Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Penyelesaian
Untuk menumpas pemberontakan PKI di Madiun, pemerintah melakukan beberapa kebijakan diantaranya:
1. Pidato presiden Seokarno yang mengajukan pilihan kepada rakyat untuk memilih Soekarno Hatta atau Musso-
Amir mendapt tanggapan positif dari rakyat.
2. Pengerahan pasukan militer dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto dan Kolonel Soengkono
Dari upaya ppemerintah tersebut, maka pemberontakan PKI dapat dipadamkan. Tokoh-tokoh PKI, Musso tertembak
mati sedangkan Amir Syarifudin tertangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Peristiwa
Kartosuwiryo menolak untuk meninggalkan Jawa Barat menuju Yogyakarta sesuai dengan hasil Perjanjian Renville.
Bersama pengikutnya yang terdiri dari lascar Hizbullah dan Sabillilah memproklamasikan berdirinya Negara Islam
Indonesia (NII) pada tanggal 7 Agustus 1949. Pada saat itu focus pemerintah Indonesia terpecah dikarenakan dalam
waktu yang bersamaan harus menghadapi Belanda. Selain itu medan berupa pegunungan sangat mendukung
pasukan Tentara Islam Indonesia (TII) untuk bergerilya.
Penyelesaian
Pada awalnya pemerintah RI berupaya menyelesaikan pemberontakan melalui jalan damai yaitu mengutus Moh.
Natsri untuk mengajak Kartosuwiryo kembali kepangkuan ibu pertiwi, akan tetapi misi damai berujung kegagalan.
Oleh karena itu operasi militer ditempuh oleh pemerintah. Operasi Bharatayudha dengan taktik Pagar Betis berhasil
menangkap Kartosuwiryo di Gunung Geber, Majalaya Jawa Barat. Kartosuwiryo akhirnya dihukum mati pada tanggal
16 Agustus 1962.
Tokoh
1.Amir Fatah
2.Mahfudz Abdurachman (Kyai Sumolangu)
Peristiwa
Pada tanggal 23 Agustus 1949 di Desa Pangarasan, Tegal, Amir Fatah menyatakan diri bergabung dengan DI/TII
Jawa Barat. Selain Amir Fatah, Kyai Sumolangu dengan Angkatan Umat Islam juga menyatakan bergabung dengan
Kartosuwiryo. Pemberontkan DI/TII Jawa Tengah meliputi kota Tegal, Pekalongan, Brebes dan Kebumen. Gerakan
DI/TII Jawa Tengah semakin kuat dengan bergabungnya Batalyon 426 Kedu dan Magelang serta Gerakan Merapi-
Merbabu Complex (MMC).
Penyelesaian
Pemberontkaan DI/TII Jawa Tengah ditumpas dengan Operasi Gerakan Banteng Negara (GBN) dipimpin oleh Letkol
Sarbini (digantikan oleh Letkol M. Bachrun dan kemudian Ahmad Yani). GBN membentuk tentara khusus yang diberi
nama Banteng Raiders. Sedangkan guna menumpas pemberontkan Batalyon 426 pemerintah membentuk Operasi
Merdeka Timur yang dipimpin Letkol Soeharto. Pada awal tahun 1952 pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
berhasil dipadamkan.
Tokoh
Tengku Daud Beureuh
Peristiwa
Pada tanggal 20 September 1953, Daud Beureuh mengeluarkan pernyataan bahwa Aceh termasuk bagian dari DI/TII
Kartosuwiryo.
Penyelesaian
Operasi militer dilakukan untuk menumpas pemberontakan DI/TII Aceh akan tetapi mengalami kegagalan. Atas
prakarsa Kolonel M. Yasin, diadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang berlangsung pada tanggal 17-21
Desember 1962. Akhir pemberontakan DI/TII Aceh diselesaikan dengan cara damai.
Tokoh
Kahar Muzakar
Peristiwa
Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar mengirim surat kepada pemerintah agar tentara KGSS dapat bergabung
dengan APRIS. Pemerintah pusat menyalurkan tentara KGSS kedalam Korps Cadangan Nasional. Pada tanggal 17
Agustus 1951, Kahar Muzakar beserta anak buahnya melarikan diri ke hutan dan menyatakan bergabung dengan
DI/TII Kartosuwiryo.
Penyelesaian
Untuk mengatasi pemberontakan Kahar Muzakar, pemerintah melancarkan operasi militer dengan mengirimkan
pasukan dari Devisi Siliwangi. Pemberontakan Kahar Muzakar cukup sulit untuk ditumpas, mengingat pasukan Kahar
Muzakar sangat mengenal medan pertempuran. Akhirnya pada bulan februari 1965 Kahar Muzakar tewas dalam
sebuah pertempuran. Pembrontakan benar-benar dapat ditumpas pada Juli 1965.
Tokoh
Ibnu Hajar alias Angli alias Haderi Bin Umar
Peristiwa
Ibnu Hajar adalah mantan anggota TNI yang memberontak dengan membentuk KRYT. Kemudian Ibnu Hajar
menyatakan bergabung dengan NII pimpinan Kartosuwiryo.
Penyelesaian:
Penyelesaian pemberontakan Ibnu Hajar dilakukan dengan jalan damai dan operasi militer. Pada tahun 1963,
pasukan Ibnu Hajar dapat ditumpas dan Ibnu hajar dijatuhi hukuman mati.
1. Membentuk Biro Khusus dipimpin Syam Kamaruzman. Tugas Biro Khusus adalah merancang dan
mempersiapkan perebutan kekuasaan dengan cara infiltrasi ke dalam tubuh ABRI, organisasi politik dan
organisasi massa.
2. Menuntut dibentuknya angkatan ke-5 yang terdiri dari buruh dan tani yang dipersenjatai.
3. Melakukan latihan militer di Lubang Buaya. Secara militer gerakan 30 September 1965 dipimpin oleh Kolonel
Untung, Komandan Batalyon I Resimen Cakarabirawa (pengawal Presiden)
4. Membentuk Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) yang ingin menanamkan pengaruh PKI dalam bidang
budaya. Sementara pihak yang bertentangan dengan PKI membentuk Manifes Kebudayaan (Manikebu).
5. Melakukan aksi fitnah terhadap ABRI khususnya TNI-AD dengan melancarkan isu Dewan Jenderal yang akan
memberontak. Selain itu terdapat dokumen Gilchrist yang berisi adanya kerjasama antara TNI-AD dengan CIA
dan Inggris.
Peristiwa
Gerakan 30 September dimulai pada dini hari, tanggal 1 Oktober, yakni menculik dan membunuh enam perwira tinggi
angkatan darat. Korban kemudian dibawa di desa Lubang Buaya dan dimasukan ke dalam sumur tua kemudian
ditimbun dengan sampah dan tanah. keenam perwira tinggi yang dibunuh adalah:
Pada tanggal 1 Oktober pukul 07.20, Kolonel Untung menyiarkan pengumuman melalui RRI bahwa telah terjadi
Gerakan 30 September yang bertujuan menghancurkan Dewan Jenderal yang akan merebut kekuasaan presiden
Soekarno.
Penyelesaian
Mayor Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD) mengambil alih
komando AD karena belum ada kepastian mengenai keadaan Jenderal Ahmad Yani yang menjabat sebagai Menteri
Panglima Angkatan Darat. Langkah pertama yang diambil adalah merebut studio RRI Pusat dan Kantor PN
Telekomunikasi. Pada pukul 17.20 pasukan RPKAD dibawah pimpinan Kolonel Inf. Sarwo Edhie Wibowo berhasil
menguassai objek vital tersebut.
Selanjunya Mayor Jenderal Soeharto melauli RRI mengeluarkan pengumuman yang menyatakan:
Operasi pembersihan terus dilakukan, seorang demi seorang tokoh PKI berhasil ditangkap. Kolonel Latif dan Kolonel
Untung berhasil ditangkap, sedangkan D.N Aidit tertembak mati pada tanggal 24 November 1965 di Surakarta. Pada
akhirnya pemberontakan PKI berhasil dipadamkan atas kerjasama antara tentara AD dengan masyarakat.