Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PERTANYAAN
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai individu manusia merupakan kesatuan antara jiwa dan raga yang
terdapat pembawaan-pembawaan yang dapat terpengaruh, baik oleh kata-kata yang
tertulis maupun kata-kata yang terdengar. Kata-kata tersebut menjadi barometer
akan kebahagiaan seseorang, dan juga barometer bagi penderitaan hidup baik di
dunia maupun di akhirat. Dalam hal ini, jiwa sebagai pelengkap raga juga bisa
mengkondisikan seseorang untuk menjalarkan kedamaian dan penyakit, yang
membawanya kearah benar ataupun salah.Kata-kata tersebut dapat membuka jalan
ke dalam jiwa secara langsung melalui pikiran dan perasaan, sehingga membuat
pikiran dan perasaan goyah, dan sampai pada perenungan secara mendalam
(tafakur) serta penghayatan yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang dilakukan
secara sadar.
Di era modern ini tidak sedikit manusia yang semakin sulit memperoleh
ketenangan dan kebahagiaan hidup.Selain itu kehidupan di era modern ini telah
menghancurkan tatanan kejiwaan manusia karena hidup manusia modern telah
banyak dilanda kecemasan-kecemasan dan ketegangan-ketegangan jiwa.
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa,
akal, jasmani, harta, dan keturunan. Setidaknya tiga dari yang disebut di atas
berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kaya
dengan tuntunan kesehatan.Kesehatan jiwa dan jasmani saling mempengaruhi antar
keduanya. Gangguan jiwa akan mempengaruhi fisik, begitu pula sebaliknya,
sehingga diperlukan upaya optimal agar keduanya selalu dalam kondisi sehat.
Gangguan kesehatan fisik boleh jadi lebih mudah diatasi karena kasat mata,
tetapi kesehatan jiwa sulit diatasi karena bukan penyakit jasmani dan banyak
manusia yang tidak sadar kalau dirinya mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan sehat jiwa menurut ilmuan dan pandangan
Islam?
2. Apa saja bentuk-bentuk penyakit kejiawaan dan bagaimana gejalanya?
3. Apa penyebab timbulnya penyakit kejiwaan?
4. Bagaimana dampak penyakit kejiwaan terhadap individu dan masyarakat?
5. Apa saja amal ibadah yang dapat mengatasi atau mengurangi penyakit
kejiwaan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
B. Bersifat Ukhrawi
Psikopatologi akibat penyimpangan terhadap norma-
norma atau nilai-nilai moral, spiritual dan agama. Adapun
sifat – sifat psikopatologi dalam aspek ukhrawi yaitu :
a. Qalbu Hayyah
Gangguan kepribadian yang berhubungan dengan
akidah atau dengan Tuhan, seperti menyekutukan
Allah atau syirik mengingkari, berbuat dosa, nifaq,
pamer, dan menuruti bisikan setan.
b. Mayyit
Gangguan kepribadian yang berhubungan dengan
kemanusiaan seperti iri hati, dengki, buruk sangka,
marah, benci, penakut, pelit, menipu, mengolok-olok,
menyakiti, memfitnah, menceritakan keburukan orang
lain, rakus, adu domba, putus asa, menganiaya, boros
dan materialis.
c. Marid
Gangguan kepribadian yang berkaitan dengan
pemanfaatan alam semesta sebagai realisasi tugas-
tugas kekhilafan seperti membuat kerusakan.
4. Masa Remaja
Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahan- perubahan
yang penting yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri diri
kewanitaan atau kelaki-lakian) Sedang secara kejiwaan, pada masa
ini terjadi pergolakan- pergolakan yang hebat. Pada masa ini,
seorang remaja mulai dewasa mencoba kemampuannya, di suatu
pihak ia merasa sudah dewasa (hak-hak seperti orang dewasa),
sedang di lain pihak belum sanggup dan belum ingin menerima
tanggung jawab atas semua perbuatannya. Egosentris bersifat
menentang terhadap otoritas, senang berkelompok, idealis adalah
sifat-sifat yang sering terlihat. Suatu lingkungan yang baik dan
penuh pengertian akan sangat membantu proses kematangan
kepribadian di usia remaja.
7. Masa Tua
Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa
ini Berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya
belajar, kemampuan jasmaniah dan kemampuan sosial ekonomi
menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering
mengakibatkan kesalah pahaman orang tua terhadap orang di
lingkungannya. Perasaan terasing karena kehilangan teman sebaya
keterbatasan gerak dapat menimbulkan kesulitan emosional yang
cukup hebat.
