkungan.
 Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua
sertapelabaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Hipertensi Esensial (Primer)


Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.

2. Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan


kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

2.1.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :


a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2006 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang


menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak
nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

63
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas

64
PATWAY

65
2.1.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :

1. Pemeriksaan yang segera seperti :


a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
j. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
k. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada
area katup, pembesaran jantung.

66
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab,
CAT scan.
e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien

2.1.5 Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas


akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat è Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok

67
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu.
g. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

68
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh


1). Obat ke-2 diganti
2). Ditambah obat ke-3 jenis lain

d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya


1). Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2). Re-evaluasi dan konsultasi
3). Follow Up untuk mempertahankan terapi.

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan


komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan
cara pemberian pendidikan kesehatan.

69
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan adalah sebagai berikut :
1) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan
darahnya
2) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya
3) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
4) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan
darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui
dengan mengukur memakai alat tensimeter. Penderita tidak boleh
menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu.Sedapat mungkin tindakan
terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita. Ikut sertakan keluarga penderita
dalam proses terapi
5) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga
dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
6) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari
atau 2 x sehari
7) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping
dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
8) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti
obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
9) Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
10) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
11) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
12) Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan
pelaksanaan pengobatan hipertensi.

70
2.2 TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian

a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
1. Kelemahan
2. Letih
3. Napas pendek
4. Gaya hidup monoton
Tanda :
1. Frekuensi jantung meningkat
2. Perubahan irama jantung
3. Takipnea

b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /
katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
1) Kenaikan TD
2) Nadi : denyutan jelas
3) Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
4) Bunyi jantung : murmur
5) Distensi vena jugularis
6) Ekstermitas (Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi
perifer), pengisian kapiler mungkin lambat)

c. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
a. Letupan suasana hati
b. Gelisah
c. Penyempitan kontinue perhatian
d. Tangisan yang meledak
e. Otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
f. Peningkatan pola bicara

71
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal )

e. Makanan / Cairan
Gejala :
a) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
dan kolesterol
b) Mual
c) Muntah
d) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
a) BB normal atau obesitas
b) Edema
c) Kongesti vena
d) Peningkatan JVP
e) Glikosuria

f. Neurosensori
Gejala :
a) Keluhan pusing / pening, sakit kepala
b) Episode kebas
c) Kelemahan pada satu sisi tubuh
d) Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
e) Episode epistaksis
Tanda :
a) Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
(ingatan )
b) Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
c) Perubahan retinal optik

72
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
a. Nyeri hilang timbul pada tungkai
b. Sakit kepala oksipital berat
c. Nyeri abdomen

h. Pernapasan
Gejala :
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
b. Takipnea
c. Ortopnea
d. Dispnea nocturnal proksimal
e. Batuk dengan atau tanpa sputum
f. Riwayat merokok

Tanda :
a. Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
b. Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
c. Sianosis

i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien

j. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
a) Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal
b) Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
c) Penggunaan obat / alkohol

73
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Resikotinggiterhadappenurunancurahjantung berhubungan
denganpeningkatanafterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler,
iskemiamiokard
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi
yang diderita klien

2.2.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
1 Risiko tinggi  Cardiac 1. Pantau TD. 1. Perbandingan
terhadap Pump Ukur pada dari tekanan
penurunan effectivenes kedua memberikan
curah jantung s tangan gambaran yang
berhubungan  Circulation untuk lebih lengkap
dengan Status evaluasi tentang
peningkatan  Vital Sign awal keterlibatan
afterload, Status masalah vaskular.
vasokonstriksi, Kriteria Hasil: 2. Catat Hipertensi berat
hipertrofi/rigidi o Tanda Vital keberadaan, diklasifikasikan
tas ventrikuler, dalam kualitas pada orang
iskemia rentang denyutan dewasa sebagai
miokard normal sentral dan peningkatan
(Tekanan perifer tekanan diastolik
darah, sampai 130, hasil
Nadi, 3. Auskultasi peningkatan
respirasi) tonus pertama,
o Dapat jantung dan kemudian
mentoleran bunyi napas maligna.
si aktivitas, Hipertensi

