Você está na página 1de 28

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTIMBANGAN

TINGKAT MATERIALITAS PADA BPK RI PERWAKILAN


PROVINSI BALI
1
Cokorda Krisna Yudha
2
Desak Putu Wahyu Widyaswari
3
I Ketut Puja Wirya Sanjaya

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa


JL. Terompong No.24 Sumerta Kelod, Denpasar
e-mail: yudhacokkrisna@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh


profesionalisme, independensi, pengetahuan mendeteksi kekeliruan,
pengalaman dan etika profesi auditor berpengaruh terhadap pertimbangan
tingkat materialitas pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Pertimbangan Tingkat Materialitas
sebagai variabel dependen dan pengaruh Profesionalisme, Independensi,
Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, Pengalaman dan Etika Profesi Auditor
sebagai variabel independen. Penelitian ini menggunakan metode analisis
linier berganda dan metode penentuan sampel menggunakan metode
nonprobability sampling dengan teknik sampel jenuh atau sensus. Sampel
auditor yang digunakan adalah sebanyak 45 responden. Hasil penelitian ini
adalah variabel Profesionalisme, Independensi, Pengalaman dan Etika
Profesi Auditor berpengaruh positif terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali sedangkan variabel
Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan tidak berpengaruh positif terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali.
Kata kunci: profesionalisme, independensi, pengetahuan mendeteksi
kekeliruan, pengalaman dan etika profesi, pertimbangan tingkat
materialitas

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan organisasi sektor publik di Indonesia sudah semakin

kompleks. Kompleksitas sektor publik menyebabkan kebutuhan akan

informasi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen semakin

bervariasi. Demikian pula bagi stakeholder sektor publik, membutuhkan

informasi yang lebih handal dan relevan untuk pengambilan keputusan.

Bermacam usaha dilakukan untuk dapat bertahan dalam menghadapi

persaingan salah satunya dengan melakukan pemeriksaan laporan

keuangan dan auditor sebagai pihak yang dianggap independen

merupakan salah satu kebijakan yang dapat ditempuh.


Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 2,

menyatakan bahwa kualitas primer dari informasi yang berguna dalam

pengambilan keputusan ekonomi adalah nilai relevan (relevance) dan

reliabilitas (reliability). Untuk dapat mencapai kualitas relevan dan reliabel

maka laporan keuangan perlu diaudit oleh auditor untuk memberikan

jaminan kepada pemakai bahwa laporan keuangan tersebut telah disusun

dengan kriteria yang diterapkan, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

yang berlaku di Indonesia. Masyarakat lebih percaya terhadap laporan

keuangan yang telah diaudit, dikarenakan tanggung jawab profesi akuntan

publik meningkatkan keandalan laporan keuangan untuk pengambilan

keputusan bagi para pengguna.


Lembaga akuntan harus bisa berkonsentrasi pada bidang-bidang yang

dianggap material. Seorang auditor harus memutuskan tingkatan-tingkatan


pemeriksaan yang sesuai dengan tujuannya, dan karena hal tersebutlah

konsep materialitas muncul.


Materialitas merupakan besarnya kekeliruan atau kesalahan dalam

penyajian informasi akuntansi yang berkaitan dengan kondisi salah satunya

membuat pertimbangan pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan. Pandangan skeptis terhadap profesi akuntan publik

memang beralasan karena cukup banyak laporan keuangan suatu

perusahaan yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian, tetapi

justru mengalami kebangkrutan setelah opini tersebut dikeluarkan. Hal

tersebut membuat masyarakat meragukan independensi dan kredibilitas

auditor sebagai seorang profesional. Guna menghindari kejadian tersebut,

hendaknya setiap auditor memiliki sikap profesional dalam melaksanakan

audit atas laporan keuangan terhadap kualitas hasil pemeriksaan untuk

dapat dipertanggungjawabkan. Setiap profesi menuntut adanya

profesionalisme karena sebuah profesi memiliki aturan yang harus

dipenuhi dan ditaati. Seseorang yang professional dalam profesi akuntan

dicerminkan dengan lima dimensi profesionalisme, yaitu: (1) pengabdian

kepada profesi, (2) kewajiban sosial, (3) kemandirian, (4) keyakinan

terhadap peraturan profesi, dan (5) hubungan dengan sesama profesi.


Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan pertimbangan

tingkat materialitas menunjukkan beberapa hasil. Penelitian-penelitian

tersebut dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain Galeh Utami dan

Mahendra Adhi Nugroho (2014) meneliti variabel profesionalisme auditor,


etika profesi dan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat

materialitas dengan kredibilitas klien sebagai pemoderasi. Populasi dalam

penelitian ini pada KAP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.


Novanda Friska Bayu Aji Kusuma (2012) meneliti variabel

profesionalisme auditor, etika profesi dan pengalaman auditor terhadap

pertimbangan tingkat materialitas. Populasi dalam penelitian ini adalah

Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik se-Yogyakarta

berjumlah 8 KAP.
Clara Febriyanti Raya (2016) meneliti variabel profesionalisme, etika

profesi dan independensi auditor terhadap pertimbangan tingkat

materialitas. Populasi dalam penelitian tersebut adalah auditor yang bekerja

di Perwakilan BPK RI Provinsi Sulawesi Selatan.


Ni Putu Eki Mahadewi (2016) meneliti variabel profesionalisme,

pengetahuan mendeteksi kekeliruan, pengalaman dan etika profesi

terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Populasi penelitian adalah

seluruh auditor Kantor Akuntan Publik di Bali.


Budi Santoso (2017) meneliti variabel profesionalisme, independensi,

pengalaman, pengetahuan mendeteksi kekeliruan dan etika profesi auditor

terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Responden pada penelitian ini

menggunakan auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik Daerah

Istimewa Yogyakarta dengan alasan bahwa akuntan yang lebih

berpengalaman akan bertambah pengetahuannya dalam melakukan proses

audit khususnya dalam memberikan pertimbangan tingkat materialitas

dalam proses audit atas laporan keuangan.


Berdasarkan beberapa uraian latar belakang diatas maka penulis

tertarik mengkaji lebih dalam lagi tentang “Pengaruh Profesionalisme,

Independensi, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, Pengalaman dan

Etika Profesi Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada

BPK RI Perwakilan Provinsi Bali”.


1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latarbelakang penelitian yang ada, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :

a. Menganalisis pengaruh profesionalisme auditor terhadap pertimbangan


tingkat materialitas pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali.
b. Menganalisis pengaruh independensi auditor terhadap pertimbangan
tingkat materialitas pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali.
c. Menganalisis pengaruh pengetahuan mendeteksi kekeliruan terhadap
pertimbangan tingkat materialitas pada BPK RI Perwakilan Provinsi
Bali.
d. Menganalisis pengaruh pengalaman auditor terhadap pertimbangan
tingkat materialitas pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali.
e. Menganalisis pengaruh etika profesi auditor terhadap pertimbangan
tingkat materialitas pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Atribusi
Menurut Fritz Heider pencetus teori atribusi, teori atribusi merupakan

teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Teori atribusi

menjelaskan mengenai proses bagaimana kita menentukan penyebab dan

motif tentang perilaku seseorang. Teori ini mengacu tentang bagaimana

seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri

yang akan ditentukan apakah dari internal misalnya, sifat, karakter, sikap,

dan lain-lain ataupun eksternal misalnya tekanan situasi atau keadaan


tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap perilaku individu

(Ayuningtyas, 2012).
Dispositional attributions atau penyebab internal yang mengacu pada

aspek perilaku individual yang ada dalam diri seseorang seperti

kepribadian, presepsi diri, kemampuan & motivasi. Sedangkan situational

attributions atau penyebab eksternal yang mengacu pada lingkungan sekitar

yang dapat mempengaruhi perilaku, seperti kondisi sosial, nilai-nilai sosial,

dan pandangan masyarakat.


Penelitian ini menggunakan teori atribusi karena teori ini dapat

menjelaskan faktor internal seseorang khususnya karakteristik personal

seorang auditor seperti pengetahuan mendeteksi kekeliruan dan

pengalaman auditor karena pada dasarnya karakteristik personal seorang

auditor merupakan salah satu penentu bagaimana seorang auditor

menentukan pertimbangan awal tingkat materialitas ketika akan melakukan

pemeriksaan terhadap laporan keuangan.