2. Urgensi Wudhu
Rasulullah saw bersabda,“Pada saat manusia tidur,
setan mengikatkan di kepalanya tiga buat tali. Setiap
mengikatkan satu buah tali, ia berkata, ”Malam masih
panjang, oleh sebab itu teruskan tidurmu.” Jika orang itu
kemudian bangun dan langsung mengingat Allah maka
terlepaslah satu ikatan. Jika ia berwudhu maka lepas lagi
satu ikatan. Selanjutnya, ia melaksanakan shalat subuh maka
lepaslah ikatan ketiga (terakhir) sehingga ia menjalani hari
dengan bersemangat dan hati yang gembira. Akan tetapi,
jika tidak maka perasaannya akan selalu gundah dan ia
menjalani hari itu dengan rasa malas.”(H.R Bukhari).
Dari sabda Rasulullah saw diatas maka dapat
disimpulkan bahwa air memiliki sifat jernih, mengalir dan
menyegarkan. Sehingga dengan air kotoran-kotoran yang
menempel pada tubuh dapat dibersihkan dengan
sempurna.Secara maknawi, kotoran-kotoran baik secara fisik
maupun psikis luntur dan mengalir mengikuti aliran air
wudhu.
3. Urgensi Shalat
Secara etimologi kata shalat berarti doa memohon
kebaikan (Musthafa Al Khin dalam Rafi’udin dan Alim
Zainudin, 2004 : 50). Sholat memiliki pengaruh yang sangat
efektif untuk mengobati rasa sedih dan gundah yang
menghimpit manusia (‘Utsman, 2004: 338).Saat sholat
didirikan dengan menyempurnakan wudhu, niat yang ikhlas,
adab-adab seperti tuma’ninah (tenang sejenak), gerakan tidak
terlalu cepat, memahami bacaan sholat maka akan
mendatangkan kekhusukan dan menjadi terapi tersendiri bagi
jiwa. Dengan kata lain, jiwa akan tenang jika shalat
dilakukan sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.
Mendirikan sholat selalu dilakukan Rasulullah saat
beliau dirundung berbagai persoalan penting.Diriwayatkan
dari Hudzaifah ra.Ia berkata: “Jika mendapat persoalan, maka
Nabi saw mendirikan shalat (HR. Abu Dawud). Shalat inilah
solusi dari Allah swt.bagi hamba-Nya ketika mengalami
persoalan. Allah swt berfirman: “Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
(QS. Al-Baqarah: 45)
Melalui shalat, kepribadian seseorang akan
terbimbing dalam menyikapi berbagai persoalan kehidupan.
Shalat menunjukkan sikap batiniah untuk mendapatkan
kekuatan, kepercayaan diri, serta keberanian untuk tegak
berdiri menapaki kehidupan dunia nyata melalui prilaku yang
jelas, terarah, dan memberikan pengaruh pada lingkungan.
4. Urgensi Zakat
Menurut Zakiah Daradjat,”Pada dasarnya harta
memang menunjang kehidupan manusia. Sebaliknya, harta
dapat berubah menjadi penyebab kegelisahan, perselisihan
dan permusuhan.Karena harta, orang berkelahi, karena harta,
hubungan persaudaraan menjadi renggang, bahkan karena
harta, hubungan keluarga menjadi putus. Tidak jarang,
perselisihan anak dan orangtua terjadi disebabkan harta.
Sebetulnya, bukan harta yang menjadi penyebab. Sebabnya
mungkin cara mendapatkan harta itu yang tidak
benar, atau sebagian kecil dari harta itu yang sesungguhnya
milik orang lain, tidak dikeluarkan.”
”Disinilah peranan zakat. Manfaat zakat bagi
penerimanya sudah jelas, membantunya dalam memenuhi
keperluan hidup yang tidak dapat dipenuhinya sendiri.
Sedangkan manfaat zakat bagi yang menunaikannya cukup
banyak, terutama dalam menjadikan hidup bersih dan sehat.
Boleh jadi orang tidak pernah menyangka bahwa zakat
mempunyai pengaruh terhadap kesehatan, baik jasmani
maupun rohani. Memang ada sementara orang yang menjadi
kaya atau banyak harta, menjauh dari orang miskin dan
kurang perhatian kepada kegiatan sosial ke- masyarakatan.Ia
terasing dari lingkungannya.”
Hubungan zakat dengan kesehatan jiwa ditegaskan
dalam Al-Qur’an ”Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS At-Taubah 9: 103).
