Você está na página 1de 52

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat setiap orang sehingga mewujudkan derajat kesehatan

masyarakat yang optimal. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih

merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia.

Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan

meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.

Infeksi dengue terjadi secara endemis di Indonesia selama dua abad terakhir dari

gejala yang ringan dan self limiting disease. Dalam beberapa tahun terakhir, penyakit

ini memiliki manifestasi klinis yang semakin berat sebagai demam berdarah dengue

dan frekuensi kejadian luar biasa meningkat. Indonesia merupakan negara dengan

jumlah populasi yang padat mencapai 245 juta penduduk. Walaupun demikian,

penyakit dengue banyak dilaporkan di kota besar dan pedesaan di Indonesia dan telah

menyebar sampai di desa-desa terpencil oleh karena perpindahan dan kepadatan

penduduk yang tinggi (Karyanti & Hadinegoro, 2009).


Sejak tahun 1968-1995 di Indonesia kasus DBD terutama menyerang kelompok umur

5-14 tahun, tetapi setelah tahun 1984 insidens kelompok umur lebih dari 15 tahun

meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 di provinsi DKI Jakarta, persentase

kasus DBD terbanyak merupakan kelompok umur 5-14 tahun (36%), diikuti

kelompok umur lebih dari 5 tahun (31%), kelompok 15-44 tahun (22%) dan lebih

dari 45 tahun (11%). Data dari tahun 2006 menunjukkan proporsi jenis kelamin

lelaki lebih banyak dibanding perempuan pada semua kelompok umur (Karyanti &

Hadinegoro, 2009)

(Suheri & Informatika, 2007)

Bandar Lampung merupakan daerah endemis DBD. Data dinas kesehatan kota

Bandar Lampung menyebutkan pada tahun 2010, jumlah penderita DBD di Bandar

Lampung mencapai 763 orang dan yang meninggal 16 orang. Pada tahun 2011,

jumlah penderita DBD di Bandar Lampung mencapai 413 orang dan yang meninggal

7 orang. Pada tahun 2012, terjadi peningkatan jumlah penderita DBD di Bandar

Lampung mencapai 1111 orang dan yang meninggal 11 orang (Kemenkes RI, 2012).

Penyakit DBD dapat menyerang semua umur baik anak-anak maupun dewasa.

Penyakit ini menyerang segala usia tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa

anak-anak lebih rentan terhadap penyakit yang berpotensi mematikan ini (Ginanjar,

2008).

Pendekatan pendidikan kesehatan harus komprehensif yang melibatkan komunitas

sekolah meliputi anak usia sekolah, orang tua, personil sekolah (staf pengajar, staf

sekolah, dan administrasi) dan warga disekitar sekolah, perusahaan dan lembaga
penyedia layanan (Mc Farlane & Anderson, 2007). Pendidikan kesehatan merupakan

upaya sadar yang dilakukan seorang edukator untuk mempengaruhi orang lain agar

dapat berperilaku atau memiliki pengetahuan dan pemahaman yang sesuai dengan

yang diharapkan (Asmadi, 2008). Pendidikan kesehatan berorientasi pada perubahan

perilaku. Perilaku baru yang terbentuk sebatas pemahaman sasaran (aspek kognitif)

sedangkan perubahan sikap dan tingkah laku merupakan tujuan tidak langsung

(Maulana, 2009).

Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia menurut Fitriani (2011) berdasarkan pada

program pembangunan Indonesia adalah sekolah. Sekolah menjadi sasaran utama

untuk program pencegahan DBD dikarenakan anak usia sekolah lebih banyak

menghabiskan waktu siang hari di sekolah. Anak berisiko tinggi terkena gigitan

vektor nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus dengue yang efektif menggigit

pada siang hari. Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang paling

susceptible terserang DBD (Depkes RI, 2005).

Pada masa sekolah anak-anak akan berinteraksi dan berhubungan dengan anak

lainnya. Klub dan kelompok teman sebaya merupakan salah satu karakteristik yang

menonjol pada masa usia sekolah. Hubungan sosial dan kerja sama dengan teman

sebaya merupakan salah satu agen sosialisasi terpenting dalam kehidupan anak

sekolah (Wong, 2008).Keadaan lingkungan sekolah yang kurang sehat menjadi

tempat potensial penularan DBD. Penyampaian informasi kesehatan yang tepat pada
anak sekolah harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak (Mc

Farlane & Anderson, 2007).

Banyak metode pendidikan kesehatan yang dapat digunakan dalam memberikan

informasi kesehatan antara lain pendidikan kesehatan individual, kelompok dan

massa (Notoatmodjo, 2005). Media pendidikan memiliki peran penting dalam proses

pembelajaran, karena media dapat memudahkan guru untuk menyampaikan isi materi

kepada siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Menurut Arief S

Sadiman (2010), secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan,

yaitu memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal, dapat juga

mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra seperti konsep yang terlalu luas

dapat divisualisasikan dalam bentuk gambar, film dan sebagainya; selain itu juga

penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif

pada anak karena dapat menimbulkan gairah dan minat anak.

Penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat menarik perhatian siswa dan

meningkatkan konsentrasi siswa dalam mempelajari materi. Media pembelajar juga

dapat meningkatkan partisipasi (keaktifan) siswa dalam seluruh proses pembelajaran

yang dapat diungkapkan dalam bentuk reaksi siswa terhadap pembelajaran yang

sedang diikutinya dengan cara memberikan umpan balik dengan segera (feedback

soon).
Metode ceramah termasuk pendidikan kesehatan untuk kelompok besar. Syah dalam

Simamora (2009) mendefinisikan metode ceramah (preaching method) merupakan

suatu metode pengajaran dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara

lisan kepada sejumlah peserta didik, yang pada umumnya mengikuti secara pasif.

Metode ceramah sangat efektif untuk menyampaikan materi selain murah dan mudah

juga dapat menyajikan materi secara luas. Kelemahan dari metode ceramah adalah

membuat sasaran pasif dan cepat membosankan jika ceramah kurang menarik

(Simamora, 2009).

Sedangkan video-animasi adalah salah satu elemen multimedia yang menarik

perhatian ramai masa kini karena mampu menzahirkan suatu fantasi manusia ke alam

realita. Dunia animasi sebenarnya bertumpu kepada hiburan, perniagaan, pendidikan

dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan, animasi memainkan peranan penting

sebagai daya penarik minat pelajar untuk belajar dan dapat membantu guru-guru

untuk memotivasikan pelajar keraha pembelajaran yang lebih menyeronokkan

(Jamalludin & Zaidatun, 2003).

Berdasarkan uraian diatas, maka menjadi penting seorang tenaga kesehatan jika

memberikan penyuluhan pada anak usia sekolah dengan melakukan pendidikan

kesehatan. Berdasarkan penjabaran dari fenomena diatas, peneliti ingin mengetahui

perbedaan tingkat pengetahuan demam berdarah dengue dengan metode ceramah dan

video animasi pada anak usia 9-12 tahun di SDN 01 Bandar Lampung.
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, didapatkan rumusan masalah yaitu

bagaimanakah perbedaan tingkat pengetahuan Demam Berdarah Dengue dengan

metode ceramah dan video animasi pada anak usia 9-12 tahun?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan Demam Berdarah Dengue dengan

metode ceramah dan video animasi pada anak usia 9-12 tahun.

Tujuan Khusus

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan anak terhadap metode pendekatan ceramah

konvensional.

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan anak terhadap metode video animasi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Keilmuan

Penelitian ini diharapkan menambah informasi, khususnya metode pendidikan

kesehatan yang efektif.

1.4.2 Aplikatif

 Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan menambah pengetahuan peneliti terkait perbedaan tingkat

pengetahuan DBD dengan metode ceramah dan video animasi pada anak usia 9-12

tahun di SDN 01 Bandar Lampung.