74
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
tidak ada 4. Amati sistolikjuga
kelelahan warna kulit, merupakan faktor
o Tidak ada kelembaban risiko yang
edema , suhu, dan ditentukan untuk
paru, masa penyakit
perifer, dan pengisian serebrovaskular
tidak ada kapiler. dan penyakit
asites iskemi jantung
o Tidak ada 5. Catat bila tekanan
penurunan edema diastolik 90-115.
kesadaran umum
2. Denyutan karotis,
6. Berikan jugularis, radialis
lingkungan dan femoralis
tenang, mungkin
nyaman, teramati/terpalpas
kurangi i. Denyutan pada
aktivitas/ke tungkai mungkin
ributan menurun,
lingkungan. mencerminkan
efek dari
7. Lakukan vasokontriksi dan
tindakan kongesti vena.
yang
nyaman
seperti 3. S4 umum
pemijatan terdengar pada
punggung pasien hipertensi
dan leher, berat karena
meninggika adanya hipertrofi
n kepala di atrium
tempat (peningkatan
tidur. volume/tekanan

75
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
atrium).
8. Anjurkan Perkembangan
teknik S3 menunjukkan
relaksasi, hipertrofi
panduan ventrikel dan
imajinasi, kerusakan fungsi.
aktivitas Adanya krakles,
pengalihan. dapat
mengindikasikan
9. Pantau kongesti paru
respon sekunder
terhadap terhadap
obat untuk terjadinya atau
mengontrol gagal jantung
tekanan kronik.
darah
4. Adanya pucat,
10. Berikan dingin, kulit
pembatasan lembam dan masa
cairan dan pengisian kapiler
diit natrium lambat mungkin
sesuai berkaitan dengan
indikasi. vasokontriksi
atau
mencerminkan
dekompensasi/pe
nurunan curah
jantung.

5. Dapat
mengindikasikan
gagal jantung,
kerusakan ginjal

76
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
atau vaskular.

6. Membantu untuk
menurunkan
rangsang
simpatis,
meningkatkan
relaksasi

7. Mengurangi
ketidaknyamanan
dan dapat
menurunkan
rangsang simpatis

8. Dapat
menurunkan
rangsangan yang
menimbulkan
stres, membuat
efek tenang,
sehingga akan
menurunkan TD.

9. Respon terhadap
terapi obat
“stepped”( yang
terdiri atas
diuretik, inhibitor
simpatis dan
vasodilator)
tergantung pada
individu dan efek

77
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
sinergis obat.
Karena efek
samping tersebut,
maka penting
untuk
menggunakan
obat dalam
jumlah paling
sedikit dan dosis
paling rendah.

10. Pembatasan ini


dapat menangani
retensi cairan
dengan respons
hipersensitif,
dengan demikian
menurunkan
beban kerja
jantung.
2 Intoleransi  Energy 1. Kaji respon 1. Menyebutkan
aktivitas conservatio pasien parameter
berhubungan n terhadap membantu dalam
dengan  Self Care : aktivitas, mengkaji respon
kelemahan, ADLs frekuensi fisiologi terhadap
ketidakseimba Kriteria Hasil : nadi, TD, stres aktivitas
ngan suplai o Berpartisip dispnea atau dan, bila ada
dan kebutuhan asi dalam nyeri dada, merupakan
oksigen. aktivitas keletihan dan indikator dari
fisik tanpa kelemahan kelebihan kerja
disertai yang yang berkaitan
peningkata berlebihan, dengan tingkat
n tekanan diaforesis, aktivitas.

