Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1
BAB IV GAMBARAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAY KANDIS ... 21
4.1 Data Geografis Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis .... 21
4.2 Data Demografi ..................................................................................... 22
4.3 Sumber Daya Kesehatan ........................................................................ 23
4.4 Kegiatan Puskesmas .............................................................................. 26
2
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 ..................................................................
2. Proporsi Penduduk berdasarkan jenis kelamin dan umur di Kecamatan Tanjung
Senang Tahun 2016 ..........................................................................................
3. Fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis pada
tahun 2016 .......................................................................................................
4. Data Ketenagaan UPT Puskesmas Rawat Inap Way Kandis tahun 2017 .........
5. Pencapaian Program Pembinaan Gizi Masyarakat di Puskesmas Rawat Inap
Way Kandis Maret 2018...................................................................................
6. Penentuan Prioritas Masalah dengan Menggunakan Metode USG ..................
7. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Penyebab Masalah ......................
8. Menetapkan Alternatif Pemecahan Masalah .....................................................
9. Prioritas dari Alternatif Pemecahan Masalah ....................................................
3
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
1. Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis.........................................
2. Struktur Organisasi Puskesmas Rawat Inap Way Kandis .................................
3. Kerangka Teori..................................................................................................
4. Kerangka Konsep ..............................................................................................
5. Diagram fishbone Program Bayi yang lulus ASI Eksklusif Puskesmas Rawat Inap Way
Kandis Agustus 2017 sampai Februari 2018.
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan salah satu hal yang dapat
mencegah bayi dari berbagau penyakit, termasuk infeksi. Faktor protektif
dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta
kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis
menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi,
misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian
bawah. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari
susu matang (matur). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan
melindungi bayi dari penyakt diare dan menurunkan kemungkinan bayi
terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi
(Kemenkes RI, 2014).
5
Pemberian Asi diharapkan dapat mencegah bayi dari berbagi penyakit,
sehingga tujuan dari salah satu pembangunan kesehatan, yaitu menurunkan
angka kematian bayi dapat tercapai. Hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 2015 menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 22,23
per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG 2015
sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Walaupun demikian, menurut Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 dalam profil kesehatan
Indonesia tahun 2015, Angka Kematian Neonatus (AKN) pada taun 2012
sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN
berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding SDKI
tahun 2002-2003, yaitu 20 per 1.000 per kelairan hidup. (Kemenkes RI,
2016). Data ini juga menunjukkan bahwa AKN masih jauh di bawah target
Sustainable Develompent Goals (SDGs) yaitu mengakhiri kematian bayi
dan balita yang dapat dicegah, dengan menurunkan AKN hingga 12 per
1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2016).
6
menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu
dipisah dari bayi atas indikasi medis, 6) tidak memberikan makanan atau
minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir, 7) melaksanakan rawat
gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari, 8)
membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap
lama dan frekuensi menyusui, 9) tidak memberikan dot atau kempeng
kepada bayi yang diberi ASI, dan 10) mengupayakan terbentuknya
kelompok pendukung ASI di masyarakat dan merujuk ibu keadaan
kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit/rumah bersalin/sarana
pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2011).
Mengacu pada target program pada tahun 2014 sebesar 80%, maka secara
nasional cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 52,3% belum mencapai
target. Data ini sendiri mengalami penurunan sebesar 2% jika dibandingkan
dengan cakupan ASI Eksklusif pada tahun 2013, yaitu sebesar 54,3%
(Kemenkes RI, 2013). Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Provinsi
Lampung sendiri pada tahun 2014 adalah 63,7%. (Kemenkes RI, 2014).
Namun pada tahun 2015, target pencapaian ASI eksklusif menurun yaitu
35%. Hal ini berpatokan pada Rencara Strategis Kementerian Kesehatan
tahun 2015-2019. Saat ini, target pencapaian ialah 50% (Kemenkes RI,
7
2015). Kendati demikian, didapatkan bahwa secara rinci berdasarkan
indikator program gizi provinsi Lampung, program ASI eksklusif memiliki
dua capaian target yang dengan metode berbeda yaitu metode recall 24 jam
dan metode 6 bulan. Untuk target metode recall 24 jam sebesar 80%,
sedangkan metode 6 bulan 50% (Dinkes Provinsi Lampung, 2015).
8
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui pelaksanaan kegiatan dalam upaya meningkatkan bayi
yang lulus ASI eksklusif pada program gizi di Puskesmas Way
Kandis Agustus 2017 sampai Februari 2018
2. Mengetahui kemungkinan penyebab masalah dari program ASI
eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Agustus 2017
sampai Februari 2018.
3. Merumuskan altematif pemecahan masalah dari program ASI
eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Agustus 2017
sampai Februari 2018
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
2. Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :
Surveilens Terpadu Penyakit (STP)
Pelacakan Kasus:
1. TBC : dilakukan beberapa kegiatan yaitu penemuanpasien TB,
pengobatan TB (DOTS), Pengawas minum obat (PMO),
pemantauan dan evaluasi.
2. Kusta
3. DBD
4. Malaria
5. Flu Burung
6. Infeksi Saluran Peranafasan Akut (ISPA)
7. Diare
8. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Penyuluhan Penyakit Menular
3. Program Pengobatan :
Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan),
Apotek, Unit Gawat Darurat (UGD), Perawatan Penyakit (Rawat
Inap), Pertolongan Persalinan (Kebidanan)
Pengobatan Luar Gedung : Rujukan Kasus, Pelayanan Puskesmas
Keliling (Puskel)
11
5. Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB) :
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Imunisasi Calon Pengantin (TT Catin)
Pelayanan KB Pasangan Usia Subur (PUS)
Penyuluhan KB
Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi tanpa
pemberian makanan tambahan lainnya adalah yang terbaik. Dengan
demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat
bulan) sudah tidak berlaku lagi (WHO, 2015).
13
5. Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi
medis.
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada
bayi baru lahir.
7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi
24 jam sehari.
8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan
terhadap lama dan frekuensi menyusui
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.
10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI di masyarakat
dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah
Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan (Dewi dkk, 2016;
Kemenkes RI, 2018)
14
bentuk pedoman pelaksanaan dan petunjuk teknis program bagi puskesmas
dari Kementerian Kesehatan. (Dewi dkk, 2016).
Kurang lebih 50% energi yang terkandung pada ASI berasal dari lemak (40
g/L). ASI sangat kaya asam lemak esensial yaitu asam lemak yang tidak
bisa diproduksi tubuh tetapi sangat diperlukan untuk pertumbuhan otak.
Lemak pada ASI didapatkan pada hindmilk (susu akhir). Bayi mendapatkan
kebutuhan energinya sebagian besar dari lemak. Karena itu penting sekali
untuk membiarkan bayi menyusu pada satu payudara sampai habis dan baru
dipindahkan ke payudara satunya apabila bayi masih menginginkannya.
Menghentikan bayi yang sedang menyusu akan mengurangi lemak yang
didapatkan, dengan demikian bayi tidak mendapat cukup energi. Selain itu
menghentikan bayi yang menyusu bisa menyebabkan hipergalaktia.
Kejadian hipergalaktia bisa muncul karena ibu memberikan ASI dalam
waktu sebentar (5-10 menit) pada satu sisi dan kemudian pindah ke
payudara lain. Akibatnya pengosongan payudara tidak optimal dan bayi
mendapat sejumlah besar foremilk yang banyak mengandung laktosa dan
sedikit hindmilk yang banyak mengandung lemak. Akibat lain hipergalaktia
adalah timbulnya malabsorpsi (gangguan pencernaan), pembentukan gas
yang berlebihan sehingga bayi kembung, dan terjadinya gagal tumbuh pada
bayi karena bayi hanya mendapatkan sedikit lemak.
15
Kandungan protein dalam ASI dalam bentuk whey 70% dan kasein 30%.
Protein whey tahan terhadap suasana asam dan lebih mudah diserap
sehingga akan mempercepat pengosongan lambung. Kandungan zat aktif
lain dalam ASI yang terutama bekerja untuk fungsi kekebalan tubuh adalah
komponen protein, nitrogen non protein, karbohidrat, lemak , vitamin larut
dalam lemak, vitamin yang larut dalam air, mineral dan ion, trace mineral,
serta sel. Sehingga dapat dimengerti dengan mendapatkan ASI, bayi
mendapatkan kekebalan terhadap berbagai penyakit (IDAI,2013).
16
ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,
ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga
melindungi infeksi gastrointestinal. ASI tidak mengandung beta-
lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga
mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama
5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin Lysozyme, Complemen C3 dan
C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI dapat
meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bayi serta meningkatkan jalinan
kasih sayang ibu dan anak (bonding).