 Bagi Siswa-Siswi SDN 01 di Bandar Lampung

Hasil penelitian ini diharapkan menanamkan kebiasaan hidup bersih dan sehat pada

siswa-siswi SDN di Bandar Lampung untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk

Aedes aegypti baik di lingkungan sekolah maupun rumah sejak dini.

 Bagi SDN 01 di Bandar Lampung

Hasil penelitian ini diharapkan SDN 01 di Bandar Lampung membuat kebijakan

untuk mencegah terjadinya penyakit DBD. Kegiatan yang dapat diupayakan pihak

sekolah untuk memelihara kebersihan lingkungan sekolah.

 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan kepada masyarakat terkait

DBD yang harus mulai digalakkan sejak dini. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan

sangat mempengaruhi angka kejadian kasus DBD.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Definisi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit DBD dapat

menyerang semua umur/orang. Sampai saat ini penyakit DBD lebih banyak

menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan

kenaikan proporsi penderita penyakit DBD pada orang dewasa (Ratuti, 2012).

2.1.2 Etiologi DBD

DBD disebabkan oleh infeksi virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau DEN-4 yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang

sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari pasien DBD lainnya (Ginanjar,

2008).

Nyamuk Aedes aegypti betina merupakan vektor penyakit yang paling efektif dan

utama. Hal ini karena sifatnya yang sangat senang tinggal berdekatan dengan manusia

dan lebih senang menghisap darah manusia, bukan darah hewan (antrofilik-peny)

(Depkes RI, 2005). Selain Aedes aegypti, nyamuk Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis, dan Aedes scutellaris yang berperan sebagai vektor DBD, tetapi kurang

efektif (Mansjoer, 2000).

Keempat serotipe virus dengue tersebut termasuk dalam group B Arthropod Borne

Virus (arbovirus). Keempat serotipe virus ini telah ditemukan diberbagai daerah di

Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa dengue-3 sangat

berkaitan dengan kasus DBD berat dan serotipe yang paling luas distribusinya disusul

oleh dengue-2, dengue-3 dan dengue-4 (Depkes RI, 2005).

2.1.3 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti

DBD ditularkan terutama oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus

dapat menularkan DBD tetapi peranannya dalam penyebaran penyakit sangat kecil,

karena hidup di daerah perkebunan. Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk

Aedes aegypti terbagi menjadi 4 tahap, yaitu telur, larva, pupa, dewasa (imago),

sehingga termasuk metamorfosis sempurna(holometabola).

a. Telur

Telur berwarna hitam dengan ukuran ±0,80 mm, berbentuk oval yang mengapung

satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat

penampung air (Depkes RI, 2005).

b. Larva

Menurut Depkes RI (2005), ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan

larva yaitu:

1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm


2) Instar II : 2,5 – 3,8 mm

3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II

4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm

c. Pupa

Kepompong (pupa) berbentuk seperti “koma”. Bentuknya lebih besar namun lebih

ramping dibanding larva (jentik). Pupa berukuran lebih kecil jika dibandingkan

dengan rata-rata pupa nyamuk lain (Depkes RI, 2005)

d. Dewasa (imago)

Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain

dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan

kaki. Nyamuk Aedes aegypti jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga

untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina menghisap darah. Nyamuk betina

lebih menyukai darah manusia daripada binatang (bersifat antrofilik). Darah

(proteinnya) diperlukan untuk mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma

nyamuk jantan, dapat menetas. Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada

siang hari. Umumnya menggigit pada siang hari (pukul 09.00-10.00) atau sore hari

(pukul 16.00-17.00). Kemampuan terbang nyamuk mencapai radius 100-200 meter

(Hastuti, 2008).

2.1.4 Penularan

Penularan penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus yang

hidup di kebun. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas

permukaan laut. Orang yang kemasukan virus dengue untuk pertama kali, umumnya

hanya menderita sakit demam dengue atau demam yang ringan dengan tanda/gejala

yang tidak spesifik atau bahkan tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit sama sekali

(Asimtomatis). Penderita demam dengue biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu

5 hari tanpa pengobatan. Tetapi apabila orang sebelumnya sudah pernah kemasukan

virus dengue, kemudian kemasukan virus dengue dengan virus tipe lain maka orang

tersebut dapat terserang penyakit demam berdarah dengue (Teori Infeksi Sekunder)

(Ratuti, 2012).

Tempat yang potensial untuk terjadi penularan DBD (Depkes RI, 2005) adalah :

a. Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis)

b. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang

datang dari berbagai wilayah, sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa

virus dengue cukup besar. Tempat-tempat tersebut antara lain:

1) Sekolah

a) Anak/murid sekolah berasal dari berbagai wilayah; dan

b) Merupakan kelompok umur yang paling susceptible terserang DBD.

2) Rumah sakit/puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya

Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah kasus

DBD, DD (Demam Dengue) atau carier virus dengue.

3) Tempat umum lainnya seperti: hotel, pertokoan, pasar, restoran, dan tempat ibadah.

c. Pemukiman baru dipinggir kota


Lokasi ini penduduknnya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan

diantaranya terdapat kasus atau carrier yang membawa virus dengue yang berlainan

dari masing-masing lokasi asal.

2.1.5 Tanda dan Gejala Penyakit

1. Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung

2-7 hari, kemudian turun secara cepat.

2. Tanda-Tanda Pendarahan

Sebab pendarahan pada penderita penyakit DBD ialah:

a. Trombositopeni

b. Gangguan fungsi trombosit

c. Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat berupa:

- Uji Tourniquet (Rumple Leede) positif

Uji Torniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai

”presumtif test” (dugaan keras) oleh karena Uji Torniquet positif pada hari-hari

pertama demam ditemukan pada sebagian besar penderita penyakit DBD. Namum uji

Torniquet positif juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak,

demamchikungunyah) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat siku (fosa

cubiti).

- Petechiae, Purpura, Echymosis dan perdarahan conjunctiva.

- (Petechiae sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk.

Untuk membedakannya: regangkan kulit, jika hilang maka bukan petheciae).


Petechiae merupakan tanda perdarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat

muncul pula perdarahan subkonjunctiva atau hematuri.

- Hematemesis, melena.

- Hematuria.

3. Hepatomegali (Pembesaran Hati)

Sifat pembesaran hati :

a. Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit.

b. Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit.

c. Nyeri tekan sering kali ini ditemukan tanpa disrtai ikterus.

Pembesaran hati mungkin disebabkan strain serotipe virus dengue.

4. Renjatan (Shock)

Tanda-tanda renjatan :

a. Kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki,

b. Penderita menjadi gelisah.

c. Sianosis disekitar mulut.

d. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.

e. Tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang).

f. Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg

atau kurang).

Sebab renjatan:

a. Karena perdarahan atau

b. Karena kebocoran plasma ke darah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak.
5. Trombositopeni

a. Jumlah trombosit di bawah 150.000/mm3 biasanya ditemukan diantara hari

ketiga sampai ke tujuh sakit.

b. Pemeriksaan trombosit dilakukan minimal dua kali. Pertama pada

waktu pasien masuk dan apabila normal diulangi pada hari kelima sakit. Bila perlu

diulangi lagi pada hari ke 6-7 sakit.

6. Hemokonsentrasi

Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) merupakan indikator yang peka terhadap akan

terjadinya renjatan sehingga perlu dilakukan pemeriksaan berulang secara periodik.

7. Gejala Klinik lain

a. Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita penyakit DBD ialah

anoreaksi, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi dan kejang.

b. Pada beberapa kasus terjadinya kejang disertai hiperpireksia dan penurunan

kesadaran sehingga sering di diagnosa sebagai ensefalitis.

c. Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan

gastrointestinal dan renjatan (Ratuti, 2012).

