Você está na página 1de 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sepanjang sejarah banyak usaha dilakukan untuk membantu kita mengerjakan
pekerjaan mencuci. Pencucian dengan air saja, bahkan dengan penggosokan atau
putaran mesin sekeras apapun, akan menghilangkan sebagian saja bercak, kotoran
dan partikelpartikel tanah. Air saja tidak dapat menghilangkan debu yang tak larut
dalam air. Air juga tak mampu menahan debu yang telah lepas dari kain agar tetap
tersuspensi (tetap berada di air, jadi tidak kembali menempel ke kain). Jadi
diperlukan bahan yang dapat membantu mengangkat kotoran dari air dan
kemudian menahan agar kotoran yang telah terangkat tadi, tetap tersuspensi. Sejak
ratusan tahun lalu telah dikenal sabun, yakni persenyawaan antara minyak atau
lemak dan basa.
Awalnya orang-orang Arab secara tak sengaja menemukan bahwa campuran
abu dan lemak hewan dapat membantu proses pencucian. Walaupun berbagai
usaha perbaikan pada kualitas dan proses pembuatan sabun telah dilakukan,
semua sabun hingga kini mempunyai satu kekurangan utama yakni akan
bergabung dengan mineral-mineral yang terlarut dalam air membentuk senyawa
yang sering disebut lime soap (sabun-kapur), membentuk bercak kekuningan di
kain atau mesin pencuci. Akibatnya kini orang mulai meninggalkan sabun untuk
mencuci seiring dengan meningkatnya popularitas deterjen.
Deterjen dalam kerjanya dipengaruhi beberapa hal, yang terpenting adalah
jenis kotoran yang akan dihilangkan dan air yang digunakan. Deterjen, khususnya
surfaktannya, memiliki kemampuan yang unik untuk mengangkat kotoran, baik
yang larut dalam air maupun yang tak larut dalam air. Salah satu ujung dari
molekul surfaktan bersifat lebih suka minyak atau tidak suka air, akibatnya bagian
ini mempenetrasi kotoran yang berminyak. Ujung molekul surfaktan satunya lebih
suka air, bagian inilah yang berperan mengendorkan kotoran dari kain dan
mendispersikan kotoran, sehingga tidak kembali menempel ke kain. Akibatnya
warna kain akan dapat dipertahankan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan-rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan detergen?
2. Apa saja jenis-jenis dari deterjen?
3. Apa saja kandungan bahan yang terdapat dalam deterjen?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari deterjen
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari deterjen
3. Untuk mengetahui kandungan bahan yang terdapat di dalam deterjen

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Pengertian Deterjen
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding
dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci
yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Detergen merupakan
garam Natrium dari asam sulfonat.

Gambar 2.1 Reaksi Pembuatan Deterjen

Deterjen sering kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti


mencuci pakaian. Bahan utama detergent ialah garam natrium yaitu asam organik
yang dinamakan asam sulfonik. Asam sulfonik yang digunakan dalam pembuatan
detergent merupakan molekul berantai panjang yang mengandungi 12 hingga 18
atom karbon per molekul. Detergent pertama disintesis pada tahun 1940-an, yaitu
garam natrium dari alkylhydrogen sulfat. Alkohol berantai panjang dibuat dengan
cara penghidrogenan lemak dan minyak. Alkohol berantai panjang ini direaksikan
dengan asam sulfat menghasilkan alkilhydrogen sulfat yang kemudian dinetralkan
dengan basa. Natrium lauril sulfat adalah detergent yang baik. Karena garamnya
berasal dari asamkuat, larutannya hampir netral. Garam kalsium dan
magnesiumnya tidak mengendap dalamlarutannya, sehingga dapat dipakai dengan
air lunak atau air sadah.
Pada masa kini, detergent yang umum digunakan adalah alkil
benzenesulfonat berantai lurus. Pembuatannya melalu itiga tahap. Alkena rantai
lurus dengan jumlah karbon 14-14 direaksikan dengan benzena dan katalis
Friedel-Craft (AlCl3 atau HF) membentuk alkil benzena. Sulfonasi dan penetralan

3
dengan basa melengkapi proses ini. Rantai alkil sebaiknya tidak bercabang. Alkil
benzene sulfonat yang bercabang bersifat tidak dapat didegradasi oleh jasad renik
(biodegradable).