2.2 Teori Sikap dan Prilaku Etis
Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk

bertindak, menyertai manusia dengan perasaan-perasaan tertentu dalam

menanggapi abjek yang terbentuk atas dasar pengalaman-pengalaman.

Perilaku etis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial

yang diterima secara umum, berhubungan dengan tindakan-tindakan yang

bermanfaat dan membahayakan.


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori sikap dan perilaku

karena teori ini dapat menjelaskan kinerja auditor yang diukur dengan
profesionalisme auditor, independen dan etika auditor dalam melaksanakan

pekerjaannya. Jika seorang auditor memiliki sikap akuntabilitas yang tinggi

dan menjunjung profesionalismenya serta bekerja sesuai dengan etika yang

berlaku, maka kualitas audit yang dihasilkan semakin baik. Artinya auditor

dalam menjalankan tugasnya harus memiliki sifat tanggung jawab terhadap

pekerjaannya dan berperilaku profesional serta independen tanpa memihak

kepada kepentingan siapapun. Seorang auditor yang memiliki sikap

independen akan berperilaku independen dalam penampilannya, artinya

seorang auditor dalam menjalankan tugasnnya tidak dibenarkan memihak

terhadap kepentingan siapapun. Auditor mempunyai kewajiban untuk

bersikap jujur baik kepada pihak manajemen maupun pihak-pihak lain

seperti pemilik, kreditor, investor (Ayuningtyas, 2012).


2.3 Profesionalisme
Menurut pengertian umum seorang dikatakan profesional jika

memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan

tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi

dengan menetapkan standar baku dibidang profesi yang bersangkutan dan

menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah

ditetapkan. Profesi dan profesionalisme dapat dibedaan secara konseptual.

Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria,

sedangkan profesionalisme adalah suatu atribut individual yang penting

tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak

(Lekatompessy, 2003 dalam Novanda Friska, 2012).


2.4 Independensi
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak

dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.

Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam

mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif dalam

merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2014:26-27).


Auditor harus memiliki independensi dan terpisah dari berbagai

kegiatan yang diperiksanya. Auditor dianggap independen apabila dapat

melaksanakan tugasnya secara bebas dan objektif. Kemandirian auditor

sangat penting terutama dalam memberikan penilaian yang tidak memihak

(netral). Auditor harus memperoleh dukungan moral secara penuh dari

segenap jajaran manajemen senior dan dewan (dewan direksi dan komite

audit) agar dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari campur

tangan pihak lain pimpinan audit internal harus bertanggung jawab untuk

mewujudkan kemandirian pemeriksaan (Hery,2013:73 dalam Clara

Febriyanti, 2012).
2.5 Pengetahuan Auditor dalam Mendeteksi Kekeliruan
Pengetahuan akuntansi publik bisa diperoleh dari berbagai pelatihan

formal maupun dari pengalaman khusus, berupa kegiatan seminar,

lokakarya serta pengarahan dari auditor senior kepada auditor juniornya.

Pengetahuan juga bisa diperoleh dari frekuensi seorang akuntan publik

melakukan pekerjaan dalam proses audit laporan keuangan. Seseorang

yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya


akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak

memiliki pengetahuan yang cukup memadai akan tugasnya.


Pengertian mengenai kekeliruan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia

(IAI) dalam Standar Profesional Akuntansi Publik (SPAP) paragraf 6,

dinyatakan bahwa kekeliruan (error) berarti salah saji (misstatement) atau

hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang tidak

disengaja. Kekeliruan dapat berupa (1) Kekeliruan dalam pengumpulan

atau pengolahan data yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan;

(2) Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal timbul dari kecerobohan atau

salah tafsir fakta: (3) Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang

berkaitan dengan jumlah, klasifikasi dan cara penyajian atau

pengungkapan.
Kegagalan dalam mendeteksi kekeliruan yang material akan

mempengaruhi kesimpulan dari pengguna laporan keuangan. Faktor utama

yang membedakan antara kesalahan dengan kecurangan adalah tindakan

yang mendasari dan berakibat terjadinya salah saji dalam laporan

keuangan. Untuk membedakan salah saji tersebut disengaja atau tidak

disengaja, dalam praktiknya sangat sulit untuk dibuktikan terutama yang

berkaitan dengan estimasi akuntansi dan penerapan prinsip akuntansi.

2.6 Pertimbangan Awal Tingkat Materialitas


Pertimbangan awal tingkat materialitas adalah jumlah maksimum

salah saji dalam laporan keuangan yang menurut pendapat auditor, tidak

mempengaruhi pengambilan keputusan dari pemakai. Penentuan jumlah


ini adalah salah satu keputusan penting yang diambil oleh auditor yang

memerlukan pertimbangan profesional yang memadai. Pertimbangan

materialitas mencangkup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.

Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan

jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif

berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara

kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena penyebab

yang menimbulkan salah saji tersebut (Mulyadi, 2014:159).


Tujuan penetapan materialitas adalah untuk membantu auditor

merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup. Jika auditor

menetapkan jumlah yang rendah, maka lebih banyak bahan bukti yang

harus dikumpulkan daripada jumlah yang tinggi. Begitu juga sebaliknya.

Jika ini dilakukan, jumlah yang baru tadi disebut pertimbangan yang

direvisi mengenai materialitas. Sebab-sebabnya antara lain perubahan

faktor-faktor yang digunakan untuk menetapkan, atau auditor berpendapat

jumlah dalam penetapan awal tersebut terlalu kecil atau besar.

3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan

kuantitatif.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode

survei dengan teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.

Jawaban responden akan diukur dengan menggunakan skala likert, yaitu


pilihan jawaban responden akan diberi nilai skala 5 poin sebagai skor

tertinggi dan skala 1 poin untuk skor terendah.


2.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemegang Jabatan

Fungsional Auditor (JFA) yang bekerja di Kantor BPK RI Perwakilan

Provinsi Bali sebanyak 50 Auditor. Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017:118). Unit analisis

penelitian ini adalah individu yaitu auditor yang bekerja di BPK RI

Perwakilan Provinsi Bali. Jumlah sampel yang akan digunakan dalan

penelitian ini adalah 50 auditor. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik sampel

jenuh atau sensus. Artinya semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel untuk membuat generalisasi kesalahan yang sangat kecil.

4. TEKNIK ANALISIS DATA


Penelitian ini menggunakan teknik analisis data antara lain uji

validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik (uji normalitas, uji

multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas), analisis

regresi moderasi, uji f, uji t dan uji koefisien determinasi.

Analisis regresi linear berganda digunakan sebagai teknik analisis

data dalam penelitian ini. Model regresi linear berganda dalam penelitian ini

ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut.

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e
Keterangan:
Y :Pertimbangan tingkat materialitas
a :Konstanta
X1 :Profesionalisme
X2 :Pengetahuan mendeteksi kekeliruan
X3 :Pengalaman
X4 :Etika Profesi
β :Koefisien regresi
e :Error

5. HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Data
Peneliti telah menyebarkan kuesioner sebanyak 50 eksemplar dengan

tingkat pengembalian responden (response rate) sebesar 10% dan tingkat

pengembalian yang dapat dianalisis (useable response rate) sebesar 90% dengan

perincian yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1
Data Pengambilan dan Pengembalian Kuesioner
Uraian Jumlah
Kuesioner
Total kuesioner yang disebar 50
Kuesioner yang tidak kembali 5
Kuesioner dikembalikan 45
Kuesioner yang dibatalkan 0
Kuesioner yang diuraikan dalam analisis 45
Response Rate 10%
Useable Response Rate 90%
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner, 2018

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah kuesioner yang disebarkan kepada

responden sebanyak 50 kuesioner, yang terkumpul sebanyak 45 kuesioner dan


setelah diperiksa secara keseluruhan kuesioner layak digunakan untuk

analisis sebanyak 45 kuesioner.

1) Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

umur, jenis kelamin dan peran kerja diuraikan sebagai berikut:

a. Jenis Kelamin

Tabel 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)


Pria 25 56
Wanita 20 44
Jumlah 45 100
Dari angka tersebut menggambarkan bahwa pegawai didominasi

oleh pria yang bekerja sebagai auditor.

b. Umur

Tabel 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Usia Frekuensi Presentase

(%)
21 s/d 30 tahun 9 20
31 s/d 40 tahun 25 56
41 s/d 50 tahun 11 24
Jumlah 45 100
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner, 2018

Dari data tersebut menggambarkan bahwa pegawai didominasi

oleh auditor yang berusia 31 s/d 40 tahun sehingga kesesuaian jenis

peran/pekerjaan yang diterimanya akan berpengaruh pada pemahaman


pertimbangan tingkat materialitas karena dengan meningkatnya usia

akan memberikan kualitas positif yang dibawa ke dalam pekerjaannya,

seperti pengalaman, pertimbangan dan etika kerja.

c. Peran Kerja

Tabel 4
Karakteristik Responden Berdasarkan Peran Kerja
Peran Jumlah Persentase

(%)
Ketua Tim Senior 2 4
Ketua Tim Yunior 11 24
Anggota Tim Senior 19 42
Anggota Tim Yunior 13 30
Jumlah 45 100
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner, 2018

Dari angka tersebut menggambarkan bahwa pegawai didominasi oleh

pegawai yang memiliki peran kerja sebagai anggota tim senior.

2) Statistik Deskriptif

Tabel 5
Nilai Rata-Rata dan Standar Devisiasi Kuesioner
Descriptive Statistics

Minim Maxim Std.


N um um Mean Deviation

X1 45 54 75 64.24 6.620
X2 45 48 70 60.62 6.151
X3 45 10 46 28.71 11.754
X4 45 26 40 34.18 3.713
X5 45 42 69 57.64 6.425
Y 45 35 50 42.53 4.620
Valid N
45
(listwise)
Sumber: Data diolah, 2018

Hal ini mengindikasikan bahwa sebaran data tentang pertimbangan

tingkat materialitas yang berada pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali

adalah baik.

5.2 Analisis Data

Sebelum data analisis, terlebih dahulu dilakukan uji kualitas data dengan

uji validitas dan uji reabilitas, uji asumsi klasik dengan uji normalitas, uji

multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas, analisis regresi linier berganda,

koefisien determinasi serta uji hipotesis dengan uji t.

1) Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Hasil uji validitas pada variabel Profesionalisme (0,625 – 0,844),

Independensi (0,376 – 0,814), Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan

(0,776 – 0,951), Pengalaman (0,695 – 0,915), Etika Profesi (0,345 – 0,773)

dan Pertimbangan Tingkat Materialitas (0,567 – 0,862) seluruhnya

valid karena memiliki nilai r Pearson Correlation > 0,30.

b. Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali (2017:47) suatu variabel dikatakan

reliabel/dapat diandalkan jika nilai Cronbach’s Aplha > 0,70. Sebaliknya

jika nilai Cronbach Alpha < 0,70 maka butir pernyataan tidak reliabel.

Hasil uji reliable pada variabel Profesionalisme (0,770), Independensi


(0,726), Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan (0,790), Pengalaman

(0,787), Etika Profesi (0,750) dan Pertimbangan Tingkat Materialitas

(0,770) menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas memiliki nilai

Cronbach Alpha untuk setiap variabel adalah lebih besar dari 0,70. Hal

ini berarti bahwa pernyataan dalam kuesioner yang digunakan

reliabel.

2) Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

atau tidak normal. Jika nilai Z memberikan probabilitas jauh di atas α

= 0,05 maka data yang diamati tersebut berdistribusi normal.

Tabel 6
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz
ed Residual
N 45
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.22030770
Most Extreme Absolute .083
Differences Positive .070
Negative -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .558
Asymp. Sig. (2-tailed) .915
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Sumber: Data diolah, 2018


Pada Tabel 6, menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov Test

sebesar 0,558 dengan koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,915

lebih besar dari 0,05 atau Sig > alpha yaitu 0.915 > 0,05. Hal ini berarti

bahwa data terdistribusi secara normal atau model regresi yang

digunakan memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model

regresi adalah apabila nilai tolerance kurang dari 0,10 atau sama

denga nilai Varance Inflation Factor (VIF) lebih dari 10, maka dapat

menunjukkan adanya multikolinieritas dan begitu pula sebaliknya.

Adapun nilai VIF masing-masing variable adalah sebagai berikut :

Profesionalisme (2.655), Independensi (2.544), Pengetahuan

Mendeteksi Kekeliruan (1.527), Pengalaman (2.456), dan Etika Profesi

(3.416). Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan

dan bebas dari multikolinieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain.

Gambar 1
Grafik Scatterplot

Sumber: Data diolah, 2018

Pada Gambar 1, menunjukkan bahwa tidak ada pola yang jelas

dari penyebaran datanya, dimana titik-titiknya menyebar di atas dan

di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

ada heteroskedastisitas.

3) Analisis Regresi Linier Berganda

Pada dasarnya analisis regresi digunakan untuk memperoleh

persamaan regresi dengan cara memasukkan perubahan satu demi satu,

sehingga dapat diketahui pengaruh yang paling kuat hingga yang paling

lemah. Analisis regresi linier berganda menggunakan tingkat signifikan

(alpha) 5%.

Tabel 7
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Standardi
Unstandardized zed Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Std. Tolera
Model B Error Beta T Sig. nce VIF
(Consta
-1.527 3.650 -.418 .678
nt)
X1 .118 .051 .232 2.317 .026 .377 2.655
X2 .310 .116 .261 2.672 .011 .393 2.544
X3 -.289 .329 -.067 -.878 .385 .655 1.527
X4 .194 .093 .200 2.087 .044 .407 2.456
X5 .258 .075 .387 3.417 .001 .293 3.416
a. Dependent Variable: Y

Sumber: Data diolah, 2018


Pada Tabel 7, menunjukkan hasil dari analisis regresi linier berganda

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan tingkat

materialitas seperti: profesionalisme, independensi, pengetahuan

mendeteksi kekeliruan, pengalaman dan etika profesi maka dapat disusun

persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 0,232 X1 + 0,261 X2 – 0,67 X3 + 0,200 X4 + 0,387 X5 + e

Persamaan regresi tersebut menunjukkan arah hubungan masing-

masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya yang ditunjukkan oleh

masing-masing koefisien variabel bebasnya. Masing-masing dari koefisien

variabel bebas akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Koefisien untuk variabel X1 bernilai positif sebesar 0,232 sehingga jika

variabel Profesionalisme mengalami peningkatan 1 satuan, maka

Pertimbangan Tingkat Materialitas juga mengalami peningkatan

sebesar 0,232 satuan.

b. Koefisien untuk variabel X2 bernilai positif sebesar 0,261 sehingga jika

variabel Independensi mengalami peningkatan 1 satuan, maka

Pertimbangan Tingkat Materialitas juga mengalami peningkatan

sebesar 0,261 satuan.

c. Koefisien untuk variabel X3 bernilai negatif sebesar 0,067 sehingga jika

variabel Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan mengalami peningkatan

1 satuan, maka Pertimbangan Tingkat Materialitas akan mengalami

penurunan sebesar -0,067 satuan.


d. Koefisien untuk variabel X4 bernilai positif sebesar 0,200 sehingga jika

variabel Pengalaman mengalami peningkatan 1 satuan, maka

Pertimbangan Tingkat Materialitas juga mengalami peningkatan

sebesar 0,200 satuan.

e. Koefisien untuk variabel X5 bernilai positif sebesar 0,387 sehingga jika

variabel Etika Profesi mengalami peningkatan 1 satuan, maka

Pertimbangan Tingkat Materialitas juga mengalami peningkatan

sebesar 0,387 satuan.

5.3 Koefisien Determinasi (R2)

Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa koefisien

determinasi R Square sebesar 0,853 atau 85,3%. Artinya pengaruh variabel

independen terhadap perubahan variabel dependen adalah 85,3%

sedangkan sisanya 14,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

dijelaskna dalam model.

5.4 Uji Hipotesis

Hasil uji statistik t (uji hipotesis) menunjukkan besar pengaruh

variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Hasil pengujian secara parsial masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen dapat ditunjukkan dalam Tabel

8.
Tabel 8
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Standard
Unstandardiz ized Collinearity
ed Coefficients Coefficients Statistics
Toleran
Std.
Model B Error Beta T Sig. ce VIF
1(Constant) - 3.65 -.41
.678
1.527 0 8
X1 2.31 2.65
.118 .051 .232 .026 .377
7 5
X2 2.67 2.54
.310 .116 .261 .011 .393
2 4
X3 -.28 -.87 1.52
.329 -.067 .385 .655
9 8 7
X4 2.08 2.45
.194 .093 .200 .044 .407
7 6
X5 3.41 3.41
.258 .075 .387 .001 .293
7 6
a. Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas
6 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka diperoleh

hasil penelitian yang dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengaruh Profesionalisme Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas

Hasil uji hipotesis menunjukkan variabel bebas yaitu profesionalisme

menghasilkan tingkat signifikansi 0,026 < 0,05. Jadi dapat disimpulkan


bahwa profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertimbangan tingkat materialitas pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Novanda Friska (2012) yang menyatakan bahwa profesionalisme auditor

mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap pertimbangan

tingkat materialitas.

2) Pengaruh Independensi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas

Hasil uji hipotesis menunjukkan variabel bebas yaitu independensi

menghasilkan tingkat signifikansi 0,011 < 0,05. Jadi dapat disimpulkan

bahwa independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertimbangan tingkat materialitas pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi

Santoso (2017) yang menyatakan bahwa independensi auditor mempunyai

pengaruh yang signifikan positif terhadap pertimbangan tingkat

materialitas.

3) Pengaruh Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan

Tingkat Materialitas

Hasil uji hipotesis menunjukkan variabel bebas yaitu pengetahuan

mendeteksi kekeliruan menghasilkan tingkat signifikansi 0,385 > 0,05. Hal

ini didukung oleh nilai koefisien yang negative yaitu -0,067 sehingga

menyatakan pengetahuan mendeteksi kekeliruan berpengaruh negatif dan

tidak signifikan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada BPK RI


Perwakilan Provinsi Bali. Ada beberapa kemungkinan kemungkinan

penyebab hal ini bisa terjadi diantaranya hubungan yang pernah terjalin

diantara auditor/pemeriksa dengan klien, pengaruh kondisi lingkungan

auditor termasuk didalamnya pengetahuan dalam mendeteksi kekeliruan.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Eki Mahadewi (2016) yang menyatakan bahwa

pengetahuan mendeteksi kekeliruan mempunyai pengaruh yang

signifikan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

4) Pengaruh Pengalaman Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas

Hasil uji hipotesis menunjukkan variabel bebas yaitu Pengalaman

menghasilkan tingkat signifikansi 0,044 < 0,05. Jadi dapat disimpulkan

bahwa Pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Pertimbangan Tingkat Materialitas pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitiaan yang telah dilakukan

oleh Galeh Utami dan Mehendra Adhi Nugroho (2014) yang menyatakan

bahwa variabel pengalaman bekerja auditor berpengaruh signifikan dan

positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik. Hasil

ini menjelaskan bahwa auditor yang mempunyai pengalaman yang

berbeda, maka akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi

informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan juga dalam

memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa. Semakin baik


pengalaman bekerja auditor maka pertimbangan tingkat materialitas

akuntan publik dalam laporan keuangan akan semakin tepat.

5) Pengaruh Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas

Hasil uji hipotesis menunjukkan variabel bebas yaitu Etika Profesi

menghasilkan tingkat signifikansi 0,001 < 0,05. Jadi dapat disimpulkan

bahwa Etika Profesi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Pertimbangan Tingkat Materialitas pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali.

Setiap akuntan publik juga diharapkan memegang teguh etika profesi

yang sudah ditetapkan oleh Institusi Akuntan Publik Indonesia, agar

situasi persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Tanpa etika, profesi

akuntansi tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia

informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku

bisnis. Dengan menjunjung tinggi etika profesi diharapkan tidak terjadi

kecuranga diantara para akuntan publik. Hasil penelitian ini konsisten

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Clara Febriyani Raya (2016)

menyatakan bahwa etika profesi secara simultan berpengaruh terhadap

pertimbangan tingkat materialitas. Semakin tinggi etika profesi yang

dijunjung auditor maka akan semakin terhindar dari tindakan kecurangan

yang dapat mempengaruhi pertimbangannya.

7 PENUTUP
7.2 Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka simpulan

yang diperoleh sebagai berikut: Profesionalisme Independensi auditor,

Pengalaman auditor, Etika profesi audior berpengaruh positif terhadap

pertimbangan tingkat materialitas pada auditor yang bekerja di kantor BPK

RI Perwakilan Provinsi Bali sedangkan Pengetahuan Mendeteksi

Kekeliruan berpengaruh negatif terhadap Pertimbangan Tingkat

Materialitas pada auditor yang bekerja di kantor BPK RI Perwakilan

Provinsi Bali.

Berdasarkan uraian simpulan tersebut, maka saran-saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut: Bagi Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi

Bali, dengan mempertimbangkan adanya pengaruh Profesionalisme,

Independensi, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, Pengalaman dan Etika

Profesi terhadap Pertimbanga Tingkat Materialitas Laporan Keuangan pada

BPK RI Perwakilan Provinsi Bali, maka penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan kepada pimpinan maupun auditor untuk lebih

meningkatkan kualitas masing-masing auditor terutama dalam hal

profesionalisme, independensi, pengetahuan mendeteksi kekeliruan,

pengalaman dan etika profesi auditor. Bagi Peneliti Selanjutnya, disarankan

bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti penelitian ini agar melakukan

penelitian bukan pada masa periode auditor melaksanakan tugas

pemeriksaan luar kantor yaitu bulan Februari hingga bulan Mei agar

jumlah responden yang dijadikan sampel meningkat sehingga dapat lebih


mempresentatifkan hasil penelitian serta Penelitian ini menggunakan

metode data primer melalui kuesioner, peneliti tidak terlibat langsung

dalam aktivitas di BPK RI Perwakilan Provinsi Bali tetapi akan lebih baik

jika dilengkapi dengan wawancara terhadap beberapa responden, sehingga

penelitian ini hanya berdasarkan data yang dikumpulkan melalui

penggunaan intrumen secara tertulis

DAFTAR PUSTAKA

Ayuningtyas, Harvita Y (2012). Pengaruh Pengalaman Kerja Independensi,


Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit.
Jurnal. Universitas Diponegoro : Semarang.
Buku pedoman penyusunan skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Warmadewa.
Ghozali, Sukrisno, (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
IBM SPSS 21. Badan penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Herawaty, Arleen dan Yulius Kurnia Susanto (2009). Pengaruh
Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, dan Etika Profesi
Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. The 2nd National Conference
UKWMS. Surabaya. 2009
Jusuf, Al Haryono (2014). Auditing (pengauditan). Buku 1. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Kurniawanda, A.M (2013). Pengaruh Profesionalisme Auditor Dan Etika
Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. E-Jurnal Binar
Akuntansi Vol. 2 No. 1, Januari 2013.
Kusuma, Novanda Friska Bayu Aji (2012). Pengaruh Profesionalisme
Auditor, Etika Profesi Dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas. Skripsi.
Lestari, Ayu dan Karya Utama (2013). Pengaruh Profesionalisme,
Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, Pengalaman, Etika Profesi Pada
Pertimbangan Tingkat Materialitas. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 5.1. 2013.
Mahadewi, Ni Putu Eki (2016). Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan
Mendeteksi Kekeliruan, Pengalaman dan Etika Profesi Terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas Pada KAP Di Bali. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Warmadewa.
Minanda, Reza dan Dul Muid (2013) Analisis Pengaruh Profesiolisme,
Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, Pengalaman Bekerja Auditor, dan
Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik
(Studi Empiris Pada Auditor KAP di Semarang). Diponegoro Journal of
Accounting. Volume 1. Nomor 1. Tahun 2013.
Mulyadi, (2014). Auditing. Edisi ke-6. Buku jilid 1. Universitas Gajah Mada.
Jakarta: Salemba Empat Persada.
Prima, Yoga Satria, (2012). Pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan
Profesionalisme Judgment Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan (Studi Empiris pada
Auditor BPK-RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa
Barat). Skripsi. Universitas Sumatera Utara, 15 Maret 2015.
Raya, Clara Febriyanti (2016). Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, dan
Independensi Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar.
Santoso, Budi (2017). Pengaruh Profesionalisme, Independensi,
Pengalaman, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, dan Etika Profesi
Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Skripsi Tesis. UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Sugiyono, (2017). Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta.
Utami, Galeh & Mahendra Adhi Nugroho (2014). Pengaruh Profesionalisme
Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas dengan Kreadibilitas Klien Sebagai Pemoderasi. Jurnal
Nominal/Volume III

Você também pode gostar