Você está na página 1de 34

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT


karena atas karunia dan hidayah-Nya makalah Pendidikan Agama Islam yang berjudul
“Kesehatan Jiwa dalam Perspektif Islam” ini dapat terselesaikan.

Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini, kami mengucapkan terima


kasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada Drs. Nizom Zaini,
M.PdI selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan tugas dan bimbingan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.

Depok, 25 November 2015

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
1.4. Manfaat Penulisan

BAB II KESEHATAN JIWA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

2.1 Pengertian Sehat Jiwa Menurut Ilmuan dan Pandangan Islam


2.1.1 Pengertian Sehat Jiwa Menurut Ilmuan
2.1.2 Pengertian Sehat Jiwa Menurut Pandangan Islam
2.2 Bentuk-Bentuk Penyakit Kejiwaan dan Gejalanya

2.2.1 Bentuk-bentuk Penyakit Kejiwaan


2.2.2 Gejala Penyakit Kejiwaan
2.3 Penyebab Timbulnya Penyakit Kejiwaan

2.3.1 Aspek Agama (Psikoreligius)


2.3.2 Aspek Badaniah (Organo-Biologik)
2.3.3 Aspek Psikologis (Psikodinamik)
2.3.4 Aspek Sosio Kultural (Psikososio Kultural)
2.4 Dampak Penyakit Kejiwaan
2.4.1 Terhadap Individu
2.4.2 Terhadap Masyarakat
2.5 Amal Ibadah yang Dapat Mengatasi atau Mengurangi
Penyakit Kejiwaan........................................................................................
2.5.1 Penyembuhan dengan Iman
2.5.2 Penyembuhan dengan Ibadah

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK

DAFTAR PERTANYAAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai individu manusia merupakan kesatuan antara jiwa dan raga yang
terdapat pembawaan-pembawaan yang dapat terpengaruh, baik oleh kata-kata yang
tertulis maupun kata-kata yang terdengar. Kata-kata tersebut menjadi barometer
akan kebahagiaan seseorang, dan juga barometer bagi penderitaan hidup baik di
dunia maupun di akhirat. Dalam hal ini, jiwa sebagai pelengkap raga juga bisa
mengkondisikan seseorang untuk menjalarkan kedamaian dan penyakit, yang
membawanya kearah benar ataupun salah.Kata-kata tersebut dapat membuka jalan
ke dalam jiwa secara langsung melalui pikiran dan perasaan, sehingga membuat
pikiran dan perasaan goyah, dan sampai pada perenungan secara mendalam
(tafakur) serta penghayatan yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang dilakukan
secara sadar.
Di era modern ini tidak sedikit manusia yang semakin sulit memperoleh
ketenangan dan kebahagiaan hidup.Selain itu kehidupan di era modern ini telah
menghancurkan tatanan kejiwaan manusia karena hidup manusia modern telah
banyak dilanda kecemasan-kecemasan dan ketegangan-ketegangan jiwa.
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa,
akal, jasmani, harta, dan keturunan. Setidaknya tiga dari yang disebut di atas
berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kaya
dengan tuntunan kesehatan.Kesehatan jiwa dan jasmani saling mempengaruhi antar
keduanya. Gangguan jiwa akan mempengaruhi fisik, begitu pula sebaliknya,
sehingga diperlukan upaya optimal agar keduanya selalu dalam kondisi sehat.
Gangguan kesehatan fisik boleh jadi lebih mudah diatasi karena kasat mata,
tetapi kesehatan jiwa sulit diatasi karena bukan penyakit jasmani dan banyak
manusia yang tidak sadar kalau dirinya mengalami gangguan kesehatan jiwa.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan sehat jiwa menurut ilmuan dan pandangan
Islam?
2. Apa saja bentuk-bentuk penyakit kejiawaan dan bagaimana gejalanya?
3. Apa penyebab timbulnya penyakit kejiwaan?
4. Bagaimana dampak penyakit kejiwaan terhadap individu dan masyarakat?
5. Apa saja amal ibadah yang dapat mengatasi atau mengurangi penyakit
kejiwaan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana konsep-konsep Al-Qur’an tentang jiwa.


2. Sarana pembelajaran dalam pemahaman kesehatan jiwa dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1 Mendapat pemahaman tentang konsep jiwa yang terdapat di dalam Al-


Qur’an untuk menuju ke arah kehidupan yang lebih baik.
2 Menambah pengetahuan islami, terutama dalam bidang psikologi Islam.
BAB II