2.2 Jenis-jenis detergent


Berdasarkan bentuk fisiknya detergent dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Detergent cair, secara umum deterjen cair hampir sama dengan deterjen
bubuk. Yang membedakan cuma bentuk fisik. Di indonesia setahu saya
deterjen cair ini belum dikomersilkan, biasanya digunakan untuk laundry
modern menggunakan mesin cuci yang kapasitasnya besar dengan
teknologi canggih.
2. Detergent krim, bentuk deterjen krim dengan sabun colek hampir sama
tetapi kandungan formula bahan baku keduanya berbeda.
3. Detergent bubuk, jenis deterjen bubuk ini yang beredar dimasyarakat
atau dipakai sewaktu mencuci pakaian. Berdasarkan keadaan butirannya,
detergent bubuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu detergent bubuk
berongga dan detergent bubuk padat. Perbedaan bentuk butiran kedua
kelompok tersebut disebabkan oleh perbedaan proses pembuatannya.
a. Detergent bubuk berongga.
Detergent bubuk berongga mempunyai ciri butirannya berongga
seperti bola sepak yang didalamnya berongga. Butiran deterjen jenis
berongga ini dihasilkan oleh proses spray drying (proses pengabutan
dilanjutkan dengan proses pengeringan). Kelebihan detergent bubuk
berongga dengan detergent bubuk padat adalah detergent bubuk
berongga tampak volumenya lebih besar.
b. Detergent bubuk padat.
Bentuk butiran deterjen bubuk padat bentuknya seperti bola tolak
peluru, yaitu semua bagian butirannya terisi oleh padatan sehingga
tidak berongga. Butiran detergent yang padat ini merupakan hasil
olahan dari proses pencampuran kering (dry mixing). Kekurangan
detergent bubuk padat ini tampak volumenya tidak besar sehingga
kelihatan sedikit.
Berdasarkan senyawa organik yang dikandungnya, deterjen dikelompokkan
menjadi :

4
a. Deterjen anionik (DAI), deterjen yang mengandung surfaktan anionik
dan dinetralkan dengan alkali. Deterjen ini akan berubah menjadi partikel
bermuatan negatif apabila dilarutkan dalam air. Biasanya digunakan
untuk pencuci kain. Kelompok utama dari deterjen anionik adalah :
a. Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat
b. Alkil aril sulfonat
c. Olefin sulfat dan sulfonat
b. Deterjen kationik, deterjen yang mengandung surfaktan kationik.
Deterjen ini akan berubah menjadi partikel bermuatan positif ketika
terlarut dalam air, biasanya digunakan pada pelembut (softener). Selama
proses pembuatannya tidak ada netralisasi tetapi bahan-bahan yang
mengganggu dihilangkan dengan asam kuat untuk netralisasi. Agen aktif
permukaan kationik mengandung kation rantai panjang yang memiliki
sifat aktif pada permukaannya. Kelompok utama dari deterjen kationik
adalah :
a. Amina asetat (RNH3)OOCCH3 (R=8 sampai 12 atom C)
b. Alkil trimetil amonium klorida (RN(CH3))3+ (R=8 sampai 18
atom karbon)
c. Dialkil dimetil amonium klorida (R2N(CH3)2)+Cl- (R=8 sampai
18 atom C)
d. Lauril dimetil benzil amonium klorida (R2N(CH3)2CH2C2H6)Cl
c. Deterjen nonionik, senyawa yang tidak mengandung molekul ion
sementara, kedua asam dan basanya merupakan molekul yang sama.
Deterjen ini tidak akan berubah menjadi partikel bermuatan apabila
dilarutkan dalam air tetapi dapat bekerja di dalam air sadah dan dapat
mencuci dengan baik hampir semua jenis kotoran. Kelompok utama dari
deterjen nonionik adalah :
a. Etilen oksida atau propilen oksida
b. Polimer polioksistilen
c. Alkil amida
d. Deterjen Amfoterik. Deterjen jenis ini mengandung kedua kelompok
kationik dan anionik. Detergen ini dapat berubah menjadi partikel positif,
netral, atau negatif bergantung kepada pH air yang digunakan. Biasanya
digunakan untuk pencuci alat-alat rumah tangga. Kelompok utama dari

5
deterjen ini adalah: Natrium lauril sarkosilat
(CH3(CH2)10CH2NHCH2CH2CH2COONa) dan natrium mirazol.
Menurut kandungan gugus aktifnya maka detergen diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Detergen jenis keras
Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan
tersebut dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang
menyebabkan pencemaran air. Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).
ABS merupakan suatu produk derivat alkil benzen. Proses pembuatan
ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang
Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil
Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena, maka persamaan
reaksinya adalah:
C6H5C12H25 + SO3 = C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat)
Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan
Natrium Dodekil Benzena Sulfonat
b. Detergen jenis lunak
Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah
dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai.
Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS). Proses
pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan
asam Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
C12H25OH + H2SO4 = C12H25OSO3H + H2O
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH
sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.

2.3 Kandungan Bahan Detergent


Berikut merupakan kandungan bahan pada detergent, yaitu :
1. Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka
lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
Surfaktant ini baik berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier

6
Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik
(Garam Ammonium), Non ionic (Nonyl phenol polyethoxyle), Amphoterik
(Acyl Ethylenediamines).
2. Bahan pembentuk
Salah satu contoh bahan penunjang adalah soda ash atau sering disebut
soda abu yang berbentuk bubuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi
meningkatkan daya bersih. Keberadaan bahan ini dalam campuran tidak
boleh terlalu banyak karena menimbulkan efek samping, yaitu dapat
mengakibatkan rasa panas di tangan pada saat mencuci pakaian. Bahan
penunjang lain adalah STTP (sodium tripoly phosphate) yang mempunyai
efek samping yang positif, yaitu dapat menyuburkan tanaman. Dalam
kenyataannya, ada beberapa konsumen yanhg menyiramkan air bekas cucian
produk deterjen tertentu ke tanaman dan hasilnya lebih subur. Hal ini
disebabkan oleh kandungan fosfat yang merupakan salah satu unsur dalam
jenis pupuk tertentu. Builder dapat meningkatkan efisiensi surfaktan. Builder
digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral-
mineral yang terlarut, sehingga surfaktan dapat berkonsentrasi pada
fungsinya. Selain itu, builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman
yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta
membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas.
3. Filler (pengisi)
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat
memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh :
Sodium sulfate.
4. Additives (bahan tambahan)
Additives adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk
lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya
yang tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives
ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzyme,
Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar
kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke dalam larutan tidak kembali ke
bahan cucian pada waktu mencuci (anti Redeposisi). Wangi – wangian atau

7
parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai bahan
pengikat.

2.4 Proses Pembuatan Detergent


Berikut merupakan bagian-bagian dari proses pembuatan sabun, yaitu :
1. Spray-drying
Spray-drying merupakan proses modern dalam pembuatan deterjen
bubuk sintetik dimana dalam spray-drying terjadi proses pengabutan dan
dilanjutkan proses pengeringan. Tahap-tahap dalam proses spray-drying dapat
diperlihatkan pada gambar berikut :

Gambar 2.2 Diagram alir proses spray-drying


Gambaran proses pembuatannya adalah komponen-komponen cairan
(diterima dalam drum dan kemudian disimpan dalam storage tank) diukur
kemudian dicampurkan dengan kmponen padat (diterima dalam bags atau
wadah khusus dan kemudian disimpan dalam silos) untuk membentuk slurry
yang homogen. Beberapa slurry memiliki perbedaan viskositas dan
konsentrasi erdasarkan formula yang dipompakan pada tekanan tinggi
(hingga 10 bar). Dan di spray (disemprotkan) melalui alat penyemprot khusus
(nozzles) ke dalam menara berbentuk silinder (spray–drying tower) seperti
yang ditunjukkan pada gambar di atas, dimana aliran dari udara panas
terbawa. Dalam beberapa kasus aliran udara mengalir menuju produk untuk
memastikan efisiensi termalnya tinggi dan proses drying terkontrol.
Pilihan drying co-current pada dasarnya dibatasi oleh perbedaan proses
drying yang mana hasilnya lebih tetap dan tahan terhadap hollow beads yang
berasal dari ekspansi mula–mula dan drying permukaan ketika slurry

8
menurun pada saat suhu udara tinggi pada bagian atas menara (spray-drying
tower). Dalam kasus ini ketika meneruskan arus aliran turun,pengeringan
produk diproses yang dihubungkan dengan menurunkan suhu udara. Drying
co-current menurunkan efisiensi kalor dan sebagian besar digunakan untuk
pengeringan produk yang sensitif terhadap suhu tinggi dari bulk dengan
densitas yang rendah.
Produk yang dikeringkan dalam bentuk hollow bead dikumpulkan pada
bagian atas menara spray drying dan didinginkan serta dikristalisasikan
melalui sistim pembawa airlift dengan aliran udara dingin.setelah
pengankutan udara bubuk dasar disaring dan diberikan pengharum dan
akhirnya dicampur dengan komponen-komponen yang sensitive terhadap
suhu atau zat adiktif yang kemudian di simpan dalam silos dan akhirnya di
bawa ke mesin pengepak poduk.
2. Aglomerasi
Proses aglomerasi merupakan proses pembuatan deterjan bubuk sintesis
yang memiliki densitas yang tinggi dengan cara pencampuran material-
material kering dengan bahan-bahan cairan yang dibantu dengan adanya
bahan pengikat cairan yang kemudian bercampur yang menyebabkan bahan-
bahan tadi bergabung satu sama lain yang membentuk partikel-partikel
berukuran besar.
Prose aglomerasi dapat di gambarkan seperti proses penimbunan atau
penumpukan dari komponen dari bubuk menjadi cairan dan menjadi butir
atau granula. Tahap-tahap pemprosesan non tower balestra untuk untuk
produksi deterjen bubuk berdasarkan pada proses aglomerasi.Diantara
berbagai tahap proses tersebut, aglomerasi memperlihatkan operasi yang
sangat penting dan kritis, karena proses tersebut dihubung kan ke struktur
fisik dan pada saat yang sama,di hubungkan ke komposisi kimia dari produk.
Proses aglomerasi juga merupakan proses spray-drying dengan dry
mixing atau blending. Konsentasi air proses yang digunakan anatara 35-40%
dalam crutcher slurry. Dalam aglomerasi cairan disemprotkan keatas secara
continue. Komponen-komponen atau bahan yang digunakan dalam

9
aglomerasi meliputi slikat deterjen aktif dan air yang digunakan sebagai
cairan dalam aglomerasi.

Gambar 2.3 Blok diagram aglomerasi

3. Dry Mixing
Material kering (dry material) yang digunakan untuk membuat deterjen
bubuk ditimbang dan selanjutnya dimasukkan kedalam mixer, pencampuran
dilanjutkan selama 1-2 menit dan ditambahkan slurry selama 3-4 menit.

10
Gambar 2.4 Proses dry mixing
Setelah semua slurry dimasukkan kedalam mixer, pencampuran
dilanjutkan selama 1-2 menit agar menjadi homogen. Sebagian besar dari
bubuk yang terbentuk dapat dikemas dengan segera setelah selesai atau
setelah 30 menit penyimpanan.

2.5 Prinsip Kerja Deterjen


Deterjen dan sabun digunakan sebagai pembersih karena air murni tidak
dapat menghapus atau menghilangkan kotoran pakaian/barang yang berminyak,
atau terkena pengotor organik lainnya. Sabun membersihkan dengan bertindak
sebagai emulsi. Pada dasarnya, sabun memungkinkan minyak dan air untuk
bercampur sehingga kotoran berminyak dapat dihilangkan selama pencucian.
Deterjen kemudian dikembangkan untuk mengatasi kekurangan lemak hewan dan
sayuran yang digunakan untuk membuat sabun selama Perang Dunia I dan Perang
Dunia II.
Deterjen adalah surfaktan, yang dapat dihasilkan dengan mudah dari
petrokimia. Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air, pada dasarnya
membuatnya lebih basah sehingga lebih mungkin untuk berinteraksi dengan
minyak dan lemak. Deterjen modern mengandung lebih dari sekedar surfaktan.
Produk pembersih juga mengandung enzim untuk mendegradasi protein berbasis
noda, pemutih untuk penghilang warna noda dan menambah daya agen
pembersih, dan pewarna biru untuk melawan penguningan.
Seperti sabun, deterjen memiliki rantai molekul hidrofobik atau rantai
molekul yg tidak suka air dan komponen hidrofilik atau rantai molekul suka-air.
Hidrokarbon hidrofobik yang ditolak oleh air, tapi ditarik oleh minyak dan lemak.
Dengan kata lain berarti bahwa salah satu ujung molekul akan tertarik ke air,

11
sementara sisi lain mengikat minyak. Air bersabun yang mengelilinginya
(kotoran) memungkinkan sabun atau deterjen untuk menarik kotoran dari pakaian
atau piring dan masuk ke dalam air bilasan untuk selanjutnya dapat dipisahkan.
Air hangat atau panas mencairkan lemak dan minyak sehingga lebih mudah
bagi sabun atau deterjen untuk melarutkan kotoran dan menariknya ke dalam air
bilasan. Deterjen mirip dengan sabun, tapi mereka cenderung kurang untuk
membentuk buih dan tidak dipengaruhi oleh adanya mineral dalam air (air keras).
Deterjen modern dapat dibuat dari petrokimia atau oleokimia yang berasal
dari tumbuhan dan hewan. Alkali dan agen pengoksidasi adalah juga bahan kimia
yang ditemukan dalam deterjen. Berikut adalah fungsi molekul ini:
 Petrokimia/Oleokimia
Lemak dan minyak adalah rantai hidrokarbon yang tertarik dengan kotoran
berminyak dan berminyak.
 Pengoksidasi
Belerang trioksida, etilen oksida, dan asam sulfat adalah salah satu molekul
yang digunakan untuk memproduksi komponen hidrofilik dari surfaktan.
Pengoksidasi menyediakan sumber energi untuk reaksi kimia. Senyawa ini
sangat reaktif dan juga bertindak sebagai pemutih.
 Alkalis
Kalium hidroksida dan natrium hidroksida digunakan dalam deterjen dan juga
digunakan dalam pembuatan sabun. Alkali-alkali itu bertindak menyediakan
ion yang bermuatan positif untuk mempromosikan reaksi kimia.

2.6 Komposisi Deterjen


Dari penjelasan tentang cara kerja deterjen, disimpulkan komponen
penting deterjen 117 adalah surfaktan. Fungsi surfaktan sekali lagi adalah untuk
meningkatkan daya pembasahan air sehingga kotoran yang berlemak dapat
dibasahi, mengendorkan dan mengangkat kotoran dari kain dan mensuspensikan
kotoran yang telah terlepas. Surfaktan yang biasa digunakan dalam deterjen
adalah linear alkilbenzene sulfonat, etoksisulfat, alkil sulfat, etoksilat, senyawa
amonium kuarterner, imidazolin dan betain. Linear alkilbenzene sulfonat,
etoksisulfat, alkil sulfat bila dilarutkan dalam air akan berubah menjadi partikel

12
bermuatan negatif, memiliki daya bersih yang sangat baik, dan biasanya berbusa
banyak (biasanya digunakan untuk pencuci kain dan pencuci piring).
Etoksilat, tidak berubah menjadi partikel yang bermuatan, busa yang
dihasilkan sedikit, tapi dapat bekerja di air sadah (air yang kandungan mineralnya
tinggi), dan dapat mencuci dengan baik hampir semua jenis kotoran. Senyawa-
senyawa amonium kuarterner, berubah menjadi partikel positif ketika terlarut
dalam air, surfaktan ini biasanya digunakan pada pelembut (softener).
Imidazolin dan betain dapat berubah menjadi partikel positif, netral atau
negatif bergantung pH air yang digunakan. Kedua surfaktan ini cukup kestabilan
dan jumlah buih yang dihasilkannnya, sehingga sering digunakan untuk pencuci
alat-alat rumah tangga. Setelah surfaktan, kandungan lain yang penting adalah
penguat (builder), yang meningkatkan efisiensi surfaktan. Builder digunakan
untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral-mineral yang terlarut,
sehingga surfaktan dapat berkonsentrasi pada fungsinya. Selain itu, builder juga
membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan
dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan
mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering digunakan sebagai builder
adalah senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat
atau zeolit.
Pertimbangan banyak busa adalah pertimbangan salah kaprah tapi selalu
dianut oleh banyak konsumen. Banyaknya busa tidak berkaitan secara signifikan
dengan daya bersih deterjen, kecuali deterjen yang digunakan untuk proses
pencucian dengan air yang jumlahnya sedikit (misalnya pada pencucian karpet).
Untuk kebanyakan kegunaan di rumah tangga, misalnya pencucian dengan jumlah
air yang berlimpah, busa tidak memiliki peran yang penting.
Dalam pencucian dalam jumlah air yang sedikit, busa sangat penting
karena dalam pencucian dengan sedikit air, busa akan berperan untuk tetap
"memegang" partikel yang telah dilepas dari kain yang dicuci, dengan demikian
mencegah mengendapnya kembali kotoran tersebut. Revolusi terbesar dalam
perkembangan deterjen adalah pemakaian enzim. Enzim sebagai bantuan untuk
mencuci bukanlah suatu hal yang baru lagi untuk dunia industri.

13
Enzim proteolik telah dicoba sebagai zat aditif untuk mencuci di Jerman
pada tahun 118 1920-an dengan sukses dan juga di Switzerland pada tahun 1930-
an. Enzim, yang disebut juga dengan katalis organik, cenderung untuk
mempercepat reaksi dan enzim proteolitik dapat mengubah ataupun
menghancurkan protein menjadi asam amino baik sebagian maupun keseluruhan.
Cara kerja enzim relatif lambat dan harga produksinya tinggi, tetapi
dengan metode yang telah disempurnakan untuk produksi dan pemurnian, rantai
enzim, dikembangkan untuk bereaksi dengan cepat. Dalam perkembangannya,
deterjen pun makin canggih. Deterjen masa kini biasanya mengandung pemutih,
pencerah warna, bahkan antiredeposisi (NaCMC atau sodium
carboxymethylcellulose).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu:
1. Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak
bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara

14
lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air. Detergen merupakan garam Natrium dari asam sulfonat.

2. Jenis-jenis detergent
Berdasarkan bentuk fisiknya detergent dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
a. Detergent cair,
b. Detergent krim,
c. Detergent bubuk,

3. Kandungan Bahan Detergent


Berikut merupakan kandungan bahan pada detergent, yaitu :
a. Surfaktan
b. Bahan pembentuk
c. Filler (pengisi)
d. Additives (bahan tambahan)

15

Você também pode gostar