78
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
darah, nadi pusing dan
dan RR pingsan. 2. Teknik
o Melakukan menghemat
aktivitas 2. Intruksikan energi
sehari hari pasien untuk mengurangi
(ADLs) teknik penggunaan
secara penghematan energi juga
mandiri energi. membantu
3. Berikan keseimbangan
dorongan antara suplai dan
untuk kebutuhan
melakukan oksigen.
aktivitas diri
bertahap jika 3. Kemajuan
dapat aktivitas bertahap
ditoleransi. mencegah
peningkatan kerja
jantung tiba-tiba.
Memberikan
bantuan hanya
sebatas
kebutuhan akan
mendorong
kemandirian
dalam melakukan
aktivitas.
3 Nyeri akut  Pain Level, 1. Mempertaha 1. Meminimalkan
berhubungan  Pain nkan tirah stimulasi/mening
dengan control, baring katkan relaksasi.
tekanan  Comfort selama fase
vaskular level akut 2. Tindakan yang
serebral Kriteria Hasil : menurunkan
 Mampu 2. Berikan tekanan vaskular

79
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
mengontrol tindakan serebral dan yang
nyeri (tahu nonfarmakol memperlambat/
penyebab ogi untuk memblok respons
nyeri, menghilangk simpatis efektif
mampu an sakit dalam
menggunak kepala. menghilangkan
an tehnik sakit kepala dan
nonfarmako 3. Hilangkan/m komplikasiny.
logi untuk inimalkan
mengurangi aktivitas 3. Aktivitas yang
nyeri, vasokontriksi meningkatkan
mencari yang dapat vasokontriksi
bantuan) meningkatka menyebabkan
 Melaporkan n sakit sakit kepala pada
bahwa kepala. adanya
nyeri peningkatan
berkurang 4. Bantu pasien tekanan vaskular
dengan dalam serebral.
menggunak ambulansi
an sesuai 4. Pusing dan
manajemen kebutuhan. penglihatan kabur
nyeri sering
 Mampu 5. Berikan berhubungan
mengenali cairan, dengan sakit
nyeri makanan kepala. Pasien
(skala, lunak, juga dapat
intensitas, perawatan mengalami
frekuensi mulut yang episode hipotensi
dan tanda teratur bila postural.
nyeri) terjadi
 Menyataka perdarahan 5. Meningkatkan
n rasa hidung atau kenyamanan
nyaman kompres umum. Kompres

80
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
setelah hidung telah hidung dapat
nyeri dilakukan mengganggu
berkurang untuk menelan atau
 Tanda vital menghentika membutuhkan
dalam n perdarahan. napas dengan
rentang mulut
normal
4 Kurang  Knowledge 1. Kaji kesiapan 1. Kesalahan
pengetahuan : disease dan konsep dan
berhubungan process hambatan penyangkalan
dengan  Knowledge dalam diagnosa
kurangnya : health belajar. karena perasaan
informasi Behavior sejahtera yang
tentang proses Kriteria Hasil : 2. Tetapkan dan sudah lama
penyakit  Pasien dan nyatakan dinikmati
keluarga batas normal. mempengaruhi
menyatakan Jelaskan minat pasien
pemahaman tentang terdekat untuk
tentang hipertensi mempelajari
penyakit, dan efeknya penyakit,
kondisi, pada jantung, kemajuan, dan
prognosis pembuluh prognosis.
dan darah dan
program ginjal. 2. Memberikan
pengobatan dasar untuk
3. Bantu pasien pemahaman
 Pasien dan dalam tentang
keluarga mengidentifi peningkatan
mampu kasi faktor- TD dan
melaksanak faktor risiko mengklarifikasi
an prosedur kardiovaskul istilah medis
yang ar yang dapat yang sering
dijelaskan diubah. digunakan.

81
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
secara
benar. 4. Bantu pasien 3. Faktor-faktor
untuk risiko ini telah
 Pasien dan mengidentifi menunjukkan
keluarga kasi sumber hubungan
mampu masukan dalam
menjelaska natrium. menunjang
n kembali hipertensi dan
apa yang 5. Dorong penyakit
dijelaskan pasien untuk kardiovaskular
perawat/tim menurunkan serta ginjal.
kesehatan atau
lainnya. menghilangk 4. Diit rendah
an kafein. garam dapat
mengontrol
hipertensi
sedang atau
mengurangi
jumlah obat
yang
dibutuhkan.