5. Urgensi Puasa
Muhammad ‘Utsman Najati (2004: 344) mengatakan,
ibadah puasa mengandung beberapa manfaat yang besar, di
antaranya menguatkan kemauan dan menumbuhkan kemampuan
jiwa manusia dalam mengontrol nafsu syahwatnya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah
SAW pernah berkata: “Allah SWT berfirman: “Setiap amal
perbuatan anak Adam as. Akan kembali pada diri masing-masing
kecuali puasa karena puasa hanyalah untuk-Ku dan Akulah yang
akan membalasnya. Puasa itu merupakan sebuah tameng jika
sehari saja seseorang yang berpuasa tidak berbuat cabul dan
berkata kotor. Kemudian jika ada orang lain yang mencelanya
atau ingin membunuhnya, maka hendaknya ia berkata: “Aku
adalah orang yang berpuasa’ (Syaikhan dalam ‘Utsman, 2004:
345).
Puasa merupakan sarana latihan untuk menguasai dan
mengontrol motivasi atau dorongan emosi, serta menguatkan
keinginan untuk mengalahkan hawa nafsu dan syahwat.
Rasulullah saw menganjurkan kepada para pemuda yang belum
mampu menikah untuk berpuasa agar dapat membantu mereka
mengontrol motivasi seksualnya.
Selain itu, kesabaran menahan rasa lapar dan dahaga
membuat seseorang yang berpuasa merasakan penderitaan orang
lain yang serba kekurangan. Sehingga muncul rasa kasih sayang
terhadap sesama dan mendorong untuk membantu fakir
miskin.Perasaan dan sikap peka secara sosial di masyarakat inilah
yang disebutkan ‘Ustman (2004: 346) dapat melahirkan rasa
kedamaian dan kelapangan jiwa.
6. Urgensi Haji
Menunaikan ibadah haji dapat melatih kesabaran, melatih
jiwa untuk berjuang, serta mengontrol syahwat dan hawa nafsu.
Ibadah haji menjadi terapi atas kesombongan, arogansi, dan
berbangga diri sebab dalam praktek ibadah haji kedudukan semua
manusia sama. Permohonan ampunan dan ditambah suasana yang
bergemuruh penuh lantunan Ilahi membuat suasana ibadah haji
sarat dengan nilai spiritualitas yang dapat mengobarkan rasa
semangat yang tinggi untuk meraih ketenangan (‘Utsman, 2004:
348).
Menunaikan ibadah haji akan membawa seseorang
mengintrospeksi diri guna mencari jati diri seorang hamba yang
hakiki. Hakikat seorang hamba adalah senantiasa mengabdikan
diri dan kehidupannya untuk Allah semata. Pengabdian dengan
keikhlasan itulah yang mengundang curahan rahmat serta ridha
Allah SWT. Jiwa hamba pun akan suci dan tenang.
7. Urgensi Zikir
Firman Allah SWT : “(yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram” (QS. Ar-Ra’ad: 28). Al-Qur’an menjelaskan begitu
penting melakukan zikrullah (berzikir kepada Allah) untuk
ketentraman hati hamba-Nya yang beriman. Hal ini diperjelas
oleh Rasulullah saw. dalam hadits Beliau. Diriwayatkan dari Abu
Hurairah ra. Dan Abu Sa’id ra., bahwa Rasulullah SAW pernah
bersabda: “Tidaklah suatu kelompok yang duduk berzikir
melainkan mereka akan dikelilingi oleh para malaikat. Mereka
mendapat limpahan rahmat dan mencapai ketenangan.Dan Allah
swt akan mengingat mereka dari seseorang yang diterima di sisi-
Nya” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
9. Urgensi Doa
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman,
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku
juga senantiasa bersamanya selama ia berdoa kepada-Ku. (HR.
Tarmidzi)
Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang menginginkan Allah
mengabulkan doanya ketika ia ditimpa kesempitan dan malapetaka
maka hendaklah memperbanyak doa pada waktu lapang (senang).”
(HR. Tarmidzi)
Rasulullah saw bersabda, “Berdoalah kepada Allah dengan
diiringi keyakinan (yang kuat) bahwa doa tersebut akan
dikabulkan. Selain itu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
tidak akan mengabulkan doa orang yang hatinya lengah dan lalai
(dari doa tersebut).” (HR. Tarmidzi)
Dari ketiga sabda Rasululah saw diatas maka berdoalah
dengan sungguh- sungguh karena sakit dan penyakit adalah ujian
yang tidak pernah lepas dari kehidupan seorang hamba. Selain
berobat secara medis, Islam juga mengajarkan beberapa doa yang
berguna bagi kesembuhan seorang hamba dari sebuah penyakit,
sekaligus perlindungan dari kemungkinan terkena penyakit.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA