Você está na página 1de 11

KINERJA LULUSAN PROGRAM KHUSUS D-III KEPERAWATAN

Tien Hartini, Hj. Heryati, Santa Manurung


Prodi Keperawatan Persahabatan Poltekkes Jakarta III

ABSTRACT

Sumber Daya Manusia tenaga keperawatan memerlukan upaya peningkatan pengetahuan


maupun keterampilan, baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Hasil proses
peningkatan pendidikan formal perlu dilakukan evaluasi apakah penambahan
pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat memberikan dampak terhadap kinerja.
Untuk itu permasalahan yang ingin dikaji adalah “Apakah penyelenggaraan pendidikan
program khusus D-III Keperawatan dapat meningkatkan kinerja perawat di Rumah Sakit
Persahabatan Jakarta” Jenis penelitiannya deskriptif, dengan desain penelitian cross-
secsional. Manfaatnya adalah memberikan sumbangan informasi bagi pengambil
kebijakan penyelenggaraan Program Khusus D-III Keperawatan. khususnya dalam hal
pengembangan kurikulum. Populasi dan sampel penelitian meliputi seluruh perawat di
RS Persahabatan Jakarta yang pernah mengikuti Program Khusus D-III Keperawatan,
dengan subjek penelitiannya yaitu Kepala Ruangan. Data dikumpulkan melalui angket,
Disajikan secara deskriftif dalam bentuk tabel dan diagram. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hampir seluruh Kepala Ruangan (84,4%) mempersepsikan bahwa
perawat lulusan program Khusus D-III Keperawatan kinerjanya dalam melaksanakan
asuhan keperawatan sudah baik, penerapan komunikasi therapeutik dalam Asuhan
keperawatan sudah baik (96,9%), dan pada umumnya taat dalam melaksanakan tugas.

Keyword: Persepsi, kepala ruangan, kinerja lulusan perawat.

PENDAHULUAN

Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan suatu profesi dengan tenaga yang paling

banyak jumlahnya, yaitu 60 – 70% (Gillies, 1994). Tenaga keperawatan sangat potensial

dan mempunyai posisi strategis dalam penyelenggaraan upaya peningkatan mutu

pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan keperawatan. Selain dituntut agar dapat

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang memadai juga harus diiringi dengan

pengukuhan/kualifikasi sebagai tenaga keperawatan yang professional sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Namun dewasa ini tenaga keperawatan di rumah sakit masih

banyak (60%) yang belum mendapat kesempatan untuk mengikuti program regular D-III

keperawatan karena berbagai faktor penyebab (Hartini, 2007). Di lain pihak unit

pelayanan kesehatan terus dipacu untuk meningkatkan sumber daya manusia khususnya
tenaga keperawatan yang bekerja di rumah sakit atau puskesmas agar segera mencapai

standar minimal pelayanan keperawatan.

Kebutuhan tersebut di atas telah diakomodir oleh pemerintah melalui Departemen

Kesehatan c/q Pusdiknakes dengan memberikan kesempatan kepada tenaga perawat yang

berlatar belakang pendidikan SPK atau SPR untuk mengikuti pendidikan Program Khusus

D-III keperawatan dengan masa pendidikan selama 2 tahun bagi perawat yang bekerja di

Rumah sakit, dan 2,5 tahun bagi perawat yang bekerja di Puskesmas. Kegiatan yang

dilakukan oleh rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan termasuk

pelayanan keperawatan, salah satunya melalui peningkatan taraf pendidikan tenaga

keperawatan yang berlatar pendidikan SPK/SPR dengan tujuan mereka memiliki kinerja

yang lebih baik.

Persoalan yang muncul adalah sering adanya ungkapan bahwa program khusus hanya

program formalitas, atau ada anggapan, walaupun sudah disekolahkan penampilannya

tetap saja sama, kemampuannya tidak ada beda dengan sebelum sekolah, di lain pihak ada

pengakuan bahwa setelah lulus dari program khusus D-III Keperawatan sekarang sudah

menjadi kepala ruangan atau pembimbing mahasiswa. Keraguan tersebut mendorong

penulis untuk melakukan penelitian dan memperoleh jawaban ”Sejauhmana Pendidikan

Program Khusus D-III keperawatan dapat meningkatkan Kinerja Perawat”. Dengan

demikian rumah sakit dan penyelenggara pendidikan akan mendapat masukan apakah

upaya peningkatan pendidikan tersebut betul-betul dapat memberikan dampak terhadap

peningkatan kinerja perawat.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan disain penelitian deskriptif dengan tujuan untuk mendapatkan

gambaran tentang kinerja perawat lulusan Program Khusus D-III Keperawatan melalui
persepsi Kepala Ruangan di RS Persahabatan Jakarta sebanyak 32 orang. Pengumpulan

data menggunakan kuesioner yang memuat pertanyaan/pernyataan tentang kinerja lulusan