KESEHATAN JIWA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

2.1 Pengertian Sehat Jiwa Menurut Ilmuan dan Pandangan Islam


2.1.1 Pengertian Sehat Jiwa Menurut Ilmuan

Kesehatan jiwa sebagai salah satu cabang ilmu jiwa sudah


dikenal sejak abad ke-19, seperti di Jerman tahun 1875 M, orang sudah
mengenal kesehatan jiwa sebagai suatu ilmu walupun dalam bentuk
sedarhana.
Istilah “Kesehatan Jiwa (mental)” telah menjadi populer di
kalangan orang-orang terpelajar, seperti istilah-istilah ilmu jiwa lainnya,
misalnya kompleks jiwa, sakit saraf dan hysteria, banyak diantara
mereka menggunakan kata-kata tersebut baik pada tempatnya atau tidak,
dalam pengertian yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah dan istilah-
istilah tersebut. (Mustafa Fahmi, 1977:20)
Menurut Dr. Jalaluddin dan Hj. Ramayulis, “Kesehatan jiwa
merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan
tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan
batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara
resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”. (Dr. Jalaluddin
dan Hj. Ramayulis, 2002:20)
Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan jiwa
merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
Zakiah Daradjat mendefinisikan kesehatan jiwa (mental) dengan
beberapa pengertian :
1. Kesehatan jiwa adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa
(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psichose). Definisi ini
banyak dianut di kalangan psikiatri (kedokteran jiwa) yang
memandang manusia dari sudut sehat atau sakitnya.
2. Kesehatan jiwa adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan
tempat ia hidup. Definisi ini tampaknya lebih luas dan lebih umum
daripada definisi yang pertama, karena dihubungkan dengan
kehidupan sosial secara menyeluruh. Kemampuan menyesuaikan diri
diharapkan akan menimbulkan ketenteraman dan kebahagiaan hidup.
3. Kesehatan jiwa adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan
untuk menghadapi problema- problema yang biasa terjadi, serta
terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik). Definisi
ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan,
sikap, pandangan dan keyakinan harus saling menunjang dan bekerja
sama sehingga menciptakan keharmonisan hidup, yang menjauhkan
orang dari sifat ragu-ragu dan bimbang, serta terhindar dari rasa
gelisah dan konflik batin.
4. Kesehatan jiwa adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan
untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi, bakat dan
pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa
kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan
dan penyakit jiwa.
5. Kesehatan jiwa adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian
diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan
keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang
bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. (Zakiah
Daradjat, 1990:10-14)
Menurut Hasan Langgulung, kesehatan jiwa dapat disimpulkan
sebagai “akhlak yang mulia”. Oleh sebab itu, kesehatan jiwa
didefinisikan sebagai “keadaan jiwa yang menyebabkan merasa rela
(ikhlas) dan tentram ketika ia melakukan akhlak yang mulia. (Hasan
Langgulung, 1986:27)
2.1.2 Pengertian Sehat Jiwa Menurut Pandangan Islam

Didalam buku Yahya Jaya menjelaskan bahwa kesehatan jiwa


(mental) menurut Islam yaitu, identik dengan ibadah atau pengembangan
potensi diri yang dimiliki manusia dalam rangka pengabdian kepada
Allah SWT dan agama-Nya untuk mendapatkan Al-nafs Al-
muthmainnah (jiwa yang tenang dan bahagia) dengan kesempurnaan
iman dalam hidupnya. (Yahya Jaya, 1993:75 & 77)

Sedangkan dalam bukunya Abdul Mujib dan Yusuf Mudzkir


kesehatan menurut islam yang dkutip dari Musthafa fahmi, menemukan
dua pola dalam mendefenisikan kesehatan mental:

1. Pola positif (ijabiy), bahwa kesehatan mental adalah kemampuan


individu dalam penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap
lingkungan sosial.

2. Pola negatif (salaby), bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya


seseorang dari neurosis (al-amhradh al-’ashabiyah) dan psikosis (al-
amhradh al-dzihaniyah). (Abdul Mujib dan Yusuf Mudzkir,
2002:133).

Islam sebagai suatu agama yang bertujuan untuk membahagiakan


dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sudah barang tentu
dalam ajaran-ajaranya memiliki konsep kesehatan jiwa (mental).
Begitu juga dengan kerasulan Nabi Muhammad saw.adalah bertujuan
untuk mendidik dan memperbaiki dan membersihkan serta
mensucikan jiwa dan akhlak.

Di dalam Al-Qur’an sebagai dasar dan sumber ajaran Islam


banyak ditemui ayat-ayat yang berhubungan dengan ketenangan dan
kebahagiaan jiwa sebagai hal yang prinsipil dalam kesehatan mental.
Ayat-ayat tersebut adalah:

a. Q.S. Ali Imran 3: 164 yang artinya: “Sungguh Allah telah


memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka
sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka
al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (keadaan
nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang
nyata.”

Dengan kejelasan ayat Al-Qur’an diatas dapat ditegaskan


bahwa kesehatan jiwa atau mental (shihiyat al nafs) dalam arti
yang luas adalah tujuan dari risalah Nabi Muhammad saw.
diangkat jadi rasul Allah SWT karena asas, ciri, karakteristik dan
sifat dari orang yang bermental itu terkandung dalam misi dan
tujuan risalahnya. Dan juga dalam hal ini Al-Qur’an berfungsi
sebagai petunjuk, obat, rahmat dan mu’jizat (pengajaran) bagi
kehidupan jiwa manusia dalam menuju kebahagian dan
peningkatan kualitasnya sebagai mana yang ditegaskan dalam
ayat berikut:

Q.S. Ali Imran 3: 104 yang artinya: “Dan hendaklah ada di


antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT menjanjikan


kemenangan kepada orang-orang yang mengajak kepada
kebaikan,menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kapada
yang mungkar.Keimanan,katqwaan,amal saleh,berbuat yang
makruf, dan menjauhi perbuatan keji dan mungkar merupakan
faktor yang penting dalam usaha pembinaan kesehatan jiwa
(mental).

b. Q.S. Al-Fath 48: 4 yang artinya: “Dia-lah yang telah


menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin
supaya keimanan merekabertambah di samping keimanan
mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit
dan bumi danadalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”

Ayat di atas menerangkan bahwa Allah mensifati diri-Nya


bahwa Dialah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang
dapat memberikan ketenangan jiwa ke dalam hati orang yang
beriman.

c. Q.S. Al-Isra 17: 9 yang artinya: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini


memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu´min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang
besar.”

d. Q.S. Al-Isra 17: 82 yang artinya: “Dan Kami turunkan dari Al


Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”

e. Q.S. Yunus 10: 57 yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya


telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Berdasarkan kejelasan keterangan ayat-ayat Al-Qur’an


diatas, maka dapat dikatakan bahwa semua misi dan tujuan dari
ajaran Al-Qur’an (Islam) yang berintikan kepada akidah, ibadah,
syariat, akhlak dan muamalata adalah bertujuan dan berperan
bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas dan berbahagia.
Islam memiliki konsep tersendiri dan khas tentang
kesehatan jiwa (mental).Pandangan Islam tentang kesehatan jiwa
berdasarkan atas prinsip keagamaan dan pemikiran falsafat yang
terdapat dalam ajaran-ajaran Islam.

Berdasarkan pandangan dan pemikiran diatas, maka dapat


dikemukakan pengertian kesehatan jiwa (mental) dalam Islam
sebagai berikut.Kesehatan jiwa menurut Islam tidak lain adalah
ibadah yang amat luas atau pengembangan dimensi dan potensi
yang dimiliki manusia dalam dirinya dalam rangka pengabdian
kepada Allah SWT yang diikuti dengan perasaan amanah,
tanggung jawab serta kepatuhan dan ketaatan kepada Allah SWT
dan ajaran agama-Nya, sehingga dengan demikian terwujud nafsu
muthmainnah atau jiwa sakinah. (Yahya Jaya, 1993:80).

2.2 Bentuk-bentuk Penyakit Kejiwaan dan Gejalanya


2.2.1 Bentuk- bentuk Penyakit Kejiwaan
Bentuk gangguan jiwa sangat beraneka ragam menurut para ahli
berbeda-beda dalam pengelompokannya. Macam-macam gangguan
jiwa dibedakan menjadi gangguan mental organik dan simtomatik,
skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan
suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom
perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor
fisik, gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi
mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan
emosional dengan onset masa kanak dan remaja. (Rusdi Maslim,
1998: 102)
1. Skizofrenia Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat,
dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar.
Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering
dijumpai dimana- mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian
pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya
sangat kurang (Maramis, 1998:259). Dalam kasus berat, klien
tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan
perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap
akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul
serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan
dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang
rusak “cacat”.

2. Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang


berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998: 154). Depresi
juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan
pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan,
keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus
asa dan lain sebagainya (Dadang Hawari, 1997:183). Depresi
adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan
penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri
sendiri atau perasaan marah yang mendalam. Depresi adalah
gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik
berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa
seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa,
ketidakberdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang
negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi
menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang
muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian
orang yang dicintai.

3. Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang


pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu
untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, (Rusdi
Maslim,1998: 109). Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan
takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik.
Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak
dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat
ringan sampai tingkat berat. Kecemasan dibagi kedalam empat
tingkatan yang meliputi, kecemasan ringan, sedang, berat dan
kecemasan panik.

4. Gangguan Kepribadian Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala


gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala neurosa
berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan inteligensi
tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan
kepribadian, neurosa dan gangguan inteligensi sebagian besar
tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi.
Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid,
kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid,
kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-
kompulsif, kepribadian histerik, kepribadian astenik, kepribadian
antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequat.

5. Gangguan Psikosomatik Merupakan komponen psikologik yang


diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis, 1998: 179). Sering
terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian
besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh
yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan
psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan
dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang
terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.

6. Gangguan Mental Organik Merupakan gangguan jiwa yang


psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi
jaringan otak (Maramis,1998: 227). Gangguan fungsi jaringan
otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama
mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak
yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar mengenai fungsi
mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang
menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu
saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala
dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian
menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada
berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada
pembagian akut dan menahun.

7. Retardasi Mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang


terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya
hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.

8. Psikopatologi menurut Islam adalah gangguan kepribadian yang


ditunjukan sebagai perilaku yang berdosa dan merupakan penyakit
hati yang dapat mengganggu realisasi dan aktualisasi diri
seseorang yang disebabkan oleh kesucian qolbu manusia hilang,
karena qalbu menjadi pusat kepribadian manusia. Selain itu,
psikopatologi bersumber dari dosa (guilty feeling) dan perilaku
maksiat. Dalam Islam psikopatologi ini dikenal dengan istilah
penyakit hati. Berdasarkan sifatnya, psikopatologi dibagi dalam
dua kategori:
A. Bersifat Duniawi
Macam-macam psikopatologi dalam kategori ini berupa
gejala-gejala atau penyakit kejiwaan yang telah dirumuskan
dalam psikologi kontemporer. Adapun beberapa perspektif
yakni :
a. Perspektif Biologi
Gangguan fisik seperti gangguan otak dan
gangguan sistem syaraf otonom menyebabkan
gangguan mental seseorang. Gangguan tersebut
bersifat genetic atau diturunkan dari generasi ke
generasi dan proses kimiawi saraf yang tidak dapat
berjalan normal karena syaraf adalah organ paling
penting dalam tubuh manusia.
b. Perspektif Psikoanalisa
Gangguan mental disebabkan oleh konflik bawah
sadar yang biasanya berawal dari fase masa kanak-
kanak awal dan pemakaian mekanisme pertahanan
untuk mengatasi kecemasan yang ditimbulkan oleh
impuls dan emosi yang direpresi.

B. Bersifat Ukhrawi
Psikopatologi akibat penyimpangan terhadap norma-
norma atau nilai-nilai moral, spiritual dan agama. Adapun
sifat – sifat psikopatologi dalam aspek ukhrawi yaitu :
a. Qalbu Hayyah
Gangguan kepribadian yang berhubungan dengan
akidah atau dengan Tuhan, seperti menyekutukan
Allah atau syirik mengingkari, berbuat dosa, nifaq,
pamer, dan menuruti bisikan setan.
b. Mayyit
Gangguan kepribadian yang berhubungan dengan
kemanusiaan seperti iri hati, dengki, buruk sangka,
marah, benci, penakut, pelit, menipu, mengolok-olok,
menyakiti, memfitnah, menceritakan keburukan orang
lain, rakus, adu domba, putus asa, menganiaya, boros
dan materialis.
c. Marid
Gangguan kepribadian yang berkaitan dengan
pemanfaatan alam semesta sebagai realisasi tugas-
tugas kekhilafan seperti membuat kerusakan.

2.2.2 Gejala Penyakit Kejiwaan

Gejala penyakit gangguan jiwa adalah sebagai berikut :


1. Ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas,
perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa
lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran
buruk.

2. Gangguan kognisi pada persepsi: merasa mendengar


(mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh,
melempar, naik genting, membakar rumah, padahal orang di
sekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya
tidak ada hanya muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk
kecemasan yang sangat berat dia rasakan. Hal ini sering disebut
halusinasi, pasien bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau
merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut orang lain.

3. Gangguan kemauan: pasien memiliki kemauan yang lemah


(abulia) susah membuat keputusan atau memulai tingkah laku,
susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga
terlihat kotor, bau dan acak-acakan.

4. Gangguan emosi: pasien merasa senang, gembira yang berlebihan


(Waham kebesaran). Pasien merasa sebagai orang penting, sebagai
raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung karno tetapi di lain
waktu ia bisa merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya (depresi)
sampai ada ide ingin mengakhiri hidupnya.

5. Gangguan psikomotor : Hiperaktivitas, pasien melakukan


pergerakan yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan
maju mundur, meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak
disuruh atau menentang apa yang disuruh, diam lama tidak
bergerak atau melakukan gerakan aneh. (Yosep, 2007: 132)

2.3 Penyebab Timbulnya Penyakit Kejiwaan


2.3.1 Aspek Agama (Psikoreligius)
Memberikan psikoterapi dari sudut keagamaan dapat dianjurkan,
mengingat sebagian besar pasien-pasien beragama Islam.Dalam
Agama Islamterdapat beberapa ayat Al-Qur’an yang menunjukkan
bahwa Allah SWT membuat seseorang menderita sakit dan Dia-lah
yang menyembuhkannya, seperti ucapan Nabi Yahya
as.yangmenyatakan : “Jika aku sakit maka Dia-lah yang
menyembuhkannya”. Dan juga sabda Nabi Muhammad saw yang
menyatakan: ”Setiap penyakit ada obatnya. Apabila (kepada
seseorang yang menderita suatu penyakit diberikan obat yang tepat
maka dia akan sembuh dengan izin Allah azza wa jalla.” (HR.
Muslim).
Juga Allah menyebutkan dalam kitab suci Al- Qur’an melainkan
untuk menjadi obat penyembuh bagi orang mukmin antara lain seperti
ayat berikut: “Dan Kami turunkan dari Al- Qur’an itu sesuatu yang
(dapat) menjadi obat penawar dan rohmat kurnia bagi yang beriman
dan bagi yang dzalim (Al- Qur’an) itu hanya menambah kerugian
belaka.” (Q.S Al- Isra’ 17: 82)

2.3.2 Aspek Badaniah (Organo-Biologik)


1. Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas
dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi
hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang
tidak sehat.
2. Jasmaniah
Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seseorang
berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu, misalnya yang bertubuh
gemuk (endoform) cenderung menderita psikosa manik depresif,
sedang yang kurus (ectoform) cenderung menjadi skizofrenia.
3. Temperamen
Orang yang terlalu peka atau sensitif biasanya mempunyai
masalah kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan
mengalami gangguan jiwa.
4. Penyakit dan cedera tubuh.
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan
sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan
sedih.Demikian pula cedera atau cacat tubuh tertentu dapat
menyebabkan rasa rendah diri.

2.3.3 Aspek Psikologis (Psikodinamik)


Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang
dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari.
Hidup seorang manusia dapat dibagi atas tujuh masa dan pada
keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa, yaitu:
1. Masa Bayi
Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 – 3 tahun,
dasar perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah
sosialisasi dan pada masa ini. Cinta dan kasih sayang ibu akan
memberikan rasa hangat atau aman bagi bayi dan dikemudian hari
menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan bersahabat.
Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak acuh bahkan menolak
dikemudian hari akan berkembang kepribadian yang bersifat
menolak dan menentang terhadap lingkungan. Sebaiknya
dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa aman
dan terlindungi, sebaliknya, pemberian yang kaku, keras dan
tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan.

2. Masa Anak Pra Sekolah (antara 2 sampai 7 tahun)


Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh
disiplin dan otoritas. Penolakan orang tua pada masa ini, yang
mendalam atau ringan, akan menimbulkan rasa tidak aman dan ia
akan mengembangkan cara penyesuaian yang salah, dia mungkin
menurut, menarik diri atau malah menentang dan memberontak.
Anak yang tidak mendapat kasih sayang tidak dapat menghayati
disiplin tak ada panutan, pertengkaran dan keributan
membingungkan dan menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak
aman.hal-hal ini merupakan dasar yang kuat untuk timbulnya
tuntutan tingkah laku dan gangguan kepribadian pada anak
dikemudian hari.

3. Masa Anak Sekolah


Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual
yang pesat.Pada masa ini, anak mulai memperluas lingkungan
pergaulannya.Keluar dari batas-batas keluarga.Kekurangan atau
cacat jasmaniah dapat menimbulkan gangguan penyesuaian
diri.Dalam hal ini sikap lingkungan sangat berpengaruh, anak
mungkin menjadi rendah diri atau sebaliknya melakukan
kompensasi yang positif atau kompensasi negatif.Sekolah adalah
tempat yang baik untuk seorang anak mengembangkan
kemampuan bergaul dan memperluas sosialisasi, menguji
kemampuan, dituntut prestasi, mengekang atau memaksakan
kehendaknya meskipun tak disukai oleh si anak.

4. Masa Remaja
Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahan- perubahan
yang penting yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri diri
kewanitaan atau kelaki-lakian) Sedang secara kejiwaan, pada masa
ini terjadi pergolakan- pergolakan yang hebat. Pada masa ini,
seorang remaja mulai dewasa mencoba kemampuannya, di suatu
pihak ia merasa sudah dewasa (hak-hak seperti orang dewasa),
sedang di lain pihak belum sanggup dan belum ingin menerima
tanggung jawab atas semua perbuatannya. Egosentris bersifat
menentang terhadap otoritas, senang berkelompok, idealis adalah
sifat-sifat yang sering terlihat. Suatu lingkungan yang baik dan
penuh pengertian akan sangat membantu proses kematangan
kepribadian di usia remaja.

5. Masa Dewasa Muda


Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman
dan bahagia akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan
diri dan umumnya ia akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan
pada masa ini. Sebaliknya yang mengalami banyak gangguan pada
masa sebelumnya, bila mengalami masalah pada masa ini
mungkin akan mengalami gangguan jiwa.

6. Masa Dewasa Tua


Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan
sosial seseorang sudah mantap.Sebagian orang berpendapat
perubahan ini sebagai masalah ringan seperti rendah diri.pesimis.
Keluhan psikomatik sampai berat seperti murung, kesedihan yang
mendalam disertai kegelisahan hebat dan mungkin usaha bunuh
diri.

7. Masa Tua
Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa
ini Berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya
belajar, kemampuan jasmaniah dan kemampuan sosial ekonomi
menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering
mengakibatkan kesalah pahaman orang tua terhadap orang di
lingkungannya. Perasaan terasing karena kehilangan teman sebaya
keterbatasan gerak dapat menimbulkan kesulitan emosional yang
cukup hebat.

2.3.4 Aspek Sosio Kultural (Psikososio Kultural)


Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang
dapat dilihat maupun yang tidak terlihat.Faktor budaya bukan
merupakan penyebab langsung menimbulkan gangguan jiwa, biasanya
terbatas menentukan “warna” gejala-gejala. Disamping
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku
dalam kebudayaan tersebut.
Menurut Santrock beberapa faktor kebudayaan tersebut :
1. Cara-cara membesarkan anak Cara-cara membesarkan anak yang
kaku dan otoriter , hubungan orang tua anak menjadi kaku dan
tidak hangat. Anak- anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat
agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi
penurut yang berlebihan.

2. Sistem Nilai Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara


kebudayaan yang satu dengan yang lain, antara masa lalu dengan
sekarang sering menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu
pula perbedaan moral yang diajarkan di rumah atau sekolah
dengan yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari.

3. Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada Iklan-


iklan di radio, televise, surat kabar, film dan lain-lain
menimbulkan bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang
kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup
sehari- hari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang mencoba
mengatasinya dengan khayalan atau melakukan sesuatu yang
merugikan masyarakat.

4. Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi Dalam


masyarakat modern kebutuhan dan persaingan makin meningkat
dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil
teknologi modern. Memacu orang untuk bekerja lebih keras agar
dapat memilikinya. Jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar
dari kebutuhan sehingga pengangguran meningkat, demikian pula
urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi rendah.
Faktor-faktor gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu
istirahat dan berkumpul dengan keluarga sangat terbatas dan
sebagainya merupakan sebagian mengakibatkan perkembangan
kepribadian yang abnormal.

5. Perpindahan kesatuan keluarga Khusus untuk anak yang sedang


berkembang kepribadiannya, perubahan-perubahan lingkungan
(kebudayaan dan pergaulan), sangat cukup mengganggu.

6. Masalah golongan minoritas tekanan-tekanan perasaan yang


dialami golongan ini dari lingkungan dapat mengakibatkan rasa
pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk sikap
acuh atau melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang
banyak. (John Santrock, 1999: 97 )

2.4 Dampak Penyakit Kejiwaan Terhadap Individu dan Masyarakat


2.4.1 Terhadap Individu
Penyakit kejiwaan menyebabkan penderitanya tidak sanggup
menilai dengan baik kenyataan, tidak lagi menguasai dirinya
untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti
dirinya sendiri. Gangguan kejiwaan sesungguhnya sama dengan
gangguan jasmaniah lainnya. Hanya saja gangguan jiwa bersifat
lebih kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa cemas, takut,
hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau kita kenal sebagai
gila.

2.4.2 Terhadap Masyarakat


Penyakit kejiwaan juga dapat menyebabkan dampak terhadap
masyarakat seperti penderita yang tidak bisa bersosialisasi dengan
masyarakat lain di sekitarnya karena masyarakat memiliki stigma
yang berbeda Stigmatisasi gangguan jiwa sebenarnya merugikan
masyarakat sendiri, karena mereka menjadi cenderung
menghindar dari segala sesuatu yang berurusan dengan gangguan
jiwa. Seakan-akan mereka yang terganggu jiwanya tergolong
kelompok manusia lain yang lebih rendah martabatnya, yang
dapat dijadikan bahan olok-olokan. Hal tersebut akan
menghambat seseorang untuk mau menerima atau mengakui
bahwa dirinya mengalami gangguan mental. Akibatnya
pertolongan atau terapi yang mungkin dapat dilakukan secara dini
menjadi terlambat. Kita lupa atau tidak ingin menerima kenyataan
sebenarnya bahwa semua orang dapat mengalami gangguan jiwa
dalam berbagai taraf, misal keadaan depresi akibat stress
berkepanjangan sampai pada kekacauan pikiran.

