Você está na página 1de 14

Selasa, 07 April 2015

Asuhan keperawatan anak dengan Acut


Respiratory Distress Syndrome
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI
DENGAN ACUT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME

Di Susun Oleh:
REDHA FITRI EKAWATI
NIM. P 17420613067

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN SEMARANG
2015

KATA PENGANTAR

Sebagai pengantar, makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI


DENGAN ACUT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME / ARDS” disusun untuk
memenuhi tugas dalam mata kuliah Keperawatan Anak dan menjadi sumber
informasi bagi mahasiswa dan dosen.
Makalah ini ditampilkan dengan pola sistematis yang dapat memberiakan
wawasan bagi mahasiwa perawat untuk bertindak dengan berdasarkan penalaran
ilmiah. Dengan mengupas penyakit Acute Respiratory Distress Syndrome pada bayi
dengan menjalankan asuhan keperawatan.
Penulis menyampaikan ucapan trimakasih kepada pihak-pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini dan kepada penulis dari sumber-
sumber yang digunakan.
Semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa keperawatan dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan anak.

Semarang, 201
5
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................................................
..... i
DAFTAR
ISI..................................................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................................
....... 1
A. LATAR
BELAKANG........................................................................................................... 1
B. RUMUSAN
MASALAH...................................................................................................... 1
C. TUJUAN.......................................................................................................................
.... 1
D. MANFAAT......................................................................................................................
.. 2
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA.......................................................................................................... 3
A. DEFINISI
ARDS................................................................................................................. 3
B. ETIOLOGI.....................................................................................................................
.... 3
C. PATOISIOLOGI.............................................................................................................
.... 5
D. KOMPLIKASI................................................................................................................
.... 7
E. MANIFESTASI
KLINIS....................................................................................................... 7
F. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK........................................................................................... 8
G. PENATALAKSANAAN
TERAPEUTIK................................................................................... 9
BAB III ASUHAN
KEPERAWATAN................................................................................................. 10
A. PENGKAJIAN...............................................................................................................
..... 10
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN............................................................................................. 11
C. INTERVENSI................................................................................................................
..... 12
D. EVALUASI.....................................................................................................................
.... 16
BAB IV
PENUTUP......................................................................................................................
... 17
A. SIMPULAN...................................................................................................................
.... 17
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................................................
. 18

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit respiratory distress syndrome adalah penyebab utama kematian
pada bayi baru lahir. Diperkirakan 30 % dari semua kematian neonatus yang
disebabkan oleh penyakit membrane hialin (PMH).
PMH terutama terjadi pada bayi premature; intensitasnya berbanding terbalik
dengan umur kehamilan dan berat badannya. PMH ini 60-80% terjadi pada bayi
yang umur kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15-30 % pada bayi antara 32 dan
36 minggu, sekitar 5% pada bayi yang lebih dari 37 minggu, dan jarang pada bayi
cukup bulan. Kenaikan frekuensi dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes,
persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu, kehamilan multijanin, persalinan
seksio sesarea, persalinan cepat, asfiksia, stress dingin, dan adanya riwayat bahwa
bayi sebelumnya terkena.

B. RUMUSAN MASALAH
1. “Apa itu Acute Respiratory Distress Syndrome?”
2. “Apa penyebab ARDS pada bayi baru lahir?”
3. “Bagaimana mekanisme terjadinya ARDS pada bayi baru lahir ?”
4. “Apa diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ARDS?”
5. “Bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada kasus ARDS?”

C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari acute respiratory distress syndrome
2. Dapat menjelaskan penyebab ARDS pada bayi
3. Dapat memahami dan menjelaskan mekanisme terjadinya ARDS pada
bayi baru lahir
4. Dapat membuat diagnosa keperawatan pada kakus ARDS
5. Dapat melakukan asuhan keperawatan secara tepat
D. MANFAAT
1. Dapat memberikan informasi kesehatan pada ibu hamil dalam upaya
pencegahan terjadinya ARDS
2. Dapat melakukan monitoring dan perawatan pada pasien dengan ARDS
3. Dapat melakukan pengkajian secara cepat dan tepat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI ARDS
Acute Respiratory Distress Syndrome bukan suatu penyakit, melainkan suatu
kumpulan gejala atau dalam istilah medis dikatakan sebagai suatu sindrom pada
sistem pernapasan (American Lung Association, 2013).
Acute Respiratory Distress Syndrome ( Sindrom Distress Pernafasan Akut )
adalah perkembangan yang immatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane
Disease (HMD) (Suriadi, 2001).
RDS juga disebut sebagai sindrom gawat nafas yaitu kumpulan gejala yang
terdiri atas dispnea atau takipnea dengan frekuensi pernafasan besar 60 kali per
menit, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi didaerah epigastrium,
suprasternal, interkostal pada saat inspirasi (Ngastiyah, 2005 : 23).
Menurut Whalley dan Wong, gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan perkembangan maturitas paru. Gangguan ini dikenal juga
dengan nama hyaline membrane diseaseHMD atau penyakit membran hialin yang
melapisi alveoli.
Sindrom Distres pernafasan adalah perkembangan yangimature pada sistem
pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. Respiratory
Distress Syndrome dikatakan sebagai hyaline membrane disease (HMD).

B. ETIOLOGI
Etiologi RDS dihubungkan dengan usia kehamilan, berat badan bayi yang
lahir kurang dari 2500 gram. Sering terjadi pada bayi dengan lahir kurang dari 1000
gram. Semakin muda seorang bayi, semakin tinggi resiko RDS sehingga menjadikan
perkembangan yang immatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah
surfaktan dalam paru. Kadar surfaktan parumature biasanya muncul sesudah 35
minggu. Sintesis surfaktan sebagian bergantung pada pH, suhu dan perfusi normal.
Asfiksia, hipoksemia, dan iskemia paru terutama dalam hubungan dengan
hipovolemik, hipotensi, dan stress dingin, dapat menekan sistesis surfaktan.
Atelektaksis alveolar, formasi membrane hialin, dan edema interstisial
membuat paru-paru kurang lentur, memerlukan tekanan yang lebih besar untuk
mengembangkan alveolus kecil dan jalan napas. Pada bayi, dada bawah tertarik
kedalam ketika diafragma turun dan tekanan intratoraks menjadi negatif, dengan
demikian membatasi jumlah tekanan intrathoraks yang dihasilkan; akibatnya muncul
kecendrungan atelektaksis. Dinding dada bayi yang sangat lemah memberi lebih
sedikit tekanan daripada dinding dada bayi matur terhadap kecendrungan paru
kolaps.
RDS terjadi dua kali lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan, insidens
meningkat pada bayi dengan faktor-faktor tertentu, misalnya ibu yang menderita
diebetes mellitus melahirkan bayi berusia kurang dari 38 minggu, hipoksia perinatal
dan lahir melalui sectio caesaria.
Etiologi yang lain dari ARDS adalah:
1. Kelainan paru: pneumonia
2. Kelainan jantung: penyakit jantung bawaan, disfungsi miocardium
3. Kelainan susunan syaraf pusat akibat: Asfiksia, perdarahan otak
4. Kelainan metabolik: hipoglikemia, asidosis metabolik
5. Kelainan bedah: pneumotoraks, fistel trakheoesofageal, hernia
diafragmatika
6. Kelainan lain: sindrom Aspirasi mekonium, penyakit membran hialin

Bila menurut masa pertumbuhan, penyebab gangguan nafas ialah:


a. Pada bayi kurang bulan
 Penyakit membran hialin
 Pneumonia
 Asfiksia
 Kelainan atau malformasi kongenital
b. Pada bayi cukup bulan
 Sindrom Aspirasi Mekonium
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang
diakibatkan oleh terhisapnya mekonium ke dalam saluran pernafasan
bayi akibat peningkatan aktivitas usus janin. Mekonium adalah feses
janin saat dalam kandungan yang apabila terjadi gangguan dapat
bercampur dengan cairan amnion sehingga terhirup oleh janin.
 Pneumonia
 Asidosis
 Kelainan atau malformasi kongenital
C. PATOFISIOLOGI
Pada bayi dengan RDS, karena adanya ketidakmampuan paru untuk
mengembang dan alveoli terbuka. RDS pada bayi yang premature terjadi kegagal
pernapasan karena imaturenya dinding dada, parenchym paru, dan imaturnya
endothelium kapiler yang menyebabkan kolaps paru pada akhir ekspirasi.
Pada bayi dengan RDS disebabakan oleh menurunnya jumlah surfaktan atau
perubahan kualitatif surfaktan dapat menyebabkan ketidakmampuan alveoli untuk
ekspansi. Terjadi perubahan intra-extrathoracic dan menurunnya pertukaran udara.
Secara alamiah perbaikan mulai terjadi setelah 24-48 jam. Sel yang rusak
akan diganti. Membrane hyaline, berisi debris dari sel necrosis yang tertangkap
dalam proteinaceous filtrate serum (saringan serum protein), di pagosit oleh
makrograf. Sel cuboidal menempatkan pada alveolar yang rusak dan epitelium jalan
nafas, kemudian terjadi perkembangan sel kapiler baru pada alveoli. Sintesis
surfaktan kembali diproduksi dan kemudian terjadi perbaikan alveoli untuk
pengembangan.

Gambar patofisiologis secara jelas dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Surfaktan menurun

Compliance (distensibilitas) paru menurun PO2 menurun

Atelectasis
Metabolisme
anaerob
Usaha napas meningkat

Menurunnya ventilasi

CO2 meningkat Asidosis

Perfusi perifer menurun Vasokonstriksi perifer dan


pulmonal

Tekanan darah arteri menurun Tekanan arteri pulmonal


meningkat

Aliran darah paru menurun

Surfaktan menurun
Gambar : Patofisiologi RDS: sumber dari Ladewic; London and Olds (1998).
Maternal Newborn Nursing Care. Foutrh Edition California: Addison Wesley

D. KOMPLIKASI
a. Pneumothorax
b. Pneumomediastinum
c. Pulmonary intersititial dysplasia
d. Bronchopulmonary dysplasia ( BPD)
e. Paten ductus arteriosus (PDA)
f. Hipotensi
g. Menurunnya pengeluaran urine
h. Asidosis
i. Hipotermi
j. Hipernatermi
k. Hipokalemi
l. Disseminated intravascular (DIC)
m. Kejang
n. Intraventicular hemorrhage
o. Retinopathy pada premature
p. Infeksi sekunder

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda biasanya tampak dalam beberapa menit kelahiran, walaupun tanda-
tanda ini tidak dapat dikenali selama beberapa jam sampai pernapasan menjadi
cepat, dangkal bertambah sampai 60/menit.
a. Tachypnea
b. Retraksi dada ( suprasternal, substernal, intercostal)
c. Pernapasan terlihat parados
d. Cuping hidung
e. Apnea
Terjadi ketika bayi menjadi lelah dan muncul tanda-tanda tidak
menyenangkan yang membutuhkan intervensi segera.
f. Murmur
g. Sianosis
Kematian jarang terjadi pada bayi hari pertama sakit, biasanya terjadi
antara hari ke-2 dan ke-7 dan disertai dengan kebocoran udara alveolar
dan perdarahan paru atau interventikuler.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Foto rontgen
Untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diafragma dengan overdistensi duktus alveolar

b. Analisa gas darah


Analisa gas darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, SaO2 92% ­ 
94%, pH 7,31 – 7,45

c. Immature lecithin
Paru-paru janin berhubungan dengan cairan amnion, maka jumlah fosfolipid
dalam cairan amnion dapat untuk menilai produksi surfaktan, sebagai tolok
ukur kematangan paru, dengan cara menghitung rasio lesitin dibandingkan
sfingomielin dari cairan amnion. Sfingomyelin merupakan suatu membran
lipid yang secara relatif merupakan komponen non spesifik dari cairan
amnion.
Gluck dkk menemukan bahwa L/S untuk kehamilan normal adalah < 0,5 pada
saat gestasi 20 minggu dan meningkat secara bertahap pada level 1 pada usia
gestasi 32 minggu. Rasio L/S = 2 dicapai pada usia gestasi 35 minggu dan
secara empiris disebutkan bahwa Neonatal RDS sangat tidak mungkin terjadi
bila rasio L/S > 2. 2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru. Phospatidyglicerol : 
meningkat saat usia 35 minggu