5. Kafein adalah
stimulan
jantung dan
dapat
memberikan
efek merugikan
pada fungsi
jantung.

82
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN HIPERTENSI


DI RUANG MELATI MINGGU KE IV RSUD PANDAN
TAHUN 2018

Tanggal Masuk,Pukul : 19Mei 2018, pukul : 10.00 WIB


Tanggal Pengkajian,Pukul : 19Mei 2018, pukul : 12.00 WIB
No.Register : 06. 89.84
Sumber Informasi : Pasien dan keluarganya
Hubungan dengan Pasien : Istrinya

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Nama : Ny. P
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Batak/Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Alamat : Batang toru
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Diagnosa Medis : Hipertensi Emergency
2. Keluhan Utama : Pusing, Sakit pada area tengkuk kepala.
3. Riwayat Alergi : Tidak ada
4. Riwayat Penyakit Sekarang : Hipertensi
5. Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi dan Diabetes Mellitus

83
6. Riwayat Penyakit Keluarga (genogram) : Hipertensi dan Diabetes Mellitus

x x
x x

x x x x x x x

Keterangan :

: Perempuan

: Laki - Laki
X X : Meninggal

: Pasien

............................. :Tinggal serumah.

84
7. Data Psikososial
a. Konsep Diri
Gambaran Diri : Dbn (Diambang batas normal)
Harga Diri :Tidak ada masalah
Identitas Diri :Dbn (Diambang batas normal)
Peran Diri :Dbn (Diambang batas normal)
Ideal Diri :Dbn (Diambang batas normal)
b. Hubungan Sosial : Dbn (Diambang batas normal)
c. Spiritual : Agak terganggu, dikarenakan penyakit yang dialaminya
d. Kecemasan : Cemas atas penyakinta
e. Kehilangan(Kubbler – Ross)
Deniel : Tidak ada
Anger : Tidak ada
Bargaining : Tidak ada
Depression : Tidak ada
Acceptance : Tidak ada
8. Pola Fungsi Kesehatan :Dbn (Diambang batas normal)
a. Pola Nutrisi dan Metabolik di Rumah
Makan berapa kali dalam sehari : 3 X/Hari
Jumlah Cairan masuk dalam sehari :8 gelas/Hari
Jenis Makanan : Nasi, ikan, buah, tempe, sayur, dsb.
Jenis Minuman : Air putih, susu.
Makanan Kesukaan : Semua yang bisa dimakan dan juga
enak.
Masalah yang mempengaruhi masukan makanan : Tidak ada masalah
Diet khusus,makanan pantang: Tidak boleh makan makanan yang banyak
lemak, bersantan, yang terlalu banyak garam.
Keterangan : Tidak ada masalah

85
Di RUMAH SAKIT
Makan berapa kali dalam sehari : 3 X/Hari
Jumlah Cairan masuk dalam sehari : 8 gelas/Hari
Jenis Makanan : Bubur, buah, ikan, dsb.
Jenis Minuman : Air putih
Makanan Kesukaan : Tidak ada
Masalah yang mempengaruhi masukan makanan : Tidak ada masalah
Diet khusus,makanan pantang : Tidak ada masalah
Status Gizi : BB = 54 Kg, TB = 165 cm
Keterangan lain : Tidak ada masalah
b. Pola Eliminasi
Di Rumah
No HAL BAB BAK

1 Frekuensi Banyak Banyak

2 Konsistensi Padat Cair

3 Jumlah ± 500 gr ± 500 cc

4 Bau Cukup Menyengat Cukup Menyengat

5 Warna Kuning Kuning Bening

Di Rumah Sakit
No HAL BAB BAK

1 Frekuensi Banyak Banyak

2 Konsistensi Padat Cair

3 Jumlah ± 500 gr ± 500 cc

4 Bau Cukup Menyengat Cukup Menyengat

5 Warna Kuning Kuning Bening

86
c. Pola Kebersihan Diri
Di Rumah
Mandi : Dilakukan
Gosok Gigi : Dilakukan
Keramas : Dilakukan tetapi cukup jarang
Gunting Kuku : Dilakukan 1 x 2 minggu
Keterangan : Tidak ada masalah.

