Você está na página 1de 22

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

PADA KLIEN DENGAN DISLOKASI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1. SISKA WAHYUNI PRATAMA 13111814


2. RESTI PUTRI DIAN PERTIWI
3. POPI OKTAVIANI

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. FEBRIYANTI, M.Kep

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN AJARAN 2015


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal antara kedua
permukaan sendi secara komplet / lengkap ( jeffrey m.spivak et al ,1999) terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi, Dislokasi ini dapat hanya komponen
tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang
seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya
kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan
sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi
macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang
dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me
lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka
juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan
untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi
tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma
atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat
disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak
lahir (kongenital).
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan diagnosa “dislokasi “ .

b. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan
meliputi :
1) Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian kepada klien dengan dislokasi
2) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan dislokasi
3) Mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan dislokasi
4) Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan
pada dislokasi.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi

Dislokasi patella adalah terpisahnya tibia dan femor benar-benar menggambarkan


suatu kegawatan otorpedik karena hubungan erat kedua tulang tersebut dengan cidera
neurovasikuler pada anggota badan yag sakit. (Michael S Jrastemiki, 1995).

Dislokasi patella adalah suatu kondisi lepasnya sendi patella yang berupa dislokasi
traumatic dan dislokasi berulang( Arif dan Eko, 2011).

Sprain/ keseleo adalah trauma pada sendi, biasanya berkaitan dengan cidera ligament.
(Elizabeth J Croin, 2007).

Dislokasi sendi terjadi ketika tulang bergeser dari posisinya pada sendi. (Elizabeth J
Croin, 2007).Keseleo ( cidera ligament) yaitu keadaan rupture total atau parsial pada
ligament penyangga yang mengelilingi sebuah sendi. (Kowalak ,Jenifer P,2011).

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.


Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang
yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah
mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan
sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi
macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang
dislokasi lagi.
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan,secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth)Keluarnya
(bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan
yang membutuhkan pertolongan segera.(Arif Mansyur, dkk. 2000)Patah tulang di dekat
sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang
disebut fraktur dis lokasi.( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138) Berpindahnya ujung tulang
patah, karena tonus otot, kontraksi cedera dan tarikan Dislokasi adalah terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi sering di temukan pada orang
dewasas dan jarang di temukan pada anak –anak, biasanya klien jatuh dengan ekerasa
dalam keadaan tangan out streched . bagian distal humerus terdorong ke depan melalui
kapsul anterior .misalkan oada radius dan ulna mengalami dislokasi pada posterior oleh
karna itu brakhialis yang mengalmi robekan pada proseus karanoid .

B. Etiologi
Penyebab keseleo adalah:
1. Pemutiran mendadak dengan tenaga lebih kuat daripada kekuatan ligament
dengan menimbulkan gerakan sendi diluar kisarn gerakan (RPS) normal.
2. Fraktur atau dislokasi yang terjadi bersamaan.

C. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang mungin timbul karena keseleo meliputi:
1. Nyeri local ( khusnya pada saat menggerakkan sendi).
2. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
3. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam baru
cidera)
4. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah kedalam jaringan sekitarnya
D. Anatomi fisiologi

a. Histologi Tulang

Secara histologinya, pertumbuhan tulang di bagi dalam 2 jenis (Arif Musstaqin,


2008) yaitu:

1) Tulang imatur, terbentuk pada perkembangan emrional dan tidak terlihat lagi pada usia
satu tahun. Tulang imatur mengandung jaringan kolagen.
2) Tulang matur, ada 2 jenis yaitu tulang kortikal dan tulang trabekular.

b. Komponen Penyusun Tulang


Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun atas tiga jenis sel :
1) Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi.
Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas menyekresi sejumlah besar
fosfatase alkali yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan
fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagai fosfatase dari alkali akan memasuki aliran darah
sehingga kadar fosfatase alkali dalam darah dapat menjadi indicator yang baik tentang
tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang.
2) Osteosit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran
kimiawi melalui tulang yang padat.
3) Osteoklas adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks
tulang diabsorpsi. Tidak seperti osteoblast dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel ini
menghasilkan proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan
mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran darah (Arif
Mustaqqin, 2008).

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan dan
otot menyusun kurang lebih 50%. Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap
organ vital, termasuk otak, jantung dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang
kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh
bergerak, matriks tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium dan flor. Lebih dari
99% kalsium tubuh total terdapat dalam tulang, sumsum tulang merah yang terletak
dalam rongga tulang menghasilkan sel darah merah dan putih dalam proses yang
dinamakan hematopoiesis. Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk
gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan temperatur tubuh (Brunner &
suddarth, 2002).

c. Fungsi Utama Tulang


Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai fungsi
utama yaitu :
1) Membentuk rangka badan
2) Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot
3) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam
(seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru)
4) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium, dan garam.
5) Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi tambahan lain,
yaitu sebagai jaringan hemopoletik untuk memproduksi sel darah merah, sel darah putih,
dan trombosit (Arif Mustaqqin, 2008).

E. Klasifikasi

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


1. Dislokasi kongenital. Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik. Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya
tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang.
3. Dislokasi traumatik. Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat edema (karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan
tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
a. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi
b. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya
terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkan
dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah
oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya :
1. Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
a. Menguap atau terlalu lebar.
b. Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat
menutup mulutnya kembali.
2. Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid
(dislokasi inferior).
3. Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat
menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk
dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4. Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi
tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak
tangan atau punggung tangan.
5. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6. Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas
acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput
femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7. Dislokasi Patella
a) Paling sering terjadi ke arah lateral.
b) Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella
sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
c) Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang
disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma,
tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

F. Patofisologi
Kalau sebuah ligament rupture maka eksudasi inflamatori akan terjadi dalam
hematoma diantara kedua ujung potongan ligament yang putus itu. Jaringan granulasi
tumbuh kedalam dari jaringan lunak dan kartilago sekitarnya. Pembentukan kolagen
dimulai hingga empat atau lima hari sesudah cidera dan pada akhirnya akan mengatur
serabut-serabut tersebut sejajar dengan garis tekanan stress.
Dengan bantuan jaringan fibrosa yang vesikuler, akhirnya jaringan yang baru
tersebut menyatu dengan jaringan disekitarnya. Ketika reorganisasi ini berlanjut,
ligament yang baru akan terpisah dari jaringan disekitarnya dan akhirnya menjadi cukup
kuat untuk menahan tegangan otot yang normal.

G. Woc

Ketidakamampuan sendi lutut saatterjadi perubahan posisi


kearah lateral kekenduran ligament generalisata
Respon
psikologis

Disokasi patella

Prognosis
penyakit
Penarikkan ligament dan Ketidakmampuan
kontraksi otot menggerakkan
tungkai bawah
terapi mobilisasi
Ansietas
Nyeri gips

Tindakan
pembedahan Resiko tinggi infeksi Gangguan mobilitas
manipulasi sendi

H. Penatalaksanaan keperawatan
Penanganan untuk mengendalikan rasa nyeri dan pembengkakan meliputi:
1. Imobilisasi sendi yang cidera untuk mempercepat penyembuhan.
2. Elefasi sendi diatas ketinggian jantung selama 48 hingga 72 jam ( yang segera
dilakukan sesuadah cidera ).
3. Kompres Es secara intermiten selama 12 hingga 48 jam unutk mengendalikan
pembengkakan ( letakkan handuk kecil diantara kantung dan kulit untuk mencegah
cidera karena hawa dingin).
4. Pemasangan pembalut elastic/ gips, atau jika keseleo berat, pemasangan gips lunak
atau bidai untuk imobilisasi sendi.
5. Pemberian Codein atau obat analgetik lain( jika cidera berat)
6. Penggunaan kruk dan pelatihan cara berjalan ( pada keseleo pergelangan kaki).
7. Pembedahan yang segera dilakukan untuk mempercepat penyembuhan, termasuk
penjahitan kedua ujung potongan ligament agar keduanya saling merapat. (contohnya
pada sebagian atlit).
8. Pemasangan sabuk pergelangan kaki atau tangan sebelum melakukan aktivitas
olahraga. Pemasangan sabuk ini bertujuan untuk mencegah keseleo.(pada atlet).

I. Komplikasi
1. Dislokasi berulang akibat ligament rupture tersebut tidak sembuh dengan sempurna
sehingga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya
2. Gangguan fungsi ligament ( jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum sembuh dan
tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligament yang rupture, mk ligament ini
dapat sembuh dengan bentuk memanjang, yang disertai pembentukan jaringan parut
secara berlebihan ).
BAB III
ASKEP TEORITIS

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Biasanya berisi nama,alamat, No MR, diagnose medis, tanggal masuk,
penanggung jawab dll.

2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah :biasanya Tekanan darah meningkat (>120)
b. Nadi : biasanyaNadi meningkat ( >80x/i)
c. Pernafasan : biasanya pernafasan (>24x/i)
d. Suhu : biasanya suhu (>370C)

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah mengalami fraktur ataupun dislokasi pada daerah
yang sama.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri pada saat menggerakkan sendi, terjadi
pembengkakan dilokasi nyeri dan perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah
kedalam jaringan sekitarnya dan gangguan imobilisasi.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya tidak ada hubungan genetik antara keluarga dan klien yang
mengalami dislokasi. Dan biasanya mungkin ada keluarga yang mengalami
dislokasi.

4. Pemeriksaan fisik
a. Rambut
Biasanya rambut klien berwarna hitam dan tidak ada lesi.
b. Mata
biasanya simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
tidak terjadi pembengkakan pada mata.
c. Telinga
biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada menggunakan alat bantu
pendengaran
d. Hidung
bisanya simetris, tidak ada poli dan mukosa hidung tidak terdapat secret.
e. Mulut
Biasanya simetris kiri dan kanan biasanya mukosa bibir baik, bibir tidak
pucat, tidak ada pembengkakan tongsil.
f. Wajah
Biasanya ekspresi wajah klien meringis kesakitan apabila melakukan
perubahan posisi lutut.
g. Leher

Biasanya tidak terjadi distensi pada vena jugularis.

h. Dada
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya vocal promitus kiri dan kanan
Perkusi : bisanya terdapat batas-batas jantung
Auskultasi : biasanya berbunyi veskuler
i. Abdomen
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Auskultasi : biasanya bising usus normal
Palpasi : biasanya tidak terjadi nyeri tekan
Perkusi : biasanya tidak terjadi asites
j. Genetalia
Biasanya tidak terjadi pembengkakan pada labia dan scrotum. Dan tidak
terpasang kateter.
k. Ekstremitas
Ekstremitas atas
biasanya simetris kiri dan kanan, biasanya terpasang infus, dan turgor
kulit jelek dan tidak terjadi edema.
Ekstremitas bawah
biasanya simetris kiri dan kanan, tidak terjadi edema pada pergelangan
kaki, nyeri tekan pada lutut, sendi lutut tidak dapat melakukan ekstensi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas tulang
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan terputusnya kontinuitas tulang
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

C. Intervensi keperawatan dengan menggunakan pendekatan NIC dan NOC

INTERVENSI
NO DIAGNOSA
NIC NOC
1. NYERI AKUT Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI
Definisi :Sensori yang tidak tindakan keperawatan Definisi : mengurangi nyeri dan
menyenangkan dan selama 1x24 jam pasien menurunkan tingkat nyeri yang
pengalaman emosional yang dapat mengontrol nyeri dirasakan pasien.
muncul secara aktual atau dengan indicator : Intervensi :
-
potensial, kerusakan jaringan Mengenali faktor Lakukan pengkajian nyeri
atau menggambarkan adanya penyebab secara komprehensif termasuk
kerusakan.. - Mengenali onset lokasi, karakteristik, durasi,
(lamanya sakit) frekuensi, kualitas dan faktor
Batasan karakteristik : - Menggunakan metode
presipitasi
- Laporan secara verbal atau pencegahan
- Observasi reaksi non verbal
non verbal - Menggunakan metode
dari ketidaknyamanan
nonanalgetik untuk
- Fakta dan observasi - Gunakan teknik komunikasi
mengurangi nyeri
- Gerakan melindungi terapeutik untuk mengetahui
- Menggunakan analgetik
- Tingkah laku berhati-hati sesuai kebutuhan pengalaman nyeri pasien
- -
Gangguan tidur (mata sayu, Mencari bantuan tenaga
- Kaji kultur yang mempengaruhi
tampak capek, sulit atau kesehatan respon nyeri
gerakan kacau, menyeringai) - Melaporkan gejala pada
- Evaluasi pengalaman nyeri masa
- Tingkah laku distraksi (jalan- tenaga kesehatan lampau
jalan, menemui orang lain, - Menggunakan sumber- - Evaluasi bersama pasien dan tim
aktivitas berulang-ulang) sumber yang tersedia kesehatan lain tentang
- Respon -
autonom Mengenali gejala-gejala ketidakefektifan kontrol nyeri

(diaphoresis, perubahan nyeri masa lampau


- Mencatat pengalaman
tekanan darah, perubahan - Bantu pasien dan keluarga
nyeri sebelumnya
pola nafas, nadi dan dilatasi untuk mencari dan menemukan
- Melaporkan nyeri sudah
pupil) dukungan
terkontrol
- Tingkah laku ekspresif - Kontrol lingkungan yang dapat
Setelah dilakukan
(gelisah, marah, menangis, mempengaruhi nyeri seperti
tindakan keperawatan
merintih, waspada, napas suhu ruangan, pencahayaan dan
selama 1x24 jam pasien
panjang, iritabel) kebisingan
dapat mengetahui
- Berfokus pada diri sendiri - Kurangi faktor presipitasi
tingkatan nyeri dengan
- Fokus menyempit - Pilih dan lakukan penanganan
indicator :
(penurunan persepsi pada nyeri (farmakologi, non
- Melaporkan adanya nyeri
waktu, kerusakan proses farmakologi dan inter personal)
- Luas bagian tubuh yang
berfikir, penurunan interaksi - Kaji tipe dan sumber nyeri
terpengaruh
dengan orang dan lingkungan) untuk menentukan intervensi
- Frekuensi nyeri
- Perubahan nafsu makan - Ajarkan tentang teknik non
- Panjangnya episode nyeri
dan Minum farmakologi
- Pernyataan nyeri
- Berikan analgetik untuk
Faktor yang berhubungan : - Ekspresi nyeri pada
mengurangi nyeri
- Agen injury (fisik, biologis, wajah
- Evaluasi keefektifan kontrol
psikologis). - Posisi tubuh protektif
nyeri
- Kurangnya istirahat
- Tingkatkan istirahat
- Ketegangan otot
- Kolaborasikan dengan dokter
- Perubahan pada frekuensi
jika keluhan dan tindakan nyeri
pernafasan tidak berhasil
- Perubahan nadi
- Perubahan tekanan darah ANALGETIC
- Perubahan ukuran pupil ADMINISTRATION
- Keringat berlebih Definisi : penggunaan agen
- Kehilangan selera makan farmakologi untuk menghentikan
atau mengurangi nyeri.
Intervensi :
- Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgetik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgetik
ketika pemberian lebih dari satu
- Tentukan pilihan analgetik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
- Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
- Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian analgetik
pertama kali
- Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
- Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala (efek samping)
2. GANGGUAN MOBILITAS Setelah dilakukan TERAPI AKTIVITAS
FISIK keperawatan AMBULASI
tindakan
Definisi : keterbatasan dalam selama 2x24 jam pasien Definisi : membantu pasien
kebebasan untuk pergerakan dapat melakukan ambulasi memulai aktivitas fisik untuk
fisik tertentu pada bagian berjalan dengan indikator memperkuat fungsi tubuh selama
perawatan dan melindungi dari
tubuh atau satu atau lebih :
sakit atau cedera.
ekstremitas. - Mempertahankan berat
Intervensi :
badan
- Monitoring vital sign sebelum
Batasan karakteristik : - Melangkah
dan sesudah latihan dan lihat
- Postur tubuh yang tidak stabil- Berjalan lambat
respon pasien saat latihan
- Keterbatasan kemampuan
- Berjalan dengan
- Konsultasikan dengan
untuk melakukan kecepatan sedang fisioterapis tentang rencana
ketrampilan motorik kasar - Berjalan
dengan ambulasi sesuai dengan
Keterbatasan kemampuan kecepatan lebih cepat kebutuhan
untuk melakukan
- Berjalan naik tangga - Bantu klien untuk
ketrampilan motorik halus - Berjalan menuruni tangga menggunakan tongkat saat
Tidak ada koordinasi gerakan- Berjalan mendaki berjalan dan cegah terhadap
- Keterbatasan ROM - Berjalan dengan jarak cedera
- Kesulitan berbalik yang dekat (keliling
- Ajarkan pasien atau tenaga
Perubahn gaya berjalan kamar) kesehatan lain tentang teknik
(penurunan kecepatan
-Berjalan dengan jarak ambulasi
berjalan, kesulitan memulai yang sedang (keluar
- Kaji kemampuan pasien dalam
berjalan, langkah sempit,kaki kamar) mobilisasi
diseret, goyangan yang
- Berjalan dengan jarak
- Latih pasien dalam pemenuhan
berlebihan pada posisi lateral) yang lebih jauh kebutuhan ADL secara mandiri
- Penurunan waktu reaksi (mengitari bangsal) sesuai kemampuan
- Bergerak menyebabkan Setelah dilakukan
- Dampingi dan bantu pasien saat
nafas menjadi pendek tindakan keperawatan mobilisasi dan bantu pemenuhan
- Usaha yang kuat untuk selama 2x24 jam tingkat kabutuhan ADL
perubahan gerak mobilitas pasien
(peningkatan perhatian untuk meningkat dengan
- Berikan alat bantu bila pasien
aktivitas lain, mengontrol indikator: memerlukan
perilaku, fokus dalam
- Keseimbangan tubuh - Ajarkan bagaimana merubah
anggapan ketidakmampuan
- Posisi tubuh posisi dan berikan bantuan jika
aktivitas) - Gerakan otot diperlukan
- Pergerakan yang lambat - Gerakan sendi EXERCISE THERAPY: JOINT
- Bergerak menyebabkan
- Kemampuan berpindah MOVEMENT
tremor - Ambulasi: berjalan - Tentukan batasan gerakan
- Kolaborasi dengan fisioterapis
- Ambulasi: kursi roda
dalam mengembangkan dan
Setelah dilakukan
menentukan program latihan
tindakan keperawatan
Faktor yang berhubungan : - Tentukan level gerakan pasien
selama 2 x 24 jam pasien
- Jelaskan pada keluarga/pasien
- Pengobatan
dapat melakukan tujuan dan rencana latihan
- pembatasan gerak
gerakan/pergerakakkan - Monitor lokasi ketidaknyamanan
- pembatasan gerak
fisik dengan indicator : atau nyeri selama gerakan atau
- Kurang pengetahuan
menggerakakkan jari kaki, aktivitas lindungi pasien dari
tentang bersama dengan
tangan, leher, bahu, lutut, trauma selama latihan
indikator klien - Bantu pasien untuk
pinggang, siku dan
- pembatasan gerak mengoptimalkan posisi tubuh
pergelangan tangan,
- Kurang pengetahuan untuk gerakan pasif atau aktif
menggerakan jari kaki,
tentang bersama dengan - Dorong ROM aktif
tangan, leher, bahu.
- Instruksikan pada pasien atau
indikator klien
keluarga tentang ROM pasif dan
- Kerusakan persepsi sensori
aktif
- Tidak nyaman, nyeri
- Bantu pasien untuk
- Kerusakan muskuloskeletal mengembangkan rencana latihan
dan neuromuskular ROM aktif
- Intoleransi aktivitas - Dorong klien untuk menunjukan
- Depresi mood/cemas gerakan tubuh sebelum latihan
- Kerusakan kognitif
- Penurunan kekuatan otot
- Keengganan untuk memulai
gerak
- Gaya hidup yang menetap,
tidak digunakan
- Malnutrisi umum atau
selektif
- Kehilangan integritas
struktur tulang

3. KECEMASAN/ANSIETAS Setelah dilakukan Anciety reduction ( penurunan


Definisi : perasaan
tidak tindakan keperawatan kecemasan )
nyaman atau kekhawatiran selama 1x24 jam status Intervensi :
yang samar disertai respon - Gunakan poendekatan yang
kekebalan pasien
autonom ( sumber sering menenangkan
meningkat dengan
sekali tidak spesifik atau tidak
indilaktor: - Nyatakan dengan jelas harapan
diketahui oleh
- Klien mampu terhadap pelaku pasien
individu,perasaan takut yang
- Jelaskan semua prosedur dan apa
disebabkan antisipasi mengidentifikasi
oleh dan

terhadap bahaya. Hal ini mengungkapkan gejala yang dirasakan selama prosedur
pengobatan
merupakan isyarat cemas
keawaspadaan -
yang -
Mengidentifikasi, Temani pasien untuk

memperingatkan individu mengungkapkan dan memberikan keamanan dan


akan adanya bahaya dan menunjukkan tehnik untuk mengurangi rasa takut
memampukan individu untuk mengontrol cemas - Dorong pasien untuk
bertindak menghadapi
- Ekspresi wajah, bahasa, mengungkapkan perasaan takut
ancaman. dan tingkat aktivitas dan persepisnya terhadapa
Batasan karakteristik : penyakit yang dia alami
menunjukkan
a. perilaku - Identifikasi tingkat kecemasan
berkurangnya cemas
- Penurunan produktivitas pasien
- Gerakan yang irelevan - Dorong keluarga untuk selalu
- Melihat sepintas menemani pasien selama
- Insomnia perawatan
- Kontak mata yang buruk
- Mengekspresikan
kekhawatiran karena
perubahan dalam peristiwa
hidup
- tampak waspada
-
b. afektif

- gelisah, ketakutan
- ketakutan
- rasa nyeri yang meningkatkan
ketidakberdayaan
- khawatir
- peningkatan rasa yang
ketidakberdayaan yang
persisten
c. fisiologis

- wajah tegang
- gemetar
- jantung berdebar-debar
- peningkatan tekanan darah
factor yang berhubungan
- kurangnya informasi yang di
dapat
- kurangnya pengetahuan
tentang penyakit
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang
yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah
mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan
sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi
macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang
dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me
lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka
juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan
untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi
tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma
atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat
disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak
lahir (kongenital).

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar
penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arif mutataqin. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuluskeletal.Jakarta:EGC

Elizabeth J Croin. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Jenifer P Kowalak.2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC

Michael S Jastremski,dkk.2005. Prosedur Kedaruratan.jakarta: EGC

Você também pode gostar