Pendidikan Program Khusus D-III Keperwatan dalam menerapkan proses keperawatan

dan menerapkan komuniklasi terapeutik dalam asuhan keperawatan. Analisisis data secara

deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Karakteristik Responden


Gambaran karakteristik Kepala Ruangan di RS Persahabatan Jakarta seperti pada
tabel berikut:
Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografik
di RS Persahabatan Jakarta, 2010
No Variabel Frekuensi Prosentase (%)
1 Usia ( Mean 48 tahun )
- sama dengan atau di bawah rata-rata 14 43,8
- di atas Rata-rata (> 48 Th) 18 56,2
2 Pendidikan
- D III Keperawatan/D3 Keb 18 56,3
- S1/S2 Keperawatan/Kes 14 43,7
3 Lama kerja (mean 27 tahun) 16
- < 27 tahun 16 16
- > 27 tahun 16
4 Status Perkawinan
- Menikah 32 100
- Belum Menikah 0 0

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata responden berusia 48 tahun, paling muda

usia 33 tahun dan paling tua 56 tahun, terbanyak adalah di atas rata-rata, yakni 18

orang (56,2%). Adapun distribusi responden berdasarkan pendidikan hampir

seimbang antara lulusan D-III dengan lulusan S1, yakni 56% berbanding 44%. Lama

kerja responden paling sedikit 11 tahun dan paling lama 35 tahun dengan rata-rata 27

tahun, proporsi antara di atas rata-rata dengan di bawah rata-rata sama. Keseluruhan

responden berjenis kelamin perempuan dan sudah menikah.


B. Gambaran Kemampuan Perawat Lulusan Progsus dalam Penerapan Proses
Keperawatan
Tabel 2
Distribusi Persepsi Kepala Ruangan Terhadap
Kemampuan Perawat Lulusan Progsus D-III Keperawatan dalam
Penerapan Proses Keperawatan Di RS Persahabatan Jakarta 2010
No Variabel Frekuensi Prosentase (%)

1 Melaksanakan Pengkajian
- Baik 21 65,6
- Cukup 11 34,4
- Kurang 0 0
2. Menyusun Rencana Keperawatan
- Baik 6 18,8
- Cukup 25 78,1
- Kurang 1 3,1
3 Melaksanakan Tindakan Keperawatan
- Baik 26 81,3
- Cukup 6 21,9
- Kurang 0 0
4 Melaksanakan Evaluasi Keperawatan
- Baik 25 78,1
- Cukup 7 21,9
- Kurang 0 0
5 Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan
- Baik 22 68,8
- Cukup 10 31,3
- Kurang 0 0
6 Penerapan Proses Keperawatan
- Baik 27 84,4
- Cukup 5 15,6
- Kurang 0 0

Dari hasil analisis univariat terhadap kemampuan perawat lulusan progsus DIII

Keperawatan dalam penerapan proses keperawatan seperti pada table 2 di atas

diperoleh gambaran bahwa sebagian besar perawat (65,6%) sudah baik dalam

melakukan pengkajian data pasien. Dalam penyusunan rencana keperawatan

responden mempersepsikan bahwa baru sebagian kecil perawat mampu melakukan

penyusunan rencana keperawatan (18,8%) dengan baik, dan selebihnya (78,1%) hanya

cukup dan kurang dalam menyusun rencana keperawatan. Di tinjau dari pelaksanaan

tindakan keperawatan, maka hampir seluruhnya perawat telah melaksanakan tindakan


keperawatan dengan baik (81,3%) dan hanya 18,8% yang melaksanakan cukup baik.