G. PENALATAKSANAAN TERAPEUTIK
Terapi yang diberikan ialah pengobatan pertukaran oksigen dan
karbodioksida paru yang tidak adekuat; asidosis metabolic dan insufisiensi sirkulasi.
Perawatan suportif awal bayi baru lahir terutama pada pengobatan asidosis,
hipoksia, hipotensi, dan hipotermia akan mengurangi keparahan RDS. Terapi
memerluhkan pemantauan yang cermat dan sering terhadap frekuensi jantung dan
pernapasan; PO2, PCO2, pH, bikarbonat, elektrolit arteri, glukosa darah, hematocrit,
tekanan darah, dan suhu.
a. Pemberian oksigen
Oksigen hangat yang dilembabkan harus diberikan pada kadar yang
cukup pada mulanya untuk mempertahankan tekanan arteri antara 55-70
mmHg dengan tanda-tanda vital yang stabil, untuk mencegah resiko
toksisitas oksigen.
Untuk bayi yang apneu memerluhkan bantuan ventilasi mekanis yang
bertujuan memperbaiki oksigenasi dan mengeliminasi CO 2 tanpa
menyebabkan trauma paru atau toksisitas oksigen. Nilai gas darah yang
dapat diterima yang menyeimbangkan risiko hipoksia dan asidosis dengan
risiko ventilasi mekaniis adalah PaO2: 55-70 mmHg; PCO2 : 35-55 mmHg;
dan pH : 7,25-7,45.
b. Pertahankan nutrisis adekuat
c. Pertahankan suhu lingkungan netral
d. Diit 60 kcal/kg/hari (sesuaikan dengan protocol yang ada) dengan asam
amino yang mencukupi untuk mencegah katabolisme protein dan
ketoasidosis endogenous
e. Pertahankan PO2 dalam batas normal
f. Menjaga suhu tubuh.
Bayi ditempatkan di dalam Isollette dan suhu dalam tubuh dipertahankan
antara 36,5- 37 oC.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien dan penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
 Riwayat keperawatan sekarang
 Riwayat keperawatan dahulu
 Riwayat kesehatan keluarga
c. Identifikasi factor resiko
Riwayat maternal
 Menderita penyakit seperti diabetes mellitus
 Kondisi seperti perdarahan placenta
 Tipe dan lamanya persalinan
 Stress fetal atau intrapartus
Status infant saat lahir
 Prematur, umur kehamilan
 Apgar score, apakah terjadi aspiksia
 Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar

d. Kaji system pernapasan, tanda dan gejala RDS


 Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 – 100 x )
 Nafas grunting
 Nasal flaring
 Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal
 Cyanosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral)  berhubungan dengan persentase 
desaturasi hemoglobin
 Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea

e. Kaji system kardiovaskuler


 Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat
 Murmur sistolik
 Denyut jantung dalam batas normal
f. Kaji intergumen
 Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi periferal
 Pitting edema pada tangan dan kaki
 Mottling
 Penurunan suhu tubuh
B. DIAGNOSA
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan immature paru dan
dinding dada atau kurangnya jumlah cairan surfaktan
b. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau
pemasangan intubasi trakea yang kurang tepat adanya secret pada
jalan napas
c. Tidak efektif pola napas berhubungan dengan ketidakseimbangan
napas bayi dan ventilator; tidak berfungsinya ventilator, dan posisi
bantuan ventilator yang kurang tepat
d. Resiko injuri berhubungan dengan ketidakseimbangan asam-basa; o2
dan co2 dan barotrauma (perlukaan dinding mukosa ) dari alat bantu
nafas
e. Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi
sekunder dari situasi krisis pada bayi
f. Resiko kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan, motilitas gastrik menurun, dan kurangnya
penyerapan

C. INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Perencanaa
1. Gangguan pertukaran gas Pertukaran gas 1. Identifikasi bayi
berhubungan dengan adekuat mungkin adanya
immature paru dan Kriteria hasil : resiko-resiko yang
dinding dada atau  Nilai analisa gas muncul
kurangnya jumlah cairan darah dalam batas
surfaktan normal 2. Monitor status
 Nilai SaO2dalam pernapasan;
batas normal distress pernapasan

3. Monitor analisa
gas darah, pulse
oximetry

4. Posisikan bayi
dengan tepat agar
ada upaya bernapas

5. Pertahankan suhu
lingkungan netral

6. Pemberian oksigen
sesuai program
2. Tidak efektif bersihan Kepatenan jalan 1. Kaji dada bayi
jalan nafas berhubungan napas dapat adanya nafas
dengan obstruksi atau dipertahankan bilateral dan
pemasangan intubasi Dengan Kriteria hasil: ekspansi selama
trakea yang kurang tepat  Tidak Bunyi inspirasi
adanya secret pada jalan rhonki 2. Atur posisi bayi
napas  Tidak terjadi untuk
retraksi interkosta memudahkan
drainage
3. Lakukan suction
4. Kaji kepatenan
jalan napas setiap
jam
5. Kaji posisi
ketepatan alat
ventilator setiap
jam
6. Auskultasi kedua
lapang paru
3. Tidak efektif pola napas Support ventilator 1. Monitor analisa
berhubungan dengan tepat dan ada usaha gas darah
ketidakseimbangan napas bayi untuk bernafas. 2. Gunakan alat
bayi dan ventilator; tidak Dengan Kriteria hasil: bantu pernapasan
berfungsinya ventilator,  analisa gas sesuai instruksi
dan posisi bantuan darah dalam 3. Pantau ventilator
ventilator yang kurang batas normal setiap jam
tepat 4. Berikan
lingkungan yang
kondusif
5. Kaji adanya usaha
bayi dalam
bernapas
4. Resiko injuri Bayi tidak mengalami 1. Evaluasi gas darah
berhubungan dengan ketidakseimbangan 2. Monitor pulse
ketidakseimbangan asam- asam-basa dab oximetry
basa; o2 dan co2 dan barotrauma 3. Monitor
barotrauma (perlukaan komplikasi
dinding mukosa ) dari 4. Pantau dan
alat bantu nafas pertahankan
kecepatan posisi
alat bantu napas
5. Resiko perubahan peran Orang tua bayi akan 1. Jelaskan semua
orang tua berhubungan menerima keadaan alat-alat (monitor,
dengan hospitalisasi anaknya ETT, ventilator)
sekunder dari situasi Dengan Kriteria hasil: pada orang tua
krisis pada bayi  Melakukan 2. Ajarkan orang tua
bonding dan untuk selalu
mengidentifikasi mengunjungi
perannya 3. ajarkan orang tua
 Memberikan ASI untuk
eksklusif berpartisipasi
dalam perawatan
bayi
4. instruksikan pada
ibu untuk
memberikan ASI
dan ajarkan cara
merangsang
pengeluaran ASI
6. Resiko perubahan peran Keseimbangan cairan 1. pertahankan cairan
orang tua berhubungan dan elektrolit dapat infus 60-100
dengan hospitalisasi dipertahankan ml/kg/hari atau
sekunder dari situasi sesuai advice
krisis pada bayi 2. gunakan infus
pompa
3. monitor intake dan
output
4. kaji elektrolit
5. monitor jumlah
cairan infus yang
masuk
7. Resiko kurangnya Kebutuhan intake 1. berikan pengajaran
volume dari kebutuhan nutrisi dapat perawatan bayi
tubuh berhubungan dipertahankan pada orang tua
dengan ketidakmampuan 2. kenalkan pada
menelan, motilitas gastrik orang tua untuk
menurun, dan kurangnya mengidentifikasi
penyerapan tanda dan gejala
distress pernapasan
3. ajarkan pada orang
tua cara melakukan
risusitasi jantung
paru (RJP) dan
distimulasikan
tekankan
pentingnya control
ulang dan deteksi
komplikasi dari
RDS
D. EVALUASI
1. Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan
ronchi (-)
2. Pasien bebas dari dispneu
3. Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
4. Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
5. Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
6. Bebas dari gejala distress pernafasan
7. Pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan normal dengan tanda tekanan
darah, berat badan, urine output pada batas normal.
8. Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal

BAB IV
PENUTUP

A. SIMPULAN
ARDS adalah Penyakit akut dan progressive dari kegagalan pernafasan disebabkan terhambatnya proses difusi 

oksigen dari alveolar ke kapiler (a­c block) yang disebabkan oleh karena terdapatnya edema yang terdiri dari 

cairan koloid protein baik interseluler maupun intra alveolar. Penyebabnya bisa penyakit apapun, yang secara 

langsung ataupun tidak langsung melukai paru­paru seperti: Pneumoni virus, bakteri, fungal; contusio paru, 

aspirasi cairan lambung, inhalasi asap berlebih, inhalasi toksin, menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu 

lama, Sepsis, Shock, Luka bakar hebat, Tenggelam,dsb. Gejala biasanya muncul dalam waktu 24­48 jam setelah

terjadinya penyakit atau cedera. SGPA(sindrom gawat pernafasan akut) seringkali terjadi bersamaan dengan 

kegagalan organ lainnya, seperti hati atau ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

American Lung Association. 2013. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).


Diakses melalui http://www.lung.org/lung-disease/acute-respiratory-distress-
syndrome/ pada tanggal 19 Januari 2015.
Berhman, Klegman dan Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak.Edisi 15. Vol 1.
Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Suriadi dan Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta :
CV Agung Seto.
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/respiratory-distress-
syndrome.pdf

Diposkan oleh Redha fitri di 02.57


http://akaredha.blogspot.co.id/2015/04/asuhan-keperawatan-anak-dengan-
acut.html

Você também pode gostar