2.1.6 Patofisiologi

Patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit ialah:

1. Meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah

2. Menurunnya volume plasma darah

3. Terjadinya hipotensi

4. Trombositopeni
5. Diatesis hemoragik

Penyelidikan autopsi 100 penderita penyakit DBD yang meninggal membuktikan

terdapat kerusakan umum sistem vaskuler akibat peninggian permeabilitas dinding

pembuluh darah terhadap protein plasma dan efusi pada ruang serosa, di daerah

peritoneal, pleural dan perikardia. Pada kasus berat pengurangan volume dapat

mencapai 30% atau lebih. Menghilangnya plasma melalui endotelium ditandai oleh

pengkatan nilai hematokrit mengakibatkan keadaan hipovolemik dan menimbulkan

renjatan. Renjatan yang ditanggulangi secara tidak adekuat menimbulkan anoksia

jaringan, asidosis metabolik dan kematian.Kerusakan dinding pembuluh darah

bersifat sementara oleh karena itu dengan pemberian cairan yang cukup, renjatan

dapat diatasi dengan cepat dan efusi pleura setelah beberapa hari akan

menghilang(Ratuti, 2012).

Sebab lain kematian DBD ialah perdarahan hebat pada saluran pencernaan yang

biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak dapat diatasi. Patogenesa

perdarahan pada penyakit DBD telah diselidiki secara intensif yaitu disebabkan

trombositopeni hebat dan gangguan fungsi trombosit di samping difisiensi ringan atau

sedang dari faktor I, II, V, VII, IX dan X dan faktor kapiler. Penyelidikan mendalam

mengenai jumlah trombosit Fibrina Degration Produc (FDP), morfologi eritrosit dan

penyelidikan post mortem membuktikan bahwa DIC mempunyai peranan dalam

terjadinya perdarahan penyakit DBD, tetapi bukan penyebab utama. Pada otopsi

ditemukan perdarahan di lambung, usus halus, subendokard, kulit,sub kapsular hepar,

paru, dan jaringan lunak. Di samping itu didapatkan peningkatan daya patogenesis
dan proliferasi sistem retikuloendotelial. Kelainan hepar secara patologi anatomi

sesuai dengan kelainan dari yellow Feber. Penyelidikan terakhir membuktikan bahwa

kompleks dan aktipasi sitem komplemen memegang peranan penting dalam

patogenesa penyakit DBD/DSS. Kompleks imun telah ditemukan pada penderita

antara hari ke-5 dan ke-7 sakit, saat terserang renjatan terjadi. Produksi aktifitas

komplemen yaitu C3a dan C5a yang mempunyai sifat anafilatoksin dianggap sebagai

penyebab kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas

dinding pembuluh darah(Ratuti, 2012).

2.1.7 Diagnosa Penyakit DBD

Diagnosa penyakit DBD ditegakkan jika ditemukan:

1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus

selama 2-7 hari

2. Tanda perdarahan dan/atau

3. Pembesaran hati

4. Thrombositopeni (150.000/mm3 atau kurang)

5. Hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari meningginya hematokrit sebanyak

20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematokrit selama dalam perawatan.

Dengan patokan ini, 87% penderita yang tersangka penyakit DBD ternyata

diagnosanya tepat (dibuktikan dengan pemeriksaan serologi) (Ratuti, 2012).


2.1.8 Pencegahan

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu

nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun

secara kimiawi yaitu:

1. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modofikasi tempat

perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain

rumah.

PSN pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk

tidak berkembang tidak dapat berkembang biak. Pada dasarnya PNS ini dapat

dilakukan dengan:

a. Menguras bak mandi dan tempat-tempat panampungan air sekurang-

kurangnya seminggu sekali,. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa

perkembangan telur agar berkembang menjadi nyamuk adalah 7-10 hari.

b. Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan tempat

air lain dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat bertelur pada tempat-tempat tersebut.

c. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya

seminggu sekali.

d. Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas

terutama yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk,

seperti sampah keleng, botol pecah, dan ember plastik.


e. Munutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambu dangan

menggunakan tanah.

f. Membersihkan air yang tergenang di atap rumah serta membersihkan

salurannya kembali jika salurannya tersumbat oleh sampah-sampah dari daun.

2. Biologis

Pengendalian secara biologis adalah pengandalian perkambangan nyamuk dan

jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. seperti memelihara ikan

cupang pada kolam atau menambahkannya dengan bakteri Bt H-14.

3. Kimiawi

Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian serta pembasmian

nyamuk serta jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian

ini antara lain dengan:

a. Pengasapan/fogging dengan menggunakanmal athion danf enthion yang

berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan aides aegypti sampai batas

tertentu.

b. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air

seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.

Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah

dengan mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita sebut dengan istilah 3M

plus yaitu dengan menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan tempat

penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali serta menimbun sempah-

sampah dan lubang-lubang pohon yang berpotensi sebagai tempat perkembangan

jentik-jentik nyamuk. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan tindakanplus
seperti memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk, menur larvasida,

menggunakan kelambu saat tidur, memesang kasa, menyemprot dengan insektisida,

menggunakan repellent, memesang obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara

berkala serta tindakan lain yang sesuai dengan kondisi setempat (Depkes, 2004).

2.2 Konsep Anak Usia Sekolah

2.2.1 Definisi Anak Usia Sekolah

Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya

sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai

bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua

mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak

memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada

kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.

2.2.2 Perkembangan Anak Usia Sekolah

Ciri-ciri anak usia sekolah menurut Wong (2008) mencakup perkembangan biologis,

psikososial, kognitif dan sosial.

a. Perkembangan biologis

Selama periode usia sekolah, pertumbuhan tinggi dan berat badan terjadi tetapi lebih

lambat dibandingkan periode sebelumnya. Pada masa anak-anak pertengahan adalah

tahap dimana perkembangan ketika gigi susu mulai tanggal. Kematangan sistem

tubuh meliputi gastrointestinal, organ kandung kemih, organ jantung yang tumbuh

lebih lambat tetapi denyut jantung menurun sedangkan tekanan darah semakin
meningkat pada usia 6 sampai 12 tahun. Persiapan remaja atau prapubertas yaitu

peroide yang dimulai menjelang akhir masa anak-anak pertengahan dan berakhir pada

hari ulang tahun ketiga belas.

b. Perkembangan psikososial

Pada masa anak-anak pertengahan adalah periode perkembangan psikosesual yang

menurut Freud pada tahap periode laten, yaitu waktu tenang antara fase Odipus pada

masa anak-anak awal dan erotisisme masa remaja. Selama waktu ini, anak-anak

membina hubungan dengan teman sebaya sesama jenis dan didahului ketertarikan

pada lawan jenis yang menyertai pubertas.

Perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Santrock (2007) yaitu berada pada

pengembangan industry versus inferiority. Anak usia sekolah mengembangkan

keterampilan dan berpartisipasi dalam pekerjaan dan berarti dan berguna secara

sosial. Pada awal masa anak-anak banyak mendapatkan pengalaman baru, pada saat

masa anak-anak pertengahan dan akhir, akan menggunakan dan mengarahkan

energinya untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan. Pada tahap perkembangan

sekolah seseorang akan lebih bersemangat dan antusias untuk belajar dibandingkan

akhir periode pengembangan imajinasi pada masa anak-anak.

c. Perkembangan kognitif

Anak memasuki masa sekolah mulai memperoleh kemampuan untuk

menghubungkan serangkaian kejadian untuk menggambarkan mental anak yang

dapat diungkapkan secara verbal ataupun simbolik. Tahap ini disebut dengan

operasional konkret oleh Piaget. Ketika anak mampu menggunakan proses berpikir

untuk mengalami peristiwa dan tindakan. Anak usia 7-11


tahun memasuki tahap operasional konkret mempunyai kemampuan berpikir secara

logis mengenai peristiwa dan mengkalsifikasikan obyek kedalam bentuk yang

berbeda (Santrok, 2007).

d. Perkembangan sosial

Pada masa sekolah anak-anak akan berinteraksi dan berhubungan dengan anak

lainnya. Klub dan kelompok teman sebaya merupakan salah satu karakteristik yang

menonjol pada masa usia sekolah. Hubungan sosial dan kerja sama dengan teman

sebaya merupakan salah satu agen sosialisasi terpenting dalam kehidupan anak

sekolah.

