Você está na página 1de 7

PENATALAKSANAAN AKIBAT GIGITAN ULAR

A. Penanganan bantuan dasar

Bantuan dasar diberikan secepatnya setelah gigitan, sebelum pasien


mencapai rumah sakit atau penyedia kesehatan. Hal ini dapat dilakukan oleh
korban gigitan ular sendiri atau orang lain yang ada dan mampu. Metode bantuan
dasar tradisional, popular, yang tersedia dan terjangkau seringkali tidak
bermanfaat atau bahkan membahayakan. Metode-metode tersebut meliputi: insisi
lokal, atau tusukan pada area gigitan, usaha untuk menghisap bisa dari luka,
mengikat erat tourniquet di sekitar gigitan, shock elektrik, penggunaan bahan
kimiawi atau topikal, tanaman atau es batu. Prinsip utama dari bantuan dasar
adalah usaha untuk memperlambat sistemik absorpsi bisa, menyelamatkan hidup
dan mencegah komplikasi sebelum pasien mendapat layanan kesehatan,
memantau simptom awal bisa yang membahayakan, mengatur transportasi pasien
ke penyedia kesehatan, dan diatas semua itu tujuan utama adalah tidak
membahayakan/ melukai korban.1,2

B. Transportasi kerumah sakit

Korban harus secepatnya ditransfer ke penyedia kesehatan/ rumah sakit, tetapi


dengan sedapat mungkin aman dan nyaman. Pergerakan terutama pada daerah
gigitan dikurangi hingga seminimal mungkin untuk mencegah peningkatan
absorpsi sistemik bisa. Kontraksi otot dapat meningkatkan penyebaran bisa dari
daerah gigitan. Bila mungkin, pasien ditempatkan pada posisi terlentang, kecuali
kalau muntah.2

C. Penilaian klinis dan resusitasi segera

Resusitasi kardiopulmonari dapat dilakukan, termasuk penggunaan oksigen


dan pemasangan akses intravena. Penanganan klinis dan resusitasi segera
mengikuti pendekatan ABCDE: Airway, Breathing, Circulation, Disabilitas
sistem saraf, Exposure dan kontrol lingkungan.1

D. Serum Anti Bisa Ular


Gunannya untuk pengobatan terhadap gigitan ular berbisa. Serum anti bisa
ular merupakan serum polivalen yang dimurnikan dan dipekatkan, berasal dari
plasma kuda yang dikebalkan terhadap bisa ular yang mempunyai efek
neurotoksik dan hematotoksik, yang kebanyakan ada di Indonesia.1

 Kandungan serum anti bisa ular


Tiap ml dapat menetralisasi :1
a. Bisa ular Ankystrodon rhodosoma 10-50 LD50
b. Bisa ular Bungarus fascinatus 25-50 LD50
c. Bisa Ular Naya sputatrix 25-50 LD50
d. Dan mengandung Fenol 0,25% sebagai pengawet
 Cara penyimpanan serum anti bisa ular
Penyimpanan serum antibisa ular adalah pada suhu 20-80 C dengan waktu
kadaluwarsa 2 tahun.1
 Cara pemakaian serum anti bisa ular
Pemilihan antibisa ular tergantung dari spesies ular yang menggigit. Dosis yang
tepat untuk ditentukan karena tergantung dari jumlah bisa ular yang masuk
peredaran darah dan keadaan korban sewaktu menerima anti serum. Dosis
pertama sebanyak 2 vial @5 ml sebagai larutan 2% dalam NaCl dapat diberikan
sebagai infus dengan kecepatan 40-80 tetes per menit, lalu diulang setiap 6 jam.
Apabila diperlukan (misalnya gejala-gejala tidak berkurang atau bertambah)
antiserum dapat diberikan setiap 24 jam sampai maksimal (80-100 ml). antiserum
yang tidak diencerkan dapat diberikan langsusng sebagai suntikan intravena
dengan sangat perlahan-lahan. Dosis untuk anak-anak sama atau lebih besar
daripada dosis untuk dewasa.Cara lain adalah denga menyuntikkan 2,5 ml secara
infiltrasi di sekitar luka, 2,5 ml diinjeksikan secara intramuskuler atau intravena.
Pada kasus berat dapat diberikan dosis yang lebih tinggi. Penderita harus diamati
selama 24 jam.3,4
 Efek samping serum anti bisa ular
Meskipun pemberian antiserum akan menimbulkan kekebalan pasif dan
memberikan perlindungan untuk jangka waktu pendek, tapi pemberiannya harus
hari-hati, mengingat kemungkinan terjadinya reaksi sampingan yang dapat berupa
:1,3
1. Reaksi anafilaktik (anaphylactic shock)
Dapat timbul dengan segera atau beberapa jam setelah suntikan
2. Penyakit serum (serum sickness)
Dapat timbul 7-10 hari setelah suntikan dan dapat berupa kenaikan suhu,
gatal-gatal, sesak nafas dan lain-lain gejala alergi. Reaksi ini jarang timbul
bila digunakan serum yang sudah dimurnikan
3. Kenaikan suhu (demam) dengan menggigil
Biasanya timbul setelah pemberian serum secara intravena
4. Rasa nyeri pada tempat suantikan
Biasanya timbul pada penyuntikan serum dengan jumlah besar reaksi ini
terjadi dalam pemberian 24 jam
 Indikasi pemberian serum anti bisa ular
Pemberian serum anti bisa ular direkomendasikan bila dan saat pasien terbukti
atau dicurigai mengalami gigitan ular berbisa dengan munculnya satu atau lebih
tanda berikut :1,3,5
Gejala venerasi sistemik
Kelainan hemostatik : perdarahan spontan (klinis), koagulopati, atau
trombositopenia.
Gejala neurotoksik : ptosis, oftalmoplegia eksternal, paralisis, dan lainnya.
Kelainan kardiovaskuler : hipotensi, syok, arritmia (klinis), kelainan EKG.
Cidera ginjal akut (gagal ginjal) : oligouria/anuria (klinis), peningkatan
kreatinin/urea urin (hasil laboratorium). Hemoglobinuria/mioglobinuria : urin
coklat gelap (klinis), dipstik urin atau bukti lain akan adanya hemolisis
intravaskuler atatu rabdomiolisis generalisata (nyeri otot, hiperkalemia) (klinis,
hasil laboratorium). Serta adanya bukti laboratorium lainnya terhadap tanda
venerasi.
Gejala venerasi lokal :
Pembengkakan lokal yang melibatkan lebih dari separuh bagian tubuh yang
terkena gigitan (tanpa adanya turniket) dalam 48 jam setelah gigitan.
Pembengkakan setelah tergigit pada jari-jari ( jari kaki dan khususnya jari tangan).
Pembengkakan yang meluas ( misalnya di bawah pergelangan tangan atau mata
kaki pada beberapa jam setelah gigitan pada tangan dan kaki), pembesaran
kelenjar getah bening pada kelenjar getah bening pada ekstremitas yang terkena
gigitan.
Pemberian anti bisa ular dapat menggunakan pedoman dari Parrish, seperti
tabel di bawah ini :
Derajat Venerasi Luka Nyeri Udem/eritema Tanda sistemik
gigit
0 0 + +/- <3cm/12 jam 0
I +/ + + <3cm/12 jam 0
-
II + + +++ >12cm- +. Neurotoksik,
25cm/12jam mual, pusing, syok
III ++ + +++ >25cm/12jam ++,syok,
petekie,ekimosis
I ++ + +++ Pada satu ++, gangguan faal
V + ekstremitas ginjal, koma,
secara perdarahan
menyeluruh

Pedoman terapi SABU mengacu pada Schwartz dan Way (Depkes, 2001):
 Derajat 0 dan I tidak diperlukan SABU, dilakukan evaluasi dalam 12 jam,
jika derajat meningkat maka diberikan SABU
 Derajat II: 3-4 vial SABU
 Derajat III: 5-15 vial SABU
 Derajat IV: berikan penambahan 6-8 vial SABU

Anti bisa ular harus diberikan segera setelah memenuhi indikasi. Anti bisa ular
dapat melawan envenomasi (keracunan) sistemik walaupun gejala telah menetap
selama beberapa hari, atau pada kasus kelainan haemostasis, yang dapat
belangsung dua minggu atau lebih. Untuk itu, pemberian anti bisa tepat diberikan
selama terdapat bukti terjadi koagulopati persisten. Apakah antibisa ular dapat
mencegah nekrosis lokal masih menjadi kontroversi, namun beberapa bukti
klinins menunjukkan bahwa agar antibisa efektif pada keadaan ini, anti bisa ular
harus diberikan pada satu jam pertama setelah gigitan.
DIAGRAM PENANGANAN GIGITAN ULAR
PASIEN DG RIWAYAT
GIGITAN ULAR

PERTOLONGAN PERTAMA:
- TENANGKAN PASIEN
- IMMOBILISASI DAERAH GIGITAN
- TRANSPOR PASIEN KE RS
YA
TIDAK
YA
TIDAK
ULAR DIBAWA KE RS
TIDAK
TERDAPAT TANDA ULAR DAPAT
TIDAK ENVENOMASI TERIDENTIFIKASI
YA
(KERACUNAN)
RAWAT Insisi cross bila memenuhi
kriteria ULAR DITETAPKAN
OBSERVASI* DI RS YA TIDAK BERBISA
SELAMA 24 JAM TIDAK
YA RAWAT
TERDAPAT TANDA ENVENOMASI TENANGKAN KORBAN, BERI
TERDAPAT TANDA DIAGNOSTIK DARI ((KERACUNAN) SERUM ANTITETANUS,
ENVENOMASI (KERACUNAN) ULAR PULANGKAN KORBAN
YA TIDAK
YANG UMUM BERADA DI AREA YA
GEOGRAFIS YANG SAMA TANDA MEMENUHI RAWAT
KRITERIA PEMBERIAN OBSERVASI* DI RS
TIDAK ANTIBISA SELAMA 24 JAM
TANDA MEMENUHI YA
KRITERIA PEMBERIAN
ANTIBISA1
TERSEDIA ANTIBISA
MONOSPESIFIK / TIDAK
TIDAK YA POLISPESIFIK
RAWAT
YA RAWAT
OBSERVASI* DI RS BERIKAN ANTIBISA
SELAMA 24 JAM POLISPESIFIK UNTUK BERIKAN ANTIBISA TERAPI
SPESIES ULAR YANG MONOSPESIFIK / KONSERVATIF**
BERADA DI AREA POLISPESIFIK
GEOGRAFIS YANG
SAMA

LIHAT RESPON2

RAWAT RAWAT
TIDAK TANDA ENVENOMASI YA
OBSERVASI* DI RS ULANGI DOSIS INISIASI
SISTEMIK MENETAP RAWAT
ANTIBISA (MAX 80-100 ml)

Disadur dari WHO Guidelines for The Clinical TIDAK ADA PERBAIKAN : ADA PERBAIKAN :
Management of Snake Bite in The South East RUJUK SEGERA OBSERVASI* DI RS
Asia Region 2005
DAFTAR PUSTAKA
1) Sentra Informasi Keracunan Nasional Badan POM, 2012. Penatalaksanaan
Keracunan Akibat Gigitan Ular Berbisa. Available from : www.pom.id
(diakses pada 30 Maret 2012)
2) WHO. 2005. Guidelines for The Clinical Management of Snake Bite in The
South East Asia Region.
3) Kasturiratne A, Wickremasinghe AR, de Silva N, Gunawardena NK,
Pathmeswaran A, et al. 2008. The Global Burden of Snakebite: A Literature
Analysis and Modelling Based on Regional Estimates of Envenoming and
Deaths. PLoS Med 5(11): e218. doi:10.1371/journal.pmed.0050218
4) Daley, Brian James MD. 2010. Snake bite : patophysiology. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/168828-overview#a0104
5) Emedicine Health. 2005. Snakebite. available from :
http://www.emedicinehealth.com/snakebite/article_em.htm#Snakebite

Você também pode gostar

  • Pencegahan Karier
    Pencegahan Karier
    Documento4 páginas
    Pencegahan Karier
    AuliaUlfa
    Ainda não há avaliações
  • Anatomi Tendon
    Anatomi Tendon
    Documento3 páginas
    Anatomi Tendon
    AuliaUlfa
    Ainda não há avaliações
  • Tendon
    Tendon
    Documento18 páginas
    Tendon
    AuliaUlfa
    Ainda não há avaliações
  • Pembunuhan Anak Sendiri
    Pembunuhan Anak Sendiri
    Documento492 páginas
    Pembunuhan Anak Sendiri
    AuliaUlfa
    Ainda não há avaliações
  • Obat Hipertensi FIX
    Obat Hipertensi FIX
    Documento24 páginas
    Obat Hipertensi FIX
    AuliaUlfa
    Ainda não há avaliações
  • Oma
    Oma
    Documento18 páginas
    Oma
    AuliaUlfa
    Ainda não há avaliações
  • Oma
    Oma
    Documento18 páginas
    Oma
    AuliaUlfa
    Ainda não há avaliações