Di Rumah Sakit
Mandi : Agak Jarang dilakukan dikarenakan sakit
Gosok Gigi : Agak Jarang dilakukan dikarenakan sakit
Keramas :Agak Jarang dilakukan dikarenakan sakit
Gunting Kuku :Agak Jarang dilakukan dikarenakan sakit
Keterangan : Ada masalah
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Di Rumah : Cukup aktif dan suka jalan sore
Di Rumah Sakit : Terbaring di tempat tidur rumah sakit.
e. Pola Istirahat/tidur
Di Rumah
Tidur Siang : 2 jam ; jam berapa biasa tidur : 13.00 WIB
Tidur Malam : 9 jam ; jam berapa bisa tidur : 21.00 WIB
Masalah tidur : Tidak ada masalah
Keterangan : Tidak ada masalah
Di Rumah Sakit
Tidur Siang : 3 jam ; jam berapa biasa tidur : 13.00 WIB
Tidur Malam : 8 jam ; jam berapa bisa tidur : 21.00 WIB
Masalah tidur : Tidak ada masalah
Keterangan : Tidak ada masalah
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : CM (Compos Mentis)
GCS : 15
Tanda – tanda vital :
TD : 150/90 mmHg Nadi : 89 X/Menit
Suhu : 36,9 ℃ Respirasi : 22 X/Menit

87
b. Pemeriksaan Kulit dan Kuku
Inspeksi
Warna Kulit : Sawo Matang
Keterangan : Tidak ada masalah.
Palpasi
Kondisi Kulit : Tidak ada masalah
Turgor Kulit : Baik
CRT : Tidak ada
Keterangan : Tidak ada masalah
c. Pemeriksaan kepela
Inspeksi
Bentuk Kepala : Simetris, Normal.
Rambut : Bersih
Massa : Agak lebat
Keterangan : Tidak ada masalah
Palpasi
Kepala : Tidak ada nyeri tekan
Keterangan : Tidak ada masalah
d. Pemeriksaan Mata
Inspeksi
Alis : Simetris
Mata : Tidak ada masalah
Bola Mata : Dbn (Diambang batas normal)
Sklera : Putih
Pupil : Miosis (normal)
Konjungtiva : Merah muda
Keterangan : Tidak ada masalah.

Palpasi
Mata : Dbn (Diambang batas normal)
Keterangan : Tidak ada masalah

88
e. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi
Lubang Hidung :Bersih, Normal
Hidung : Bersih
Keterangan : Tidak ada masalah
Palpasi
Sinus Hidung : Tidak ada
Keterangan : Tidak ada masalah
f. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi
Daun Telinga : Dbn (Diambang batas normal)
Kondisi lubang
Telinga :Dbn (Diambang batas normal)
Keterangan : Tidak ada masalah
Palpasi
Telinga :Dbn (Diambang batas normal)
Keterangan : Tidak ada masalah
g. Periksaan Mulut
Inspeksi
Bibir : Dbn (Diambang batas normal)
Gigi : Bersih
Gusi : Bersih
Lidah : Bersih
Uvula : Dbn (Diambang batas normal)
Tonsil :Dbn (Diambang batas normal)
Keterangan : Tidak ada masalah
Palpasi : Tidak ada masalah
Keterangan :Dbn (Diambang batas normal)

89
h. Pemeriksaan Leher
Inspeksi
Kondisi Kulit : Baik, normal
Keterangan : Tidak ada masalah
Palpasi
Kelenjar Tiroid :Dbn (Diambang batas normal)
Vena Jugularis :Dbn (Diambang batas normal)
Trakea :Dbn (Diambang batas normal)
Kelenjar limfe :Dbn (Diambang batas normal)
Keterangan : Tidak ada masalah
i. Pemeriksaan Paru
Inspeksi
Dada : Simetris
Kondisi Kulit : Baik
Keterangan : Tidak ada masalah
Palpasi
Pada Dada : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :Dbn (Diambang batas normal)
Auskultasi :Dbn (Diambang batas normal)
Suara Nafas : Vesikuler
j. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi
Dada : Simetris, normal
Ictus cordis :Dbn (Diambang batas normal)
Keterangan : Tidak ada masalah
Palpasi
Ictus Cordis : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :Dbn (Diambang batas normal)
Auskultasi :Dbn (Diambang batas normal)
BJ I :Dbn (Diambang batas normal)
BJ II :Dbn (Diambang batas normal)
BJ III :Dbn (Diambang batas normal)
BJ IV :Dbn (Diambang batas normal)

90
k. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Bagus, Simetris
Auskultasi :Dbn (Diambang batas normal)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Bising usus normal
Keterangan : Tidak ada masalah

l. Pemeriksaan Muskuloskuletal
Inspeksi : Baik
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Kekuatan Otot : Bagus
Keterangan : Tidak ada masalah
m. Pemeriksaan Genetalia
Inspeksi : Tidak ada masalah
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Keterangan : Tidak ada masalah

10. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Tanggal :
Pemeriksaan Hasil Normal Interprestasi

Hemoglobin L : 13 – 18 Tidak Normal


11 g/dL
P : 12 – 16
Lekosit 6,1 103/mm3 5 – 11 Normal

Trombosit 413 103/mm 150 – 450 Normal

Hematokrit 39 % 37 – 47 Normal

Eritrosit L : 4,5 – 5,5 Normal


3,18 103/mm3
P : 3,8 – 5,0

91
11. Terapi
Nama & Dosis Rute Pemberian Fungsi Obat
Obat
Inf. RL s/s Nacl0,9 %, Pengganti cairan
20 gtt/i. IV elektrolit tubuh.

Inj. Ranitidine, 1 Anti nyeri ulu hati


IV
amp/12 jam
Inj. Dexametason, 1 Membantu mencegah
amp/hari IV kerusakan jaringan.

Inj. Ceftriaxone, 2 Mengobati berbagai


gr/hari IV macam bakteri

B. Analisa Data
Nama : Ny. P No.Registrasi :06. 89.84
Umur : 53 Tahun Diagnosa Medis : Hipertensi
Tgl Data Masalah Etiologi

DS : Intoleransi Aktivitas Peningkatan CO

- Kelemahan
Peningkatan
- Letih
afterload
- Nafas pendek
- Gaya hidup
Frekuensi
monoton
jantung

19 Mei meningkat
DO :
2018
Kelelahan
- Frekuensi
jantung
Takipnea
meningkat
- Perubahan irama
Aktivitas
jantung
Terhambat
- takipnea

Intoleransi

92
aktivitas

DS : Gangguan rasa
- Keluhan nyaman nyeri ( Saraf simpatis

pusing/pening, sakit) kepala


berdenyut Ach

- Sakit kepala
suboksipital Saraf pasca

- Gangguan ganglion

penglihatan
Aorepinefrine

DO : Kontriksi

- Perubahan
keterjagaan Gangguan rasa

- Afek nyaman nyeri

- Orientasi (sakit) kepala

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan


Nama : Ny. P No.Registrasi :06. 89.84
Umur : 53 Tahun Diagnosa Medis : Hipertensi
No Tanggal Diagnosa keperawatan

Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum,

1 ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan


Oksigen.
19 Mei 2018
Gangguan rasa nyaman nyeri ( sakit) kepala b/d
2 peningkatan tekanan vaskuler serebral.

93
D. Rencana Keperawatan
Nama : Ny. P No.Registrasi :06. 89.84
Umur : 53 Tahun Diagnosa Medis : Hipertensi
No Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
Aktivitas Klien dapat 1. Kaji toleransi 1. Agar dapat
pasien berpartisipasi pasien memberikan
terpenuhi dalam aktivitas terhadap tindakan apa
yang aktivitasnya yang selanjutnya
diinginkan/diper sehari – hari diberikan pada
lukan, di ruangan pasien tersebut.
melaporkan maupun 2. Untuk tidak
peningkatan dilingkungan terjadinya
dalam toleransi Rumah sakit. kendala.
aktivitas yang 2. Kaji kesiapan 3. Agar pasien tau
dapat diukur. untuk apa itu dan
meningktakan bagaimana
aktivitas. perawatan diri
3. Dorong tersebut.
1
memajukan 4. Agar pasien dapat
aktivitas/tolera terbantu bahwa
nsi perawatan ada kita disisinya.
diri. 5. Agar pasien
4. Berikan merasa
bantuan sesuai diacuhkantidak
kebutuhan . dikucilkan.
5. Dorong pasien
untuk
berpartisifas
dalam
memilih
periode
aktivitas.
Tekanan Pasien 1. Kaji skala 1. Agar dapat
2
vaskuler mengungkapkan nyeri menentukan

94
serebral tidak adanya 2. Pantau TTV tindakan
tidak sakit kepala dan 3. Pertahankan selanjutnya.
meningkat tampak nyaman. tirah baring 2. Agar mengetahui
yang TTV pasien
nyaman. 3. Agar pasien
4. Anjurkan merasa tenang
pasien untuk dan nyaman.
melakukan 4. Agar nyeri yang
tehnik dialami dapat
relaksasi berkurang.
nafas dalam. 5. Agar dapat
5. Berikan obat mempercepat
sesuai kesembuhan
therapy pasien
dokter.

95
E. Implementasi Keperawatan
Nama : Ny. P No.Registrasi :06. 84.84
Umur : 53 Tahun Diagnosa Medis : Hipertensi
Tanggal Waktu NO. Implementasi Tanda
(Jam) Dx Tangan

1. Melakukan pengkajian
toleransi pasien terhadap
aktivitasnya sehari – hari di
ruangan maupun
dilingkungan Rumah sakit.
2. Mengkaji kesiapan untuk
meningktakan aktivitas.
1 3. Mendorong memajukan
aktivitas/toleransi perawatan
diri.
4. Memberikan bantuan sesuai
19 Mei 12.00 kebutuhan .
2018 WIB 5. Mendorong pasien untuk
berpartisifas dalam memilih
periode aktivitas.
1. Mengkaji skala nyeri
2. Memantau TTV
3. Mempertahankan tirah baring
yang nyaman.
2 4. Menganjurkan pasien untuk
melakukan tehnik relaksasi
nafas dalam.
5. Memberikan obat sesuai
therapy dokter.

96
F. Evaluasi
Nama : Ny. P No.Registrasi :06. 89.84
Umur : 53 Tahun Diagnosa Medis : Hipertensi
Tanggal Waktu NO. Evaluasi Tanda
(Jam) Dx Tangan

S :Pasien mengatakan sudah mulai


bisa bergerak sendiri tanpa bantuan
orang lain, pasien pun merasa
diperhatikan lebih oleh orang –
orang terdekatnya.

1
O :Pasien tampak aktif dari pada
sebelumnya.

19 Mei 12.00 A :Masalah belum teratasi


2018 WIB
P :Lanjutkan Intervensi
S :Pasien mengatakan nyeri mulai
berkurang.

O :Skala nyeri : 3.
2

A :Masalah teratasi

P :Intervensi diberhentikan.

97
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90
mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. (Ningharmanto
2009)

Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik


lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih
besar 95 mmHg. ( KodimNasrin, 2006 ).

3.2 SARAN
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa.
Oleh karena itu perlu mengetahui secara dini gejala-gejala pada Hipertensi Paru
sehingga bias segera dilakukan tindakan baik medic maupun non medik.

DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Budi. 2007. PanduanDiagnosaKeperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:


Prima Medika

Smet, Bart.1994. PsikologiKesehatan. Pt Grasindo:Jakarta

Soeparman dkk,2007 IlmuPenyakitDalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta

98
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

99

Você também pode gostar