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Definisi

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan ebagainya). Dengan

sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek

(Notoatmodjo, 2010 : 27).

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkatan yakni :

a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh karena itu, tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang telah diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen. Tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan penilaian terhadap satu

materi atau objek.

Menurut Notoatmodjo (2007), belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan

menghubungkan tanggapan-tanggapan dengan mengulang-ulang. Tanggapan-


tanggapan tersebut diperoleh melalui pemberian stimulus atau rangsangan-

rangsangan. Makin banyak dan sering diberikan stimulus maka memperkaya

tanggapan pada subjek belajar.

Menurut Petersen (2004), cara orang belajar itu berbeda-beda antara yang satu

dengan yang lain. Faktor-faktor internal yang berpengaruh diantaranya kemampuan

intelektual, kemampuan konsentrasi, daya ingat, emosi, kepercayaan, nilai, dan status

sosial. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh diantaranya gaya mengajar guru,

lingkungan, hadiah (reward). Menurut Triarso (2009), ada faktor-faktor yang

mempengaruhi proses belajar meliputi:

a. faktor internal : fisiologis (kondisi fisik sehat atau sakit, pancaindra),

psikologis (kecerdasan, minat, bakat).

b. faktor eksternal : lingkungan sosial sekolah (guru, administrasi, teman-teman

sekelas), lingkungan sosial masyarakat (tempat tinggal siswa), lingkungan sosial

keluarga ( ketegangan di dalam keluarga, sifat orang tua, pengelolaan keluarga),

lingkungan alamiah (kondisi udara), faktor instrumental (gedung sekolah, alat belajar,

peraturan sekolah, buku panduan), faktor materi (bahan yang akan diajarkan, metode

dan kondisi siswa).

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu :


a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Pengalaman

yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Pengalaman ibu

sebelumnya dalam merawat anaknya yang diare dapat memperluas pengetahuannya

tentang bagaimana penatalaksanaan diare pada anak yang benar dan tepat.

b. Umur

Makin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik,

akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak

secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang

dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa

bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan

yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu mengingat atau menjelang

usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan

berkurang. Seorang ibu yang berumur 40 tahun pengetahuannya akan berbeda dengan

saat dia sudah berumur 60 tahun

c. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum

seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih

luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih

tentang penatalaksanaan diare pada balita dibandingkan dengan ibu yang tingkat

pendidikannya lebih rendah.


d. Sumber Informasi

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan

informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan meningkat. Sumber informasi

yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio, televise, majalah,

koran dan buku. Walaupun seorang ibu berpendidikan rendah tetapi jika dia

memperoleh informasi tentang penatalaksanaan diare pada balita secara benar dan

tepat maka itu akan menambah pengetahuannya.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun

bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan

atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. Ibu yang keluarganya

berpenghasilan rendah akan sulit mendapatkan fasilitas sumber informasi. Tetapi

apabila berpenghasilan cukup maka dia mampu menyediakan fasilitas sumber

informasi sehingga pengetahuannya akan bertambah.

f. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Misalnya di daerah lain

seorang ibu mempunyai persepsi lain tentang cara merawat balita diare maka hal itu

akan mempengaruhi pengetahuannya tentang perawatan diare pada balita.


2.4 Metode Pembelajaran

2.4.1 Metode Konvensional (ceramah)

Metode ini termasuk metode pendidikan kelompok besar dengan peserta pendidikan

kesehatan lebih dari 15 orang sampai dengan 50 orang dan metode ini baik untuk

sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo, 2005). Metode

ceramah juga juga merupakan penuturan materi secara lisan dan metode paling

ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi

kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya

paham peserta didik (Simamora, 2009). Menurut Depdiknas (2008) hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah :

a. Persiapan

Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah:

1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai

2) Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan

3) Mempersiapkan alat bantu

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi yang akan

disampaikan sehingga penceramah sendiri harus mempersiapkan diri. Mempelajari

materi dengan sistematika yang baik. Ceramah akan lebih baik lagi kalau disusun

dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya:

makalah singkat, slide, transparan, sound sistem dan sebagainya.

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini ada tiga langkah yang harus dilakukan:


1) Langkah pembukaan

Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan langkah yang menentukan.

Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat ditentukan oleh langkah ini.

2) Langkah penyajian

Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara

bertutur. Agar ceramah berkualitas sebagai metode pembelajaran, maka pendidik

harus menjaga perhatian peserta didik agar tetap terarah pada materi pembelajaran

yang sedang disampaikan.

3) Langkah mengakhiri atau menutup ceramah

Ceramah harus ditutup dengan ringkasan pokok-pokok agar materi pendidikan

kesehatan yang sudah dipahami dan dikuasai peserta didik. Ciptakan kegiatan-

kegiatan yang memungkinkan peserta didik tetap mengingat materi pembelajaran.

Menurut Simamora (2009) beberapa kelebihan dan kelemahan metode ceramah

adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan metode ceramah

1. Pendidik mudah menguasai kelas;

2. Pendidik mudah menerangkan banyak bahan ajar berjumlah besar;

3. Dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah banyak; dan

4. Mudah dilaksanakan.

b. Kelemahan metode ceramah

1. Membuat peserta pasif;

2. Mengandung unsur paksaan kepada peserta didik;


3. Mengandung sedikit daya kritis peserta didik;

4. Bagi peserta didik dengan tipe belajar yang visual akan lebih sulit menerima

pelajaran dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki tipe belajar audio;

5. Sukar mengendalikan sejauh mana pemahaman belajar peserta didik;

6. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme; dan

7. Jika terlalu lama dapat membuat jenuh.

Menurut perjalanan sejarah, dunia pendidikan telah mengalami empat tahap

perubahan ditinjau dari cara penyajian materi pelajarannya. Perkembangan

pendidikan yang pertama adalah tatkala dalam masyarakat tumbuh suatu profesi baru

yang disebut “guru” yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan

mewakili orang tua. Dengan demikian, maka terjadi pergeseran peranan pendidikan,

yang biasa diselenggarakan dirumah berubah menuju ke pendidikan sekolah secara

formal. Perkembangan kedua dimulai dengan dipergunakannya bahasa tulisan

disamping bahasa lisan dalam menyajikan ajaran. Perkembangan pendidikan yang

ketiga terjadi dengan ditemukannya teknik percetakan yang memungkinkan

diperbanyaknya bahan-bahan bacaan dalam bentuk buku-buku teks sebagai materi

pelajaran tercetak. Perkembangan pendidikan yang keempat terjadi dengan mulai

masuknya teknologi-teknologi yang canggih berdasarkan kemajuan zaman dan

peradaban manusia, berikut produknya yang menghasilkan alat-alat mekanis, optis,

maupun elektronis (Drs. Nana Sudjana dan Drs. Ahmad Rivai, 2003).
2.4.2 Metode Menggunakan Media

2.4.2.1 Audio Visual

Media Audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga

mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai

ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih

baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama

dan kedua.

Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan

tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan

dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan

persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian. Yang didalamnya terdapat media

audio dan visual seperti televisi, headphone, video player, radio cassette, dan alat

perekam.Pada awal pelajaran media harus mempertunjukan sesuatu yang dapat

menarik perhatian semua siswa. Hal ini diikuti dengan salinan logis keseluruhan

program yang dapat membangun rasa berkelanjutan-sambung-menyambung dan

kemudian menuntut kepada kesimpulan atau rangkuman. Kontinuitas program dapat

dikembangkan melalui penggunaan cerita atau permasalahan yang memerlukan

pemecahan.

Media hasil teknologi audio-visual. Teknologi audio-visual cara menyampaikan

materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan

pesan-pesan audio-visual penyajian pengajaran secara audio-visual jelas bercirikan

pemakaian perangkat keras selama proses pembelajaran,seperti mesin proyektor film,

tape rekorder, proyektor visual yang lebar.


Karakteristik:

a. Bersifat linear

b. Menyajikan visual yang dinamis

c. Digunakan dengan cara yang telah ditentukan sebelumnya oleh perancang

d. Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau abstrak

e. Dikembangkan menurut prinsip psikologis behafiorisme dan kognitif

f. Berorientasi pada guru

Pendekatan yang berorientasi pada guru atau lembaga adalah sistem pendidikan yang

konfensional dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh

para guru dan staf lembaga pendidikan. Dalam sistem ini guru mengkomunikasikan

pengetahuannya kepada siswa dalam bentuk pokok bahasan dalam beberapa macam

bentuk silabus. Biasanya pembelajaran berlangsung dan selesai dalam jangka waktu

tertentu. Sedangkan metode mengajar yang dipakai tidak beragam bentuknya,

biasanya menggunakan metode ceramah dengan pertemuan tatap muka (face to face).

Macam-macam Media Audio Visual dan Pemanfaatannya

Media ini dibagi dalam:

1. Audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari

satu sumber seperti video kaset.

2. Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari

sumber yang berbeda. Misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya berasal

dari slides proyektor dan unsur suaranya berasal dari tape recorder.

Dilihat dari daya liputnya, media terbagi menjadi:


a. Media dengan daya liput luas dan serentak. Penggunaan media ini tidak terbatas

oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam

waktu yang sama. Seperti radio dan televisi serta internet.

b. Media dengan daya liput terbatas oleh ruang dan tempat media ini dalam

penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film sound

slides film rangkai, yang harus menggunakan tempat tertutup dan gelap.

c. Media untuk pembelajaran invidual. Media ini penggunaannya hanya untuk

seorang diri. Termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui

komputer.

2.4.2.2 Animasi

Animasi merupakan kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga

menghasilkan gerakan. Animasi mewujudkan ilusi (illusion) bagi pergerakkan dengan

memaparkan atau menampilkan satu urutan gambar yang berubah sedikit demi sedikit

(progressively) pada kecepatan yang tinggi (Suyanto, 2004).

Animasi digunakan untuk member gambaran pergerakan bagi sesuatu objek. Ia

membolehkan sesuatu objek yang tetap atau static dapat bergerak dan kelihatan

seolah-olah hidup. Animasi multimedia merupakan proses pembentukan gerak dari

berbagai media atau objek yang divariasikan dengan efek-efek dan filter, gerakan

transisi, suara-suara yang selaras dengan gerakan animasi tersebut. Animasi di dalam

sebuah aplikasi multimedia dapat menjanjikan suatu visual yang lebih dinamik serta

menarik kepada penonton karena ia memungkinkan sesuatu yang mustahil atau


kompleks berlaku didalam kehidupan sebenar direalisasikan di dalam aplikasi

tersebut (Suyanto, 2004).

Animasi dapat berbentuk dua dimensi, tiga dimensi ataupun melalui pelbagai kesan

khas. Walaupun apa juga bentuk animasi yang digunakan, ia mampu menghasilkan

perbedaan dalam program yang mendukungnya kerana sifat manusia menyukai

sesuatu yang dinamik dan bukannya statik. Walaupun demikian, proses penghasilan

animasi bukanlah sesuatu yang mudah. Diperlukan pengalaman, kemahiran serta

kepakaran yang tinggi bagi tujuan penghasilan. Pakar animasi yang juga sering

dikenali sebagai animator diperlukan dalam jumlah yang banyak bagi menghasilkan

suatu animasi yang berkualiti tinggi. Animasi komputer melanjutkan grafik komputer

untuk menambahkan dimensi masa untuk menunjukkan pergerakan (motion).

Animasi pada saat ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan dalam

berbagai kegiatan dari mulai kegiatan santai sampai serius, dari mulai sebagai fungsi

utama sampai fungsi tambahan atau hiasan. Animasi dibangun berdasarkan

manfaatnya sebagai perantara atau media yang digunakan untuk berbagai kebutuhan

di antaranya (Suyanto, 2004) :

 Media Hiburan

 Media Presentasi

 Media Iklan/Promosi

 Media Ilmu Pengetahuan


 Media Bantu/Tools

 Media Pelengkap

Media Hiburan, Animasi digunakan untuk menghibur penonton atau pengguna

animasi tersebut, sehingga memberikan kepuasan. Animasi sebagai media hiburan

biasanya digarap dengan sangat serius karena sebagai produk dagangan yang

memiliki harga jual. Sebagai media hiburan, animasi digarap sebagai project.

Contoh :

 Film

 Video Klip

 Games dll

Media Presentasi, Animasi digunakan untuk membuat menarik perhatian para auden

atau peserta presentasi terhadap materi yang disampaikan oleh presenter. Dengan

penambahan animasi pada media presentasi membawa suasana presentasi menjadi

tidak kaku. Dengan penambahan animasi diharapkan dapat tercapai penyampaian

informasi atau terjadinya komunikasi yang baik dalam kegiatan presentasi.

Fungsi animasi dalam presentasi diantaranya :

 Menarik Perhatian dengan adanya pergerakan dan suara yang selaras

 Memperindah tampilan presentasi

 Memudahkan susunan presentasi

 Mempermudah penggambaran dari suatu materi


Media Iklan/Promosi, Animasi sebagai media iklan atau promosi dibangun

sedemikian rupa agar pemirsa atau penonton tertarik untuk membeli atau memiliki

atau mengikuti apa yang disampaikan dalam alur cerita dari animasi tersebut.

Contoh :

 Iklan Produk

 Penyuluhan Kesehatan

 Iklan Layanan Masyarakat

Media Ilmu Pengetahuan, Animasi memiliki kemampuan untuk dapat memaparkan

sesuatu yang rumit atau komplek atau sulit untuk dijelaskan dengan hanya gambar

atau kata-kata saja. Dengan kemampuan ini maka animasi dapat digunakan untuk

menjelaskan suatu materi yang secara nyata tidak dapat terlihat oleh mata, dengan

cara melakukan visualisasi maka materi yang dijelaskan dapat tergambarkan. Selain

itu animasi sebagai media Ilmu Pengetahuan dapat dijadikan sebagai perangkat ajar

yang siap kapan saja untuk mengajarkan materi yang telah dianimasikan, terutama

dengan adanya teknologi interaktif pada saat ini baik melalui perangkat komputer

ataupun perangkat elektronik lainnya.Pada Perangkat Komputer media ini dikenal

dengan istilah CAI atau Computer-Aided Intruction atau Computer-Assisted

Intruction.

Contoh :

 Animasi Dokumenter Dinosourus

 Pembelajaran Fisika

 Pembelajaran Shalat dan Cara Baca Al-Qur’an


 Perjalanan Dalam Dunia Maya

 Ensiklopedi Jagat Raya

 Darah Dalam Tubuh Manusia

Media Bantu/Tools, Animasi sebagai media bantu atau tools digunakan sebagai

perangkat penuntun atau petunjuk dalam melakukan sesuatu. Sebagai media bantu,

animasi akan terlihat menonjol atau memberikan daya tarik atau memunculkan focus

baru terhadap sesuatu yang perlu dibantu.

Contoh :

 Pedoman Penggunaan TV dan Alat Elektronic

 Petunjuk cara penggunaan Aplikasi

 Petunjuk Tata Cara Penggunaan Produk

Media Pelengkap, Animasi digunakan sebagai pelengkap atau tambahan atau hiasan

pada suatu tampilan yang digunakan untuk mempercantik atau menarik pada objek

yang ditampilkan.

Contoh :

 Tombol Animasi

 Banner

 Bingkai/Fram

 Tulisan

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban sementara dari sebuah penelitian

(Setiadi, 2007). Hipotesis dalam penelitian ini (Ha) yaitu ada perbedaan tingkat
pengetahuan demam berdarah dengue dengan metode ceramah dan video animasi

pada anak usia 9-12 tahun di SDN 01 Bandar Lampung.

KERANGKA TEORI
Pendidikan Kesehatan

Konsep DBD
1. Definisi
Metode Pembelajaran
2. Etiologi DBD
3. Morfologi tersier
nyamuk Aedes
1. Audio Visual 1. Seminar
Aegypti
2. Animasi 2. Loka Karya
4. Mekanisme 2. Animasi 3. Ceramah
3. Ceramah
Penularan DBD
5. Tanda dan Gejala
6. Pencegahan DBD Tingkat Pengetahuan

Perkembangan anak
usia sekolah:
1. Perkembangan
biologis
2. Perkembangan
psikososial Faktor-faktor yang Tingkatan pengetahuan
3. Perkembangan mempengaruhi pengetahuan: 1. Tahu (know)
kognitif 1. Pendidikan 2. Memahami
4. Perkembangan 2. Pekerjaan (comprehension)
sosial 3. Umur 3. Aplikasi
4. Minat (application)
5. Pengalaman 4. Analisis
6. Kebudayaan (analysis)
7. Informasi 5. Sintesis
(synthesis)
6. Evaluasi
(evaluation)
KERANGKA KONSEP

Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan :

1. Pendidikan
2. Umur
3. Minat
4. Pengalaman
5. Kebudayaan
Informasi

Anak Usia 9-12 tahun


6. Informasi

Ceramah
Tingkat
Pendidikan Kesehatan Pengetahuan
Video DBD
Animasi
III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian pre-eksperiment dengan

rancangan one-group pretest-postest. One-group pretest-postest merupakan

rancangan penelitian yang tidak memiliki kelompok pembanding (kontrol) tetapi

dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan

setelah diberikan perlakuan (Notoatmodjo, 2010). Tujuan penelitian ini adalah

mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan anak terhadap DBD dengan metode

ceramah dan video animasi pada anak usia 9-12 tahun di SDN 01 di Bandar

Lampung.

Pengukuran yang dilakukan sebelum intervensi (O1) disebut pretest. Pada Penelitian

ini pretest bertujuan mengetahui pengetahuan sebelum pemberian intervensi (X).

Intervensi yang diberikan berupa pendidikan kesehatan dengan membedakan dua

metode yaitu: (1) metode ceramah dan (2) video animasi. Setelah dilakukan

perlakuan peneliti mengobservasi kembali pengetahuan (O2) disebut postest.

Rancangan penelitian dapat digambarkan dalam bagan berikut:

O1 X O2
Gambar 3.1. Rancangan penelitian

Keterangan :

O1 : Nilai pretest (sebelum dilakukan intervensi)

X : Perlakuan (intervensi)

O2 : Nilai posttest (sesudah dilakukan intervensi)

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,

2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak usia 9-12 tahun di SDN 01 di

Bandar Lampung yang berjumlah 180 anak.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah elemen-elemen populasi yang dipilih berdasarkan

kemampuan yang mewakilinya (Setiadi, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah

anak usia 9-12 tahun. Sugiyono (2011), bila sampel dibagi dalam kategori maka

jumlah sampel setiap kategori minimal 30 responden. Sastroasmoro dan Ismael

(2010) untuk mengantisipasi kemungkinan responden terpilih yang drop out, loss to

follow-up, atau subjek yang tidak taat, sehingga perlu dilakukan koreksi besar sampel

dengan menambahkan subjek agar besar sampel tetap terpenuhi. Rumus perhitungan

untuk koreksi sampel adalah sebagai berikut:


n
n'=
(1−f )

30
n'=
(1−0,1)

n’= 33,33 dibulatkan menjadi 33 responden

Keterangan :

n’ = besar sampel setelah dikoreksi

f = perkiraan proporsi drop out 10% (0,1)

Besar sampel yang telah ditambah drop out 10% adalah 33 respoden penelitian untuk

masing-masing kelompok metode pendidikan kesehatan. Sampel penelitian ini adalah

60 responden anak usia 9-12 tahun di SDN 01 di Bandar Lampung, yang dibagi

menjadi dua kelompok yaitu kelompok metode ceramah sebanyak 30 responden dan

kelompok metode video animasi sebanyak 30 responden.

3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Penentuan metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non

random (non probability sampling) dengan teknik purposive sampling. Purposive

sampling adalah pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah

ditentukan (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan

responden dari perwakilan dari kelas 4, 5 dan 6 yang berada pada rentang usia 9-12

tahun. Responden penelitian tiap kelas diwakili oleh 10 responden yang terdiri dari 5
laki-laki dan 5 perempuan. Jadi, kelompok metode ceramah dan video animas

sebanyak 30 responden yang terdiri dari 10 anak dari kelas 4, 5 dan 6 dan jenis

kelamin terdiri dari 5 laki-laki dan 5 perempuan untuk masing-masing kelas.

3.2.4 Kriteria Sampel

Kriteria sampel atau subjek penelitian yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri

dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini terdiri dari:

1) Responden berusia 9-12 tahun;

2) Bersedia menjadi responden; dan

3) Memahami bahasa Indonesia.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi penelitian

ini adalah:

1) Responden tidak masuk atau dalam keadaan sakit saat intervensi dilakukan; dan

2) Responden yang sebelumnya pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang

DBD secara khusus, bertujuan untuk memperkecil bias informasi.


3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di SDN 01 di Bandar Lampung.

3.4 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dengan pengusulan judul penelitian, penulusuran daftar

pustaka, persiapan proposal penelitian, merancang kuesioner, membuat materi dan

media pendidikan kesehatan, konsultasi dengan pembimbing, pelaksanaan penelitian

sampai dengan penyusunan laporan akhir yang dimulai dari bulan Maret 2015 dan

selesai pada bulan September 2015.

3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Variabel Bebas: - - - -
Pendidikan
kesehatan yaitu :
a. Ceramah Bentuk kegiatan
penyampaian
informasi
masalah
kesehatan:
pengetahuan
terhadap
DBD secara
lisan
pada responden

b. Video Bentuk kegiatan


Animasi penyampaian
informasi
masalah
kesehatan :
pengetahuan
terhadap DBD
melalui
pertanyaan yang
harus dijawab
dengan
responden.
Variabel Terikat: Suatu respon 1.Definisi DBD Kuesioner Ordinal Baik : 76-
Tingkat informasi yang 2.Penyebab 1-30 100% dari
Pengetahuan telah DBD skor total ( =
diberikan anak 3.Ciri-ciri 23 soal)
usia nyamuk Cukup : 56-
9-12tahun Aedes aegypti 75% dari
terhadap 4. Mekanisme skor total (18 –
masalah penularan DBD 22 soal)
kesehatan 5. Pencegahan Kurang : 0-
yang berkaitan DBD 55% dari
dengan skor total (= 21
pencegahan soal)
DBD

3.6 Pengumpulan Data

3.6.1 Sumber Data

1. Data primer melalui kuesioner yang disusun secara terstruktur. Responden

diminta untuk memilih jawaban yang paling sesuai dan benar. Kuesioner penelitian

ini disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner tersebut meliputi karakteristik responden

dan pertanyaan pengetahuan tentang DBD.

2. Data sekunder diperoleh dari pencatatan dan dokumen yang ada pada sekolah,

data Puskesmas, Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Bandar Lampung.

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan sebelum dan sesudah intervensi pendidikan kesehatan:

ceramah dan video animasi tentang DBD. Rangkaian pelaksanaan kegiatan ini

dilakukan sesuai materi yang ada dan dialokasikan selama 4 kali pertemuan untuk

intervensi setiap metode pendidikan kesehatan. Prosedur pengumpulan data pada

kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi dua tahapan, yaitu :


1. Tahap persiapan

Peneliti mempersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan ini seperti

izin penelitian, koordinasi sekolah tempat kegiatan penelitian, materi dan media

pendidikan kesehatan. Peneliti meminta izin kepada kepala SDN 01 Bandar Lampung

untuk melaksanakan kegiatan penelitian pada hari Sabtu tanggal 14 September 2015

pada pukul 08.45 WIB.

