Você está na página 1de 21

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Asuhan Keperawatan Cholelitiasis

Disusun oleh:
Fedwarto Ndruru
12055

PROGRAM PROFESI NERS 10


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2012
Asuhan Keperawatan Cholelitiasis

A. Pendahuluan
Fungsi hati adalah mengeluarkan empedu, normalnya 600-1200 ml/ hari. Fungsi dari
empedu itu sendiri ada dua, pertama berperan penting dalam pencernaan dan absorpsi
lemak, sedangkan pencernaan lemak ini dilakukan oleh asam empedu dalam dua tahap,
yaitu; (1) membantu mengemulsikan partikel lemak besar menjadi kecil, sehingga bisa
diserang enzim lipase yang disekresikan oleh enzim pancreas, (2) membantu transfer dan
absorpsi produk akhir lemak yang dicerna menuju dan melalui membran mukosa
intestinal. Kedua, asam empedu adalah alat untuk mengeluarkan produk buangan darah
seperti bilirubin dan kelebihan kolesterol yang dibentuk oleh sel hati.
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan empedu dan
memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan
elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.
Cholelitiasis (batu empedu) terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur
padat yang membentuk cairan empedu, batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan
komposisi yang bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa
muda tetapi insidennya semakin sering pada individu berusia diatas 40 tahun, dan semakin
meningkat pada usia 75 tahun.

B. Pengertian
Cholelitiasis (kolelitiasis) adalah adanya batu (kalkulus) dalam kandung empedu
(Brunner & Suddarth 2001).
Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana
terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) dari unsur-unsur padat
yang membentuk cairan empedu yang memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang
bervariasi.

C. Anatomi Fisiologi
Empedu disekresikan oleh hati terjadi dalam dua tahap. Pertama, oleh sel-sel
hepatosit hati mensekresikan asam empedu, kolesterol dan asam organik lain. Empedu
disekresikan ke kanalikuli biliaris kecil yang ada diantara sel-sel hati dilempeng hepatik.
Kedua, empedu mengalir ke perifer lalu ke septa interlobularis (tempat kanalikuli biliaris
mengosongkan empedu kedalam duktus biliaris terminal, lalu secara progresif akan masuk
keduktus yang lebih besar, lalu masuk keduktus hepatikus, duktus biliaris setelah dari
duktus biliaris empedu ada yang masuk ke duodenum ada yang dialihkan dan masuk ke
duktus sistikus dan masuk ke kandung empedu, dalam perjalananya menuju duktus biliaris
ion natrium dan bikarbonat encer ikut tersekresi oleh sel-sel epitel sekretoris yang terdapat
diduktus dan duktulus yang mengakibaakan peningkatan volume empedu 100%.
Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah alpukat yang terletak
tepat dibawah lobus kanan hati. Empedu yang disekresi secara terus menerus oleh hati
masuk ke saluran empedu yang kecil di dalam hati. Saluran empedu yang kecil-kecil
tersebut bersatu membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan
bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri, yang akan bersatu membentuk duktus
hepatikus komunis. Duktus hepatikus komunis bergabung dengan duktus sistikus
membentuk duktus koledokus. Pada banyak orang, duktus koledokus bersatu dengan
duktus pankreatikus membentuk ampula Vateri sebelum bermuara ke usus halus. Bagian
terminal dari kedua saluran dan ampla dikelilingi oleh serabut otot sirkular, dikenal
sebagai sfingter Oddi.
Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan empedu.
Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu yang dihasilkan hati.
Empedu yang dihasilkan hati tida k langsung masuk ke duodenum, akan tetapi setelah
melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus sistikus dan disimpan di kandung
empedu. Pembuluh limfe dan pembuluh darah mengabsorbsi air dan garam-garam
anorganik dalam kandung empedu sehingga cairan empedu dalam kandung empedu akan
lebih pekat 10 kali lipat daripada cairan empedu hati. Secara berkala kandung empedu
akan mengosongkan isinya ke dalam duodenum melalui kontraksi simultan lapisan
ototnya dan relaksasi sfingter Oddi. Rangsang normal kontraksi dan pengosongan
kandung empedu adalah masuknya kimus asam dalam duodenum. Adanya lemak dalam
makanan merupakan rangsangan terkuat untuk menimbulkan kontraksi. Hormon CCK
juga memperantarai kontraksi.
Empedu hati adalah cairan isotonik berpigmentasi dengan komposisi elektrolit yang
menyerupai plasma darah. Komposisi elektrolit empedu dalam kandung empedu berbeda
dari empedu hati karena sebagian besar anion anorganik, klorida dan bikarbonat,
disingkirkan memalui reabsorpsi melintasi membran basalis. Komponen utama empedu
menurut berat termasuk air (82%), asam empedu 12%, lesitin dan fosfolipid lain 4%, dan
kolesterol yang tidak diesterifikasi 0,7%.unsur pokok lain termasuk bilirubin terkonjugasi,
protein (IgA, hasil tambahan dari hormone dan protein lain yang dimetabolisme dalam
hati), elektrolit, mucus dan seiring obat dan hasil tambahan metaboliknya.

