Você está na página 1de 3

ANALISA PERISTIWA KUDETA DI TURKI

A. Mengapa Terjadi Kudeta

Pada tanggal 15 Juli 2016 pukul 23.00 waktu setempat, pesawat jet tempur terlihat
terbang di wilayah udara Ankara, dan jembatan Fatih Sultan
Mehmet dan Bosporus di Istanbul telah ditutup.
Perdana Menteri Turki Binali Yıldırım mengatakan aksi militer tersebut "dilakukan di luar
rantai komando" dan "upaya ilegal" untuk merebut kekuasaan. Lebih lanjut ia mengatakan
bahwa semua yang terlibat "akan membayarnya dengan harga yang mahal. Media lokal
melaporkan tank-tank dikerahkan di Bandar Udara Atatürk, Istanbul.[33] Dan juga terdapat
laporan bila pengguna Internet di Turki tidak dapat mengakses Twitter, Facebook,
dan YouTube.[34][35] Tapi Twitter kemudian menyatakan bahwa "tidak ada alasan bila kami
telah sepenuhnya diblokir".[36] Beberapa sandera telah dibawa ke markas militer, termasuk
Kepala Staf Umum Turki Hulusi Akar.[37] militer juga memasuki kantor Partai Keadilan dan
Pembangunan di Istanbul dan meminta orang-orang untuk pergi.[38]
Pernyataan yang dikeluarkan oleh Angkatan Bersenjata Turki mengatakan: "Angkatan
Bersenjata Turki telah mengambil alih pemerintahan negara untuk mengembalikan
ketertiban, hak asasi manusia dan kebebasan, rule of law dan keamanan umum yang telah
rusak. [...] Semua perjanjian internasional masih berlaku. Kami berharap bila hubungan baik
dengan semua negara akan terus berlanjut."[13][39] Mereka menyatakan bahwa mereka
"melakukan ini untuk menjaga demokrasi dan ketertiban. Serta memastikan rule of law tetap
menjadi prioritas".[40] Salah satu jenderal di Angkatan Bersenjata Turki menyatakan TSK
tidak mendukung upaya kudeta dan pelaku mewakili fraksi kecil.[19]
Pada 21.02 UTC, Reuters melaporkan bila tentara Turki berada dalam gedung Stasiun
Radio dan Televisi Turki (TRT) di Ankara.[13] Setelah militer menguasai gedung tersebut,
militer membacakan pernyataan yang berbunyi "prinsip demokrasi dan sekulerisme di Turki
telah terkikis oleh pemerintahan saat ini" dan Turki sekarang dipimpin oleh "Dewan
Perdamaian" yang akan "menjamin keselamatan warga." [35] TRT saat ini menghentikan
siarannya.[13]
Bandara Atatürk ditutup; dan semua penerbangan dari bandara tersebut telah
dibatalkan.[41]
Pihak militer menyatakan bila konstitusi baru akan dipersiapkan "sesegera
mungkin."[40] Ledakan di markas TRT dan baku tembak telah terjadi di Ankara. [40]
Tank telah menembakkan senjatanya di dekat Gedung Parlemen Turki.[13] Sebuah
laporan menyatakan bahwa Parlemen Turki telah dibom.[42] Korban luka-luka dari
demonstran telah dilaporkan di Jembatan Bosporus setelah baku tembak di jembatan. [40]
Sebuah helikopter milik pihak militer yang melakukan kudeta telah ditembak jatuh oleh
jet tempur F-16 milik militer Turki yang masih loyal terhadap pemerintah.[43][40][44] Terdapat
laporan lain yang menyatakan bahwa sepasukan jet tempur telah dikerahkan di Ankara untuk
"menetralkan" helikopter yang digunakan oleh pendukung kudeta. [40]
Pada pukul 12.10 UTC, Angkatan Bersenjata Turki melalui situsnya mengklaim telah
berkuasa penuh atas negara.[45]
CNN Türk melaporkan sebuah bom meledak di Gedung Parlemen menewaskan 12
orang dan dua orang terluka parah.[46] Helikopter milik pasukan pro-kudeta juga telah
dilaporkan terbang di wilayah tersebut. Satu setengah jam setelah laporan jumlah korban
tewas di gedung parlemen dikeluarkan, tentara memasuki gedung redaksi CNN Türk dan
memaksa untuk menghentikan siaran.[46][13][40] Setelah satu jam interupsi oleh pasukan pro-
kudeta, CNN Türk melanjutkan kegiatan siarannya.[47]
17 polisi Turki tewas dalam serangan helikopter pada markas pasukan istimewa polisi
di Ankara
Sejak pembentukan negara Turki modern di tahun 1923, Angkatan Bersenjata
Turki (TSK) telah melakukan kudeta 3 (tiga) kali yaitu pada tahun 1960, 1971, dan 1980
dan intervensi melalui memorandum militer pada tahun 1997. Secara historis, militer
menganggap organisasinya sebagai penjaga dari Turki yang didirikan di bawah Mustafa
Kemal Atatürk.
Pada masa-masa menjelang upaya kudeta 2016, sidang Ergenekon berlangsung,
yang dipandang sebagai usaha Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk
membangun kekuasaan warga sipil atas militer. Dalam sidang itu di tahun 2013 -
yang dipandang "sensasional" dan "salah satu yang sejarah terbesar di Turki" – 275 orang,
termasuk perwira tinggi militer, polisi, wartawan, pengacara, dan akademisi, dituduh
merencanakan kudeta pada tahun 2003 dan 2004 sebagai bagian dari jaringan rahasia
bernama "Ergenekon" terhadap Erdogan yang waktu itu adalah Perdana
Menteri. Tuduhan "Ergenekon" dicabut pada bulan April 2016 oleh Mahkamah Kasasi, yang
menyatakan keberadaan jaringan tersebut tidak dapat dibuktikan.
Pada 13 Juli 2016, dua hari sebelum kudeta dilancarkan, Erdoğan menandatangani
aturan hukum yang memberikan tentara Turki kekebalan dari peradilan ketika melakukan
operasi keamanan dalam negeri, untuk mengajukan peradilan terhadap komandan harus
memerlukan persetujuan dari Perdana Menteri, sementara tentara pangkat yang rendah
cukup dengan persetujuan Gubernur. Aturan hukum tersebut dipandang sebagai bagian
dari pelonggaran antara pemerintah dan Angkatan Bersenjata, karena belakangan ini militer
telah mengambil alih operasi militer di wilayah yang dihuni warga Kurdi yang sebelumnya
dilakukan oleh polisi dan unit paramiliter.

B. Apa Permasalahan yang mendasarinya


C. Langkah apa yang diambil oleh Pemerintah
D. Perkiraan Kedepan yang akan terjadi
E. Berapa jumlah Anggota Angkatan Bersenjata dan Pegawai Pemerintah Yang terlibat.

Você também pode gostar