Você está na página 1de 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Corpus alienum pada jalan nafas adalah benda asing yang berasal dari luar
tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran
pernafasan tersebut.
Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah
yang seringdigunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan adalah benda
yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak
ada pada saluran pernafasan tersebut. Benda asing dalam saluran pernafasan
dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke
jalan nafas. Gejala sumbatan benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi
benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya
benda asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera
secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal.
Corpus Alienum adalah terdapatnya suatu benda asing di dalam rongga mulut
baik tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus
karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
B. Etiologi
 Faktor individual : Umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal.
 Kegagalan mekanisme proteksi yang normal : Keadaan tidur, kesadaran menurun,
alkoholisme dan epilepsi.
 Faktor fisik : Kelainan dan penyakit neurologik.
 Proses menelan yang belum sempurna pada anak.
 Faktor dental, medical dan surgical : tindakan bedah, ekstrasi gigi,
belum tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.
 Faktor kejiwaan : emosi dan gangguan psikis.
 Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.
 Faktor kecerobohan : meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan yang
kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain,
memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum tumbuh.
C. Patofisiologi
Pada saat menelan yang terjadi adalah jalan napas akan tertutup oleh epiglotis
sehingga makanan tidak akan salah jalan masuk ke jalan napas. Akan tetapi jika anak
atau orang dewasa tersebut menarik naspas yang kuat secara tiba-tiba, misalnya
teriak, tertawa, terkejut, atau menangis maka laring akan terbuka dan benda yang
berada di dalam mulut akan ikut terhirup masuk. Jika benda asing tersebut terjepit
pada pita suara atau subglotik, akan terjadi suara parau, batuk, dan sesak napas serta
sianosis. Jika benda asing telah masuk ke dalam trakea-bronkus, juga akan
terjadi batuk-batuk hebat yang mendadak dan bertubi-tubi yang sering kali
diikut dengan sianosis. Selama periode ini, benda asing bergerak dari satu bagian ke
bagian lain dari trakeo-bronkial dan akhirnya sering kali berhenti pada bronkus kanan.
Pada dewasa benda asing cenderung tersangkut pada bronkus utama kanan karena
lebih segaris lurus dengan trakea dan posisi karina yang lebih kekiri serta ukuran
bronkus kanan yang lebih besar. Sampai umur 15 tahun sudut yang dibentuk bronkus
dengan trakea antara kiri dan kanan hampir sama, sehingga pada anak, frekuensi
lokasi tersangkutnya benda asing hampir sama kejadian antara bronkus utama kiri
dan kanan. Lokasi tersangkutnya benda asing juga di pengaruhi posisi saat terjadi
aspirasi.
Obstruksi dapat terjadi obstruksi parsial atau total. Obstruksi total jalan napas
biasanya terjadi di jalan napas atas dan dapat mengancam hidup. Atelektasis dapat
terjadi di bagian distal dari tempat obstruksi sehingga udara tidak dapat masuk lagi.
Udara yang terperangkap atau hiperinflasi terjadi bila udara dihirup masuk tetapi
hanya sebagian yang dikeluarkan. Bila aspirasi benda asing cepat didiagnosis dan
objek arau subtansi itu dikeluarkan dengan cepat, keadaan itu akan kembali berjalan
biasa.
Jika benda asing berhenti, batuk menjadi jarang dan saat ini disebut fase
tenang (latent period), penderita relative tanpa gejala. Keadaan ini membuat keluarga
atau dokter mengira benda asing terlah keluar, tetapi jika dilakukan pemeriksaan fisik
yang teliti akan terdengar mengi yang ekspiratoir dan tanda-tanda lain dari obstruksi
bronkus. Jenis benda asing juga menentukan berat-ringan gejala yang akan timbul.