Demikian juga tentang pelaksanaan evaluasi keperawatan, menurut responden sudah

baik, dimana 78,1% perawat sudah melaksanakan evaluasi. Pendokumentasian asuhan

keperawatan sebanyak 68,8% perawat sudah baik dalam mendokumentasikan asuhan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Disamping itu, tabel 2 di atas juga

menggambarkan bahwa hampir seluruhnya perawat lulusan program Khusus (84,4%)

sudah baik dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Persahabatan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Lunardi (1986) yang

menyatakan bahwa kinerja seseorang sangat dipengaruhi tingkat pendidikan yang

dimiliki. Hal ini diperkuat dengan beberapa hasil penelitian yang dilakukan, seperti:

Manurung (2003) hasil survey menjelaskan bahwa penerapan asuhan keperawatan

oleh perawat pelaksana di RS Persahabatan ternyata masih rendah (56,2%), khususnya

dalam menetapkan diagnosa keperawatan pasen dan menyusun rencana tindakan

keperawatan yang akan diberikan kepada pasen untuk mengatasi masalah kesehatan

klien. Demikian juga Heryati (2002) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa prestasi

kerja perawat pelaksana di RS Persahabatan masih rendah (54,5%).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebelum mengikuti pendidikan, perawat

pelaksana di RS Persahabatan, cenderung mempunyai kinerja yang kurang baik atau

kurang memenuhi standar, namun setelah mengikuti atau melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi, yaitu Program Khusus D-III Keperawatan, maka kinerja

perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan sudah semakin baik, kecuali dalam

hal perencanaan keperawatan yang masih kurang.


C. Gambaran Kemampuan Perawat Lulusan Progsus dalam Penerapan
Komunikasi Terapeutik

Di bawah ini akan diuraikan tentang persepsi Kepala Ruangan terhadap kemampuan

perawat lulusan Program Khusus D-III Keperawatan dalam penerapan komunikasi

terapeutik seperti pada table 3 berikut:

Tabel 3
Distribusi Persepsi Kepala Ruangan Terhadap
Kemampuan Perawat Lulusan Progsus D-III Keperawatan dalam
Komunikasi Terapeutik Di RS Persahabatan Jakarta 2010
No Variabel Frekuensi Prosentase (%)

1 Melaksanakan Komunikasi Terapeutik


- Baik 31 96,9
- Cukup 1 3,1
- Kurang 0 0

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa penerapan komunikasi terapeutik di Rumah

Sakit Persahabatan Jakarta sudah baik (96,9%), dan hanya 3.1% yang menerapkan

cukup baik menurut persepsi kepala ruangan. Berdasarkan komponen atau teknik

komunikasi terapeutik dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4
Distribusi Persepsi Kepala Ruangan Terhadap
Kemampuan Perawat Lulusan Progsus D-III Keperawatan dalam
Teknik Komunikasi Terapeutik Di RS Persahabatan Jakarta 2010
No Variabel Frekuensi Prosentase (%)

1 Menggunakan istilah yang mudah dimengerti


- Jarang 0 0
- Sering 14 43,8
- Selalu 18 56,3
2 Berusaha mengerti dengan mendengarkan
keluhan klien
- Jarang 2 6,3
- Sering 17 53,1
- Selalu 13 40,6
3 Memberikan umpan balik
- Jarang 2 6,3
- Sering 17 53,1
- Selalu 13 40,6
4 Memberikan informasi
- Jarang 0 0
- Sering 19 59,4
- Selalu 13 40,6
5 Memberi kesempatan kepada klien untuk
berinisiatif
- Jarang 7 21,9
- Sering 15 46,9
- Selalu 10 31,3
6 Memberi kesempatan kepada klien untuk
mengemukakan persepsinya
- Jarang 4 12,5
- Sering 18 56,3
- Selalu 10 31,3
7 Memberi umpan balik
- Jarang 1 3,1
- Sering 23 71,9
- Selalu 8 25,0
8 Memberikan Penghargaan
- Jarang 5 15,6
- Sering 17 53,1
- Selalu 10 31,3
9 Menuntun pembicaraan
- Jarang 8 25,0
- Sering 18 56,3
- Selalu 6 18,8
10 Membatasi bahan pembicaraan
- Jarang 2 6,3
- Sering 9 28,1
- Selalu 16 50,0
11 Mengenali masalah pada diri sendiri
- Jarang 6 18,8
- Sering 15 46,9
- Selalu 11 34,4
12 Berhadapan dengan klien saat berbicara
- Jarang/tidak pernah 3 9,4
- Sering 15 46,9
- Selalu 14 43,8