Gambar 1. Anatomi kandung empedu dan letak batu empedu


D. Etiologi
Terjadinya cholelitiasis merupakan faktor predisposisi dari gangguan metabolisme
yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung
empedu.
Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki batu empedu.
Kadang suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya peradangan. Kolesistitis akut tanpa
batu merupakan penyakit yang serius dan cenderung timbul setelah terjadinya cedera,
pembedahan, luka bakar, sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh), penyakit-
penyakit yang parah (terutama penderita yang menerima makanan lewat infus dalam
jangka waktu yang lama).
Sebelum secara tiba-tiba merasakan nyeri yang luar biasa di perut bagian atas,
penderita biasanya tidak menunjukan tanda-tanda penyakit kandung empedu. Kolesistitis
kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis akut, yang menyebabkan
terjadinya penebalan dinding kandung empedu dan penciutan kandung empedu. Pada
akhirnya kandung empedu tidak mampu menampung empedu.
Tanda awal dari peradangan kandung empedu biasanya berupa nyeri di perut kanan
bagian atas. Nyeri bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan sering
menjalar ke bahu kanan. Biasanya terdapat mual dan muntah, nyeri tekan perut, nyeri
perut yang tidak jelas (samar-samar), sendawa, otot-otot perut sebelah kanan menjadi
kaku, timbul demam ringan, yang semakin lama cenderung meninggi. Serangan nyeri
berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang dalam 1 minggu, hingga gangguan
pencernaan menahun.
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu:
1. Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya
gerakan usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi
kandung empedu.
2. Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke
dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh batu
empedu atau oleh peradangan.
3. Jika pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzim amilase,
mungkin telah terjadi peradangan pankreas (pankreatitis) yang disebabkan oleh
penyumbatan batu empedu pada saluran pankreas (duktus pankreatikus).
E. Patofisiologi
Ada dua tipe utama batu empedu yaitu batu yang tersusun dari pigmen dan batu
yang terutama tersusun dari kolesterol.
Batu pigmen akan terbentuk bila pigmen yang terkonjugasi dalam empedu
mengalami presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Risiko terbentuknya batu
semacam ini semakin besar pada pasien serosis, hemolisis dan infeksi percabangan bilier.
Batu ini tidak dapat dilarutkan dan hanya dikeluarkan dengan jalan operasi.
Kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut
dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfo lipid) dalam
empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan
sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati yang mengakibatkan
supersaturasi getah empedu oleh kolesterol dan keluar dari getah empedu mengendap
membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk
timbulnya batu empedu yang berperan sebagai iritan yang menyebabkan peradangan
dalam kandung empedu.
Wanita yang menderita batu kolesterol dan penyakit kandung empedu 4x lebih
banyak dari pada laki-laki. Biasanya terjadi pada wanita berusia >40 tahun, multipara, dan
obesitas. Penderita batu empedu meningkat pada pengguna kontrasepsi pil, estrogen dan
klofibrat yang diketahui meningkatkan saturasi kolesterol bilier. Insiden pembentukan
batu meningkat bersamaan dengan penambahan umur, karena bertambahnya sekresi
kolesterol oleh hati dan menurunnya sintesis asam empedu juga meningkat akibat mal
absorbsi garam-garam empedu pada pasien dengan penyakit gastrointestinal, pernah
operasi resesi usus, dan Diabetes Melitus.
Faktor predisposisi yang penting adalah: perubahan metabolisme yang disebabkan
oleh perubahan susunan empedu, statis empedu, dapat menyebabkan infeksi kandung
empedu. Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting pada
pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam kandung
empedu. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi
kandung empedu dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal khususnya selama
kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan
merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagian pada
pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus.
Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi. Infeksi lebih
sering sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi yang menyebabkan
pembentukan batu.
Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan mengabsorpsi air.
Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi zat-zat padat. Stasis
empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan
susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut (www.mamashealth.com).
Manifestasi dari gejala kolelitiasis yang terjadi bersifat akut dan kronis, gangguan
epigastrium: rasa penuh, distensi abdomen, nyeri samar pada perut kanan atas, terutama
setelah klien konsumsi makanan berlemak/yang digoreng.
Tanda dan gejala kolelitiasis yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Nyeri dan kolik bilier, jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu,
kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan
menderita panas, teraba massa padat pada abdomen, pasien dapat mengalami kolik
bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kanan atas yang menjalar kepunggung atau
bahu kanan , rasa nyeri disertai mual dan muntah akan bertambah hebat dalam waktu
beberapa jam sesudah makan dalam porsi besar. Pasien akan gelisah dan membalik-
balikkan badan, merasa tidak nyaman, nyerinya bukan kolik tetapi persisten. Seorang
kolik bilier semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat
mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan
distensi bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding adomen pada daerah
kartilago kosta sembilan dan sepuluh bagian kanan, sehingga menimbulkan nyeri
tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika inspirasi dalam.
2. Ikterus. Biasanya terjadi obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran
getah empedu keduodenum akan menimbulkan gejala yang khas : getah empedu tidak
dibawa keduodenum tetapi diserap oleh darah sehingga kulit dan mukosa membran
berwarna kuning, disertai gatal pada kulit.
3. Perubahan warna urine tampak gelap dan feses warna abu-abu serta pekat
karena ekskresi pigmen empedu oleh ginjal.
4. Terjadi defisiensi vitamin ADEK. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu
pembekuan darah yang normal. Jika batu empedu terus menyumbat saluran tersebut
akan mengakibatkan abses, nekrosis dan perforasi disertai peritonitis generalisata.
Pathway