Benda asing organic seperti kacang, atau kecik mempunyai sifat higroskopis, mudah
menjadi lunak dan mengambang dan menimbulkan iritasi pada mukosa
traktus respiratorius. Dalam waktu kurang lebih 24 jam setelah fase tenang akan
terjadi batuk disertai sekret purulen, sedangkan benda asing berupa logam atau plastik
yang dapat menyebabkan obstruksi pasrsial, biasanya dapat ditoleransi untuk waktu
yang cukup lama. Benda asing anorganik akan menimbulkan iritasi lebih ringan dan
lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan radio-opak.
Semakin lama benda asing itu tersangkut, semakin banyak kompikasi yang
akan muncul, berkaitan dengan peningkatan edema, peradangan, dan ancaman infeksi,
selain itu dapat menyebabkan perubahan patologik jaringan antara lain bronkiektasis,
pnemonitis yang berulang, abses paru dan emfisema.
D. WOC
E. Manifestasi klinis
Gejala dari masuknya benda asing ke dalam saluran pernafasan ditunjukkan
dengan penderita batuk-batuk hebat secara tiba-tiba, rasa tersumbat di tenggorok,
bicara gagap, dan obstruksi jalan napas segera. Jika ada benda asing di
laring dapat menimbulkan kematian akibat penderita tak bisa bernapas.
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi
benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda
asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung,
nasofaring, laring, trakea dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat
tersangkut di orofaring, hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau
dapat juga tersedak masuk ke dalam laring, trakea dan bronkus. Gejala yang timbul
bervariasi,dari tanpa gejala hingga kematian sebelum diberikan pertolongan akibat
sumbatan total.
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan
mengalami 3 stadium, yaitu:
1. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu batuk-batuk hebat secara
tiba-tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking),
rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan obstruksi jalan napas yang
terjadi dengan segera.
2. Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatis.
Hal ini karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-refleks akan melemah
dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium ini berbahaya,
sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung
mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda yang
tidak jelas.
3. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau
infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-
batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses paru.
Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara
atau berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan
letak (posisi) benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan
keadaan yang gawat biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam
waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara
lain disfonia sampai afonia, apnea dan sianosis.
Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan disfonia sampai afonia,
batuk yang disertai serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis,
hemoptisis, dan rasa subjektif dari benda asing (penderita akan menunjuk lehernya
sesuai dengan letak benda asing tersebut tersangkut) dan dispnea dengan derajat
bervariasi. Gejala ini jelas bila benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga
benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih menyisakan reaksi laring oleh karena
adanya edema.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Endoskopi
2. Foto Rontgen: Pada kasus benda asing di saluran napas dapat
dilakukan pemeriksaan radiologis dan laboratorium untuk membantu menegakkan
diagnosis. Benda asing yang bersifat radioopak dapat dibuat rongent foto segera
setelah kejadian, benda asing radiolusen dibuatkan rongent foto setelah 24 jam
kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran
radiologis yang berarti. Biasanya setelah 24 jam baru tampak tanda-tanda
atelektasis atau emfisema.
3. Video fluoroskopi: merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya
obstruksi parsial. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui
adanya gangguan keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi
saluran napas.
4. Radiologi
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperolah akan timbul bayangan radiologi
yang diakibatkan oleh dua sebab, yakni:
a) Bila benda asing itu bersifat radioopaque, maka bayangan yang terjadi
adlah disebabkan oleh benda asing itu sendiri.
b) Bila bayangan yang terjadi disebabkan karna komlikasi, misalnya
ateoetksis dan emfisema,maka akan terkantung pada tipe obstruksi yang
terjadi.
5. Pemeriksaan faal baru
Dari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktif faal paru dan
ini tergantung kepada lokasi obstruksi yang terjadi di daerah laringotrakeal, maka
akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran (flowrate). Bila obstruksi terjadi
disuparstrnal notch, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran inspirasi
(inspiratory flow rate), sedangkan bila terjadi di bawah suparsternal nocht, maka
akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran ekspirasi (expiratory flow rate).
6. Pemeriksaan gas darah
Pada pase permulaan obstruksi dapat menimbulkan peningkatan PaCO2.