2. Tahap pelaksanaan

a. Tahap pertama

Pengisian pretest pengetahuan pencegahan DBD kepada seluruh responden

penelitian. Peneliti memilih 60 responden sebagai responden penelitian. Peneliti

memberikan informed consent sebelum melaksanakan pretest untuk masing-masing

responden dari kelompok intervensi yaitu kelompok ceramah dan video animasi.

Jumlah responden 30 anak untuk masing-masing kelompok intervensi dengan usia

anak 9-12 tahun di SDN 01 Bandar Lampung yang telah dipilih sesuai kriteria

penelitian yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 14 September 2015 pada pukul

08.45-09.45 WIB.

b. Tahap kedua

Mempersiapkan yang akan digunakan dengan metode ceramah dan video animasi.

Mempersiapkan slide berupa animasi.

c. Tahap ketiga

1) Kelompok pendidikan kesehatan dengan metode ceramah


Kelompok ceramah dilakukan 2 kali pertemuan untuk penyampaian materi (1x45

menit). Adapun tahap dan alokasi waktu untuk metode ceramah sebagai berikut :

a. Persiapan : menyiapkan ruang kelas ± 15 menit

b. Pelaksanaan : pembukaan ± 5 menit, penyajian ± 20 menit dan menutup ± 5 menit.

Kelompok metode ceramah dilakukan 2 kali pertemuan pada hari Senin tanggal 16

April 2015 pukul 08.45-09.30 WIB untuk sesi pertama untuk sesi ke-2 di ruang kelas

VA SDN 01 Bandar Lampung.

2) Kelompok pendidikan kesehatan dengan video animasi

Kelompok video animasi dilakukan 2 kali pertemuan untuk penyampaian materi

(1x45 menit).

Adapun tahap dan alokasi waktu untuk metode ceramah sebagai berikut :

a. Persiapan : menyiapkan ruang kelas ± 15 menit

b. Pelaksanaan : pembukaan ± 5 menit, penyajian ± 20 menit dan menutup ± 5 menit.

Kelompok video animasi dilakukan 2 kali pertemuan pada hari Senin tanggal 16 April

2015 pukul 08.45-09.30 WIB untuk sesi pertama untuk sesi ke-2 di ruang kelas VA

SDN 01 Bandar Lampung.

d. Tahap keempat

Pengisian posttest pengetahuan pencegahan DBD kepada seluruh responden

penelitian. Intervensi pedidikan kesehatan dilaksanakan mulai dari hari Sabtu sampai

Kamis pada tanggal 14 sampai 19 September 2015, kemudian dilaksanakan posttest

untuk mengetahui tingkat pengetahuan pencegahan DBD sesudah diberikan

pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan video animasi yang dilaksanakan
pada hari Kamis tanggal 19 September 2013 pada pukul 10.30-11.45 WIB di ruang

kelas VA dan VB SDN 01 Bandar Lampung.

3.6.3 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner yang

digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan pencegahan DBD yang terdiri dari

definisi, penyebab, ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti, penularan dan pencegahan DBD.

Pertanyaan tersebut tersebar di C1 sampai C6 yang dapat dilihat pada tabel 3.2.

Pengukuran tingkat pengetahuan didasarkan pada skala ordinal berdasarkan 30 item

pertanyaan dengan kategori pertanyaan favorable jawaban “benar” diberi skor 2 dan

“salah” diberi skor 0 sedangkan untuk kategori unfavorable jawaban “benar” diberi

skor 0 dan jawaban “salah” diberi skor 2. Skor yang dihasilkan akan dikategorikan

untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan.

Nursalam (2008) menyatakan bahwa hasil skoring dari jawaban pada daftar

pertanyaan pengetahuan dapat dikategorikan yaitu:

a. Baik : 76-100% dari skor total yaitu > 45

b. Cukup : 56-75% dari skor total yaitu 34-44

c. Kurang : 0-55% dari skor total yaitu < 34

3.6.4 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen penelitian yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data merupakan

syarat untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Validitas sebuah

instrumen menyatakan yang harusnya dapat diukur, sebuah instrumen dikatan valid
jika instrumen mampu mengukur yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi

tertentu (Setiadi, 2007).

Uji coba validitas dan reliabilitas dilakukan minimal terhadap 20 responden agar

diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran yang mendekati normal (Notoatmodjo,

2012).. Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan pada tanggal 7 September 2015

pada pukul 09.00-10.00 WIB di kelas VB SDN 01 Bandar Lampung dengan jumlah

responden sebanyak 20 anak. Data yang diperoleh dari uji coba kuesioner tersebut

diolah menggunakan program SPSS 16.0 For Windows dengan penentuan validitas

menggunakan Korelasi Pearson (r) dan reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach.

Uji validitas instrumen penelitian yang digunakan adalah validitas konstruksi dengan

mengetahui nilai total setiap item pada analisis reliabilitas yang tercantum pada nilai

correlation corrected item. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau bermakna sebagai

alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung (r-hitung) lebih besar dari angka kritik

nilai korelasi (r-tabel), pada taraf signifikansi 95%. Nilai r-tabel dalam penelitian ini

untuk sampel pengujian 20 (dua puluh) responden, menggunakan pada tingkat

kemaknaan 5% adalah sebesar 0,444, maka dikatakan valid, jika nilai r-hitung

variabel = 0,444 dikatakan valid, dan nilai r –hitung variabel < 0,444 dikatakan tidak

valid (Riyanto, 2011).

Teknik yang dipakai untuk menguji kuesioner penelitian, adalah teknik Alpha

Cronbach yaitu dengan menguji coba instrumen kepada sekelompok responden pada

satu kali pengukuran, juga pada taraf 95%. Jika nilai Alpha Cronbach > 0,6 maka

dikatakan reliabel, dan jika nilai Alpha Cronbach < 0,6 dikatakan tidak reliabel

(Riyanto, 2011).
3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau

data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus

tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007). Beberapa

kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan data oleh peneliti, yaitu:

a. Editing / memeriksa

Merupakan kegiatan peneliti melakukan pemeriksaan lembar kuisioner yang telah

diserahkan oleh responden. Pemeriksaan ini meliputi kelengkapan jawaban,

keterbacaan tulisan, relevansi jawaban dan kebenaran penghitungan skor.

b. Coding / memberi tanda kode

Merupakan kegiatan mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke

dalam kategori tertentu. Pemberian coding pada penelitian ini meliputi:

1) Variabel independen metode pendidikan kesehatan, terbagi atas dua kategori yaitu

pendidikan kesehatan metode ceramah diberi kode 1 dan pendidikan kesehatan video

animasi diberi kode 2;

2) Variabel dependen peningkatan pengetahuan, terbagi atas tiga kategori yaitu

pengetahuan kurang diberi kode 1, pengetahuan cukup diberi kode 2 dan pengetahuan

baik diberi kode 3;

3) Sub variabel usia, terbagi atas dua kategori yaitu usia 9-10 tahun diberi kode 1 dan

usia 11-12 tahun diberi kode 2;


4) Sub variabel jenis kelamin anak, terbagi atas dua kategori yaitu laki-laki diberi

kode 1 dan perempuan diberi kode 2;

5) Sub variabel kelas, terbagi atas tiga kategori yaitu kelas 4 diberi kode 1, kelas 5

diberi kode 2 dan kelas 6 diberi kode 3.

c. Entry

Proses memasukkan data kedalam tabel dilakukan dengan program yang ada

dikomputer. Proses pemasukan data tersebut dilakukan setelah jawaban-jawaban yang

sudah diberi kode, dikategori kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara

menghitung frekuensi data.

d.Cleaning

Data yang telah dimasukkan sudah benar sehingga tidak perlu untuk dilakukan proses

cleaning. Cleaning merupakan teknik atau kegiatan pembersihan data, data-data yang

tidak sesuai dengan kebutuhan akan dihapus (Setiadi, 2007). Apabila semua data dari

setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk

melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode atau

ketidaklengkapan sehingga tidak ada data yang missing.

