Você está na página 1de 9

FARINGITIS

Oleh
Kelompok 4
Kelas A3a
Mutmainnah Achmad
Muthmainnah
Muthmainnah Dahlan
Nadharatunnaim
Nadwiyah MuhaRRikah
Nani Wahyuna
Nia Anita Galman
Nirwana
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nani Hasanuddin
Makassar
2011

PENDAHULUAN
A. latar belakang
Faringitis dalam bahasa latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggerokan atau faring yang disebabkan oleh bakteri dan virus tertentu. Kadang
juga disebut radang tenggerokan.
Faringitis akut adalah suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang sifatnya
akut (mendadak dan cepat memberat). Umum disebut radang tenggorok. Radang ini
menyeran lapisan mukosa (selaput lendit) dan sub mukosa faring .
Disebut faringitis kronis bila radangnya sudah berlangsung dalam waktu lama dan
biasanya tidak disertai gejala yang berat.
Anatomi dari faringitis sendiri adalah Faring suatu kantong fibromuskulur yang
bentuknya seperti corong, yang besar dibagian atas dan sempit dibagian bawah. Kantong ini
dimulai dari dasar tengkorak terus menyambung keesofagus setinggi servikal keenam. Keatas
faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, kedepan berhubungan dengan
rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring dibawah berhubungan
melaui aditus laring dan kebawah berhubungan esofagus. Panjang diding posterior fharing
pada orang dewasa kurang lebih 14 cm, bagian ini merupakan bagian diding faring yang
terpanjang, diding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringo
basiler, pembungkus otot dan sebagian fasia buko faringeal.
Faring terbagi atas nasofharing,orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur
faring meliputi mukosa, palut lendir (mucousblanked) dan otot. Bentik mukosa faring
berfariasi, tergantung letaknya. Pada nasofaring karena fungsinya untuk respirasi, maka
mukosanya bersilia, sedangkan epitelnya torak berlapis yang menganbung sel goblet dibagian
bawahnya, yaitu oroparing dan laringo faring, karena fungsinya untuk saluran cerna,
epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia. Disepanjang faring datap ditemukan banyak sel
jaring limpoid yang terletak dala rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem
retikuloendotelial. Oleh karena itu faring dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh
terdepan.
Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernafasan yang diisap oleh hidung. Dibagian
atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak diatas silia dan bergerak sesuai
dengan arah gerak silia kebelakang. Palut lendir ini berfungsi untuk mmenagkap partikel
kotoran yang terbawah oleh udara yang diisap, palut ini mengandung enzim eliezozyme yang
penting untuk proteksi.
Otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkuler) dan memanjang (logitudinal).
Otot-otot yang sirkuler terdiri dari muskulus konstriptor faring superior, media dan inferior.
Otot-otot ini terletak disebelah luar, berbentuk kipas dengan tiap baguian bawahnya menututp
sebagian otot bagia atasnya dari belakang, kerja otot kostriktor untuk mengecilakan lumen
faring. Otot-otot ini dipersarafi nervus fagus. Otot-otot yang logitudinal adalah muskulus
stilofharing dan moskulus palato faring. Moskulus stilofaring gunanya untuk melebarkan
faring dan menarik rahang, sedangkan moskulus paloto faring mempertemukan ismus
oroparing dan menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai
elepator. Kerja kedua otot ini penting pada waktu menelan. Moskulus stiofaring
dipersaraf.mv i oleh nervus IX sedangkan moskulus palato faring dipersarafi oleh nervus V
(rusmajono, et. Al, 2001).

B. Tujuan
Mengklasifikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien faringitis.

Konsep Dasar Faringitis


1. Pengertian
a. Faringitis dalam bahasa latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggerokan atau faring yang disebabkan oleh bakteri dan virus tertentu. Kadang
juga disebut radang tenggerokan.(Wikipedia.com)
b. Faringitis adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus dan bakteri, yang ditandai
oleh adanya nyeri tenggrokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi
leher dan malaise. (Vincent, 2004)
c. Faringitis adalah imflamasi febris yang disebabkan oleh infeksi virus yang tak terkomplikasi
biasanya akan menghilang dalam 3 sampai 10 setelah awitan.

2. Epidemiologi
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi
frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang ditemukan pada
usia dibawah 1 tahun. Insedensi meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun,
tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa nak-anak dan kehidupan dewasa. Kematian akibat
faringitis jarang terjadi, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.

3. Etilogi
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh
virus, termasuk virus penyebabnya common cold, flu, adenovirus. Bakteri yang menyebabkan
faringitis adalah streptokokus grup A, pneumukokus, dan basilus influenza.
Faringitis juga bisa timbul akibat iritasi debu kering, meroko, alergi, trauma
tenggorok (misalnya akibat tindakan intubsi), penyakit refluks asam lambung, jamur,
menelan racun, tumor.

4. Tanda Dan Gejala


Yang sering muncul pada faring adalah:
1. Nyeri tenggorok dan nyeri menelan
2. Tonsil menjadi berwarna merah danmembengkak
3. Mukosa yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh
selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan pus (nanah).
4. Demam.
5. Pembesaran kelenjar getah bening di leher.
Setelah bakteri atau virus mencapai sistemik maka gejala – gelaja sistemik akan muncul :
1. Lesu dan lemah, nyeri pada sendi – sendi otot, tidak nafsu makan dan nyeri pada telinga
2. Peningkatan jumlah sel darah putih

5. Patofisiologi dan penyimpanan KDM


A. Patofisiologi
penularan terjadi melalui droplet, kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila epitel
terkikis maka jaringan limpoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem
dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung
menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi pembuluh diding
darah menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarana kuning, putih,atau abu-abu terdapat
pada folikel atau jaringanlimpoid. Tampak bahwa folikel limpoid dan bercak-bercak pada
dinding faring posterior atau terletak lebih kelateralmenjadi meradang dan
membengkaksehingga timbul radang pada tenggorokan atau faringitis.

B. Penyimpangan KDM
Invasi bakteri/virus

Proses implamasi

Pelepasan mediator kimia pembuluh darah dinding


(bradikinin,prostatplandin,histamine) menebal

Spinal cord edema tenggorokan

Hipotalamus peningkatan sekresi


Persepsi nyeri penumpukan sputum
Dijalan nafas

Nyeri telan
Bersiihan jalan nafas
Sulit menelan tidak efektif

Sulit makan dan minum

Gangguan keseimbangan nutrisi

6. Klasifikasi
Berdasarkan lama berlangsungnya
 Faringitis akut, adalah radang tenggorokan yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu
streptkokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil masih berwarna merah,
malaise, nyeri tenggerokan dan kadang disertai demam dan batuk. Faringitis ini terjadi masih
baru, belum berlangsung lama.
 Faringitis kronik, radang tenggorokan yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama,
biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang menjanggal
ditenggerokan. Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau
tinggal dalam lingkunga yang berdebu, menggunakan suara yang berlebihan, menderita batuk
kronik, dan kebiasaaan mengkomsumsi alkohl dan tembakau.faringitis kronik dibagi menjadi
3 yaitu :
1. Faringitis hipertropi ditandai dengan penebalan umum dan kogesti membrane mukosa.
2. Faringitis atrpi kemungkinan merupakan tahap lanjut dari jenis pertama (membrane tipis,
keputihan ,licin, dan pada waktunya berkerut).
3. Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limpe pada dinding faring.
Berdasarkan agen penyebab :
 Faringitis virus
1. Biasanya tidak ditemukan nanah ditenggorokan.
2. Demam ringan tau tanpa demam.
3. Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat.
4. Kelenjar getah bening normal atau sedikit membengkak.
5. Tes apus tenggorokan member hasil negative
6. Untuk strep throat pada biakan dilaboratorium tidak tumbuh bakteri,
 Faringitis bakteri
1. Biasanya ditemukan nanah dutenggorokan.
2. Demam ringan sampai sedang.
3. Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai sedang.
4. Kelenjar getah bening mengalami pembengkakan ringan sampai sedang.
5. Ter apus tenggorokan meberikan hasil positif.
6. Bakteri tumbuh pada biakan dilaboratorium.

7. Pemerikasaan diagnostic
a. Pemerikasaan seroligis
b. Pemerikasaaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam
c. Foto torak untuk melihat adanya tuberkolosis paru.
d. Biopsy jaringan untuk mengetahui proses keganasasn serta mencari basil taha asam
keganasan dijaringan
8. Tindakan pengobatan.
a. Untuk faringitis virus penanganan dilakukan dengan memberikan aspirin atau asetaminofen
cairan dan istiraha baring. Kmpikasi seperti sinutitis atau pneumonia biasanya disebabkan
oleh bakteri Karena danya nekrosis epitel yang disebabkan oleh virus sehingga untuk
mengatasi komplikasi ini dicadangkan untuk menggunakan antibiotka.
b. Untuk feringitis bakteri paling bail diobati dengan pemberian penisilin G sebanyak 200.000-
250.000 unit, 3-4 kali sehari selama 10 hari, pemberian obat ini biasanya akan menghasilkan
respon klinis yang cepat dengan terjadinya suhu badan dalam waktu 24 jam.. erritrimisisn
atau klindamisin merupakan obat alin dengan hasil memuaskan jika penderita alergi terhadap
penisilin. Jika penderita menderita neyri tenggerokan yang sangat hebat, selain terpi obat
pemberian kompres panas atau dingin pada leher dapat membantu meringankan nyeri.
Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat dapat pula meringankan gejala nyeri
tenggorokan dan hal ini dapat disarankan pada anak-anak yang lebih besar untuk dapat
bekerja sama.
Asuhan keperawatan pada klien faringitis
A. Pengkajian.
1. Biodata
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
4. Riwayat kesehatan masa lau
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : kemerahan pada faring, adanya pembengkakan didaerah leher.
b. Palpasi : adanya kenaikan suhu pada bagian leher, adanya nyeri tekan.
c. TTV : suhu tubuh mengalami kenaikan, nadi menungkat dan nafasnya cepat.
7. Pemerikasaan diagnostic
e. Pemerikasaan seroligis
f. Pemerikasaaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam
g. Foto torak untuk melihat adanya tuberkolosis paru.
h. Biopsy jaringan untuk mengetahui proses keganasasn serta mencari basil taha asam
keganasan dijaringan

B. Diagnosa Keperawatan.
1. Nyeri b/d inflamasi pada tenggorokan.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d secret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam
bernafas.
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d kesulitan menelan.

C. Perencanan Keprawatan Dan Rasionalnya.


Dx 1 : Nyeri b/d inflamasi pada tenggorokan
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharaphan nyeri klien berkurang
Intervensi :
1. Kaji nyeri, Catat lokasi, karakterhistik, skala dan selidiki serta laporan perubahan nyeri yang
tepat
Rasional : bergnuna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan.
2. Pantau TTV
Rasional : perubahan frekuensi jantung atayu TD menunjukkan bahwa klien mengalami nyeri
3. Berikan analgetik sesuai indikasi
Rasional : menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain

Dx 2 : Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d secret yang kental ditandai dengan
kesulitan dalam bernafas
Tujuan : diharapkan pasien dapat bernafas dengan lancer/efektif.
Intervensi :
1. Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas pasien.
Rasional : untuk mengetahui keadaan nafas pasien.
2. Anjurkan untuk minum air hangat.
Rasional : untuk mencairkan secret agar mudaj keluar.
3. Ajari pasien untuk batuk efektif.
Rasional : untuk melegakan saluran nafas.
4. Kolaborasi untuk pemberian ekspektoran.
Rasional : untuk mengencerkan dahak.

Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi b/d kesulitan menelan


Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi.
Intervensi :
1. Kaji intake makanan pasien.
Rasional : untuk mengetahui adanya peningkatan nafsu makan.
2. Ajarkan pasien untuk makan makanan yang tinggi kalori danm serat.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : untuk mendaptkan menu makanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

Evaluasi
1. Nyeri berkuran/hilang.
2. Pasien dapat bernafas secara efektif/lancar.
3. Kebutuhan nutrisi pesien terpenuhi

Daftar pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah Vol. 2. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Carpanito, Lynda Jual. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta : ECG
Mansjoer, Arif. Et al. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Jilib 1. Edisi 3. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
Situs Internet ( Www. Google.Co.Id )


Você também pode gostar