Você está na página 1de 6

Muslimah Cinta Islam:

#NafaitsTsamarat | Muslimah Cinta Islam Lampung

---

BIRRUL WALIDAIN

Oleh: Aya ummu Najwa

---

Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda:

“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau ingin maka sia-siakanlah pintu itu
atau jagalah ia.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Seorang anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada kedua orang tuanya.
Kewajiban ini tidaklah gugur bila seseorang telah berkeluarga. Namun sangat disayangkan, betapa
banyak orang yang sudah berkeluarga lalu mereka meninggalkan kewajiban ini. Lebih sibuk dengan
keluarganya dan mengabaikan orang tuanya.

Jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla melalui orang tua adalah birrul walidain.
Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu masalah penting dalam
Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla
memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?”
Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup
atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.”(HR.
Muslim)

Dari Abdullah bin ’Umar, ia berkata,

“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada
murka orang tua.” (Adabul Mufrod no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika
sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam)

Sungguh, jasa orang tua apalagi seorang ibu begitu besar. Mulai saat mengandung, dia mesti
menanggung berbagai macam penderitaan. Tatkala dia melahirkan juga demikian. Begitu pula saat
menyusui, yang sebenarnya waktu istirahat baginya, namun dia rela lembur di saat si bayi kecil
kehausan dan membutuhkan air susunya. Oleh karena itu, jasanya sangat sulit sekali untuk dibalas,
walaupun dengan memikulnya untuk berhaji dan memutari Ka’bah.

Dari Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar
Ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang itu bersenandung,

Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh.

Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.

Orang itu lalu berkata, “Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar
menjawab, “Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika
melahirkan.” (Adabul Mufrod no. 11. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih secara
sanad)

Allah Ta’ala juga berfirman,

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra’: 23)

Dalam beberapa ayat, Allah selalu menggandengkan amalan berbakti pada orang tua dengan
mentauhidkan-Nya dan larangan berbuat syirik. Ini semua menunjukkan agungnya amalan tersebut.
Allah Ta’ala berfirman,

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (QS. An Nisa’: 36)

“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah
kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa.” (QS.
Al An’am: 151)
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 13-14)

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai

menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai
empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang
telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak
cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang berserah diri”.” (QS. Al Ahqaf: 15)

Perhatikanlah firman Allah Ta’ala tentang Nabi Yahya bin Zakariya ‘alaihimas salam berikut,

“Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi
durhaka.” (QS. Maryam: 14)

Begitu juga Allah menceritakan tentang Nabi Isa ‘alaihis salam,

“Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan
aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; berbakti
kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 30-
32)

Amalan yang Paling Dicintai oleh Allah adalah Berbakti pada Orang Tua

Kita dapat melihat pada hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Beliau
mengatakan,

“Aku bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling dicintai oleh
Allah ‘azza wa jalla?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya’. Lalu aku
bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Kemudian berbakti
kepada kedua orang tua.’ Lalu aku mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Lalu beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengatakan, ‘Berjihad di jalan Allah’.”

Lalu Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan hal-hal
tadi kepadaku. Seandainya aku bertanya lagi, pasti beliau akan menambahkan (jawabannya).” (HR.
Bukhari dan Muslim)

Berbuat ihsan pada orang tua, adalah berbakti kepada kedua orang tua, yaitu menyampaikan setiap
kebaikan kepada keduanya semampu kita dan bila memungkinkan mencegah gangguan kepada
keduanya. Menurut Ibnu ‘Athiyah, kita juga wajib mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah
(yang diperbolehkan syari’at), dan harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan
menjauhi apa-apa yang dilarang (selama tidak melanggar batasan-batasan Allah ‘Azza wa Jalla).

Sedangkan ‘uququl walidain adalah gangguan yang ditimbulkan seorang anak terhadap keduanya,
baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh gangguan berupa perkataan, yaitu mengucapkan
“ah” atau “cis”, berkata dengan kalimat yang keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci
maki dan lain-lain. Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar, seperti memukul
dengan tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi
keinginannya, membenci, tidak mempedulikan, tidak bersilaturrahim, atau tidak memberi nafkah
kepada kedua orang tuanya yang miskin.

Bentuk - bentuk durhaka kepada orang tua

1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun perbuatan yang
mem-buat orang tua sedih, menangis, atau sakit hati.

2. Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi panggilan orang tua.

3. Membentak atau menghardik orang tua.

4. Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang lain daripada
mengurus orang tuanya, padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah
pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.

5. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan
bodoh, “kolot”, dan lain-lain.

6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut
sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua dan lemah. Tetapi, jika si ibu
melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri, maka tidaklah mengapa, dan karena itu
seorang anak harus berterima kasih dan membantu orang tua.

7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
8. Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah, misalnya alat musik, mengisap rokok, dan lain-lain.

9. Lebih mentaati isteri daripada kedua orang tua. Bahkan ada sebagian orang yang tega mengusir
ibunya demi menuruti kemauan isterinya.

10. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan
tempat tinggal ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam itu adalah
sikap yang sangat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.

Bentuk - bentuk berbakti kepada orang tua

1. Bergaul bersama keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam disebutkan bahwa memberi kegembiraan kepada seseorang mukmin termasuk shadaqah,
lebih utama lagi kalau memberi kegembiraan kepada orang tua kita

2. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan adab ber-
bicara antara kepada kedua orang tua dengan ke-pada anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara
dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua.

3. Tawadhu’ (rendah hati). Tidak boleh kibr (sombong) apabila sudah meraih sukses atau memenuhi
jabatan di dunia, karena sewaktu lahir, kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan
pertolongan, kita diberi makan, minum, dan pakaian oleh orang tua.

4. Memberi infaq (shadaqah) kepada kedua orang tua, karena pada hakikatnya semua harta kita
adalah milik orang tua. Oleh karena itu berikanlah harta itu kepada kedua orang tua, baik ketika
mereka minta ataupun tidak.

5 . Mendo’akan kedua orang tua. Di antaranya dengan do’a berikut:

ْ ‫صغي ًْرا َربَّيَاني َك َما‬


ِّ‫ار َح ْم ُه َما َرب‬ َ

“Wahai Rabb-ku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu kecil.”

Seandainya orang tua masih berbuat syirik ser maksiyat, kita tetap harus berlaku lemah lembut
kepada keduanya, dengan harapan agar keduanya kembali kepada Tauhid. Bagaimana pun, syirik
adalah sebesar-besar kemungkaran, maka kita harus mencegahnya semampu kita dengan dasar
ilmu, lemah lembut dan kesabaran. Sambil terus berdo’a siang dan malam agar orang tua kita diberi
petunjuk ke jalan yang benar.
6.Banyak meminta maaf kepada orang tua apalagi jika kita berbuat salah.

wallahu a'lam bishshowab

---

[Like and share, semoga menjadi amal sholih]

---

Join Komunitas Muslimah Cinta Islam Lampung di:

⬇️⬇️⬇️

Facebook: fb.com/DakwahMCI

Telegram: t.me/MuslimahCintaIslam

Instagram: @muslimah.cintaislam

---

Você também pode gostar