3.7.2 Analisa Data

a. Analisa univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mendiskripsikan setiap variabel secara terpisah

dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi. Analisa data univariat dilakukan

terhadap karakteristik dari responden yaitu umur, kelas dan jenis kelamin.

b. Analisa bivariat
Analisa bivariat yang bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan

sebelum dan setelah diberikan intervensi untuk masing-masing metode pendidikan

kesehatan yaitu metode ceramah dan video animasi menggunakan uji wilcoxon

matched pairs. Uji wilcoxon matched pairs digunakan untuk menguji komparatif dua

sampel berpasangan bila datanya berbentuk ordinal (Sugiyono, 2011). Syarat

menggunakan uji wilcoxon yaitu (1) Pengujian non-parametrik; (2) Distribusi data

tidak harus normal; (3) Membandingkan antara dua kelompok data yang saling

berhubungan (4) Skala data berbentuk ordinal, interval dan rasio. Taraf kesalahan (a)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05. Analisa statistik dari uji wilcoxon

matched pairs adalah:

1) Bila nilai p < a, Ho ditolak, berarti ada perbedaan yang bermakna

2) Bila nilai p = a, Ho gagal ditolak, berarti t idak ada perbedaan yang bermakna

3.8 Etika Penelitian

Menurut Canadian Nurses Association (CAN) dan American Nurses Association

(ANA) dalam Potter & Perry (2005) etika penelitian yang harus dilakukan oleh

perawat sebagai peneliti antara lain :

a. Informed consent

Subjek penelitian memiliki hak untuk: (1) informasi terkait penelitian mengenai

tujuan, prosedur, pengumpulan data dan keuntungan keikutsertaan mengikuti

penelitian, (2) memahami peneliti dan tindakan yang akan dilakukan, dan (3)

memahami kerahasiaan keanoniman. Responden dijamin akan adanya pilihan bebas

dan memberikan izin (consent) yaitu hak untuk menarik diri dari penelitian. Lembar
ini diberikan kepada responden sebelum melakukan data penelitian, apabila bersedia

maka akan dijadikan subjek dalam penelitian. Pada penelitian ini peneliti

menginformasikan tentang tujuan dan manfaat penelitian sedangkan responden

penelitian menandatangani lembar persetujuan yang menyatakan bersedia menjadi

responden penelitian.

b. Kerahasiaan (confidentially)

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan subjek penelitian dalam

bentuk apapun untuk tidak diekspos oleh publik selain tim penelitian. Penelitian ini

tidak mempublikasi nama responden penelitian kepada publik.

c. Anonim (anonymity)

Anonim atau tanpa nama, peneliti menjamin kerahasiaan identitas dari responden.

Nama responden dirahasiakan dan hanya terdapat inisial atau kode yang dibuat oleh

peneliti untuk memudahkan proses pengolahana data. Proses pengolahan data dan

pembahasan serta dokumentasi dalam penelitian ini hanya mencantumkan inisial

responden.

d. Berkeadilan

Setiap orang harus diperlakukan sama berdasarkan moral, martabat, dan hak asasi

manusia. Hak dan kewajiban peneliti maupun subjek penelitian harus seimbang.

Keadilan pada penelitian ini yaitu setiap responden diberikan waktu pengerjaan soal

sama oleh peneliti dan tidak memberikan perlakuan yang istimewa saat intervensi

dilaksanakan.

e. Kemanfaatan
Penelitian dilakukan apabila memberikan manfaat yang diperoleh lebih besar

daripada dampak negatif yang akan terjadi. Penelitian tidak boleh membahayakan dan

menjaga kesejahteraan manusia. Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan

prosedur penelitian guna mendapatkan hasil manfaat semaksimal mungkin bagi

subjek penelitian. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden penelitian yaitu

responden penelitian mengetahui tentang DBD dan pencegahan DBD sehingga dapat

mengubah perilaku kurang sehat menjadi perilaku sehat dan diharapkan angka

kejadian morbiditas dan mortalitas DBD dapat menurun.

Você também pode gostar

  • Aryo
    Aryo
    Documento51 páginas
    Aryo
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Psikologi Industri Tugas
    Psikologi Industri Tugas
    Documento14 páginas
    Psikologi Industri Tugas
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento4 páginas
    Daftar Isi
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Perspektif Psikologis Tentang Stres Dan Keselamatan Kerja
    Perspektif Psikologis Tentang Stres Dan Keselamatan Kerja
    Documento14 páginas
    Perspektif Psikologis Tentang Stres Dan Keselamatan Kerja
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Jasa
    Jasa
    Documento5 páginas
    Jasa
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Olahraga Pada Anak
    Olahraga Pada Anak
    Documento2 páginas
    Olahraga Pada Anak
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Documento1 página
    ABSTRAK
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • 10.implementasi Sistem File
    10.implementasi Sistem File
    Documento14 páginas
    10.implementasi Sistem File
    Ebiet Mansyur
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Documento23 páginas
    Bab I Pendahuluan
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Graphical User Interface (GUI) Dan Multimedia: Syamsudin Arif 14020016
    Graphical User Interface (GUI) Dan Multimedia: Syamsudin Arif 14020016
    Documento23 páginas
    Graphical User Interface (GUI) Dan Multimedia: Syamsudin Arif 14020016
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pengantar Sistem Operasi Komputer
    Pengantar Sistem Operasi Komputer
    Documento526 páginas
    Pengantar Sistem Operasi Komputer
    Leader Mechanizer
    Ainda não há avaliações
  • 1 Konsep Dasar Sistem Berkas
    1 Konsep Dasar Sistem Berkas
    Documento37 páginas
    1 Konsep Dasar Sistem Berkas
    Ippo Nardie
    Ainda não há avaliações
  • Pemeriksaan Fisik Mata PDF
    Pemeriksaan Fisik Mata PDF
    Documento23 páginas
    Pemeriksaan Fisik Mata PDF
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • DM Puskes
    DM Puskes
    Documento8 páginas
    DM Puskes
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Tuberkulosis Okular
    Tuberkulosis Okular
    Documento21 páginas
    Tuberkulosis Okular
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Referat Ikj Ika
    Referat Ikj Ika
    Documento24 páginas
    Referat Ikj Ika
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Case Pterigium
    Case Pterigium
    Documento40 páginas
    Case Pterigium
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento4 páginas
    Daftar Isi
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pemeriksaan Fisik Mata PDF
    Pemeriksaan Fisik Mata PDF
    Documento39 páginas
    Pemeriksaan Fisik Mata PDF
    tanahbasah
    Ainda não há avaliações
  • DM KKN
    DM KKN
    Documento15 páginas
    DM KKN
    Rosi Indah
    Ainda não há avaliações
  • Hipertensi Puskes
    Hipertensi Puskes
    Documento12 páginas
    Hipertensi Puskes
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Hipertensi Puskes
    Hipertensi Puskes
    Documento12 páginas
    Hipertensi Puskes
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Indonesia Vs Timor Leste - Agung
    Indonesia Vs Timor Leste - Agung
    Documento8 páginas
    Indonesia Vs Timor Leste - Agung
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • HM
    HM
    Documento1 página
    HM
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Kadek
    Tugas Kadek
    Documento29 páginas
    Tugas Kadek
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Cover Skripsi
    Cover Skripsi
    Documento1 página
    Cover Skripsi
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • DOPS
    DOPS
    Documento18 páginas
    DOPS
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações