Você está na página 1de 18

BORANG PORTOFOLIO – KULIT

Nama Peserta dr. Johan


Nama Wahana Puskesmas Kecamatan Cengkareng
Topik Osteoarthritis Genu Dekstra Grade III
Tanggal 30 April 2018
Nama Pasien Ny T No.RM 36055
Tanggal Presentasi Juni 2018 Nama dr. Junita Indah
Pendamping Mayasari S.
Tempat Presentasi Puskesmas Kecamatan Cengkareng
Objek Presentasi Keilmuan
- Deskripsi Seorang perempuan datang dengan keluhan nyeri pada
lutut kanan sejak 6 bulan lalu dan semakin memberat.
Keluhan disertai bengkak sekitar 2 minggu yang lalu
namun sekarang sudah tidak membengkak. Nyeri
dirasakan seperti nyut nyutan yang juga memberat ketika
beraktifitas seperti berjongkok atau berjalan dan membaik
ketika istirahat. Nyeri pada keluhan tidak menjalar. Pada
saat berjalan pasien mengeluh ada seperti bunyi “kretek”
di lutut kanannya. Keluhan nyeri membuat pasien sudah 1
minggu ini berjalan pincang.
- Tujuan Mendirikan diagnosis, mengobati penyakit osteoarthritis,
mengenali komplikasi, serta mengetahui prognosis dan
aspek aspek yang mempengaruhi penyakit tersebut.
Bahan Bahasan Kasus
Cara Membahas Presentasi dan Diskusi
Data Pasien Nama : Ny T Nomor Registrasi 26309
Nama Klinik : Poli Terdaftar Sejak : 30 April 2018
PTM Puskesmas
Kecamatan
Cengkareng.
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/Gambaran Klinis
Seorang perempuan datang dengan keluhan nyeri pada lutut kanan sejak 6 bulan lalu
dan semakin memberat. Keluhan disertai bengkak sekitar 2 minggu yang lalu namun
sekarang sudah tidak membengkak. Bengkak pada keluhan tidak disertai perubahan
warna dan rasa panas. Keluhan nyeri terutama lebih dirasakan ketika malam hari dan
membaik pada pagi serta menjelang siang hari. Nyeri dirasakan seperti nyut nyutan
yang juga memberat ketika beraktifitas seperti berjongkok atau berjalan dan membaik
ketika istirahat. Nyeri pada keluhan tidak menjalar. Pada saat berjalan pasien
mengeluh ada seperti bunyi “kretek” di lutut kanannya. Keluhan nyeri membuat
pasien sudah 1 minggu ini berjalan pincang. Pasien menyangkal riwayat trauma
sebelumnya dan tidak ada kaku di pagi hari. Keluhan tidak disertai demam. Pasien
mengaku juga sering merasa mual namun tidak muntah.
2. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah beberapa kali berobat ke poli PTM Puskesmas Kecamatan Cengkareng
dengan terapi Ibuprofen 3x400mg serta pernah mendapat Piroxicam 2x10mg sebagai
obat nyeri. Pasien juga mendapat Ranitidin 2x150mg dan Antasida 3x500mg sebagai
obat lambungnya . Keluhan nyeri lutut membaik jika minum obat dan kembali nyeri
jika obat nyeri habis.
3. Riwayat Kesehatan/penyakit
Pasien belum pernah mengalami keluhan ini sebelumya. pasien juga mengatakan
tidak memiliki riwayat diabetes, hipertensi, alergi obat, koleterol tinggi, asam urat
tinggi, riwayat penyakit jantung dan tumor disangkal.
4. Riwayat keluarga
Orang tua serta keluarga kandung pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
seperti ini dan tidak memiliki riwayat diabetes, hipertensi, riwayat penyakit jantung
dan tumor disangkal.
5. Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Akhir akhir ini pasien sulit untuk beraktifitas
dan dari dulu tidak suka berolahraga. Pasien tidak pernah mengkonsumsi minuman
beralkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang. Pasien sering dan senang
mengkonsumsi makanan bersantan dan yang digoreng.
6. Kondisi Lingkungan, Sosial,Ekonomi dan Fisik
Pasien tinggal berdua dengan suami. Rumah pasien terdiri dari 2 kamar. Ventilasi
baik, cahaya matahari cukup, air minum berasal dari air kemasan. Air mandi berasal
dari air pam. Pasien memiliki 2 orang anak yang sudah berumah tangga dan tinggal
terpisah. Kebutuhan sehari hari dicukupi dari uang pensiun suami dan kiriman anak.
Pasien mengatakan tidak ada di lingkungan sekitar yang memiliki keluhan seperti ini.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis

 Tanda Vital
- Frekuensi nadi : 80 x/ menit
- Tekanan darah : 110/80mmHg
- Frekuensi pernafasan : 17 x/ menit
- Suhu : 36,6o C
-

 Data antropometri
- Berat badan : 84 kg
- Tinggi badan : 162 cm
- BMI : 32 (Obesitas I)

Status Generalis
 Kepala
- Bentuk : Normocephali
- Mata : Langophthalmus -/+, Conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-,
- pupil isokor, RCL +/+, RCTL +/+, lakrimasi -/-, injeksi
konjungtiva -/-, sekret -/-, perdarahan -/-
- Telinga : Normotia, serumen -/-, perdarahan -/-
- Hidung : Septum deviasi (-), sekret -/-, cuping hidung -/-, perdarahan -/-
- Mulut : Bibir tampak kering (-), bibir tampak pucat (-), gusi berdarah (-
), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, kripta -/-, detritus -/-
- Leher : KGB dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar
-
 Thorax
 Pulmo
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-)
- Palpasi : Gerak nafas simetris, vocal fremitus simetris
- Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

 Kardio
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Teraba ictus cordis pada ICS V, 1 cm medial linea
midklavikula kiri
- Perkusi : Redup, batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I & II regular, murmur (-), gallop (-)

 Abdomen
A. Inspeksi : Datar
B. Auskultasi : Bising usus (+) 6x/ menit
C. Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), organomegali (-)
D. Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

Ekstremitas:
Ekstremitas Superior Inferior
Deformitas -/- +/-
Akral dingin -/- -/-
Akral sianosis -/- -/-
Ikterik -/- -/-
CRT < 2 detik < 2 detik
Tonus Baik Baik

Kulit
tidak ikterik ataupun sianotik

STATUS LOKALIS
Regio genu dextra
Look : Bengkak (-), kemerahan (-), deformitas (+)
Feel : Suhu teraba hangat, nyeri (+)
Move : Krepitasi (+) gerakan dalam batas normal
Regio genu sinistra
Look : Bengkak (-), kemerahan (-), deformitas (-)
Feel : Teraba hangat (-) , nyeri (-)
Move : Krepitasi (-) gerakan dalam batas normal

Inspeksi Cara Berjalan : Gangguan pola berjalan dengan kesulitan menggunakan


tungkai kanan untuk memijak.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen Genu Dekstra AP/ Lateral tanggal 30/4/2018
Diagnosis Kerja
Osteoarthritis Genu Dekstra Grade III

Diagnosis Banding
- Rhematoid Arthritis
- Arthritis GOUT
-
Tatalaksana
Medikamentosa
 Piroxicam 2x 20 mg p.c
 Ranitidin 2x150mg a.c
 Antasida 3x500mg a.c
Non medikamentosa
o Edukasi :
a. Menjelaskan mengenai penyakit yang dialami dan hasil pemeriksaan
penunjang
b. Sementara untuk tidak menaiki ataupun menuruni anak tangga
c. Menjaga berat badan ideal
d. Makan makanan yang sehat bergizi, kurangi makanan yang digoreng dan
bersantan
e. Perubahan gaya hidup
f. Menggunakan alat bantu jika diperlukan
o Tindakan rujuk ke spesialis orthopedi untuk penanganan lanjut

Daftar Pustaka
1. World Health Organization. Chronic diseases and health promotion. 2015.
Available in www.who.int/chp/topica/rheumatic/en. Accesed on 26 Januari
2015.
2. Smeltzer, S.C., Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth. 8th Ed. Jakarta: EGC.
3. Pearson, D., Miller, C.G. 2008. Clinical Trial in Rheumatoid Arthritis and
Osteoarthritis. Newtown: Springer
4. Brandt, K.D., Doherty, M., Lohmander, L.S. 2003. Osteoarthritis, Second
edition. New York : Oxford University Press Inc.
5. George Krucik, MD, MBA . Stages of Osteoarthritis of the knee. 2013.
Available in www.healthline.com/health/osteoarthritis-stages-of-oa-of-the-
knee. Accesed on : 26 February 2015
6. Viscosupplementation : Managed Care Issues for Osteoarthritis of the Knee.
Journal of Managed Care Pharmacy. 2007

Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Osteoarthritis
2. Aspek yang mempengaruhi Osteoarthritis
3. Klasifikasi Osteoarthritis
4. Tatalaksana Osteoarthritis
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio :
Subyektif
Keluhan terdapat beberapa bercak putih dengan pinggiran kemerahan, bersisik dan
gatal diseluruh puncak kepala sejak 1 bulan lalu, bercak juga terdapat dikedua sudut
bibir, bercak semakin bertambah luas dari sejak pertama kali muncul dengan ukuran
bervariasi, bercak dirasa semakin gatal jika berkeringat, pasien mengatakan tidak
ditemukan mati rasa pada bercak, rambut mudah tercabut sehingga terdapat pitak
dibeberapa bagian dan pasien memutuskan untuk memotong menjadi pendek
rambutnya, rambut juga menjadi keabu abuan seperti banyak ketombenya. Keluhan-
keluhan yang dialami pasien sesuai dengan gejala pada penyakit tinea kapitis yang
disebabkan oleh jamur Microsporum/Trichopyton. Infeksi ini menyerang folikel
rambut kepala. Diawali dengan gejala bercak dimana jamur memakan sel sehat
dimulai dari tepi dan menyebabkan gatal, pada rambut terjadi kerontokan yang
membuat akar rambut patah dan terbentuk alopesia. Keluhan adanya sisik seperti
ketombe juga menandakan adanya skuama.
Objektif
Pada kasus ini, diagnosis Tinea Kapitis dan Barbe ditegakan atas dasar :
1. Pemeriksaan fisik : kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang, tanda-
tanda vital dalam batas normal. Status generalis dalam batas normal, pada
pemeriksaan neurologis dalam batas normal. pada pemeriksaan status
dermatologikus ditemukan :
- Regio : Parietal, Temporal Duplex
- Distribusi : Lokalisata
- Efloresensi primer: Makula dengan skuama halus
- Warna : Putih dengan pinggir eritem
- Ukuran : Lentikular, Numular
- Jumlah : Multipel
- Efloresensi sekunder: -
- Konfigurasi : Diskret

- Regio : Nasolabialis
- Distribusi : Lokalisata
- Efloresensi primer: Makula dengan skuama halus
- Warna : Putih dengan pinggir eritem
- Ukuran : Lentikular
- Jumlah : Multipel
- Efloresensi sekunder: -
- Konfigurasi : Diskret

Gambaran status dermatologikus sama seperti gambaran pada penyakit Tinea


Kapitis dan Tinea Barbe.

Assesment (Penalaran Klinis)


Tinea Kapitis dan Barbe adalah infeksi dermatofit ektotrik (diluar rambut)
infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis, menyebar sekitar batang
rambut dan dibatang rambut bawah kutikula dari pertengahan sampai akhir
anagen saja sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut.
Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana rambut menjadi
sangat rapuh sekali.. Penyebaran Tinea kapitis terutama di daerah kepala pada
tinea barbe pada daerah berambut selain kepala. Penyakit ini biasanya disertai
rasa gatal.
Pada kasus ini penting untuk memikirkan diagnosis banding dimana terdapat
beberapa keluhan yang mirip yaitu dermatitis seboroik, psoriasis, alopesia areata,
karbunkel/folikulitis, psoriasis, kusta. Pada dermatitis seboroik peradangan
terjadi di folikel rambut dengan skuama berminyak, sedang pada lesi psoriasis
dikulit, plak eritematos berbatas tegas dan berskuama lebih jelas dan keperakan
diatasnya, dan rambut rambut tidak patah, pada alopesia areata tepi yang
eritematus pada stadium permulaan, tetapi dapat berubah kembali ke kulit
normal, tidak terdapat skuama dan rambut-rambut pada tepinya mudah dicabut
akan tetapi pangkal yang patah tidak tampak, pada trikotilomania berupa rambut
putus tidak tepat pada kulit kepala, daerah kelainan tidak pernah botak
seluruhnya, berbatas tidak tegas karena pencabutan rambut oleh pasien sendiri,
pada folikulitis dan karbunkel keluhan disertai nyeri, pada morbus hansen lesi
disertai mati rasa.

Plan
Dignosis Kerja : Suspek Tinea Kapitis tipe greypatch ringworm +
Tinea Barbe
Dignosis Banding : Karbunkel, Dermatitis Numularis, Psoriasis,
Folikulitis, Morbus Hansen
Pengobatan : Diberikan antijamur oral sebagai pengobatan
sistemik dikarenakan lesi yang luas dan ketidaktersediaan shampo, diberikan
Chlorpheniramine Maleate sebagai obat antigatal
Edukasi :
 Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur.(dalam kasus ini
istri pasien)
 Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi, handuk,
sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.
 Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering perlu 3-6
bulan. Kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan alopesia permanen.
 Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, pakaian pasien
dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun atau lebih baik dibuang.
 Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampo, pasien dapat
pergi ke sekolah.
 Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup kepala.
TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi
Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi degeneratif disebabkan karena
trauma berulang pada sendi dalam kurun waktu lama, biasanya terjadi pada tulang
(1)
lutut, panggul, jari tangan dan kaki juga tulang belakang bagian bawah .
Osteoarthritis merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan seringkali
menimbulkan ketidakmampuan dam keterbatasan gerak(2).
Osteoarthritis berkembang dengan perlahan, namun merupakan penyakit aktif
dari degenerasi tulang rawan sendi dan berhubungan dengan gejala nyeri pada
persendian, kekakuan, dan keterbatasan gerak. Osteoarthritis dapat terjadi pada
berbagai sendi, namun lebih sering terjadi pada pangkal paha, lutut, sendi pada
tangan, kaki, dan tulang belakang (3) .
Dengan merangkum perubahan klinis, patofisiologi, histologis, biomekanik,
dan biokimia yang merupakan karakteristik dari osteoarthritis. Secara klinis, penyakit
ini ditandai dengan nyeri sendi, tenderness, keterbatasan gerak, krepitasi, efusi
okasional, dan derajat yang bervariasi dari inflamasi lokal, namun tanpa efek
sistemik. Berdasarkan patofisiologi, penyakit ini ditandai dengan hilangnya kartilago
yang lebih sering terjadi pada area yang menumpu beban berat, sklerosis tulang
subkondral, kista subkondral, peningkatan aliran darah metaphyseal, dan inflamasi
synovial. Secara histologis, penyakit ini ditandai dengan pemecahan dini permukaan
kartilago, kloning kondrosit, pemecahan vertikal pada kartilago, endapan kristal, dan
remodelling. Secara biomekanik, penyakit ini ditandai dengan perubahan daya
regang, tekanan dan permeabilitas hidraulik kartilago, peningkatan air, dan bengkak
yang berlebih.
Perubahan kartilago tersebut disertai dengan peningkatan kekakuan tulang
subkondral. Secara biokimia, penyakit ini ditandai dengan pengurangan konsentrasi
proteoglycans, perubahan ukuran dan agregasi proteoglycans, perubahan ukuran
kolagen fibril, dan peningkatan sintesis dan degradasi matriks makromolekul.(4)
b. Epidemiologi
(3)
Prevalensi osteoarthritis meningkat seiring dengan usia . Penambahan usia
berhubungan langsung dengan proses degeneratif dalam sendi, mengingat
kemampuan kartilago artikuler untuk bertahan terhadap mikrofraktur dengan beban
muatan rendah yang berulang-ulang mengalami penurunan. Osteoarthritis sering
dimulai pada dekade usia ketiga, dan mencapai puncaknya di antara dekade kelima
dan keenam (2). Lebih dari 75% orang dengan usia di atas 70 tahun menunjukan bukti
radiografi adanya osrteoarthritis (3)
Osteoarthritis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Sebelum
usia 50 tahun pria memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita, namun
setelah usia 50 tahun wanita memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pria.
Hal ini disebabkan karena defisiensi hormon esterogen post-menopause yang
(1)
berperan dalam peningkatan risiko terjadinya osteoarthritis pada wanita WHO
memperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita di seluruh dunia dengan usia lebih dari 60
tahun memiliki gejala osteoarthritis (3)
c. Diagnosis (5)
Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tak dapat didasarkan
hanya pada satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya kita lakukan pemeriksaan
reumatologi ringkas berdasarkan prinsip pemeriksaan GALS (Gait, arms, legs, spine).
Penegakan diagnosis OA berdasarkan gejala klinis. Tidak ada pemeriksaan penunjang
khusus yang dapat menentukan diagnosis OA. Pemeriksaan penunjang saat ini
terutama dilakukan untuk memonitoring penyakit dan untuk menyingkirkan
kemungkinan arthritis karena sebab lainnya. Pemeriksaan radiologi dapat menentukan
adanya OA, namun tidak berhubungan langsung dengan gejala klinis yang muncul.
Gejala OA umumnya dimulai saat usia dewasa, dengan tampilan klinis kaku sendi di
pagi hari atau kaku sendi setelah istirahat. Sendi dapat mengalami pembengkakan
tulang, dan krepitasi saat digerakkan, dapat disertai keterbatasan gerak sendi.
Peradangan umumnya tidak ditemukan atau sangat ringan.
Banyak sendi yang dapat terkena OA, terutama sendi lutut, jari-jari kaki, jari-
jari tangan, tulang punggung dan panggul. Pada seseorang yang dicurigai OA,
direkomendasikan melakukan pemeriksaan berikut ini:

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pendekatan untuk menyingkirkandiagnosis penyakit lain.
4. Pemeriksaan penunjang
1. Anamnesis
- Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual)
-Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit, bila disertai
inflamasi, umumnya dengan perabaan hangat, bengkak yang minimal, dan tidak
disertai kemerahan pada kulit)
- Tidak disertai gejala sistemik
- Nyeri sendi saat beraktivitas
- Sendi yang sering terkena:
Sendi tangan: carpo-metacarpal (CMCI), Proksimal interfalang (PIP) dan distal
interfalang (DIP), dan Sendi kaki: Metatarsofalang (MTP) pertama. Sendi lain: lutut,
V. servikal, lumbal, dan hip.

Faktor risiko penyakit :


- Bertambahnya usia
- Riwayat keluarga dengan OA generalisata
- Aktivitas fisik yang berat
- Obesitas
- Trauma sebelumnya atau adanya deformitas pada sendi yang bersangkutan.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keluhan nyeri dan fungsi sendi


- Nyeri saat malam hari (night pain)
- Gangguan pada aktivitas sehari-hari
- Kemampuan berjalan
- Lain-lain: risiko jatuh
- Gambaran nyeri dan derajat nyeri (skala nyeri yang dirasakan pasien)

2. Pemeriksaan fisik
- Tentukan BMI
- Perhatikan gaya berjalan/pincang?
- Adakah kelemahan/atrofi otot
- Tanda-tanda inflamasi?
- Lingkup gerak sendi (ROM)
- Krepitus
- Deformitas/bentuk sendi berubah
- Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi
- Nyeri tekan pada sendi dan periartikular
- Penonjolan tulang (Nodul Bouchard’s dan Heberden’s)
- Pembengkakan jaringan lunak
- Instabilitas sendi

3. Pendekatan untuk menyingkirkan diagnosis lain


- Adanya infeksi
- Adanya fraktur
- Kemungkinan keganasan
- Kemungkian Artritis Reumatoid
Diagnosis banding yang menyerupai penyakit OA
- Inflammatory arthropaties
- Artritis Kristal (gout atau pseudogout)
- Bursitis
- Sindroma nyeri pada soft tissue
- Tumor Genu

4. Pemeriksaan Penunjang
- Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk mendiagnosis OA. Pemeriksaan darah
membantu menyingkirkan diagnosis lain dan monitor terapi.
- Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk klasifikasi diagnosis atau untuk merujuk ke
ortopedi.
- Pemeriksaan penunjang rutin yang dilakukan untuk evaluasi OA lutut adalah
pemeriksaan rontgen konvensional. Gambaran khas pada OA ltut adalah adanya
osteofit dan oenyempitan celah sendi. Berdasarkan pemeriksaan radiologi, Kellgren
dan Lawrence menyusun gradasi OA lutut menjadi :
o Grade 0 : tidak ada OA
o Grade 1 : sendi dalam batas normal dengan osteofit meragukan
o Grade 2 : terdapat osteofit yang khas tetapi celah sendi baik dan tampak
deformitas tulang
o Grade 3 : terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan
penyempitan celah sendi
o Grade 4 : terdapat osteofit dan deformitas tulang dan disertai hilangnya
celah sendi
a. Klasifikasi diagnosis Osteoartritis berdasarkan kriteria American College of
Rheumatology (ACR)
• Berdasarkan kriteria klinis:
- Nyeri sendi lutut dan paling sedikit 3 dari 6 kriteria di bawah ini:
1. krepitus saat gerakan aktif
2. kaku sendi < 30 menit
3. umur > 50 tahun
4. pembesaran tulang sendi lutut
5. nyeri tekan tepi tulang
6. tidak teraba hangat pada sinovium sendi lutut.
Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.

• Berdasarkan kriteria klinis dan radiologis:


Nyeri sendi lutut dan adanya osteofit dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
1. kaku sendi <30 menit
2. umur > 50 tahun
3. krepitus pada gerakan sendi aktif
Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%.

• Berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris:


Nyeri sendi lutut dan paling sedikit 5 dari 9 kriteria berikut ini:
1. Usia >50 tahun
2. kaku sendi <30 menit
3. Krepitus pada gerakan aktif
4. Nyeri tekan tepi tulang
5. Pembesaran tulang
6. Tidak teraba hangat pada sinovium sendi terkena
7. LED<40 mm/jam
8. RF <1:40
9. Analisis cairan sinovium sesuai OA
Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%.
Pemeriksaan Radiografi pada panggul, lutut dan pergelangan kaki dibuat dengan film
yang panjang, dengan pasien berdiri pada posisi tegak dapat menilai adanya
perubahan bentuk/ deformitas OA.
Pasien harus dapat berdiri dengan seluruh berat badannya menumpu pada seluruh
tungkainya, untuk mendapatkan ketepatan deformitas tungkai. Pemeriksaan radiografi
harus dilakukan bilateral dan dibandingkan, termasuk penilaian anteroposterior pelvis,
pada posisi berdiri (weight-bearing dengan rotasi interna dari jari-jari kaki 15-20
derajat), dan penilaian anteroposterior dengan fokus pada satu panggul.

b. Tatalaksana
Tahap Pertama (Terapi Non farmakologi)
a. Edukasi pasien.
b. Program penatalaksanaan mandiri : modifikasi gaya hidup.
c. Bila berat badan berlebih (BMI > 25), program penurunan berat badan, minimal
penurunan 5% dari berat badan, dengan target BMI 18,5-25.
d. Program latihan aerobik (low impact aerobic fitness exercises).
e. Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi, penguatan otot- otot
(quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu gerak sendi (assistive devices for
ambulation): pakai tongkat pada sisi yang sehat.
f. Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi, menggunakan splint
dan alat bantu gerak sendi untuk aktivitas fisik sehari-hari.

Tahap kedua (Terapi Farmakologi)


• Pendekatan terapi awal
a. Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, dapat diberikan salah satu
obat berikut ini, bila tidak terdapat kontraindikasi pemberianobat tersebut:
• Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari).
• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS).
b. Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, yang memiliki risiko pada
sistim pencernaan (usia >60 tahun, disertai penyakit komorbid dengan polifarmaka,
riwayat ulkus peptikum, riwayat perdarahan saluran cerna, mengkonsumsi obat
kortikosteroid dan atau antikoagulan), dapat diberikan salah satu obat berikut ini:
• Acetaminophen ( kurang dari 4 gram per hari).
• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) topikal
• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) non selektif, dengan pemberian obat
pelindung gaster (gastro- protective agent).
Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) harus dimulai dengan dosis analgesik rendah
dan dapat dinaikkan hingga dosis maksimal hanya bila dengan dosis rendah respon
kurang efektif. Pemberian OAINS lepas bertahap (misalnya Na-Diklofenak SR75 atau
SR100) agar dipertimbangkan untuk meningkatkan kenyamanan dan kepatuhan
pasien. Penggunaan misoprostol atau proton pump inhibitor dianjurkan pada penderita
yang memiliki faktor risiko kejadian perdarahan sistem gastrointestinal bagian atas
atau dengan adanya ulkus saluran pencernaan.
c. Untuk nyeri sedang hingga berat, dan disertai pembengkakan sendi, tindakan
aspirasi dan tindakan injeksi glukokortikoid intraartikular (misalnya triamsinolone
hexatonide 40 mg) untuk penanganan nyeri jangka pendek (satu sampai tiga minggu)
dapat diberikan, selain pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid per oral (OAINS).
• Pendekatan terapi alternatif
Bila dengan terapi awal tidak memberikan respon yang adekuat:
a. Untuk penderita dengan keluhan nyeri sedang hingga berat, dan memiliki
kontraindikasi pemberian COX-2 inhibitor spesifik dan OAINS, dapat diberikan
Tramadol (200-300 mg dalam dosis terbagi). Manfaatnya dalam pengendalian nyeri
OA dengan gejala klinis sedang hingga berat dibatasi adanya efek samping yang
harus diwaspadai, seperti: mual (30%), konstipasi (23%), pusing/dizziness (20%),
somnolen (18%), dan muntah (13%).
b. Terapi intraartikular seperti pemberian hyaluronan atau kortikosteroid jangka
pendek (satu hingga tiga minggu) pada OA lutut.
Injeksi intra artikular ataupun periartikular bukan merupakan pilihan utama dalam
penanganan osteoartritis. Diperlukan kehati-hatian dan selektifitas dalam penggunaan
modalitas terapi ini, mengingat efek merugikan baik yang bersifat lokal maupun
sistemik. Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid, dan viskosuplementasi dengan hyaluronan untuk
memodifikasi perjalanan penyakit. Dengan pertimbangan ini yang sebaiknya
melakukan tindakan adalah dokter ahli reumatologi atau dokter ahli penyakit dalam
dan dokter ahli lain, yang telah mendapatkan pelatihan.
1. Kortikosteroid (triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone)
Dapat diberikan pada OA lutut, jika mengenai satu atau dua sendi dengan
keluhan nyeri sedang hingga berat yang kurang responsif terhadap pemberian OAINS,
atau tidak dapat mentolerir OAINS atau terdapat penyakit komorbid yang merupakan
kontra indikasi terhadap pemberian OAINS. Diberikan juga pada OA lutut dengan
efusi sendi atau secara pemeriksaan fisik terdapat tanda-tanda inflamasi lainnya.
Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar untuk menghindari penyulit yang
timbul. Sebagian besar literatur tidak menganjurkan dilakukan penyuntikan lebih dari
sekali dalam kurun 3 bulan atau setahun 3 kali terutama untuk sendi besar penyangga
tubuh. Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mg/injeksi, sedangkan untuk sendi-
sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg. Injeksi kortikosteroid intra-artikular
harus dipertimbangkan sebagai terapi tambahan terhadap terapi utama untuk
mengendalikan nyeri sedang-berat pada penderita OA

Tahap Ketiga
Indikasi untuk tindakan lebih lanjut:
1. Adanya kecurigaan atau terdapat bukti adanya artritis inflamasi: bursitis, efusi
sendi: memerlukan pungsi atau aspirasi diagnostik dan teurapeutik (rujuk ke dokter
ahli reumatologi/bedah ortopedi.
2. Adanya kecurigaan atau terdapat bukti artritis infeksi (merupakan kasus gawat
darurat, resiko sepsis tinggi: pasien harus dirawat di Rumah Sakit)
Segera rujuk ke dokter bedah ortopedi pada:
a. Pasien dengan gejala klinis OA yang berat, gejala nyeri menetap atau bertambah
berat setelah mendapat pengobatan yang standar sesuai dengan rekomendasi baik
secara non-farmakologik dan farmakologik (gagal terapi konvensional).
b. Pasien yang mengalami keluhan progresif dan mengganggu aktivitas fisik sehari-
hari.
c. Keluhan nyeri mengganggu kualitas hidup pasien: menyebabkan gangguan tidur
(sleeplessness), kehilangan kemampuan hidup mandiri, timbul gejala/gangguan
psikiatri karena penyakit yang dideritanya.
d. Deformitas varus atau valgus (>15 hingga 20 derajat) pada OA lutut
e. Subluksasi lateral ligament atau dislokasi: rekonstruksi retinakular medial, distal
patella realignment, lateral release.
f. Gejala mekanik yang berat (gangguan berjalan/giving way, lutut terkunci/locking,
tidak dapat jongkok/inability to squat): tanda adanya kelainan struktur sendi seperti
robekan meniskus: untuk kemungkinan tindakan artroskopi atau tindakan
unicompartmental knee replacement or osteotomy/realignment osteotomies.
g. Operasi penggantian sendi lutut (knee replacement: full, medial unicompartmental,
patellofemoral and rarely lateral unicompartmental) pada pasien dengan:
a. Nyeri sendi pada malam hari yang sangat mengganggu
b. Kekakuan sendi yang berat
c. Mengganggu aktivitas fisik sehari-hari
Tata laksana OA berdasarkan grade nya dapat disimpulkan sebagai berikut. (5,6)
 Grade 0
Tidak ada treatment yang diperlukan untuk grade 0
 Grade 1
Tidak ada treatment khusus yang diperlukan pada OA grade ini, namun jika
terdapat resiko untuk terjadinya resiko OA lanjut maka disarankan untuk
mengkonsumsi suplemen seperti glucosamine dan chondroitin, atau latihan
rutin untuk memperlamat progresitivitas dari OA.
 Grade 2
Treatment yang dianjurkan pada grade ini diutamakan bersifat non
farmakologi misalnya pada pasien yang overweight atau berat badan berlebih
disarankan untuk menurunkan berat badan melalui diet dan olaharga. Bahkan
pasien yang tidak memiliki kelebihan berat badan pun bisa mendapatkan
keuntungan dari aerobic dan latihan kekuatan otot sehingga dapat membantu
untuk memperkuat otot-otot sekitar sendi yang meningkatkan stabilitas dan
mengurangi kerusakan sendi tambahan.
Beberapa pasien pada grade ini mungkin perlu obat untuk menghilangkan rasa
sakitnya. Pada grade ini disarankan untuk mengkonsumsi obat obatan NSAID
atau acetaminophen (seperti Tyenol) untuk menghilangkan rasa sakit serta
disarankan untuk beroloahraga, menurunkan berat badan, melindungi lutut
dari stress yang tidak perlu. Namun penggunaan NSAID jangka panjang perlu
diwaspadai terkait dengan efek sampping yang ditimbulkan seperti masalah
pencernaan, ginjal dan kerusakan hati.
 Grade 3
Jika terapi nonfarmaka tidak lagi menghilangkan rasa nyeri, maka disarankan
untuk dilakukannya penyuntikan steroid pada daerah sendi yang sakit. Fungsi
steroid itu sendiri adalah mengurang rasa sakit yang disebabkan oleh
peradangan yang terjadi pada OA.
Selain itu penggunaan asam hyaluronat secara injeksi pada sendi yang sakit
juga dapat digunakan pada grade ini. Pemberian obat anti nyeri lainnya seperti
codein dapat diberikan pada terapi jangka pendek untuk menghilangkan rasa
nyeri ringan sampai berat namun perlu disarankan untuk penggunaan efek
terapi jangka panjang karena meningkatkan resiko ketergantungan dan
toleransi terhadap obat tersebut ditambah dengan efek samping lainnya seperti
mual,mengantuk dan kelelahan
 Grade 4
Pada grade ini diperlukan tindakan bedah dengan penggatian lutut total atau
artroplasti. Dimana tindakan ini adalah pilihan terakhir bagi sebagian besar
pasien dengan OA lutut parah. Tindakan pembedahan ini mengganti sendi
yang rusak dengan perangkat logam. Pemulihan dari prosedur ini memakan
waktu beberapa minggu serta membutuhkan terapi fisik untuk pemulihan.

Você também pode gostar