Você está na página 1de 12

TUGAS ASISTENSI SIG Agnes Risky Ardianti (03311540000057)

KELAS A Citra Cahyaningrat (03315540000080)


CHAPTER 10 Hana Widyatari (03311540000082)

Digital Elevation Model (DEM)

Digital Elevation Model (DEM) menyimpan variabel yang bervariasi secara terus
menerus seperti elevasi, kedalaman air tanah atau ketebalan tanah. Digital Terrain Model
(DTM) adalah representasi digital dari ketinggian dan sering digunakan dalam studi geologi
hidrologi, erosi dan teknik. DEM ini dapat dibuat dengan beberapa teknik, yaitu dengan:
- Foto Udara: menggunakan foto udara stereoskopis atau citra satelit sebagai sampel
wilayah besar yang memiliki nilai X, Y, dan kemudian titik diinterpolasikan. Metode
ini memakan banyak waktu dan membutuhkan ahli fotogrametri dan titik kontrol yang
teliti. Dengan kemajuan teknologi, perangkat lunak fotogrametri dengan secara
otomatis dapat melakukan DTM dari foto udara atau citra satelit yang koordinatnya
diketahui.
- Interpolasi titik: metode ini menggunakan data titik dari survei menggunakan
theodolit atau GPS. Titik tersebut dapat digunakan untuk pembuatan DEM.
Pembuatan DEM menggunakan metode ini cukup kompleks dan akan dibahas di Bab
11.
- Interpolasi dari digitasi garis kontur dari peta existing: metode ini dapat digunakan
ketika tidak ada data fotogrametri atau data pengukuran titik lapangan. Informasi
kontur pada peta topografi dapat digunakan untuk pembuatan DEM. Metode ini
merupakan standar prosedur pembuatan DEM pada perangkat lunak ILWIS.
DEM dapat disimpan dalam bentuk vektor ataupun raster. DEM dalam format vektor
disajikan dalam Triangulated Irregular Networks (TIN), yang mana dapat dilihat sebagai
poligon-poligon berbentuk segitiga dimana setiap titik sisinya diketahui nilai ketinggiannya.
Setiap titik akan membentuk kemiringan dan arah kemiringan. Bila medannya lebih kompleks,
jumlah segitiga yang dibutuhkan mewakili medan yang meningkat.
Pada ILWIS, DEM selalu dalam bentuk peta raster dengan sebuah nilai. Setiap piksel pada
peta raster memiliki ketinggian pada titik utamanya (center). Menggunakan ukuran piksel
yang besar akan menghasilkan DEM yang umum karena topografi lebih halus. Letika bagian
yang dipetakan mengalami perubahan topografi pada jarak yang lebih pendek daripada ukuran
piksel, sudut kemiringan yang diturunkan dari DEM akan meremehkan sudut kemiringan
yang asli di lapangan. Ketika ukuran piksel terlalu besar, bukit, pengunungan dan sungai kecil
akan hilang. Akurasi DEM sangat bergantung pada kedetailan dari garis kontur, yang akan
digunakan interpolasi, dan skala asli peta topografi dari garis kontur yang didigitasi. Semakin
besar skala peta, semakin kecil interval, maka semakin akurat DEM.
DEM banyak diterapkan sebagai sumber data dalam pekerjaan Sistem Informasi
Geografis. Berikut ini aplikasi dari penggunaan DEM,
- Peta kemiringan lereng dalam derajat, prosentase, atau radian setiap lokasi (piksel).
- Peta arah kemiringan yang ditunjukkan dalam arah orientasi atau kompas (0°-360°).
- Peta Shading Hills yang menunjukkan medan dengan iluminasi buatan, dengan sisi
terang dan bayangan. Hill shading digunakan untuk menggambarkan perbedaan relief
dan morfologi medan di daerah perbukitan dan pegunungan. Warna abu-abu di peta
mewakili jumlah cahaya yang dipantulkan.
- Peta volume atau peta galian dan timbunan dengan overlay dua DEM dari waktu yang
berbeda. Hal ini dapat menunjukkan perubahan kemiringan yang terjadi akibat
konstruksi jalan, perataan kemiringan, tanah longsor dan lain-lain.
- Pembuatan ortofoto foto udara atau citra satelit. Dengan DEM foto udara dapat
dikoreksi distorsi kemiringannya dan relief displacement-nya.
Sebelum memulai tutorial, pastikan sudah menginstall perangkat lunak ILWIS. Setelah
perangkat lunak terpasang, jalankan ILWIS dengan cara klik dua kali pada icon-nya.

10.1 Membuat DEM menggunakan interpolasi kontur


Dalam pembuatan DEM menggunakan interpolasi kontur, garis kontur didigitasi
secara manual. Garis kontur didigitasi sedikit melebihi batas dari area interpolasi. Hal ini
karena pada batas area interpolasi, objek buatan manusia dimungkinkan ada. Pembuatan DEM
dari segmen peta dilakukan dengan operasi interpolasi Kontur. Pada operasi ini terdapat dua
langkah yaitu,
- Konversi segmen ke raster: pertama peta segmen dikonversikan ke bentuk raster,
menggunakan georeferensi yang mana ukuran piksel, nomor baris dan kolom, nilai
minimum dan maksimum koordinat X dan Y pada peta telah diketahui. Hal ini untuk
mengetahui bahwa ukuran piksel tidak terlalu besar, dalam kaitannya dengan jarak
maksimum garis kontur. Jika hal itu tidak dilakukan memungkinkan terjadinya dua
kontur berada pada piksel yang sama. pada kasus ini program akan memilih satu garis
kontur dan akan mengabaikan nilai garis kontur lainnya, dan akan menyebabkan
kesalahan interpolasi. Peta segmen input harus berupa peta nilai. Peta raster yang
dihasilkan dari segmen ke raster akan berisi nilai piksel yang tercakup dalam garis
kontur. Semua piksel lainnya di peta tetap tidak terdefinisi.
- Interpolasi kontur: sebuah interpolasi linier dibuat antara piksel dengan nilai
ketinggian, untuk mendapatkan ketinggian nilai yang tidak terdefinisi di antara garis
kontur raster. Output dari interpolasi kontur adalah peta raster dimana setiap piksel
memiliki nilai ketinggian. Metode interpolasi didasarkan pada metode jarak Borgefors.
Operasi perangkat lunak akan menghitung, untuk setiap piksel yang tidak terdefinisi di
antara dua segmen raster (hasil dari langkah pertama), jarak terpendek menuju dua
isolat terdekat (lihat Gambar 10.1). Nilai tinggi (Hp) untuk piksel (p), antara dua garis
kontur dihitung sebagai:
Hp = H2 + (d2 / (d1 + d2) * (H1 - H2))
dimana: Hp adalah nilai tinggi yang dihitung untuk output piksel, H1 dan H2 adalah
nilai tinggi dari garis kontur yang lebih tinggi dan lebih rendah dan d1 dan d2 adalah
jarak dari pixel ke garis kontur yang lebih tinggi dan lebih rendah (lihat Gambar 10.1).
Selama interpolasi, diperlukan beberapa waktu untuk menghitung jarak terpendek
terhadap dua nilai yang diketahui dan dilakukan pada setiap piksel yang tidak terdefinisi.
Perhitungan ini dilakukan secara iteratif sampai tidak ada lagi perubahan yang terjadi.
Kemudian interpolasi linier dilakukan dengan menggunakan dua jarak. Interpolasi linier akan
mendefiniikan nilai tinggi piksel yang tidak terdefinisi. Selama perhitungan, beberapa
beberapa Megabyte digunakan untuk menyimpan peta sementara. Dalam peta segmen latihan
ini Contour, dengan domain nilai, digunakan untuk menghasilkan DEM.
1. Klik kanan pada Segment Map: Contour >> pilih Contour Interpolation dari maka
kotak dialog Interpolate Contour Map akan terbuka.
 Type Dem: Output Raster Map.
 Pilih Georeferensi: Cochabamba.
 Tulis deskripsi bila diperlukan, seperti: DEM dari segment map Contour.
 Selain itu pilih semua menjadi default kemudian klik Show
Perhitungan interpolasi akan membutuhkan beberapa waktu bergantung dari
pengaturan dan program yang sedang berjalan pada komputer/laptop. Lebih baik saat
menjalankan interpolasi kontur, semua program selain ILWIS ditutup gar
mempercepat proses. Ketika operasi interpolasi kontur telah selesai, kotak dialog
Raster Map akan terbuka.
2. Klik OK pada jendela Display Option – Raster Map. Selanjutnya peta akan
ditampilkan.
 Klik beberapa tempat pada peta dan baca nilai ketinggian.
 Klik dua kali pada peta DEM pada Layer Management maka jendela Display
Option – Raster Map akan kembali terbuka.
 Pilih penampilan Clrstp12 >> OK maka peta dengan Clrstp12 akan
ditampilkan.
3. Interpolasi pada piksel juga dapat dilakukan dengan cara: Zoom In pada DEM hingga
piksel terlihat dengan jelas >> arahkan pointer ke pusat piksel >> File >> Properties
>> Interpolation >> beri tanda check >> Apply.
Pemilihan Interpolation sangat penting ketika akan menggunakan DEM ke dalam
georeferensi linear atau orthofoto. DEM juga dapat diklasifikan atau diiris secara
permanen melalui Slicing. Rentang nilai ketinggian peta dikelompokkan menjadi satu
kelas atau lebih. Peta yang dihasilkan dari operasi Slicing adalah peta dengan
kelompok tipe domain. Sebuah grup domain harus dibuat terlebih dahulu atau selama
operasi menggunakan kotak dialog Slicing. Grup domain mencantumkan batas atas
grup dan nama grup. Uraian rinci tentang prosedur pengiris diberikan pada bagian
6.6.2 dan 7.5.

Penggunaan Titik Ketinggian Tambahan


Penggunaan interpolasi garis komtur akan memberikan hasil yang kurang tepat untuk puncak
bukit karena tertutup oleh garis kontur pada semua sisi. Bukit akan ditampilkan dengan
berbentuk datar dengan ketinggian yang sama seperti garis kontur yang mengelilinginya.
Untuk memperbaiki ini caranya dengan menggabungkan peta segmen yang berisi garis kontur
dengan peta berisi titik ketinggian bukit. Kedua peta pertama-tama harus dikonversi menjadi
raster dan kemudian digabungkan menjadi satu peta raster. Peta raster ini akan menjadi dasar
interpolasi.
 Tampilkan Segment Map Contour >> Height.
 Pada menu Layers >> Add Layer
 Pada kotak dialog Add Data Layer >> pilih Point Map Spotheight >> OK. Maka
tampilan pengaturan untuk Point Map akan terbuka.
 Pilih tombol Symbol maka kotak dialog simbol akan muncul
 Pilih Symbol: + Plus >> hapus tanda centang pada kotak Stretch >> Pilih semua
menjadi default >> OK.
 Maka akan kembali pada Display Options – Point Map dialog box >> OK. Maka peta
titik (nilai ketinggian) akan tampil diatas garis kontur.
 Setelah selesai tutup jendela peta.

Sekarang Point Map dikonversikan menjadi raster dan dikombinasikan dengan peta segmen
raster menjadi satu kesatuan peta, yang akan menjadi peta dasar untuk interpolasi. Peta
segmen raster ContourRasterized telah dibuat saat proses interpolasi kontur pada langkah
sebelumnya.
 Klik dua kali Point to Raster pada Operation-List
 Pilih Point Map Spotheight >> Georeference: Cocahamba >> Pilih semua menjadi
default >> Show >> OK Maka Point Map telah menjadi raster dan ditampilkan.
Sekarang kedua peta berbentuk raster, maka kedua peta dapat dikombinasikan menjadi satu
dengan cara
 Mengetikkan formula pada kotak perintah pada jendela utama.
Combination = IFUNDEF(Spotheight,
ContourRasterized,Spotheight) ↵
 Setelah kotak dialog The Raster Map Definition terbuka >> SHOW untuk kalkulasi
dan menampilkan peta kombinasi >> OK.
Pada formula MapCalc di atas, diuji apakah piksel pada peta Spotheight tidak terdefinisi. Jika
demikian, kontur peta digunakan pada peta output. Jika tidak, maka nilai dari peta raster
Spotheight diambil. Dengan peta kombinasi, dapat melakukan interpolasi yang sebenarnya.
Perintah interpolasi pada Command line akan digunakan sebagai ganti dari kotak dialog
Contour Interpolation, karena kotak dialog hanya menerima peta segmen sebagai data
masukan.
 Mengetikkan formula sebagai berikut pada Command Line,
Dem1 = MapInterpolContour(Combination) ↵
 Pada kotak dialog Raster Map >> SHOW >> maka Dem1 akan dihitung >> Display
Options: OK. Peta sekarang telah disajikan.
 Pada menu Layers >> Add Layers>> Add Data Layer: pulih Point Map Spotheight
>> OK.
 Kemudian Display Options – Point Map akan muncul >> Klik tombol Symbol >>
maka tombol dialog Symbol akan muncul.
 Pilih Symbol + Plus >> hapus tanda centang pada Stretch >> Pilih semua dengan
Defaults >> OK.
 Maka kotak dialog Display Options- Point Map akan muncul
 Pilih dan cetang Text >> OK.
 Maka titik peta SpotHeight akan ditampilkan diatas Dem1
 Pada menu File >> Open Pixel Information >> Add Map: DEM dengan cara drag
and drop ke jendela informasi piksel
 Kemudian cek nilai ketinggian puncak bukit dengan tetikus.
 Kemudian tutup jendela peta dan jendela informasi peta
Kombinasi dari garis kontur dengan titik tinggi tambahan sangat penting untuk area
perbukitan, dimana mungkin terjadi banyak bukit yang tertutup. Biasanya ketinggian puncak
bukti yang tertutup ditunjukkan pada peta topografi. Jika pada peta tidak tersedia mengenai
informasi perbukitan, diperlukan edukasi mengenai hal tersebut dengan mempertimbangkan
nilai garis kontur, interval kontur, dan kecuraman keseluruhan medan.
Ketika pengguna hanya memiliki data elevasi yang tersimpan sebagai point, interpolasi
kontur tidak dapat digunakan untuk membuat DEM. Jika hal tersebut terjadi, maka harus
menggunakan interpolasi titik menggunakan Kringing atau Moving Surface yang akan
dibahas pada Bab 11.
Ringkasan Interpolasi Kontur
Pembuatan DEM dari peta segment dilakukan dengan operasi Interpolasi Kontur. Operasi ini
menggunakan dua langkah yaitu konversi peta segmen ke raster menggunakan georeferensi
dan interpolasi kontur yang dibuat dari piksel-piksel yang diketahui nilai ketinggiannya dan
perhitungan elevasi terhadap nilai piksel yang tidak diketahui. Sehingga pada hasil akhir
interpolasi kontur adalah peta raster dimana semua piksel memiliki nilai ketinggian.