Pada tabel 4 Kepala Ruangan di RS Persahabatan mempersepsikan bahwa hampir

seluruhnya perawat pelaksana di RS Persahabatan telah menerapkan teknik

komunikasi terapeutik ketiak mereka berhadapan atau melaksanakan asuhan

keperawatan, hanya sebagian kecil saja perawat yang kurang menerapkan teknik

komunikasi terapeutik dalam melaksanakan asuhan keperawatan (antara 3 – 15%).


Hasil penelitian ini dibandingkan penelitian terdahulu, maka dapat diperoleh

informasi bahwa penerapan komunikasi terapeutik oleh perawat pelaksana semakin

tahun semakin meningkat. Dalam penelitian Manurung (2003) ditemukan bahwa baru

sabagian besar (59,7%) perawat menerapkan komunikasi terapeutik, namun pada

penelitian ini kepala ruangan mempersepsikan bahwa telah hampir seluruhnya

perawat pelaksana di RS Persahabatan telah menerapkan komunikasi terapeutik

dengan baik (96,9%). Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa peningkatan

pendidikan melalu Program khusus D-III Keperawatan bagi perawat pelaksana dapat

meningkatkan kemampuannya untuk menerapkan komunikasi terapeutik dalam

menjalankan tugasnya sebagai perawat.

D. Gambaran Ketaatan Perawat Lulusan Progsus dalam Melaksanakan Tugas

Di bawah ini akan diuraikan tentang persepsi Kepala Ruangan terhadap ketaatan

perawat lulusan Progsus D-III Keperawatan dalam melaksanakan tugas seperti

pada tabel 5 berikut:

Tabel 5
Distribusi Persepsi Kepala Ruangan Terhadap
Ketaatan Perawat Lulusan Progsus D-III Keperawatan dalam
Melaksanakan Tugas Di RS Persahabatan Jakarta 2010
No Variabel Frekuensi Prosentase (%)

1 Ketaatan dalam melaksanakan tugas


- Baik 32 100
- Cukup 0 0
- Kurang 0 0

Menurut responden bahwa perawat lulusan progsus DIII Keperawatan 100% taat

dalam melaksanakan tugas di rumah sakit, seperti pada tabel 5. Hal ini dapat

ditunjukkan pada tabel 6 yang menggambarkan komponen ketaatan perawat dalam


menjalankan tugas sehari-hari, yaitu: dalam bekerja perawat hadir tepat waktu (50%),

dan selalu bekerja selama tujuh jam 75%, pulang kerja sesuai waktu yang ditentukan

68,8%, selama bekerja perawat selalu menggunakan seragam 78,1%, selalu mengikuti

ronde keperawatan setiap hari 75%, mematuhi aturan yang ada di rumah sakit 50,4%,

mengikuti seminar 68,8%, mengikuti pendidikan 62,5%, dan menjalankan sangsi

40,6%. Hasil analisis ini dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

Tabel 6
Distribusi Persepsi Kepala Ruangan Terhadap
Ketaatan Perawat Lulusan Progsus D-III Keperawatan dalam
Menjalankan Tugas Di RS Persahabatan Jakarta 2010
No Variabel Frekuensi Prosentase
1 Hadir tepat waktu
- Jarang 1 3,1
- Sering 16 50,0
- Selalu 15 46,9
3 Pulang sesuai waktu yang ditentukan
- Sering 10 31,2
- Selalu 22 68,8
4 Menggunakan seragam
- Jarang/tidak pernah 1 3,1
- Sering 6 18,8
- Selalu 25 78,1
5 Mengikute Ronde Keperawatan setiap hari
- Jarang 2 6,2
- Sering 6 18,8
- Selalu 24 75
6 Mematuhi aturan yang berlaku
- Sering 13 40,6
- Selalu 19 59,4
7 Menjalankan sangsi
- Jarang 3 9,4
- Sering 16 50,0
- Selalu 13 40,6

KESIMPULAN

1. Didapatkan informasi bahwa sebelum mengikuti pendidikan, perawat pelaksana di RS

Persahabatan, cenderung mempunyai kinerja yang kurang baik atau kurang memenuhi

standar, namun setelah mengikuti atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi, yaitu Program Khusus D-III Keperawatan, maka kinerja perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan sudah semakin baik, kecuali dalam hal

penyusunan rencana keperawatan.

2. Gambaran tentang kemampuan perawat untuk menerapkan komunikasi terapeutik

dalam melaksanakan asuhan keperawatan setelah mengikuti Program Khusus D-III

Keperawatan menunjukkan peningkatan, karena hampir semua kepala ruangan

mempersepsikan bahwa perawat pelaksana selalu menerapkan teknik-teknik

komunikasi terapeutik dalam melaksanakan asuhan keperawatan atau berhubungan

dengan pasennya..

3. Gambaran tentang ketaatan perawat pelaksana di RS Persahabatan, menunjukkan

bahwa sebagian besar perawat pelaksana cukup taat dalam menjalankan tugasnya

B. Saran

1. Peningkatan pendidikan perawat mempunyai dampak yang positif terhadap kinerja

perawat, oleh karena itu pendidikan perawat perlu ditingkatkan terus baik secara

formal maupun informal sesuai dengan rencana strategis dari Bidang Keperawatan

dan Bidang Pendidikan dan Penelitian dalam pengembangan SDM Keperawatan.

2. Disarankan agar perawat dapat secara terus menerus untuk mengembangkan

kemampuannya dalam berbagai bidang kegiatan sesuai dengan bidang tugasnya, baik

melalui pendidikan formal atau mengikuti perkembangana ilmu dan teknologi melalui

pelatihan atau seminar-seminar.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penilaian terhadap dampak

peningkatan pendidikan perawat melalui program Khusus D-III Keperawatan pada

populasi yang berbeda dan lingkup yang lebih luas dengan menggunakan metode

penelitian seperti metode observasi, wawancara mendalam atau metoda komparasi.


DAFTAR RUJUKAN

Azwar, A. (1996). Menjaga mutu pelayanan kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Departemen Kesehatan RI (1999a). Pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di rumah


sakit. Jakarta: Dirjen Pelayanan Medik Dekes RI.

_____________________. (2000). Kebijakan pengembangan tenaga kesehatan tahun


2000 – 2010. Jakarta: Depkes RI.

___________________. (2005). Indikator kinerja rumah sakit. Jakarta. Direktorat


Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI.

Handoko, T.H. (2001). Manajemen personalia dan sumber daya manusia. Edisi ke 2.
Jogjakarta: BPEE.

Hasibuan, H.S.S.P. (2003). Manajemen sumber daya manusia. Edisi revisi. Jakarta: Bumi
Aksara.

Ilyas, Y. (2001). Kinerja: Teori penilaian dan penelitian. Depok: Pusat Kajian Ekonomi
Kesehatan FKM-UI.

______. (2004). Perencanaan SDM rumah sakit: Teori, metode, dan formula. Cetakan
kedua. Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM-UI.

Jerome, P.J. Alih Bahasa Ramelan. (2001). Mengevaluasi kinerja karyawan. Jakarta:
Lembaga Manajemen PPM, Anggota Ikapi. (Sumber asli, 1994).

Nyoman, I.G.A. (2006). Rencana kerja strategik RSUP Persahabatan. Jakarta: Bidang
Keperawatan RSUP Persahabatan. Tidak dipublikasikan.

Pengurus Pusat PPNI (2004). Standar praktik keperawatan. Jakarta: Pokja Standar
Praktik Keperawatan.

Pusdiknakes Depkes Jakarta (2003).Kukuklum Program Khusus D-III Keperawatan.

Ruky, A. (2004). Sistem manajemen kinerja. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka.

Rusmiati. (2006). Hubungan lingkungan organisasi dan karakteristik perawat dengan


kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP Persahabatan Jakarta. Tesis
Program Pascasarjana FIK UI. Tidak dipublikasikan.

Siagian, S.P. (1992). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

__________. (2002). Kiat meningkatkan produktivitas kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Swansburg, R.C. Alih Bahasa Samba, S. (2000). Pengantar kepemimpinan & manajemen
keperawatan untuk perawat klinis. Jakarta: EGC. (Sumber asli, 1993).

Você também pode gostar