Kecepatan pernapasan yang 30 kali/menit masih dapat mengkompensasi
sehingga tidak terjadi hipoksemia akan tetapi pada penyumbatan yang sifatnya
proksimal maka total perburukan gas dan pH terjadi secara cepat.
G. Penatalaksanaan
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan
tepat, perlu diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara
prinsip benda asing di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera
secara endoskopik dengan trauma minimum. Umumnya penderita dengan aspirasi
benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan
secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun
personal yang telah terlatih. Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat
pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit.
Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-baiknya
dengan tenaga medis/operator, kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk benda
asing harus diketahui dan mengusahakan duplikat benda asing serta cunam yang
sesuai benda asing yang akan dikeluarkan. Benda asing yang tajam harus
dilindungi dengan memasukkan benda tersebut ke dalam lumen bronkoskop. Bila
benda asing tidak dapat masuk ke lumen alat maka benda asing kita tarik secara
bersamaan dengan bronkoskop.
Di Instalasi Gawat Darurat, terapi suportif awal termasuk pemberian oksigen,
monitor jantung dan pulse oxymetri dan pemasangan IV dapat dilakukan.
Bronkoskopi merupakan terapi pilihan untuk kasus aspirasi. Pemberian
steroid dan antibiotik preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edema
saluran napas dan infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas
yang cukup mencakup Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus dapat
dipertimbangkan sebelum tindakan bronkoskopi.
Riwayat, pemeriksaan fisik dan radiologi sering menunjukkan dugaan benda
asing saluran napas tanpa diagnosis pasti. Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya
benda asing secara endoskopi untuk menyingkirkan dari diagnosis
diferensial. Keterlambatan mengeluarkan benda asing akan menambah tingkat
kesulitan terutama pada anak, tetapi ahli endoskopi menyatakan walaupun
bronkoskopi harus dilakukan pada waktu yang tepat dan cepat untuk mengurangi
risiko komplikasi terapi tidak harus dilakukan terburu-buru tanpa persiapan
yang baik dan hati-hati. Penatalaksanaan dan teknik ekstraksi benda asing
harus dinilai kasus per kasus sebelum tindakan ekstraksi.
Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku
maupun bronkoskopi serat optik. Pada bayi dan anak-anak sebaiknya digunakan
bronkoskopi kaku untuk mempertahankan jalan napas dan pemberian oksigen yang
adekuat, karena diameter jalan napas pada bayi dan anak-anak sempit. Pada orang
dewasa dapat dipergunakan bronkoskop kaku atau serat optik, tergantung kasus yang
dihadapi. Ukuran alat yang dipakai juga menentukan keberhasilan tindakan.
Keterampilan operator dalam bidang endoskopi juga berperan dalam
penentuan pelaksanaan tindakan bronkoskopi.
Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar
variasi cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda
asing tajam dan kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain
keuntungan di atas, penggunaan bronkoskop kaku juga mempunyai kendala
yaitu tidak bisa untuk mengambil benda asing di distal, dapat menyebabkan
patahnya gigi geligi, edema subglotik, trauma mukosa, perforasi bronkus dan
perdarahan. Pada pemakaian teleskop maupun cunam penting diperhatikan bahwa
ruang untuk pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga lama penggunaan alat-
alat ini harus dibatasi sesingkat mungkin. Bronkoskop serat optik dapat digunakan
untuk orang dewasa dengan benda asing kecil yang terletak di distal, penderita dengan
ventilasi mekanik, trauma kepala, trauma servikal dan rahang.
Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan
kegagalan bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu
melakukan
bronkoskopi, alat, cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan para
medis, dan jenis anestesia. Sering bronkoskopi pada bayi dan anak kecil terdapat
beberapa kesulitan yang jarang dijumpai pada orang dewasa, karena
lapisan submukosa yang longgar di daerah subglotik menyebabkan lebih mudah
terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak capet menurun, dan cepat terjadi
dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan metabolisme, termasuk
pemakaian oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi umum dan
perfusi jaringan terganggu. Adanya benda asing di saluran napas akan mengganggu
proses respirasi, sehingga benda asing tersebut harus segera dikeluarkan.
Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema
laring dan bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan
keadaaan sakit berat, maka sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat
diperbaiki terlebih dahulu, misalnya: rehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan
asam basa, dan pemberian antibiotika. Keterlambatan diagnosis dapat terjadi
akibat kurangnya pengetahuan dan kewaspadaan penderita maupun orang tua
mengenai riwayat tersedak sehingga menimbulkan keterlambatan penanganan.
Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding
dengan lama kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama
berada di dalam saluran napas atau benda asing organik, maka mukosa yang menjadi
edema dapat menutupi benda asing dan lumen bronkus, selain itu bila
telah terjadi pembentukkan jaringan granulasi dan striktur maka benda asing
menjadi susah terlihat.
Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total
ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada
anak maupun dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam
laring ialah pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara,
diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka
sumbatnya akan terlempar keluar.
Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung
atau hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya
tidak dengan menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan
kanan. Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat
digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang
memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.
1. Pukulan Dan Hentakan Untuk Sumbatan Benda Asing.
Pada penderita sadar yang mengalami aspirasi sehingga menyebabkan sumbatan
partial sebaiknya penderita disuruh batuk dan meludahkannya. Pada penderita yang
mengalami sumbatan total baik penderitanya sadar ataupun tidak apalagi sianosis,
maka segera lakukan tindakan yang mungkin masih efektif dan dibenarkan.
Langkah-langkah untuk pukulan dan hentakan yang dianjurkan:
Pada penderita sadar:
 Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut. Bila
dalam beberapa detik tindakan tersebut gagal, suruh penderita membuka
mulut, dan bila penderita tidak sadar, buka mulutnya secara paksa, dan segera
bersihkan mulut dan faringnya dengan jari. Kalau keadaan
memungkinkan kita menggunakan laringoskop dan forsep Magill untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
 Bila cara no.1 gagal, maka pada penderita sadar: Lakukan tiga sampai empat
kali pukulan punggung diikuti tiga sampai lima kali hentakan abdomen atau
dada dan ulangi usaha-usaha pembersihan.
Pada penderita tidak sadar:
 Penderita diletakkan pada posisi horizontal dan usahakan ventilasi paru. Jika
tindakan ini gagal, maka lakukan pukulan punggung sebanyak 3-5 kali, diikuti
3-5 kali hentakan abdomen atau hentakan dada. Ulangi usaha pembersihan dan
ventilasi. Jika tindakan tersebut juga mengalami kegagalan, maka
ulangi urutan ventilasi, pukulan punggung, hentakan dada, penyapuan dengan
jari sampai penolong berhasil memberi ventilasi atau sampai perlengkapan
untuk mengeluarkan benda asing dari jalan nafas secara langsung
tiba. Selama melakukan tindakan-tindakan tersebut diatas periksa denyut
nadi pembuluh darah besar, bila tidak teraba, segera lakukan Resusitasi
Jantung Paru.
 Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah, krikotirotomi, dan ini
hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih.
2. Cara-Cara Melakukan Pemukulan Punggung Dan Hentakan Abdomemen
Untuk pukulan punggung lakukan 3 sampai 5 kali pukulan dengan
pangkal telapak tangan diatas tulang belakang korban diantara kedua tulang
belikatnya. Jika mungkin rendahkan kepala dibawah dadanya untuk memanfaatkan
gravitasi.
Untuk hentakan abdomen berdirilah di belakang penderita, lingkarkan
kedua lengan penolong mengitari pinggang penderita, pergelangan atau kepalan
tangan penolong berpegangan satu sama lain, letakkan kedua tangan penolong
pada abdomen antara pusat dan prosesus sifoideus penderita dan kepalan
tangan penolong menekan ke arah abdomen dengan hentakan cepat. Ulangi 3 sampai
5 kali. Hindari prosesus sofoideus. Hentakan dada diatas sternum bawah kurang
menimbulkan bahaya, lebih-lebih pada wanita hamil atau gemuk.
3. Cara-Cara Pukulan Punggung dan Hentakan Abdomen Untuk Sumbatan

Benda Asing Pada Korban Berbaring Yang Tidak Sadar.Untuk pukulan


punggung gulirkan penderita pada sisinya sehingga menghadap penolong, dengan
dadanya bertumpu pada lutut penolong, berikan 3 sampai 5 kali pukulan tajam dengan
pangkal telapak tangan penolong diatas tulang belakang penderita, diantara kedua
tulang belikat.

Untuk hentakan abdomen letakkan penderita telentang (muka menghadap ke


atas), penolong berlutut disamping abdomen penderita atau mengangkanginya.
Penolong meletakkan tangan diatas tangan lainnya, dengan pangkal telapak tangan
sebelah bawah digaris tengah antara pusat dan prosesus sifoideus penderita.
Miringkan sehingga bahu penolong berada diatas abdomen penderita dan tekan ke
arah diafragma dengan hentakan cepat ke dalam dan keatas. Jangan menekan ke arah
kiri atau kanan garis tengah. Jika perlu ulangi 3 sampai 5 kali.
4. Pukulan Punggung Pada Bayi Dan Anak Kecil.
Peganglah anak dengan muka kebawah, topanglah dagu dan leher dengan
lututdan satu tangan penolong kemudian lakukan pemukulan pada punggung secara
lembut antara kedua tulang belikat bayi. Pada tindakan hentakan dada, letakkan bayi
dengan muka menghadap keatas pada lengan bawah penolong, rendahkan kepala dan
berikan hentakan dada secara lambat dengan dua atau tiga jari seperti kalau kita
melakukan kompresi jantung luar. Jika jalan nafas anak hanya tersumbat
partial, anak masih sadar serta dapat bernafas dalam posisi tegak, maka sebaiknya
tindakan dikerjakan dengan peralatan yang lebih lengkap, bahkan mungkin
menggunakan tindakan anestesi. Tindakan hentakan abdomen jangan dilakukan pada
bayi dan anak kecil.
5. Membersihkan Jalan Nafas

Membersihkan jalan nafas ada dua cara :


a. Dengan manual
b. Dengan penghisapan
Penghisapan benda asing dari jalan anfas ada dua cara:
1. Penghisapan benda asing dari daerah faring, hendaknya menggunakan
penghisapan dengan tekanan negatif yang besar.
2. Penghisapan benda asing dari daerah trakheobronkus, hendaknya
menggunakan penghisap dengan tekanan negatif yang lebih kecil, karena
kalau terlalu besar dapat menyebabkan paru kolaps, sehingga paru dapat
cedera dan penderita dapat mengalami asfiksi.
Untuk penghisapan di daerah trakheobronkus dan nasofaring
sebaiknya menggunakan kateter dengan ujung lengkung dan lunak yang diberi
jelly mulai dari ujung kateter sampai hampir seluruh kateter. Ujung yang lengkung
tersebut memungkinkan kateter dapat dimasukkan ke dalam salah satu bronkus
utama, sedangkan kalau kita menggunakan kateter yang lurus biasanya masuk ke
bronkus kanan. Kalau kita ingin memasukkan kateter kedalam bronkus
utama kiri sebaiknya kepala penderita dimiringkan ke kanan. Diameter kateter
seharusnya kurang dari setengah diameter pipa trakea.
H. Komplikasi
Komplikasi yang disebabkan oleh Corpus Alineum atau aspirasi benda asing
adalah infeksi paru, karena pada saat terjadi aspirasi, maka saluran
pernafasan akan mengalami obstruksi atau luka secara parsial maupun total yang
akan menyebabkan meningkatnya sekresi lendir dan pertumbuhan bakteri. Jika
Corpus Alineum tidak ditangani maka dapat terjadi pneumonia atau abses paru
karena penumpukan lendir di dalam paru-paru.
I. Asuhan keperawatan

Você também pode gostar