Você está na página 1de 36

I.

KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,


dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga ,Duvall dan Logan (1986).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Bailon dan Maglaya (1978).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Departemen Kesehatan RI
(1988).

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :


1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
2. Struktur Keluarga
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga
1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing.
4. Macam-macam Struktur /Tipe/Bentuk Keluarga
1. Tradisional :
a. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family.
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
e. The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah
seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek),
keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan)
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul
pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan
dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya :
dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati
2. Non-Tradisional
a. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah
b. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok / membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,
yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu,
termasuk sexual dan membesarkan anaknya
h. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam
waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya
5. Tahap-tahap kehidupan / Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit
Friedman, 199:
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
(psikologis) keluarga masing-masing : Membina hubungan intim yang
memuaskan, Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok
social, Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi
kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling
repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah
orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi
tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari
jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya
meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
6. Keperawatan Kesehatan Keluarga
Menurut S.G. Bailon dan Aracelis Maglaya 1978. Perawatan kesehatan
keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau
dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat
sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana penyalur (Nasrul
Effendi,1998:39)
7. Fungsi Keluarga Dalam Konsep Keluarga
Beberapa fungsi keluarga dalam konsep keluarga yaitu diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Fungsi Biologis :
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi psikologis :
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi Sosialisasi :
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi Ekonomi :
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan pengguanaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang
akan datang ( pendidikan, jaminan hari tua )
5. Fungsi Pendidikan :
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahaun, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai denagn bakat dan minat yang di milikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya
8. Tugas Keluarga Dalam Pemeliharaan Kesehatan
Menurut Setyowati dan Murwani (2007), sesuai dengan fungsi pemeliharaan
kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami
dan dilakukan, yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga, kesehatan merupakankebutuhan
keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpakesehatan segala sesuatu
akan tidak berarti dan karena kesehatanlahkadang seluruh kekuatan sumber
daya dan dana keluarga habis.Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan
dan perubahanperubahanyang dialami anggota keluarga secara tidak
langsungmenjadi perhatian keluarga. Apabila menyadari adanya
perubahankeluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang
terjadi dan seberapa besar perubahannya.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangansiapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga
diharapkan tepat, agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan dapat
teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan
kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, sering kali
keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika
demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih
parah tidak dapat terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan
kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin keluarga sehat.
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

II. DEWASA
1. Pengertian Dewasa
Seseorang dikatakan dewasa apabila orang itu bertanggung jawab terhadap
pekerjaan sehari-hari dan cinta yang telah diikrarkan khususnya kepada pasangan
pernikahan. Freud juga menjelaskan bahwa seseorang dikatakan dewasa apabila
mau dan mampu bertanggung jawab terhadap segala tingkah laku, pekerjaan dan
karir yang dilakukan sehari-hari.
Dengan demikian orang dewasa dituntut untuk mempertanggung jawabkan
semua yang dilakukan bekerja memenuhi kebutuhan dirinya dan kehidupan
keluarga sebagai wujud cinta terhadapp istri dan anak-anaknya. Orang dewasa
yang matang tidak takut terabaikan kepentingan dirinya sendiri dalam memproses
mempertanggung jawabkan cinta yang diikrarkan.
Dalam kebudayaan Amerika, seorang anak dipandang belum mencapai
status dewasa kalau ia belum mencapai usia 21 tahun. Sementara itu dalam
kebudayaan Indonesia, seseorang dianggap resmi mencapai status dewasa apabila
sudah menikah, meskipun usianya belum mencapai 21 tahun.
2. Fase-fase dewasa
a. Dewasa Awal ( Young Adulthoud)
Seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap
hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak
seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang
disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri
karena berbeda dengan orang lain).
Dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun samapi kira-kira umur 40 tahun,
saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya
kemampuan reproduktif. Namun Secara umum, mereka yang tergolong dewasa
muda ialah mereka yang berusia 20-40 tahun.
b. Dewasa tengah/Dewasa Madya (Middle adulthoud)
Banyak pendapat yang variatif sehubungan dengan bilangan usia dewasa
tengah. Usia dewasa tengah adalah sekitar 40 – 60 tahun. Ia membagi 2 fase,
yaitu usia tengah baya dini ( 40-50 tahun) dan usia tengah baya lanjut (50 -60
tahun). Mappiare (1982) sepakat dengan batasan usia tersebut. Gunarsa (1988)
menduga bahwa usia tengah baya berlangsung lebih cepat 5 tahun dari perkiraan
orang. Menurutnya usia tengah baya adalah pada umur 35 – 60 th. Sementara Jim
& Sally (1987), membatasi bahwa usia tengah baya adalah antara 33 – 70 tahun.
Akan tetapi sekalipun terdapat beberapa perbedaan, yang jelas para ahli umum-
nya sepakat bahwa dewasa tengah berlangsung dari sekitar usia 40 – 45 sampai
sekitar usia 65 tahun.
Dalam banyak hal, periode dewasa tengah adalah waktu timbulnya
tekanan emosional. Dikatakan bahwa peroiode ini merupakan suatu masa ketika
orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Meskipun bagi orang lain ada
kalanya periode ini justru merupakan permulaan kemunduran. Dalam periode ini
individu memiliki antara kearifan dan penyerapan pribadi. Kearifan yang
dimaksud adalah kapasitas untuk mengembangkan perhatian terhadap orang lain
atau masyarakat sekitar. Orang yang gagal mengembangkan kapasitas kearifan ini
mungkin menjadi semakin terserap pada diri mereka sendiri seperti larut dalam
kehidupan duniawi dan bendawi saja. Teori Erikson ini berpijak pada kenyataan
yang dia sinyalir bahwa dalam setiap tingkat kehidupan selalu dicirikan dengan
pilihan-pilihan antara 2 pendekatan terhadap kehidupan, satu positif dan satunya
negatif. Tampaknya tengah baya merupakan salah satu waktu dalam hidup
seseorang dimana banyak terjadi peristiwa besar yang memaksanya untuk
mengadakan penataan kembali. Penataan kembali itu kiranya terjadi karena
adanya beberapa perubahan besar dalam hal fisiologis, psikologis, seksual dan
perubahan-perubahan sosial yang menyertai ketiga perubahan itu.
c. Dewasa Akhir (fnal adulthoud)
Memasuki lanjut usia merupakan periode akhir dalam rentang kehidupan
manusia di dunia ini. Banyak hal penting yang perlu diperhatikan guna
mempersiapkan memasuki masa lanjut usia dengan sebaik-baiknya. Kisaran usia
yang ada pada periode ini adalah enam puluh tahun ke atas. Ada beberapa orang
yang sudah menginjak usia enam puluh, tetapi tidak menampakkan gejala-gejala
penuaan fisik maupun mental. Oleh karena itu, usia 65 dianggap sebagai batas
awal periode usia lanjut pada orang yang memiliki kondisi hidup yang baik.
3. Masalah yang biasa ditemukan oleh keluarga dewasa pertengahan
Menurut fridman (1998, hal 132) pada fase ini, masalah kesehatan yang
dapat terjadi pada keluarga dewasa pertengahan yaitu :
a. Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang tidak cukup, kegiatan waktu
luang dan tidur yang kurang, nutrisi yang tidak baik, program olahraga yang
tidak teratur, pengurangan berat badan hingga berat badan yang optimum,
berhenti merokok, berhenti atau mengurangi penggunaan alkohol,
pemeriksaan skrining kesehatan preventif.
b. Masalah-masalah hubungan perkawinan.
c. Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, dan cucu, dan orang tua
yang berusian lanjut.
d. Masalah yang berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan orang
tua yang lanjut usia atau tidak mampu merawat diri.
4. Tugas Perkembangan
Usia dewasa pertengahan yang merupakan usia rata-rata dimana para orang
tua melepaskan anak mereka yang terakhir ditandai sebagai masa kehidupan yang
“terperangkap” yaitu terperangkap antara tuntutan kaum kaum muda dan
terperangkap antara dunia kerja dan tuntutan yang bersaing dan keterlibatan
keluarga, dimana seringkali tampaknya tidak mungkin memenuhi tuntutan-
tuntutan dari kedua bidang tersebut.
Tugas perkembangan keluarga dewasa menurut Fridman (1998, hal 131)
yang penting pada fase ini adalah :
a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
Dalam masa ini upaya untuk melaksanakan gaya hidup sehat menjadi lebih
menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataanya bahwa mungkin mereka telah
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak diri selama 45-64 tahun.
Meskipun dapat dianjurkan sekarang, karena “lebih baik sekarang dari pada tidak
pernah” adalah selalu benar, agaknya terlalu terlambat untuk mengembalikan
begitu banyak perubahan-perubahan fisiologis yang telah terjadi, seperti tekanan
darah tinggi akibat kurangnya olahraga, stress yang berkepanjangan, menurunnya
kapasitas vital akibat merokok.
Motivasi utama orang usia pertengahan untuk memperbaiki gaya hidup
mereka adalah karena adanya perasaan rentan terhadap penyakit yang
dibangkitkan bila seorang teman atau anggota keluarga mengalami serangan
jantung, stroke, atau kanker. Selain takut, keyakinan bahwa pemeriksaan yang
teratur dan kebiasaan hidup yang sehat merupakan cara-cara yang efektif untuk
mengurangi kerentanan terhadap berbagai penyakit juga merupakan kekuatan
pendorong yang ampuh. Penyakit hati, kanker dan stroke merupakan dua pertiga
dari semua penyebab kematian antara usia 46 hingga 64 tahun dan sebagai
penyebab kamatian urutan ke empat.
b. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orangtua lansia dan anak-anak.
Dengan menerima dan menyambut cucu-cucu mereka kedalam keluarga dan
meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan ini mendatangkan
penghargaan yang tinggi (Duvall, 1977 dalam friedman , 1988, hal 131). Tugas
perkembangan ini memungkinkan pasangan usia pertengahan terus merasa seperti
sebuah keluarga dan mendatangkan kebahagiaan yang berasal dari posisi sebagai
kakek-nenek tanpa tanggung jawab sebagai orang tua selama 24 jam. Karena
umur harapan hidup meningkat, menjadi seorang kakek-nenek secara khusus
terjadi pada tahap siklus kehidupan ini (Sprey dan Matthews, 1982, dalam
Friedman, 1988, hal 132). Kakek nenek memberikan dukungan besar kepada anak
dan cucu mereka pada saat-saat krisis dan membantu anak-anak mereka melalui
pemberian dorongan dan dukungan(Bengston dan Robertson, 1985, dalam
Friendman, 1988, hal 132).
Peran yang lebih probelamatik adalah yang berhubungan dengan dan
membantu orang tua lansia dan kadang-kadang anggota keluarga besar lain yang
lebih tua. Delapan puluh enam persen pasangan usia pertengahan minimal
memiliki satu orang tua masih hidup(hagestad, 1988, dalam Friedman, 1988, hal
132). Jadi, tanggung jawab memberi perawatan bagi orang tua lansia yang lemah
dan sakit-sakitan merupakan pengalaman yang tidak asing. Banyak wanita yang
merasa berada dalam “himpitan generasi” dalam upaya mereka mengimbangi
kebutuhan-kebutuhan orang tua mereka yang berusia lanju, anak-anak, dan cucu-
cucu mereka. Berbagai peran antar generasi kelihatannya lebih bersifat ekslusif
dikalangan minoritas seperti keluarga-keluarga Asia dan Amerika Latin.
c. Memperkokoh hubungan perkawinan
Sekarang perkembangan tersebut benar-benar sendirian setelah bertahun-
bertahun dikelilingi oleh anggota keluarga dan hubungan-hubungan. Meskipun
muncul sebagai sambutan kelegahan, bagi kebanyak pasangan merupakan
pengalaman yang menyulitkan untuk berhubungan satu sama lain sebagai
pasangan menikah dari pada sebagai orang tua. Wright dan Leahey (1984, dalam
Friedman, 1988, hal 132) melukiskan tugas perkembangan ini sebagai “reinvestasi
identitas pasangan dengan perkembangan keinginan independen yang terjadi
secara bersamaan. Keseimbangan dependensi-indepedensi antara pasangan perlu
diuji kembali, seperti keinginan independen lebih besar dan juga perhatian satu
sama lain yang penuh arti.
Bagi pasangan yang mengalami masalah, tekanan hidup yang menurun
dalam tahun-tahun postparental tidak mendatangkan kebahagiaan perkawinan,
melainkan menimbulkan “kebohongan”. Menurut Kerckhoff (1976, dalam
Friedman, 1988, hal 132), para konselor perkawinan telah lama mengamati bahwa
ketika timbul perselisihan dalam perkawinan selama tahun-tahun pertengahan,
seringkali berkaitan dengan jemunya ikatan, bukan karena kualitas traumatiknya.
Karakteristik umum dari masa ini, berkaitan dengan kepuasan diri sendiri dan
berada dalam kebahagiaan yang membosankan.
5. Memantapkan peran perannya sebagai orang dewasa
Tugas – tugas perkembagan itu tadi pada dasarnya merupakan tuntutan atau
harapan sosio – kultural dimana manusia itu hidup dalam masyarakat kita sejak
dulu hingga kini tetap memiliki harapan sesuai diatas bagian penentu sebagai
orang dewasa pertengahan. Khusus mengenai hidup berkeluarga dalam masa
dewasa pertengahan terdapat dua hal pokok yang mendorong terciptanya
hubungan hidup berkeluarga. kebutuhan individu pada suatu pihak dan tugas
perkembangan pada lain pihak. Pemanduan antara keduanya menimbulkan energi
yang membangkitkan gerak bagi individu orang dewasa untuk bersatu dalam satu
jalinan hubungan berkeluarga.
6. Masa Dewasa sebagai Masa Transisi
a. Transisi Fisik
Dari pertumbuhan fisik, diketahui bahwa masa dewasa sedang mengalami
peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang
individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah
tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak
lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya
seperti orang dewasa lain-nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga
siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja,
menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab
untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya).
Segala tindakannya sudah dapat di-kenakan aturan-aturan hukum yang
berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan
memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau
perdata). Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh
bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi.
b. Transisi Intelektual
Kapasitas kognitif dewasa muda tergolong masa operational formal, bahkan
kadang-kadang mencapai masa post-operasi formal . Taraf ini menyebabkan,
dewasa muda mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas
berpikir abstrak, logis, dan rasional. Dari sisi intelektual, sebagian besar dari
mereka telah lulus dari SMU dan masuk ke perguruan tinggi
(uniiversitas/akademi). Kemudian, setelah lulus tingkat universitas, mereka
mengembangkan karier untuk meraih puncak prestasi dalam pekerjaannya.
Namun demikian, dengan perubahan zaman yang makin maju, banyak di antara
mereka yang bekerja, sambil terns melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi,
misalnya pascasarjana. Hal ini mereka lakukan sesuai tuntutan dan kemajuan
perkembangan zaman yang ditandai dengan masalah-masalah yang makin
kompleks dalam pekerjaan di lingkungan sosialnya.
c. Transisi Peran Sosial
Pada masa ini, mereka akan menindaklanjuti hubungan dengan pacarnya
(dating), untuk segera menikah agar dapat membentuk dan memelihara kehidupan
rumah tangga yang bam, yakni ter-pisah dari kedua orang tuanya. Di dalam
kehidupan rumah tangga yang baru inilah, masing-masing pihak baik laki-laki
maupun wanita dewasa, memiliki peran ganda, yakni sebagai individu yang
bekerja di lembaga pekerjaan ataupun sebagai ayah atau ibu bagi anak-anaknyal
Seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga, sedangkan seorang wanita sebagai
ibu rumah tangga, tanpa me-, ninggalkan tugas karier tempat mereka bekerja
Namun demikian, l tak sedikit seorang wanita mau meninggalkan kariernya untuk
menekuni tugas-tugas kehidupan sebagai ibu rumah tangga (domestic tasks), agar
dapat mengurus dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Sebagai anggota
masyarakat, mereka pun terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial, misalnya dalam
kegiatan pen-didikan kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengurus RT/RW.
III. KONSEP ANAK
1. PENGERTIAN ANAK
Menurut UU RI No. IV th 1979 ttg kesejahteraan anak, disebutkan bahwa
anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah
Sedangkan menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX ps 42 disebutkan bahwa anak
yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah.
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
anak adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah
yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.

2. KEDUDUKAN ANAK DI INDONESIA


Di Indonesia anak dipandang sebagai pewaris keluarga, yaitu penerus
keluarga yang kelak akan melanjutkan nilai – nilai dari keluarga serta dianggap
sebagai seseorang yang bisa memberikan perawatan dan perlindungan ketika
kedua orang tua sudah berada pada tahap lanjut usia ( jaminan hari tua ) . Anak
masih dianggap sebagai sumber tenaga murah yang dapat membantu ekonomi
keluarga. Keberadaan anak dididik menjadi pribadi yang mandiri

3. FILOSOFI KEPERAWATAN ANAK


Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus
memahami bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga
( family center care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care )
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan
unsur penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota
keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga.,
Untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau
sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status
kesehatan anak
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan
keperawatan yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak
dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan.
Prinsip dari atraumatic care adalah menurunkan dan mencegah dampak
perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol
perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cedera ( injury ) dan nyeri (
dampak psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi
lingkungan fisik

4. PRINSIP KEPERAWATAN ANAK


Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip
keperawatan anak adalah :
a. Anak bukan miniatur orang dewasa
b. Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangan
c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan & peningkatan
derajat kesehatan, bukan mengobati anak sakit
d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif
dalam memberikan askep anak
e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga untuk
mencegah, mengkaji, mengintervensi & meningkatkan kesejahteran dengan
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan moral ( etik ) & aspek
hukum (legal)
f. Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan maturasi /
kematangan
g. Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan

5. PARADIGMA KEPERAWATAN ANAK


a. Manusia (Anak)
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah
satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembangnya, anak di
kelompokkan berdasarkan masa tumbuh kembangnya yaitu
1. Bayi : 0 – 1 th
2. Toddler : 1 – 2,5 th
3. Pra Sekolah : 2,5 – 5 th
4. Sekolah : 5 – 11 th
5. Remaja : 11 – 18 th
Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara
orang dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari
struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum matur
sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak lebih banyak
berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah berupa tulang keras.
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam
membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga daya
tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada aspek kognitif,
kemampuan berfikir anak serta tanggapan terhadap pengalaman masa lalu sangat
berbeda dari orang dewasa, pengalaman yang tidak menyenangkan selama di
rawat akan di rekam sebagai suatu trauma, sehingga pelayanan keperawatan harus
meminimalisasi dampak traumatis anak.
b. Konsep Sehat Sakit
Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik
fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau cacad.
Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap waktu
kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil interaksi yang
terjadi dengan kekuatan yang mengganggunya.
c. Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat maupun
sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan external . Lingkungan
Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti tahap perkembangan, latar
belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi fisik, faktor Emosional, dan
spiritual. Sedangkan lingkungan external yang mempengaruhi status kesehatan
antara lain keluarga, sosial ekonomi, budaya.
d. Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif
meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada individu,
keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang mengutamakan pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan dalam kondisi sehat
maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan
sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik yang memiliki
kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.

6. PERAN PERAWAT DALAM KEPERAWATAN ANAK


a. Pemberi perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan
keperawatan kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan
masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang
kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika
perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien
melakukan ambulasi dini.
b. Sebagai Advocat keluarga
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan daninfo rmasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform
concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat
sebagai advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan memberikan penjelasan
tentang prosedur operasi yang akan di lakukan sebelum pasien melakukan
operasi.
c. Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek
pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari
pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan
tentang penanganan diare merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai
pendidik ( health educator )
d. Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini
merupakan dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan
kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan
pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah
keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).
e. Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain
berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar
pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan
keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan kesehatan.
Sebagai contoh, perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet
yang tepat pada anak dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan
dokter untuk menentukan dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada
anak yang menderita infeksi
f. Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam
ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap
rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui
penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan evalusai, mengukur
kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan
yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakan orang
lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan
aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat
dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau
media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan
penelitian dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan
praktek profesi keperawatan.
7. LINGKUP PRAKTEK KEPERAWATAN ANAK
Menurut, Gartinah, dkk ( 1999), Lingkup praktek keperawatan anak
merupakan batasan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien anak usia 28
hari sampai usia 18 th atau BBL ( Bayi Baru Lahir ) sampai usia 12 th.
Sedangkan Sularso ( 1993 ) memberikan penjelaskan bahwa asuhan keperawatan
anak meliputi tumbang anak yang mencakup ASAH ( stimulasi mental ), ASIH
( Kasih sayang ), ASUH ( pemenuhan kebutuhan fisik )
IV. KONSEP PENYAKIT
1. LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG DIARE PADA ANAK
1.1 Definisi
Diare adalah salah satu masalah yang terjadi pada saluran pencernaan kita.
Diare bisa terjadi pada setiap orang termasuk juga bisa terjadi pada anak dan
merupakan salah satuga gejala dari penyakit pada sistim gastrointestinal atau
penyakit lain diluar saluran pencernaan. Menurut WHO (1980), diare adalah
buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
keadaan normal yakni 100-200 ml/sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).

1.2 Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1) Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi :
 Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
 Infeksi virus : Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2) Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah
intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3) Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

1.3 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
1) Gangguan osmotic.
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1) Kehilangan air (dehidrasi).
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis). Hal ini terjadi
karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari
cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
2) Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering
pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan
adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika
kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada
anak-anak. Gangguan gizi
3) Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
 Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
 Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
 Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
4) Gangguan sirkulasi.
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera diatasi klien akan meninggal.

1.4 Manifestasi Klinis


Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, napsu makan
berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan atau darah.
Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu.
Daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja
yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan cairan terus
berlangsung tanpa penggantian yang memadai, gejala dehidrasi mulai tampak
yaitu: berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar
cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit kering. Bila
dehidrasi terus berlanjut dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala
denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan lemah bahkan tidak
teraba, tekanan darah menurun, klien tampak lemah dengan kesadaran
menurun. Karena kekurangan cairan, diuresis berkurang (oliguria sampai
anuria). Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat, pernapasan
cepat dan dalam (pernapasan Kussmaul).

1.5 Penatalaksanaan
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam
mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih
atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan.
Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat
melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah
pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit
secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau
dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian
masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai
alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah
setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain.
Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi
masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien
kearah yang fatal. Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan
lain selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab
infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited
disease). Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia
lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional,
artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman. Oleh karena
penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka
pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk
menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan
suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih
lanjut kalau kondisi sudah membaik.
Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak
dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-
60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam
dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung
NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral.
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
 Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
- 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set
berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20
tetes).
- 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20
tetes).
- 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
 Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
- 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
 Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
- 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
 Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
- Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,
jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit
(1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
 Untuk bayi berat badan lahir rendah
- Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
3) Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan:
 Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak
tak jenuh.
 Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
 Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang
berantai sedang atau tak jenuh.
4) Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

1.6 Komplikasi
1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
2) Renjatan hipovolemik
3) Hipokalemia
4) Hipoglikemia
5) Kejang
6) Malnutrisi energi protein
7) Sepsis.

1.7 Jenis-jenis Diare


Penatalaksanaan diare bergantung pada jenis klinis penyakitnya, yang
dengan mudah ditentukan saat anak pertama kali sakit. Pemeriksaan
laboratorium tidak diperlukan. Empat jenis klinis diare antara lain:
1). Diare akut bercampur air (termasuk kolera) yang berlangsung selama
beberapa jam/hari: bahaya utamanya adalah dehidrasi, juga penurunan
berat badan jika tidak diberikan makan/minum.
2). Diare akut bercampur darah (disentri): bahaya utama adalah kerusakan
usus halus (intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalam darah) dan
malnutrisi (kurang gizi), dan komplikasi lain termasuk dehidrasi.
3). Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama): bahaya
utama adalah malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius di luar usus
halus, dehidrasi juga bisa terjadi.
4). Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor): bahaya
utama adalah infeksi sistemik (menyeluruh) berat, dehidrasi, gagal
jantung, serta defisiensi (kekurangan) vitamin dan mineral.

Berdasarkan onset terjadinya, diare dibedakan menjadi:


1). Diare Akut: merupakan peningkatan frekuensi BAB dan perubahan
dalam konsistensi feses yang terjadi secara tiba-tiba, seringkali
diakibatkan oleh agen infeksius dalam saluran pencernaan.
2). Diare Kronik: didefinisikan sebagai peningkatan dalam frekuensi BAB
dan air dalam feses dengan durasi lebih dari 14 hari, biasanya
disebabkan oleh kondisi kronis seperti sindrom malabsorbsi, penyakit
inflamasi saluran cerna, penuruna imunitas, alergi makanan,
intoleransi laktosa, diare non spesifik (Whaley & Wong, 1994).
2. ASUHAN KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK
A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
I. Pengkajian
a) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
- Kebiasaan makan dan minum.
- Cara pengolahan.
- Jenis makanan/minuman yang diberikan.
b) Pola nutrisi metabolik
- Nafsu makan/minum.
- Perut kembung.
- Perubahan berat badan.
- Status hidrasi dan turgor kulit.
c) Pola eliminasi
- Frekuensi BAB, jumlah, warna, konsistensi, bau.
- Hiperperistaltik usus.
d) Pola aktivitas dan latihan
- Kemampuan beraktivitas sehari-hari.
e) Pola tidur dan istirahat
- Rewel bila terkena sakit perut dan BAB yang sering.
f) Pola kognitif dan persepsi sensori
- Kurang pengetahuan orang tua tentang hygiene makanan dan
lingkungan.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
skunder terhadap diare.
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
III. Rencana Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil:
1). Nafsu makan meningkat
2). BB meningkat atau normal sesuai umur
3). Energi tercukupi
4). Intake makanan dan cairan adekuat
Intervensi :
1). Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat
tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin).
R: Serat tinggi, lemak,air terlalu panas atau dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.

2). Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat.
R: situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

3). Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan.
R: Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

4). Monitor intake dan out put dalam 24 jam.


R: Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

5). Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :


 terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu.
 obat-obatan atau vitamin ( A)
R: Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan.
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan Sekunder terhadap diare
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keseimbangan dan elektrolit
dipertahankan secara maksimal.
Kriteria hasil :
1). Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S: 36-37,5 ̊c, RR:
(25x/menit)
2). Turgor elastik
3). membran mukosa bibir basah
4). mata tidak cowong
5). Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.
Intervensi :
1). Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R: Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan.
Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki defisit

2). Pantau intake dan output


R: Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

3). Timbang berat badan setiap hari


R: Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 lt.

4). Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3
lt/hr
R: Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

5). Kolaborasi :
 Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R: koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui
faal ginjal (kompensasi).
 Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R: Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
 Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R: anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar
simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik
sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat
endotoksin.

3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses


infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi peningkatan suhu
tubuh. Kriteria hasil :
1). Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
2). Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio
leasa)
3). Denyut nadi sesuai yang diharapkan
Intervensi :

1). Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

R: Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya


infeksi)

2). Berikan kompres hangat


R: merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas
tubuh.

3). Kolaborasi pemberian antipirektik


R: Merangsang pusat pengatur panas di otak.
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
peningkatan frekuensi BAB (diare)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas
kulit tidak terganggu.
Kriteria hasil :
1). Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga.
2). Tekstur sesuai yang diharapkan
3). Elastisitas sesuai yang diharapkan
4). Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan
baik dan benar.
Intervensi
1). Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur.
R: Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman.

2). Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila


basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelebaban dan keasaman feces.

3). Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R: Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi.
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, dkk. 2000. Pengertian diare

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed


6. EGC. Jakarta.

Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC ; Jakarta.

Hidayat, Aziz, Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Salemba


Medika, Jakarta.

Nursalam, Dr M. Ners, Rakawati Susilaningrum, SST, Sri Utami S.Kep. Asuhan


Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan)

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner


& Suddarth, , Edisi 8, EGC; Jakarta.

Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Sacharin, Rossa. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta.

Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. FK Universitas Udayana.

Wong. Whalley. 2005. Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia. Mosby


Company

Você também pode gostar

  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento3 páginas
    Daftar Isi
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Documento5 páginas
    Satuan Acara Penyuluhan
    febry
    Ainda não há avaliações
  • BAB 1 Batu Ginjal
    BAB 1 Batu Ginjal
    Documento4 páginas
    BAB 1 Batu Ginjal
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Talasemia
    Talasemia
    Documento14 páginas
    Talasemia
    febry
    Ainda não há avaliações
  • BAB 2 Konsep Dasar Anak
    BAB 2 Konsep Dasar Anak
    Documento4 páginas
    BAB 2 Konsep Dasar Anak
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Tgs Kep Anak Hiperaktif Kel 3
    Tgs Kep Anak Hiperaktif Kel 3
    Documento17 páginas
    Tgs Kep Anak Hiperaktif Kel 3
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento1 página
    Daftar Pustaka
    Febry Wulandari
    Ainda não há avaliações
  • Leaflet Kantin Sehat
    Leaflet Kantin Sehat
    Documento2 páginas
    Leaflet Kantin Sehat
    febry
    50% (2)
  • ISPA Bab 1 New
    ISPA Bab 1 New
    Documento4 páginas
    ISPA Bab 1 New
    febry
    Ainda não há avaliações
  • LP Gastritis
    LP Gastritis
    Documento15 páginas
    LP Gastritis
    Muhammad Saifudin
    Ainda não há avaliações
  • Pathway
    Pathway
    Documento1 página
    Pathway
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Leaflet Diare Maria
    Leaflet Diare Maria
    Documento2 páginas
    Leaflet Diare Maria
    febry
    Ainda não há avaliações
  • REMATIK Wahyudi Revisi 2
    REMATIK Wahyudi Revisi 2
    Documento53 páginas
    REMATIK Wahyudi Revisi 2
    febry
    Ainda não há avaliações
  • ADHD
    ADHD
    Documento36 páginas
    ADHD
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1-2
    Bab 1-2
    Documento39 páginas
    Bab 1-2
    febry
    Ainda não há avaliações
  • BAB 1-2 Revisi
    BAB 1-2 Revisi
    Documento55 páginas
    BAB 1-2 Revisi
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Stroke
    Stroke
    Documento43 páginas
    Stroke
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Askep Bakti Luhur Konsul 2
    Askep Bakti Luhur Konsul 2
    Documento42 páginas
    Askep Bakti Luhur Konsul 2
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Bab 2
    Bab 2
    Documento20 páginas
    Bab 2
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Stroke
    Stroke
    Documento42 páginas
    Stroke
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento1 página
    Daftar Pustaka
    Febry Wulandari
    Ainda não há avaliações
  • Konsul 2
    Konsul 2
    Documento50 páginas
    Konsul 2
    febry
    Ainda não há avaliações
  • LP
    LP
    Documento30 páginas
    LP
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Konsul 2
    Konsul 2
    Documento27 páginas
    Konsul 2
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Lefleat Mawar
    Lefleat Mawar
    Documento2 páginas
    Lefleat Mawar
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Leaflet Lansia
    Leaflet Lansia
    Documento2 páginas
    Leaflet Lansia
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Web Of Caution (WOC): Sistem Perkemihan dan Sirkulasi Darah
    Web Of Caution (WOC): Sistem Perkemihan dan Sirkulasi Darah
    Documento1 página
    Web Of Caution (WOC): Sistem Perkemihan dan Sirkulasi Darah
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Bab 2
    Bab 2
    Documento17 páginas
    Bab 2
    febry
    Ainda não há avaliações
  • Bab 2
    Bab 2
    Documento19 páginas
    Bab 2
    febry
    Ainda não há avaliações