Batu dalam kandung empedu

nya batu empedu Adanya batu empedu Intake nutrisi yang


kurang

Distensi kandung kemih Penyaluran empedu oleh hati ke


Metabolisme glukosa
kandung empedu terhambat
terganggu

Infeksi
proses pencernaan makanan berlemak
terganggu Pembentukan ATP,
ADP terganggu
Terjadinya proses
peradangan Mual dan muntah
Energi menurun terjadi,
kelemahan otot
Pengeluaran bradikinin, Gangguan nutrisi
histamin, serotinin
Gangguan ADL
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan
Dihantarkan diagnostik yang dilakukan pada cholelitiasis :
ke pothalamus
1. Rontgen abdomen/pemeriksaan sinar X/Foto polos abdomen. Dapat dilakukan
pada klien yang dicurigai akan penyakit kandung empedu. Akurasi pemeriksaannya
Nyeri
hanya 15-20%. Tetapi bukan merupakan pemeriksaan pilihan.
2. USG abdomen dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus
koledokus yang mengalami dilatasi. Akurasi pemeriksaan batu empedu dengan USG
adalah 95%.
3. Kolangiogram/kolangiografi transhepatik perkutan yaitu melalui penyuntikan
bahan kontras langsung ke dalam cabang bilier. Karena konsentrasi bahan kontras
yang disuntikan relatif besar maka semua komponen sistem bilier (duktus hepatikus,
D. koledukus, D. sistikus dan kandung empedu) dapat terlihat. Meskipun angka
komplikasi dari kolangiogram rendah namun bisa beresiko peritonitis bilier, resiko
sepsis dan syok septik.
4. Pemeriksaan pencitraan radionuklida atau koleskintografi yaitu memindai
saluran empedu untuk mendapatkan gambaran kandung empedu dan percabangan
bilier, dengan cara menyuntikkan preparat radioaktif secara intravena yang kemudian
preparat ini diambil oleh hapatosit dan dengan cepat diekskresikan ke dalam sistem
bilier.
5. ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatographi) yaitu sebuah
kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus, kemudian
bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut. Fungsi ERCP ini memudahkan
visualisasi langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke dalam duktus koledukus
bagian distal untuk mengambil batu empedu, selain itu ERCP berfungsi untuk
membedakan ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan
ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk
menyelidiki gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung empedunya
sudah diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tanda-tanda perforasi/ infeksi.
6. Uji eksresi empedu
Fungsinya mengukur kemampuan hati untuk mengonjugasi dan mengekresikan
pigmen.
 Bilirubin direk (terkonjugasi) merupakan bilirubin yang telah diambil oleh sel-
sel hati dan larut dalam air.Makna klinisnya mengukur kemampuan hati untuk
mengonjugasi dan mengekresi pigmen empedu. Bilirubin ini akan meningkat bila
terjadi gangguan eksresi bilirubin terkonjugasi. Nilai normal : 0,1-0,3 mg/dl
 Bilirubin indirek (tidak terkonjugasi) merupakan bilirubin yang larut dalam
lemak dan akan meningkat pada keadaan hemolitik (lisis darah). Nilai normal : 0,2-
0,7 mg/dl
 Bilirubin serum total merupakan bilirubin serum direk dan total meningkat
pada penyakit hepatoselular. Nilai normal : 0,3-1,0 mg/dl
 Bilirubin urin / bilirubinia merupakan bilirubin terkonjugasi dieksresi dalam
urin bila kadarnya meningkat dalam serum, mengesankan adanya obstruksi pada sel
hatiatau saluran empedu. Urin berwarna coklat bila dikocok timbul
busaberwarnakuning. Nilai normal : 0 (nol)
5. Uji enzim serum
Asparte aminotransferase (AST / SGOT ) dan alanin aminotransferase (ALT / SGPT)
merupakan enzim intrasel yang terutama berada di jantung, hati, dan jaringan skelet
yang dilepaskan dari jaringan yang rusak (seperti nekrosis atau terjadi perubahan
permeabilitas sel dan akan meningkat pada kerusakan hati. Nilai normal AST / SGOT
dan ALT / SGPT : 5-35 unit/ml.
Alkaline posfatase dibentuk dalam hati dan dieksresikan ke dalam empedu, kadarnya
akan meningkat jika terjadi obstuksi biliaris. Nilai normalnya : 30-120 IU/L atau 2-4
unit/dl.

G. Penatalaksanaan
1. Non Pembedahan
a. Penatalaksanaan pendukung dan Diet adalah: istirahat, cairan infus, NGT,
analgetik dan antibiotik, diet cair rendah lemak, buah yang masak, nasi, ketela,
kentang yang dilumatkan, sayur non gas, kopi dan teh.
b. Untuk makanan yang perlu dihindari sayur mengandung gas, telur, krim,
daging babi, gorengan, keju, bumbu masak berlemak, alkohol.
c. Farmakoterapi asam ursedeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksiolat (chenodiol,
chenofalk) digunakan untuk melarutkan batu empedu radiolusen yang berukuran
kecil dan terutama tersusun dari kolesterol. Jarang ada efek sampingnya dan dapat
diberikan dengan dosis kecil untuk mendapatkan efek yang sama. Mekanisme
kerjanya menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga
terjadi disaturasi getah empedu. Batu yang sudah ada dikurangi besarnya, yang
kecil akan larut dan batu yang baru dicegah pembentukannya. Diperlukan waktu
terapi 6–12 bulan untuk melarutkan batu.
d. Pelarutan batu empedu tanpa pembedahan : dengan cara menginfuskan suatu
bahan pelarut (manooktanoin / metil tersier butil eter) kedalam kandung empedu.
Melalui selang/kateter yang dipasang perkuatan langsung kedalam kandung
empedu, melalui drain yang dimasukkan melalui T-Tube untuk melarutkan batu
yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan, melalui endoskopi ERCP, atau
kateter bilier transnasal.
e. Ektracorporeal shock-wave lithotripsy (ESWL). Metode ini menggunakan
gelombang kejut berulang yang diarahkan pada batu empedu dalam kandung
empedu atau duktus koledokus untuk memecah batu menjadi sejumlah fragmen.
Gelombang kejut tersebut dihasilkan oleh media cairan oleh percikan listrik yaitu
piezoelektrik atau muatan elektromagnetik. Energi disalurkan kedalam tubuh lewat
rendaman air atau kantong berisi cairan. Setelah batu pecah secara bertahap,
pecahannya akan bergerak perlahan secara spontan dari kandung empedu atau
duktus koledokus dan dikeluarkan melalui endoskop atau dilarutkan dengan
pelarut atau asam empedu peroral.
2. Pembedahan
a. Intervensi bedah dan sistem drainase.
b. Kolesistektomi : dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis / akut.
Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar
lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus, dan getah
empedu kedalam kassa absorben.
c. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar
4 cm, bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat.
d. Kolesistektomi laparaskopi
e. Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau luka tusukan
melalui dinding abdomen pada umbilicus
3. Pendidikan pasien pasca operasi :
a. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala
komplikasi intra abdomen yang harus dilaporkan : penurunan selera makan,
muntah, rasa nyeri, distensi abdomen dan kenaikan suhu tubuh.
b. Saat dirumah perlu didampingi dan dibantu oleh keluarga selama 24 sampai 48
jam pertama.
c. Luka tidak boleh terkena air dan anjurkan untuk menjaga kebersihan luka
operasi dan sekitarnya
d. Masukan nutrisi dan cairan yang cukup, bergizi dan seimbang
e. Anjurkan untuk kontrol dan minum obat rutin.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1.1 Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri pada abdomen bagian kanan
b. Riwayat kesehatan sekarang
Nyeri pada daerah abdomen kuadran kanan, kaji kualitas dan kuantitas nyeri.
Riwayat kesehatan dahulu : pernah sakit radang kantung empedu
1.2 Pola aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi : Mual dan muntah
b. Konsumsi makan sehari-hari : Cenderung mengkonsumsi makanan
yang tinggi lemak
c. Aktifitas fisik : Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan
peningkatan resiko terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh
kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.
1.3 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: kaji kesadaran, dan tanda-tanda vital klien, kelemahan
dan kelelahan
b. Pengkajian persistem
Pengkajian pasien (Doenges, 1999) meliputi :
1) Sistem kardiovaskuler
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular
perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2) Integritas ego
Gejala: perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor stress multiple,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda: tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang;
stimulasi simpatis.
3) Makanan/cairan
Gejala: insufisiensi pankreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas); membran
mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan/periode puasa pra operasi
4) Sistem Respiratorik
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5) Sistem persarafan/neurotransmitter
Gejala: kaji adanya masalah indera, orientasi tempat, waktu dan orang, .
6) Sistem Integumen
Gejala: turgor kulit warna kulit dan kelembaban.
7) Sistem endokrin
Gejala: gangguan pada produksi hormon endokrin.
8) Keamanan
Gejala: alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ;
Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan); Munculnya kanker/terapi kanker terbaru ; Riwayat
keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit
hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah
koagulasi); Riwayat transfuse darah/reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
9) Sistem Muskuloskeletal
Kekuatan otot ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. reflek, jari-jari kaki
dapat di gerakan/tidak, edema.
10) Sistem Gastrointestinal
Gejala: Bentuk abdomen, ada nyeri tekan pada perut bagian bawah,
mengatakan mual dan muntah, perubahan nafsu makan.
11) Sistem eliminasi
Adanya perubahan warna urin dan feses, distensi abdomen kuadran kanan
atas, dan kepekatan urin.
12) Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala: pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotik, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretik, dekongestan,
analgesik, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang
dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alkohol (risiko
akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan
anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

2. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1 DS : Adanya batu empedu Nyeri
- Nyeri perut ↓
Distensi kandung empedu
bagian kanan

atas Infeksi
DO : ↓
Terjadinya proses peradangan
- Nyeri tekan

abdomen Pengeluaran bradikinin,
- Skala nyeri histamine, cerotinin
(1-10) ↓
Dihantarkan ke hipotalamus

Nyeri dipersepsikan
2 DS : Adanya batu empedu Gangguan nutrisi:
- Nafsu makan ↓ asupan nutrisi kurang
Penyaluran empedu oleh hati
berkurang dari kebutuhan
kekandung empedu terhambat
DO : ↓
- muntah Proses pencernaan makanan
- Nafsu makan berlemak terganggu

berkurang
- Perut Mual dan muntah

kembung
Gangguan nutrisi
- Berat badan
menurun
3 DS : Intake nutrisi yang kurang Gangguan ADL
- Klien ↓
Metabolisme glukosa terganggu
mengeluh badan

terasa lemas Pembentukan ATP dan ADP
untuk terganggu

beraktifitas
Energi menurun terjadi
DO : kelemahan otot
- lemah ↓
- Klien bedrest Aktiftas terganggu
- Porsi Makan ↓
sedikit Gangguan ADL
3. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada
kandungan empedu.
2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan terganggunya
proses pencernaan.
3) Gangguan ADL berhubungan dengan adanya nyeri perut kanan atas.
4. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Gangguan rasa Tupan : 1. Observasi dan catat 1. Membantu membedakan
nyaman nyeri Dalam waktu 4-5 hari lokasi beratnya (1-10) penyebab nyeri dan memberikan
berhubungan dengan nyeri hilang. dan karakter nyeri informasi tentang kemajuan atau
proses peradangan Tupen : (menetap, hilang perbaikan penyakit terjadi
pada kandung Dalam waktu ± 7 jam timbul, kolik). komplikasi dan keefektifan
empedu. nyeri berkurang intervensi.
2. Catat respon terhadap
2. Nyeri berat yang tidak hilang
DS : dengan kriteria :
obat dan laporkan pada
dengan tanda tanda rutin dapat
- Nyeri perut bagian - Distensi abdomen
dokter bila nyeri
menunjukkan terjadinya
kanan atas. berkurang sampai
hilang.
komplikasi atau kebutuhan
DO : hilang
- Leukosit normal intervensi lebih lanjut.
- Nyeri tekan
3. Tingkatkan tirah 3. Tirah baring pada posisi fowler
(4000-10000mm3)
abdomen.
- Klien tampak baring, biarkan pasien rendah menurunkan tekanan
- Skala nyeri (1-10)
rileks melakukan posisi yang intra abdomen namun pasien
nyaman. akan melakukan posisi yang
menghilangkan nyeri secara
alamiah.
4. Ajarkan teknik
4. Meningkatkan istirahat
relaksasi dan berikan
memusatkan kembali perhatian
aktivitas senggang.
dan meningkatkan koping.
2 Gangguan nutrisi Tupan : 1. Kaji distensi 1. Tanda nonverbal
kurang dari Dalam waktu 4-5 hari abdomen, hati hati ketidaknyamanan berhubungan