2.5 Amal Ibadah yang Dapat Mengatasi atau Mengurangi Penyakit


Kejiwaan
Dari pengamatan maupun pengkajian terhadap hadist-hadist
Rasulullah saw., kita akan menemukan berbagai arahan. Beliau dalam
pengobatan penyakit. Diantaranya yang terpenting adalah:
2.5.1 Penyembuhan dengan Iman
Rasulullah saw bersabda, “Saya benar-benar kagum dengan
qhada Allah terhadap orang beriman Sesungguhnya seluruh hal
yang terjadi senantiasa baik dalam pandangan seorang mukmin.
Sikap hidup seperti ini tidak dimiliki kecuali oleh mereka, orang-
orang yang beriman. Jika hidup dalam kelapangan maka ia
bersyukur sehingga keadaan lapang tersebut menjadi baik
baginya. Demikian juga, jika ia ditimpa kesusahan maka ia
bersabar dan itu adalah baik baginya.” (HR.Ahmad)
Abdullah bin Amru ibnul Ash r.a meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw. pernah bertanya, :”Tahukah kalian siapakah yang
disebut muslim itu?” Para sahabat menjawab, “Allah SWT dan
Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Yaitu orang-
orang muslim lain selamat dari (gangguan) lidah dan
tangannya.”Rasulullah saw bertanya lagi, “Tahukah kalian
siapakah yang disebut mukmin itu?” Para sahabat menjawab,
“Allah SWT dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda,
“Yaitu yang tidak merongrong jiwa maupun harta orang-orang
mukmin lainnya. Adapun yang dikatan sebagai orang yang
berhijrah adalah yang berhijrah serta menjauhkan diri dari hal-hal
yang buruk.” (HR. Ahmad)
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah meridhai
bagi kalian tiga hal sebaliknya membenci tiga hal. Dia ridha jika
menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun, ridha jika kalian berpegang teguh kepada tali-
Nya dan tidak bercerai berai, serta ridha jika kalian setia dan
loyal kepada orang yang dijadikan Allah sebagai pemimpin
kalian.Sebaliknya Dia amat benci apabila kalian menyebarkan
desas-desus, menghambur-hamburkan harta, serta banyak
bertanya.”(HR. Ahmad)
Yazid bin Abdillahbin syakhir berkata,”Suatu hari ketika
berada di suatu tempat di Bashrah, tiba-tiba datang seorang laki-
laki Arab Badui sambil membawa sepotong kulit, atau sebuah
kantong (dari kulit) ini adalah tulisan yang dituliskan Rasulullah
saw untuk saya.” Abu al-‘Ala’ berkata,”Saya kemudoan
meraihnya dan membacakannya di hadapan orang banyak.
Ternyata isinya adalah sebagai berikut,”Dengan nama Allah SWT
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ini adalah surat dari
Muhammad Rasulullah saw untuk bani Zuhair bin Aqis.
Sesungguhnya jika kalian mau mendirikan shalat, membayar
zakat, memberikan seperlima dari harta rampasan perang, bagian
Nabi saw.dan para sahabat, maka keamanan kalian akan dijamin
dengan jaminan dari Allah SWT dan Rasul-Nya.” Kami lalu
bertanya kepada laki-laki Badui itu,”Apa yang engkau dengar dari
Rasulullah saw?” Dia menjawab,”Saya mendengar beliau
bersabda, “Berpuasalah pada bulan kesabaran
(Ramadhan).Berpuasa tiga hari pada setiap bulan akan
menghilangkan kedengkian yang bersarang di dada”.
(HR.Ahmad)

2.5.2 Peyembuhan dengan Ibadah


1. Urgensi Bersuci (thahaarah)
Rasulullah saw bersabda,“ Bersuci adalah bagian
dari iman; ucapan alhamdulillah akan memenuhi timbangan
(kebaikan); sedangkan ucapan Subhanallah dan
alhamdulillah (sekaligus) akan memenuhi seluruh tempat
yang ada antara langit dan bumi. Sementara itu, shalat
adalah cahaya, sedekah adalah pertanda (kebenaran iman),
kesabaran adalah sinar, adapun Al- Qur’an adalah dalil
bagimu (di hadapan Allah swt. kelak).Setiap orang (pada
hakikatnya) keluar untuk menjual dirinya.Akan tetapi,
diantara mereka yang beruntung (mendapat kemenangan di
akhirat) namun ada pula yang merugi (celaka di
akhirat).”(HR. Muslim)

2. Urgensi Wudhu
Rasulullah saw bersabda,“Pada saat manusia tidur,
setan mengikatkan di kepalanya tiga buat tali. Setiap
mengikatkan satu buah tali, ia berkata, ”Malam masih
panjang, oleh sebab itu teruskan tidurmu.” Jika orang itu
kemudian bangun dan langsung mengingat Allah maka
terlepaslah satu ikatan. Jika ia berwudhu maka lepas lagi
satu ikatan. Selanjutnya, ia melaksanakan shalat subuh maka
lepaslah ikatan ketiga (terakhir) sehingga ia menjalani hari
dengan bersemangat dan hati yang gembira. Akan tetapi,
jika tidak maka perasaannya akan selalu gundah dan ia
menjalani hari itu dengan rasa malas.”(H.R Bukhari).
Dari sabda Rasulullah saw diatas maka dapat
disimpulkan bahwa air memiliki sifat jernih, mengalir dan
menyegarkan. Sehingga dengan air kotoran-kotoran yang
menempel pada tubuh dapat dibersihkan dengan
sempurna.Secara maknawi, kotoran-kotoran baik secara fisik
maupun psikis luntur dan mengalir mengikuti aliran air
wudhu.

3. Urgensi Shalat
Secara etimologi kata shalat berarti doa memohon
kebaikan (Musthafa Al Khin dalam Rafi’udin dan Alim
Zainudin, 2004 : 50). Sholat memiliki pengaruh yang sangat
efektif untuk mengobati rasa sedih dan gundah yang
menghimpit manusia (‘Utsman, 2004: 338).Saat sholat
didirikan dengan menyempurnakan wudhu, niat yang ikhlas,
adab-adab seperti tuma’ninah (tenang sejenak), gerakan tidak
terlalu cepat, memahami bacaan sholat maka akan
mendatangkan kekhusukan dan menjadi terapi tersendiri bagi
jiwa. Dengan kata lain, jiwa akan tenang jika shalat
dilakukan sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.
Mendirikan sholat selalu dilakukan Rasulullah saat
beliau dirundung berbagai persoalan penting.Diriwayatkan
dari Hudzaifah ra.Ia berkata: “Jika mendapat persoalan, maka
Nabi saw mendirikan shalat (HR. Abu Dawud). Shalat inilah
solusi dari Allah swt.bagi hamba-Nya ketika mengalami
persoalan. Allah swt berfirman: “Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
(QS. Al-Baqarah: 45)
Melalui shalat, kepribadian seseorang akan
terbimbing dalam menyikapi berbagai persoalan kehidupan.
Shalat menunjukkan sikap batiniah untuk mendapatkan
kekuatan, kepercayaan diri, serta keberanian untuk tegak
berdiri menapaki kehidupan dunia nyata melalui prilaku yang
jelas, terarah, dan memberikan pengaruh pada lingkungan.

4. Urgensi Zakat
Menurut Zakiah Daradjat,”Pada dasarnya harta
memang menunjang kehidupan manusia. Sebaliknya, harta
dapat berubah menjadi penyebab kegelisahan, perselisihan
dan permusuhan.Karena harta, orang berkelahi, karena harta,
hubungan persaudaraan menjadi renggang, bahkan karena
harta, hubungan keluarga menjadi putus. Tidak jarang,
perselisihan anak dan orangtua terjadi disebabkan harta.
Sebetulnya, bukan harta yang menjadi penyebab. Sebabnya
mungkin cara mendapatkan harta itu yang tidak
benar, atau sebagian kecil dari harta itu yang sesungguhnya
milik orang lain, tidak dikeluarkan.”
”Disinilah peranan zakat. Manfaat zakat bagi
penerimanya sudah jelas, membantunya dalam memenuhi
keperluan hidup yang tidak dapat dipenuhinya sendiri.
Sedangkan manfaat zakat bagi yang menunaikannya cukup
banyak, terutama dalam menjadikan hidup bersih dan sehat.
Boleh jadi orang tidak pernah menyangka bahwa zakat
mempunyai pengaruh terhadap kesehatan, baik jasmani
maupun rohani. Memang ada sementara orang yang menjadi
kaya atau banyak harta, menjauh dari orang miskin dan
kurang perhatian kepada kegiatan sosial ke- masyarakatan.Ia
terasing dari lingkungannya.”
Hubungan zakat dengan kesehatan jiwa ditegaskan
dalam Al-Qur’an ”Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS At-Taubah 9: 103).

5. Urgensi Puasa
Muhammad ‘Utsman Najati (2004: 344) mengatakan,
ibadah puasa mengandung beberapa manfaat yang besar, di
antaranya menguatkan kemauan dan menumbuhkan kemampuan
jiwa manusia dalam mengontrol nafsu syahwatnya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah
SAW pernah berkata: “Allah SWT berfirman: “Setiap amal
perbuatan anak Adam as. Akan kembali pada diri masing-masing
kecuali puasa karena puasa hanyalah untuk-Ku dan Akulah yang
akan membalasnya. Puasa itu merupakan sebuah tameng jika
sehari saja seseorang yang berpuasa tidak berbuat cabul dan
berkata kotor. Kemudian jika ada orang lain yang mencelanya
atau ingin membunuhnya, maka hendaknya ia berkata: “Aku
adalah orang yang berpuasa’ (Syaikhan dalam ‘Utsman, 2004:
345).
Puasa merupakan sarana latihan untuk menguasai dan
mengontrol motivasi atau dorongan emosi, serta menguatkan
keinginan untuk mengalahkan hawa nafsu dan syahwat.
Rasulullah saw menganjurkan kepada para pemuda yang belum
mampu menikah untuk berpuasa agar dapat membantu mereka
mengontrol motivasi seksualnya.
Selain itu, kesabaran menahan rasa lapar dan dahaga
membuat seseorang yang berpuasa merasakan penderitaan orang
lain yang serba kekurangan. Sehingga muncul rasa kasih sayang
terhadap sesama dan mendorong untuk membantu fakir
miskin.Perasaan dan sikap peka secara sosial di masyarakat inilah
yang disebutkan ‘Ustman (2004: 346) dapat melahirkan rasa
kedamaian dan kelapangan jiwa.

6. Urgensi Haji
Menunaikan ibadah haji dapat melatih kesabaran, melatih
jiwa untuk berjuang, serta mengontrol syahwat dan hawa nafsu.
Ibadah haji menjadi terapi atas kesombongan, arogansi, dan
berbangga diri sebab dalam praktek ibadah haji kedudukan semua
manusia sama. Permohonan ampunan dan ditambah suasana yang
bergemuruh penuh lantunan Ilahi membuat suasana ibadah haji
sarat dengan nilai spiritualitas yang dapat mengobarkan rasa
semangat yang tinggi untuk meraih ketenangan (‘Utsman, 2004:
348).
Menunaikan ibadah haji akan membawa seseorang
mengintrospeksi diri guna mencari jati diri seorang hamba yang
hakiki. Hakikat seorang hamba adalah senantiasa mengabdikan
diri dan kehidupannya untuk Allah semata. Pengabdian dengan
keikhlasan itulah yang mengundang curahan rahmat serta ridha
Allah SWT. Jiwa hamba pun akan suci dan tenang.

7. Urgensi Zikir
Firman Allah SWT : “(yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram” (QS. Ar-Ra’ad: 28). Al-Qur’an menjelaskan begitu
penting melakukan zikrullah (berzikir kepada Allah) untuk
ketentraman hati hamba-Nya yang beriman. Hal ini diperjelas
oleh Rasulullah saw. dalam hadits Beliau. Diriwayatkan dari Abu
Hurairah ra. Dan Abu Sa’id ra., bahwa Rasulullah SAW pernah
bersabda: “Tidaklah suatu kelompok yang duduk berzikir
melainkan mereka akan dikelilingi oleh para malaikat. Mereka
mendapat limpahan rahmat dan mencapai ketenangan.Dan Allah
swt akan mengingat mereka dari seseorang yang diterima di sisi-
Nya” (HR. Muslim dan Tirmidzi).

8. Urgensi Membaca Al- Qur’an


Akhir-akhir ini, di beberapa tempat telah dibuka pusat-
pusat pengobatan ruhani atau pengobatan yang menggunakan Al-
Qur’an. Pengobatan tersebut biasa dikenal dengan istilah ruqyah
syar’iah. Namun, saat ini secara umum sebagian masyarakat
memandang ruqyah sebagai bentuk terapi atau pengobatan
alternatif guna membantu kesembuhan dari penyakit ulah jin atau
roh jahat di dalam tubuh manusia. Tidak menutup kemungkinan,
Al-Qur’an juga dipahami sekadar kumpulan surah dan ayat
penangkal dan pengusir kejahatan gangguan jin dan bangsanya.
Paradigma tersebut sangatlah keliru dalam memahami Al-
Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia menuju jalan yang
lurus. Al-Qur’an adalah kitabullah yang suci, diturunkan oleh
Allah SWT dengan posisi lebih tinggi, terhormat, lebih bernilai
dari segala karya ilmuwan manapun di sepanjang sejarah
peradaban manusia.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT menyatakan bahwa Al-
Qur’an bisa menjadi penawar (obat) bagi hamba-Nya.
Sebagaimana firman-Nya: “Katakanlah: "Al Quran itu adalah
petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-
orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan,
sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. mereka itu
adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh”. (QS.
Fushshilat: 44).
Ayat di atas semakna dengan surah Al-Isra’: 82 dan
Yunus: 57. Ayat-ayat ini menjadi dasar bahwa Al-Qur’an memang
telah ditetapkan Allah swt sebagai pendekatan pesan-pesan
ilahiah yang berfungsi terapis kejiwaan sekaligus pedoman hidup
bagi hamba-Nya agar selalu berada di jalan kebaikan dan
kebenaran.
Membaca Al-Qur’an disertai mentadabburi setiap bacaan
ayat dapat membimbing jiwa agar ikhlas beramal dan tawadhu
dalam bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Al-Qur’an.

9. Urgensi Doa
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman,
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku
juga senantiasa bersamanya selama ia berdoa kepada-Ku. (HR.
Tarmidzi)
Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang menginginkan Allah
mengabulkan doanya ketika ia ditimpa kesempitan dan malapetaka
maka hendaklah memperbanyak doa pada waktu lapang (senang).”
(HR. Tarmidzi)
Rasulullah saw bersabda, “Berdoalah kepada Allah dengan
diiringi keyakinan (yang kuat) bahwa doa tersebut akan
dikabulkan. Selain itu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
tidak akan mengabulkan doa orang yang hatinya lengah dan lalai
(dari doa tersebut).” (HR. Tarmidzi)
Dari ketiga sabda Rasululah saw diatas maka berdoalah
dengan sungguh- sungguh karena sakit dan penyakit adalah ujian
yang tidak pernah lepas dari kehidupan seorang hamba. Selain
berobat secara medis, Islam juga mengajarkan beberapa doa yang
berguna bagi kesembuhan seorang hamba dari sebuah penyakit,
sekaligus perlindungan dari kemungkinan terkena penyakit.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting untuk dipahami


bagi setiap individu.Kebanyakan manusia tidak mengenal bahkan tidak
mengetahui kalau dirinya terjangkit penyakit rohani. Penyakit rohani yang tak
disadari dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Islam memberikan
berbagai solusi dari sisi keagamaan dan ilmu pengetahuan. Keimanan
merupakan pangkal pokok dari semua timbulnya segala penyakit mental,
karena dengan keimanan yang baik seseorang dapat megaplikasikan nilai-nilai
keimanannya untuk diri sendiri, orang lain dan alam semesta, sehingga
terciptalah manusia yang berorientasi kepada kebaikan bersama, serta
bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan
bahagia di akhirat.

3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Daradjat,Zakiah.1990.Kesehatan Mental.Jakarta: C.V. Mas Agung.


Dr. Jalaluddin dan Ramayulis,Haji.2002.Psikologi Agama.Jakarta: Kalam Mulia.
Dr. Sa’ad Riyadh.2004.Jiwa dalam Bimbingan Rasulullah.Jakarta: Gema Insani.
Fahmi,Mustafa.1977.Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan
Masyarakat.Jakarta: Bulan Bintang.
Hawari,Dadang.1997.Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan
Jiwa.Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Jasa.
http://abizhaki.blogspot.co.id/2010/10/stigma-gangguan-jiwa.html?m=1 Tanggal 22
November 2015. Pukul 12.05 WIB
http://nurhasan-unija.blogspot.co.id/2012/12/kesehatan-mental-dalam-perspektif-
islam.html. Tanggal 22 November 2015. Pukul 09.35 WIB.
Jaya,Yahya.1993.Spritualisasi Islam dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan
Kesehatan Mental.Jakarta: Ruhama.
Kaplan .1998.Ilmu Keperawatan Jiwa Darurat.Jakarta: Widya Medika.
Langgulung,Hasan.1986.Teori-teori Kesehatan Mental.Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Maramis.1998.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya: Airlangga University Press.
Maslim,Rusdi.1998.Diagnosis gangguan jiwa : Rujukan ringkas dari PPDGJ -
III.Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya
Mujib,Abdul dan Mudzkir,Yusuf.2002.Nuansa-nuansa Psikologi Islam.Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Najati‘Ustman,Muhammad.2004.Psikologi dalam Al-Qur’an (Terapi Al-Qur’an dalam
Penyembuhan Gangguan Kejiwaan).Bandung: Pustaka Setia.
Santrock,John.1999.Psychology The Sciences of Mind and behavior. University of
dallas.BrownPubliser.
Yosep.2007.Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika Aditama.
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK

1. Alfiani Listiana Putri (1510714005) = Notulis dan operator


2. Dyah Ayu Vierena Moerti (1510714016) = Moderator
3. Dhea Putri Septiani (1510714025) = Pembawa materi
DAFTAR PERTANYAAN

Você também pode gostar