10.2 Aplikasi Filter pada Digital Elevation Models


Filtering adalah kalkulasi nilai piksel pada citra atau peta raster berdasarkan pada nilai
piksel pada titik utama piksel dan tetangga berdekatannya. Dengan kata lain, filtering adalah
sebuah proses dimana biasanya piksel 3x3 atau 5x5, dipindahkan dari peta, untuk menghitung
nilai output piksel pusat di jendela sesuai dengan tetangga terdekatnya. Filter biasanya
digunakan dalam pemrosesan citra tetapi juga dapat diaplikasikan pada peta raster. Misal
digunakan untuk kecuraman lereng, bentuk kemiringan, dan bayangan dari model DEM. Pada
ILWIS terdapat beberapa filter yang bisa diaplikasikan pada DEM

Membuat Peta Shading


Filter bayangan diaplikasikan pada DEM untuk membuat bentuk relief permukaan seperti
aslinya. Filter bayangan ini memberikan efek ilmunasi cahaya matahari pada permukaan,
dengan cahaya matahari berada pada arah Barat Laut. Peta bayangan relief biasanya hanya
digunakan untuk display.
 Klik dua kali operasi Filter pada Operation-List. Maka kotak dialog Filter akan
muncul.
 Pilih Raster Map: DEM
 Pilih Filter Name: Shadow
 Ketik Hillshading pada kotak teks Output Raster Map.
 Ketik pada deskripsi: Peta Bayangan dibuat dari DEM
 Pilih semua pengaturan dengan defaults >> Show.
 Setelah dikalkulasikan, maka akan muncul kotak dialog Display Options - Raster
Map.
 Pada Display Options - Raster Map >> Representation >> Gray >> OK.
Ketika menampilkan peta, dapat terlihat relief sepert keluar dari peta. Peta tersebut
menunjukkan representasi dari gunung menggunakan iluminasi cahaya, seperti cahaya
matahari yang bersinar dari baratlaut. Kecuraman lereng diarahkan dari tenggara yang
berwarna gelap, dan kemiringan dari baratlaut yang berwarna cerah. Pengguna dapat
membuat peta bayangan menggunakan iluminasi dari arah yang lain dengan menyimpan
salinan filter Shadow dan mengubah hasil salinan tersebut.
Saat Anda menampilkan peta, Anda bisa melihat relief yang keluar dari peta. Peta
menunjukkan representasi pegunungan di bawah iluminasi buatan, seolah - olah matahari
bersinar dari sungai NW. Lereng curam yang mengarah ke SE adalah gelap, dan lereng
diarahkan ke NW yang sangat terang. Anda bisa membuat peta perbukitan dengan iluminasi
dari arah lain dengan menyimpan salinan filter Shadow lalu mengedit salinan.

A. Menggunakan Filter Gradien


Jenis filter yang paling penting yang dapat digunakan pada DEM disebut gradien
filter. Dengan bantuan filter gradien Dfdx (horizontal) dan Dfdy (vertikal) maka gradien
dihitung untuk setiap piksel. Peta gradien digunakan untuk menghasilkan kemiringan peta
kecuraman serta peta arah lereng. Setiap nilai filter dikalikan dengan nilai piksel yang
sesuai di peta. Hasilnya, untuk semua piksel dalam filter adalah ditambah dan nilai yang
dihasilkan dikalikan dengan gain dan disimpan di pusat pixel dari peta output. Kemudian,
jendela bergerak satu piksel ke kanan dan prosedur diulang. Setelah selesai dengan pixel
terakhir dari baris pertama, jendela bergerak ke piksel pertama dari baris kedua. Dengan
cara ini, nilai baru dihitung setiap piksel di peta.

Gambar 10.2. contoh skematik diberikan secara horisontal


filter gradien tidak di gunakan di ILWIS
Gambar 10.3. DFDY (Vertikal) dan DFDX (Horisontal) filter gradien yang di gunakan di
ILWIS

Untuk memeriksa isi filter standar :


 pilih Customize Catalog dari menu di jendela Main
 pilih Include System Objects check box
 Anda dapat membuka filter standar sekarang dengan mengklik dua kali
tombol di Katalog

Cara menggunakan filter gradien :


 Klik dua kali operasi Filter dalam Daftar Operasi. Dialog penyaringan kotak
dibuka
 Pilih Raster Map Dem dan Filter Name DFDX.
 Ketik untuk Output Raster Map: DX.
 Terima semua default lainnya dan klik Show. Peta dihitung, setelah itu
Kotak dialog Display Options - Raster Map dibuka.
 Klik OK di kotak dialog Display Options - Raster Map
 Peta itu sekarang ditampilkan
 Pada jendela peta, buka jendela informasi piksel dan tambahkan peta DEM.
Perbesar peta sampai Anda dapat melihat piksel individual. Bandingkan
dengan nilai dari peta DX untuk pixel tertentu, dengan perbedaan
ketinggian di kiri dan kanan pada peta DEM.
 Ulangi prosedur untuk membuat peta gradien ke arah y, namun pilih filter
Nama DFDY dan ketik DY untuk nama Peta Raster Output.
 Tutup jendela peta dan jendela informasi piksel saat Anda selesai latihan.

B. Menghitung Kemiringan Lereng (Shape)


Sebelum melanjutkan dengan pembuatan peta kecuraman lereng, Anda akan melihat-
lihat set filter lain yang berguna untuk DEMs. Sejumlah filter bisa digunakan menyelidiki
bagian mana dari medan yang cembung (menunjukkan nilai negatif pada output map) atau
cekung (nilai positif pada peta output).
Menyelidiki Medan yang Cembung atau Cekung :
 Klik raster map DEM dengan tombol mouse sebelah kanan dan pilih
Image Processing, Filter. Kotak dialog Penyaringan dibuka.
 Pilih nama filter : D2FDXDY.
 Ketik untuk Output Raster Map: Shape.
 Terima semua default lainnya dan klik Show. Setelah peta sudah dihitung,
Kotak dialog Display Options - Raster Map akan muncul.
 Klik OK di kotak dialog Display Options - Raster Map. Peta itu sekarang
ditampilkan
 Periksa beberapa nilai pixel dan tutup jendela sesudahnya.

Peta tersebut menunjukkan banyak nilai yang berbeda, menunjukkan tingkat cekung /
cembung lereng. Nilai negatif menunjukkan lereng cembung sedangkan nilai positifnya
mewakili lereng cekung. Nilai mendekati nol mewakili lereng lurus atau area datar. Maka
perlu adanya pengklasifikasian peta ini menjadi tiga kelas:
1. Convex
2. Straight
3. Cekung.

Kita dapat melakukan klasifikasi ini dengan cara mengklasifikasi ulang dengan
menggunakan operasi Slicing (seperti yang dijelaskan di Bab 7) untuk mengklasifikasikan
peta nilai Shape. Selain itu kita juga dapat menggunakan formula MapCalc. Peta yang
dihasilkan akan menjadi peta dengan tiga kelas. Domain akan dibuat semi otomatis setelah
menulis rumus.

Klasifikasi Peta Lereng :


 Ketikkan rumus berikut pada baris perintah pada jendela utama: Shapeclasses = IFF
(Bentuk <-0,5, "kemiringan konveks", iff (Shape> 0.5, "Concave slope", "Straight
slope")) maka Kotak dialog Raster Map Definition muncul.
 Klik tombol Create di sebelah kotak daftar drop-down Domain. Kotak dialog Create
Domain dibuka.
 Masukkan Shapeclasses Nama Domain dan klik OK. Domain Class Editor sekarang
terbuka
 Tutup Domain Class Editor. Anda sekarang kembali ke kotak dialog Raster Map
Definition. Klik Tampilkan.
 Jawab Ya untuk pertanyaan: Tambahkan string 'Concave slope' ke domain
'Shapeclasses'.
 Jawab Ya untuk pertanyaan: Tambahkan string ‘Straight Slope’ ke domain
'Shapeclasses'.
 Jawab Ya untuk pertanyaan: Tambahkan string 'Convex slope' ke domain
'Shapeclasses'.
 Buka Shapeclasses peta dan periksa isinya. Tutuplah saat Anda telah selesai
melakukan latihan tersebut.
Namun, karena hampir setiap pixel memiliki kelas yang berbeda, hasilnya adalah sulit
dibaca. Untuk memperbaiki ini kita bisa menggunakan mayoritas filter, yang akan
menetapkan nama kelas yang dominan dari setiap piksel input 5x5 menjadi piksel output.

C. Filter Digunakan untuk Menghitung Internal Suatu Relief


Dengan bantuan filter dan model elevasi digital, juga memungkinkan untuk
menghitung bantuan internal, yang dinyatakan sebagai perubahan ketinggian maksimum
dalam 1 hektar, atau dalam 1 kilometer persegi. Jenis filter yang bisa digunakan untuk ini
adalah urutan rangkingnya filter. Untuk menghitung internal, kita membutuhkan nilai
minimum dan maksimal dalam area yang cukup luas (misalnya dalam satu hektar) dan
kemudian hitung perbedaannya.

Menghitung Nilai Minimum Ketinggian Suatu Area dalam Satu ha (Peta Demmim) :
 Pilih peta raster DEM di Katalog, tekan tombol mouse sebelah kanan dan pilih
Image Processing, Filter. Kotak dialog Filter akan muncul.
 Pilih Raster Map Dem dan Filter Type Rank Order.
 Kosongkan kotak, centang Predefined karena kami ingin menggunakan user-
defined filter.
 Kami ingin menggunakan filter 5x5 jadi masukkan 5 untuk jumlah Baris dan 5
untuk jumlah kolom.
 Masukkan nilai 1 untuk Rank. Ini akan memberi kita nilai minimum.
 Ketik Demmin untuk Output Raster Map, menerima semua default lainnya
dan klik Tentukan.

Menghitung Nilai Maksimum Ketinggian Suatu Area dalam Satu ha (Peta Demmax)
dan Perhitungan Internal Relief :
 Ulangi prosedur seperti yang dijelaskan di atas, namun dengan pengecualian
sebagai berikut:
- Peringkat sekarang harus 25 (nilai maksimal 5x5 piksel).
- Nama Peta Raster Keluaran harus: Demmax.
 Klik Tentukan. Ketik rumus berikut pada baris perintah Jendela utama:
Internal_relief = Demmax-Demmin ↵
Maka Kotak dialog Raster Map Definition dibuka.
 Pilih Nilai Domain, ubah Value Range menjadi 0-1000 (asumsikan A perbedaan
ketinggian maksimum 1km dalam 1 hektar), dan Precision menjadi 1.0.
 Ketik untuk Keterangan: Relief internal dalam meter per hektar dan klik
Tampilkan.
 Pertama, peta Demmin dan Demmax akan dihitung, lalu peta Internal Relief
akan dihitung dan kotak dialog Display Options dari peta terakhir akan muncul.
 Pilih Representation Pseudo dan klik OK. Peta ditampilkan.
 Dari menu File di jendela peta, pilih Open Pixel Information maka jendela
informasi piksel dibuka
 Tambahkan peta Demmin dan Demmax ke jendela informasi piksel dan periksa
beberapa nilainya dengan mengklik di peta.
 Tutup peta dan jendela informasi piksel saat selesai.
10.3. Membuat Peta Kemiringan
Pada ILWIS, sudut kemiringan atau kemiringan persentase dapat dihitung dalam arah
X dan Y menggunakan model elevasi digital (DEM), filter gradien (DFDX dan DFDY) dan a
rumus perhitungan peta Langkah-langkah berikut harus dilakukan untuk menghitung
kemiringan peta:
 Membangun DEM (lihat bagian 10.1).
 Menghitung peta gradien dalam arah X dan Y (lihat bagian 10.2).
 Menghitung kemiringan kemiringan atau kemiringan persentase dengan menggunakan
rumus perhitungan peta.

Ketikkan rumus berikut pada baris perintah pada jendela utama:

Persentase Kemiringan = ((HYP (Dx, Dy)) / pixsize (Dem)) * 100

Dalam rumus ini HYP (miring) adalah internal MapCalc / TabCalc fungsi untuk
hitunglah akar positif dari jumlah kuadrat Dx ditambah kuadrat Dy (aturan Pythagoras), Dx
adalah peta gradien horizontal, dan Dy peta gradien vertikal. Dalam formula ini, pembilang
dibagi dengan ukuran piksel, dengan menggunakan fungsi internal pixsize (peta) , karena
gradien dinyatakan dalam meter perbedaan per pixel dan hasilnya harus dalam meter
perbedaan per meter. Nilai 100 dalam formula memberikan kemiringan dalam persentase.

Persentase Kemiringan pada ILWIS :


 Kotak dialog Raster Map Definition dibuka.
 Ketik untuk Keterangan: Peta lereng dalam persentase dan klik Tampilkan.
Peta dihitung dan setelah itu kotak dialog Display Options - Raster Map
dibuka
 Klik OK. Peta sekarang ditampilkan.

Perhitungan Derajat Kemiringan pada ILWIS :


 Tutup peta Slope percentage.
 Ketik rumus berikut pada baris perintah:
Slope_degrees = RADDEG (ATAN ((HYP (Dx, Dy)) / pixsize (Dem)))

Konversi Radian ke Derajat pada ILWIS :


 Kotak dialog Raster Map Definition dibuka.
 Pilih Rentang Nilai dari 0 sampai 90 dan Presisi 1.0.
 Klik Tampilkan. Peta dihitung dan setelah itu Kotak dialog Display Options -
Raster Map dibuka.
 Klik OK. Peta sekarang ditampilkan.
 Dari dalam jendela peta, buka jendela informasi piksel dan tambahkan peta
Slope percentage. Bandingkan nilai dan hitung jika kedua peta itu.
 Tutup jendela informasi peta dan piksel saat selesai.
10.4. Arah Lereng
Arah kemiringan (atau kemiringan) juga dapat dihitung dengan menggabungkan
gradien peta yang dihasilkan dari penerapan filter horizontal dan vertikal pada elevasi digital
model (DEM).

Ketikkan rumus berikut pada baris perintah pada jendela utama:

Aspect (Arah Lereng) = RADDEG(ATAN2(Dx,Dy)+pi)

RADDEG dan ATAN2 adalah fungsi MapCalc / TabCalc internal. ATAN2 (y, x)
kembali sudut dalam radian dari dua nilai masukan; x adalah horisontal, y vertikal. Fungsinya
RADDEG digunakan untuk mengkonversi dari radian ke derajat. Nilai untuk pi ( 𝜋) adalah
3.141592653589. Peta Dx adalah peta gradien horizontal, dan Dy vertikal peta gradien.
Rumusnya menghasilkan nilai antara 0˚ dan 360˚, sesuai dengan derajat kompas geologi.
Untuk daerah datar tidak ada arah kemiringan yang bisa dihitung.Mereka akan mendapatkan
nilai undefined. Agar bisa menampilkannya dengan benar kita .Perlu membuat domain
Kompas.
Tabel 10.2. Pewarnaan Arah Lereng
Degrees Color
360 Gray
270 White
180 Gray
90 Black
0 Gray

Domain Kompas :

 Pada kotak dialog Raster Map Definition klik tombol Create di sebelah tombol
kotak daftar drop-down Domain. Kotak dialog Create Domain dibuka.
 Ketik Nama Domain: Kompas.
 Ketik untuk Keterangan: Arah Kompas.
 Masukkan Min dan Max: 0 dan 360, Precision: 1.0 dan klik OK. Sekarang
kembali ke kotak dialog Raster Map Definition.
 Klik Show untuk menghitung peta.
 Pada kotak dialog Display Options - Raster Map, pilih Representasi Gray dan
klik Show. Peta akan ditampilkan.
 Buka kembali kotak dialog Display Options dari Display dan klik tombol Form
Create. Kotak dialog Create Representation dibuka.
 Ketik Nama Representasi: Kompas, Deskripsi: Kompas arah dan klik OK.
Representation Value Editor sekarang dibuka, menunjukkan batas 0 dalam
warna hitam dan 360 putih.
Pemberian Warna Arah Kelerengan :
 Buka menu Edit dan pilih perintah Insert Limit maka Kotak dialog Insert Limit
terbuka.
 Masukkan batas dan edit warnanya sesuai Tabel 10.2.
 Pilih dari menu Edit perintah Stretch Steps. Langkah Peregangan
kotak dialog muncul.
 Masukkan 25 untuk jumlah Stretch Steps dan klik OK.

Klasifikasi Arah Lereng :


 Tutup Editor Representation Value.
 Representasi Kompas sekarang dipilih dalam kotak dialog Opsi Display pada
peta. Klik OK maka peta ditampilkan.
 Tambahkan peta segmen Drainase dan atau kontur ke jendela peta. Tampilkan
segmen dalam satu warna (misalnya Biru atau Sandy Brown).
 Periksa arah kemiringan dengan mengklik piksel dan tutup jendela peta setelah
itu.

10.5. Tampilan 3D
Model Ketinggian Digital (DEM) dapat divisualisasikan dalam 3 dimensi dengan
menggunakan georeferensi 3D DEM atau pandangan perspektif awalnya akan muncul sebagai
grid garis. Garis grid 3D awal dari georeference 3D harus diedit sehingga pengguna bisa
menentukan parameter tampilan (ketinggian, rotasi, jarak, pembesaran vertikal, dll).

Menampilkan Parameter Grid :


 Klik dua kali operasi Tampilan 3D dalam daftar Operasi. Kotak dialog Display
3D dibuka.
 Pada kotak dialog Display 3D, klik tombol Create di sebelah tombol Kotak
daftar drop-down GeoReference. Kotak dialog Create GeoReference dibuka
 Ketik DEM 3D pada kotak teks GeoReference Name.
 Ketik tampilan 3D, Cochabamba di kotak teks Deskripsi.
 Pilih peta raster DEM di kotak daftar DTM, terima jumlah Baris, Kolom, dan
klik OK. Sekarang Anda kembali ke kotak dialog Display 3D.
 Klik OK. Kotak dialog Display Options - 3D Grid terbuka.
 Terima defaultnya dan klik OK.

Memodifikasi Parameter Grid :


 Dari menu Edit, pilih perintah GeoReference. Maka Editor GeoReference 3D
dibuka.
 Maksimalkan jendela sehingga seluruh tampilan 3D (garis grid) dan semua
parameter di panel Parameter Tampilan 3D terlihat.

Você também pode gostar

  • Chapter 10 Indo
    Chapter 10 Indo
    Documento25 páginas
    Chapter 10 Indo
    Hana Widyatari
    Ainda não há avaliações
  • PERTEMUAN 01 - Kontrak Kuliah
    PERTEMUAN 01 - Kontrak Kuliah
    Documento7 páginas
    PERTEMUAN 01 - Kontrak Kuliah
    Agung B Cahyono
    Ainda não há avaliações
  • Tutorial 6
    Tutorial 6
    Documento2 páginas
    Tutorial 6
    Hana Widyatari
    Ainda não há avaliações
  • Proposal Alhamdulillah
    Proposal Alhamdulillah
    Documento18 páginas
    Proposal Alhamdulillah
    Hana Widyatari
    Ainda não há avaliações
  • Kelompok Kak
    Kelompok Kak
    Documento11 páginas
    Kelompok Kak
    Hana Widyatari
    Ainda não há avaliações
  • Laporan 2
    Laporan 2
    Documento41 páginas
    Laporan 2
    Hana Widyatari
    Ainda não há avaliações
  • Laporan 2
    Laporan 2
    Documento41 páginas
    Laporan 2
    Hana Widyatari
    Ainda não há avaliações
  • TUGAS 1 Hidrografi
    TUGAS 1 Hidrografi
    Documento17 páginas
    TUGAS 1 Hidrografi
    Hana Widyatari
    Ainda não há avaliações