kebutuhan nutrisi seimbang. menolak bergerak. dengan gangguan pencernaan.
berhubungan dengan Tupen : 2. Anjurkan makan 2. Mencukupi atau mempercepat
terganggunya proses Dalam waktu ± 7 jam sedikit tapi sering. memenuhi kebutuhan klien yang
pencernaan. kebutuhan asupan hilang.
DS: nutrisi terpenuhi 3. Berikan kebersihan 3. Mulut yang bersih
- Klien dengan kriteria : oral sebelum makan. meningkatkan nafsu makan.
mengeluh tidak - Porsi makan 4. Ambulasi dan 4. Membantu dalam
ada nafsu makan. meningkat. tingkatkan aktifitas. mengeluarkan flatus penurunan
- Klien juga
- Klien tidak distensi abdomen.
mengeluh adanya
muntah. 5. Kolaborasi dengan 5. Memenuhi kebutuhan nutrisi
mual dan muntah.
- Mual dokter diet tinggi serat klien dalam asupan gizi.
DO:
berkurang. rendah lemak.
- Klien
mual/muntah
- Nafsu makan
menurun
- Perut
kembung
- BB menurun
3 Gangguan ADL Tupan : 1. Kaji kemampuan 1. Menentukan intervensi
berhubungan dengan Dalam waktu 3-4 hari klien dalam selanjutnya sesuai dengan
adanya nyeri pada diharapkan melakukan aktivitas. kemampuan klien.
perut kanan atas. kemampuan dalam 2. Bimbing klien 2. Klien dapat memenuhi
DS: meningkatkan secara bertahap untuk ADLnya secara bertahap
- Klien kebutuhan ADL. mandiri. menyebabkan kelelahan.
mengeluh badan Tupen : 3. Libatkan keluarga 3. Partisipasi keluarga dapat
terasa lemas untuk Dalam waktu ±7 jam dalam pemenuhan membantu klien memenuhi
beraktifitas. pemberian asuhan ADL klien. ADLnya.
DO: keperawatan 4. Berikan 4. Mengetahui kemajuan yang
- Klien tampak diharapkan klien kesempatan pada dirasakan oleh klien selama
lemah. dapat memenuhi klien untuk dirawat.
- Klien bedrest.
kebutuhan ADL melakukan aktivitas
- Makan
secara bertahap mandiri.
sedikit.
dengan kriteria :
- Klien dapat
memenuhi
ADLnya secara
mandiri.
5. Evaluasi
1. Klien akan melaporkan bahwa nyeri hilang/terkontrol
2. Intoleransi makanan berkurang
a. Mempertahankan asupan makanan yang adekuat dan menghindari jenis
makanan yang menyebabkan gangguan gastrointestinal
b. Melaporkan penurunan frekuansi gejala mual, muntah, diare, flatulensi
dan gangguan rasa nyaman abdomen atau tidak adanya semua gejala tersebut.
3. Bebas dari komplikasi
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan darah, denyut nadi,
frekuensi dan pola pernafasan, serta suhu tubuh).
b. Melaporkan pemulihan selera makan dan tidak adanya bukti muntah,
distensi abdomen serta rasa nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC


Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa
AdiDharma, Edisi II.`

Você também pode gostar