Selain itu, menurut Utami Roesli (2000) dalam skripsi Nur Rahman (2017)
manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai berikut:
1. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda. Dengan
komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat.
2. ASI mudah dicerna oleh bayi.
3. Jarang menyebabkan konstipasi.
4. Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap oleh bayi.
5. ASI kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi
untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya.
17
6. ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral selenium.
7. Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang diberikan
ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas.
Hal ini diduga karena ASI mengandung DHA/AA.
8. Bayi yang diberikan ASI eksklusif sampai 4 bulan akan menurunkan
resiko sakit jantung bila mereka dewasa.
9. ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah,
infeksi saluran kencing, dan juga menurunkan resiko kematian bayi
mendadak.
10. Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan
bayi.
18
1. Kolostrum
Kolostrum adalah ciaran yang disekresi oleh kelenjar mammae berwarna
kekuningan saat dan sesudah melahirkan bayi. Kolostrum disekresi dari
hari pertama hingga hari ketiga atau keempat dari masa laktasi.
Kolostrum bermanfaat bagi bayi untuk membersihkan meconium di usus
bayi yang baru lahir agar siap menerima makanan selanjutnya. Selain itu,
kolostrum juga bermanfaat karena mengandung antibodi yang banyak
sehingga dapat melindungi bayi di 6 bulan pertama kehidupannya.
Volumemnya berkisar 150-300 ml/24 jam.
19
bayi. Laktasi dapat dianggap terdiri atas dua fase, laktogenesis (inisiasi
laktasi) dan galaktopoiesis (pemeliharaan sekresi air susu). Inisiasi laktasi
berkaitan dengan penurunan estrogen, progesteron, dari sirkulasi ibu saat
persalinan. Dua hormon terpenting yang berperan dalam laktasi adalah
prolaktin yang merangsang produksi air susu, dan oksitosin yang berperan
dalam penyemprotan (ejeksi) susu (Badriul, 2008).
20
b. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan
cara menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.
c. Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan
lidah ke bawah
d. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan
bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala
e. Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan- hadapan
dengan hidung bayi
f. Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit mulut
bayi
g. Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit- langit yang
keras (palatum durum) dan langit- langit lunak (palatum molle)
h. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan
memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak
dibawah kalang payudara
i. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
j. Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung
bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak
perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara
menekan pantat bayi dengan lengan ibu
k. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus- elus
bayi
21
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif menurut
1. Predisposing Factors
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terhadap suatu objek terjadi melalui panca indera
manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
b. Sikap
Menurut Notoadmodjo (2007), sikap adalah reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek, sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
23
Notoatmodjo (2007) juga menjelaskan bahwa sikap terdiri dari
berbagai tingkatan, yaitu menerima, merespon, menghargai dan
bertanggung jawab. Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) juga
menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok:
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatru objek.
Kecenderungan untuk bertindak.
c. Pekerjaan
Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara
eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6
bulan. Dengan adanya cuti hamil selama 3 bulan juga dapat membantu
ibu untuk dapat memberikan ASI eksklusif, ditambah dengan
pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah
ASI yang baik dan dukungan lingkungan kerja seorang ibu yang
bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif.
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan alasan berfikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.
Bagi sebagian ibu, menyusui merupakan tindakan yang alamiah dan
naluriah. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa menyusui tidak
perlu dipelajari. Namun, kebanyakan ibu kurang menyadari
pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi. Mereka hanya
mengetahui ASI adalah makanan yang diperlukan bayi tanpa
memperhatikan aspek lainnya.
24
e. Budaya
Adapun mitos tentang pemberian ASI bagi bayi, misal ibu yang
menyusui anaknya dapapt menurunkan kondisi fisik dirinya
merupakan suatu mitos yang sulit diterima oleh akal sehat. Demikian
halnya dengan kekhawatiran ibu yang menganggap bahwa produksi
ASI tidak mencukupi kebutuhan makanan bayi, yang akhirnya ibu
mencari alternatif lain dengan memberi susu pendamping/tambahan.
2. Enabling Factors
a. Ketersediaan Sumber/fasilitas
Dukungan instrumental merupakan dukungan yang nyata dan dalam
bentuk materi dan waktu yang bertujuan untuk meringankan beban
bagi individu yang membutuhkan orang lain untuk memenuhinya.
Suami harus mengetahui jika istri dapat bergantung padanya jika istri
memerlukan bantuan. (Friedman, 1998). Dalam hal ini keluarga
mencukupi kebutuhan rutin ibu menyusui, membantu merawat bayi,
mengganti popok, menyendawakan bayi, memijat bayi secara teratur
atau memberi Air susu ibu (ASI) perah kepada bayi bila ibu bekerja.
b. Keterjangkauan Fasilitas
Kemajuan tehnologi dan canggihnya komunikasi, serta gencarnya
promosi susu formula sebagai pengganti ASI membuat masyarakat
kurang mempercayai kehebatan ASI, sehingga akhirnya memilih susu
formula.
25
2. Reinforcing Factors
a. Sikap dan Perilaku Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan adalah peletak dasar kecerdasan anak-anak
Indonesia karena mereka membimbing ibu untuk memberikan ASI
eksklusif. Pemberian ASI eksklusif membuat otak bayi berkembang
optimal, bayi mendapat gizi sempurna dan tumbuh dengan baik. Ini
adalah modal utama menjadi manusia yang produktif. Sikap dan
perilaku petugas kesehatan dapat menjadi contoh atau acuan bagi
masyarakat tentang hidup sehat (berperilaku hidup sehat).
b. Dukungan Keluarga
Dukungan sosial berfokus pada sifat interaksi yang berlangsung dalam
berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu.
Dukungan sosial keluarga adalah suatu proses hubungan antara
keluarga dengan lingkunga sosialnya, dimana proses ini terjadi
sepanjang masa kehidupan. Dukungan sosial keluarga terutama
dukungan suami mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang
dipandang oleh suami sebagai suatu yang dapat diakses/diadakan
untuk keluarga, dukungan sosial bisa atau tidak digunakan tapi
anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung
selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan
26
dukungan informasional, dukungan penilaian/penghargaan, dan
dukungan emosional.
Faktor Predisposisi
- Pengetahuan tentang ASI
Eksklusif
- Kepercayaan diri dan
ketekunan pemberian ASI
- Pekerjaan ibu
- Pendidikan ibu
- Budaya memberikan
makanan pendamping ASI
sebelum usia 6 bulan
- Status sosial ekonomi Perilaku
pemberian ASI
Faktor Pemungkin eksklusif
- Ketersediaan fasilitas
(seperti ruang menyusui)
- Dana promosi kesehatan
Faktor Penguat
- Dukungan suami dan
keluarga dalam pemberian
ASI Eksklusif
- Dukungan tenaga
kesehatan
- Dukungan tokoh
masyarakat
Gambar 1. Kerangka Teori pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawat
Inap Way Kandis (Eka, 2009).
27
Tabel 1. Input, Proses, dan Output evaluasi program.
Input Proses Output Outcome
28
BAB III
METODE EVALUASI
Proses
1. Konseling gizi dan menyusui, khususnya pada ibu hamil trimester III
2. Penemuan tenaga kesehatan yang memberikan susu formula
3. Pembentukan kelompok pendukung ASI
4. Pemantaun dan evaluasi melalui posyandu
Output
1.Ibu memberikan ASI kepada bayi berusia 0-6 bulan
2.Menghilangkan faktor penyulit dalam pemberian ASI eksklusif
3.Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara rutin
Outcome
Bayi berusia 0-6 bulan dapat lulus ASI eksklusif
29
3.2 Tolak Ukur Penilaian
Evaluasi dilakukan pada Program Perbaikan Gizi Masyarakat khususnya
cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis. Adapun
sumber rujukan tolak ukur penilaian yang digunakan adalah Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019 dengan target 50%
untuk program ASI eksklusif.
30
3. Menetapkan prioritas masalah masalah-masalah pada komponen output
tidak semuanya dapat diatasi secara bersamaan mengingat keterbatasan
kemampuan Puskesmas. Oleh sebab itu, ditetapkan prioritas masalah
yang akan dicari solusi untuk memecahkannya.
4. Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan. Untuk
menentukan penyebab masalah yang telah diprioritaskan tersebut, maka
dibuatlah kerangka konsep masalah. Hal ini bertujuan untuk menentukan
faktor-faktor penyebab masalah yang telah diprioritaskan tadi yang
berasal dari komponen sistem yang lainnya, yaitu komponen input,
proses, lingkungan dan umpan balik. Dengan menggunakan kerangka
konsep diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat diketahui dan
diidentifikasi sehingga tidak ada yang tertinggal.
5. Identifikasi penyebab masalah. Berbagai penyebab masalah yang
terdapat pada kerangka konsep selanjutnya akan diidentifikasi.
Identifikasi penyebab masalah dilakukan dengan membandingkan antara
tolak ukur atau standar komponen-komponen input, proses, lingkungan
dan umpan balik dengan pencapaian di lapangan. Analisis penyebab
masalah dilakukan dengan menggunakan diagram fishbone.
31
penyebab masalah pada tulisan ini digunakan kategori 5 M (Man, Money,
Material, Method, Machine).
32
7. Menentukan prioritas cara pemecahan masalah. Dari berbagai alternative
cara pemecahan masalah yang telahdibuat, maka akan dipilih satu cara
pemecahan masalah (untuk masing-masing penyebab masalah) yang
dianggap paling baik dan memungkinkan.
33
BAB IV
GAMBARAN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS WAY KANDIS
4.1 Data Geografis Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis merupakan Puskesmas Induk yang ada
didalam Pemerintahan Kecamatan Tanjung Senang yang terletak di
Kelurahan Perumnas Way Kandis dengan Luas Wilayah kerja + 973 Ha
dengan membawahi lima kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Tanjung Senang;
2. Kelurahan Way Kandis;
3. Kelurahan Perumnas Way Kandis;
4. Kelurahan Labuhan Dalam;
5. Kelurahan Pematang Wangi;
Batas – batas wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis adalah
sebagai berikut :
a. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Way Huwi Kec Jati Agung
Lampung Selatan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Way Dadi Kecamatan
Sukarame
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kec.Way Halim dan Kec.Lab Ratu.
d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec.Rj Basa dan Kec Jati Agung.
34
Gambar 1. Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
35
Tabel 2. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016
Penduduk
No Kelurahan KK
L P Total
1 Tanjung 6338 6239 12577 2815
Senang
2 Way 4432 4379 8811 2198
Kandis
3 Perumnas 3944 4188 8132 1707
Way
Kandis
4 Labuhan 4601 4449 9050 1592
Dalam
5 Pematang 3593 3619 7212 1590
Wangi
Jumlah 22907 22875 45782 9902
36
2. Keadaan Sumber Daya Tenaga Kesehatan
Sumber daya kesehatan yang terdapat di Puskesmas Rawat Inap Way
Kandis adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Data Ketenagaan Upt Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Tahun
2017
Status Kepegawaian
No Jenis Ketenagaan Jml Ket
Pns Kontrak Tks
A. PUSKESMAS INDUK
1 Dokter Umum 6 3 3 0 1 Ka Puskes , 1 Tubel
2 Dokter Gigi 2 2 0 0
3 Sarjana
a. S1 Keperawatan 3 2 0 1
b. S1 Kesehatan 2 1 1 0 1 Promkes dan 1 Adm
Masyarakat
c. S1 Apoteker 1 1 0 0
d. DIV Keperawatan 1 1 0 0
e. DIV Kebidanan 0 0 0 0
f. DIII Keperawatan 4 1 2 1
g. DIII Kebidanan 12 7 4 1 1 Adm
h. DIII Perawat Gigi 1 1 0 0
i. DIII Analis Kesehatan 1 1 0 0
j. DIII Gizi 1 0 0 1
k. DIII Sanitasi 1 1 0 0
l. D3 Lainnya 3 0 2 1 3 Tenaga Adm
4 DI Bidan 2 2 0 0
5 Perawat / SPK 4 4 0 0
6 Per Gigi / SPRG 1 1 0 0
7 SPAG 1 1 0 0
8 Analis / SMAK 1 1 0 0
9 Pengelola Obat / SMF 1 1 0 0
10 Kesling / SPPH 1 1 0 0
11 TU / Adminitrasi 3 3 0 0 1.Ka Tata Usaha
12 Supir 1 1 0 0
13 Tenaga Adminitrasi 1 0 0 1
14 Tenaga Kebersihan 2 0 0 2
15 Penjaga Malam 1 0 0 1
Jumlah 57 36 12 9
B. PUSKESMAS PEMBANTU
1 S1 Keperawatan 1 1 0 0
2 DIV Kebidanan 3 1 2 0
3 DIII Kebidanan 9 8 1 0
4 DIII Keperawatan 4 2 2 0
37
5 D1 Bidan 3 3 0 0
6 Perawat / SPK 7 7 0 0
7 Sanitasi /SPPH 1 1 0 0
8 Adminitrasi 1 1 0 0
Jumlah 29 24 5 0
C. POSKESKEL
1 S1 Keperawatan 1 0 1 0
2 DIII Kebidanan 4 0 4 0
3 DIII Keperawatan 9 0 9 0
4 D1 Bidan 1 0 1 0
Jumlah 15 0 15 0
TOTAL 102 61 31 9
38
3. Keadaan Peralatan Kesehatan
Hampir semua peralatan kesehatan yang dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan standar puskesmas rawat inap sudah terpenuhi baik puskesmas
induk maupun puskesmas pembantu (pustu).
39
- Upaya Kesehatan Tradisional
- Upaya Kesehatan Lansia
40
BAB V
HASIL EVALUASI
41
Eksklusif Pencapaian
45%
Rumah tangga Target
5 mengonsumsi Pencapaian 0% 99,22% +
garam beryodium 99,22%
Balita 6-59 bulan Target
6 mendapat Kapsul Pencapaian 93,24% - -
Vitamin A 88,52%
Ibu hamil
mendapat tablet Target
7 tambah darah Pencapaian 22,92% 0,33% +
minimal 90 Tablet 23,25%
18 Target 0,03% - -
Balita di bawah garis
Pencapaian
42
merah (BGM) 0,6%
Target
19 Ibu hamil anemia Pencapaian 7,78% - -
29,9%
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Maret 2018
Cakupan bayi yang lulus ASI Eksklusif adalah gambaran besaran bayi yang
ASI Eksklusif, dalam hal ini hanya mendapat asupan ASI saja tanpa
makanan ataupun minuman lainnya. Data yang diperoleh merupakan data
ASI Eksklusif per tahun, bayi usia 0-6 bulan di data sesuai kriteria diatas.
Jumlah sasaran bayi yang menerima ASI eksklusif sesuai dengan pendataan
banyaknya jumlah bayi yang berusia 0-6 bulan.
43
Tabel 7. Penentuan Prioritas Masalah dengan Menggunakan Metode USG
Nilai Kriteria Nilai Akhir
No Masalah
U S G
1 Balita yang ditimbang berat
3 2 3 18
badannya
2 Bayi kurang dari 6 bulan mendapat
3 4 4 48
ASI eksklusif
3 Bayi yang lulus ASI ekslusif 4 4 5 80
4 Rumah tangga mengonsumsi garam
beryodium 2 3 3 18
44
Money Man Kurangnya motivasi dari
suami dan keluarga untuk
Dana promosi Sikap ibu memberi memberikan ASI
kesehatan yang makanan tambahan eksklusif
belum maksimal (roti, kerokan pisang) Tenaga kesehatan
pemberi pertolongan
Sikap ibu menghentikan persalinan memberikan
Biaya untuk ASI agar tidak susu formula
pembangunan memperparah diare
ruang menyusi Persepsi masyarakan
tidak tersedia yang salah mengenai
Ibu tidak tekun dan pemberian MPASI Bayi yang lulus ASI
sabar dalam belajar eksklusif di wilayah
memberikan ASI kerja Puskesmas
Rawat Inap Way
Penyuluhan dan Kandis yang hanya
Ruang mencapai 29,73% dari
Peran tokoh masyarakat sosialisasi ASI menyusui target 45%
dalam hal pemberian belum dilakukan belum tersedia
ASI eksklusif kurang secara rutin di fasilitas
(dalam menghilangkan kesehatan dan
Kelompok
budaya) pendukung tempat kerja
ASI belum
Kurangnya kontrol maksimal
terhadap pelaksanaan Media promosi/
program ASI Tidak ada penyuluhan
eksklusif kebijakan mengenai ASI
kewajiban masih kurang
penyediaan
Machine ruang menyusi Method Material
di tempat umum e
Gambar 4. Diagram fishbone Program Bayi yang lulus ASI Eksklusif Puskesmas
Rawat Inap Way Kandis Agustus 2017 sampai Februari 2018.
45
4. Tenaga kesehatan pemberi pertolongan persalinan memberikan susu
formula
5. Kurangnya motivasi dari suami dan keluarga besar yang tidak untuk
memberikan ASI eksklusif
6. Kurangnya kontrol dan pengawasan terhadap pelaksanaan program
pemberian ASI. Pengumpulan data didapatkan dari kegiatan kelas ibu
hamil di posyandu, kegiatan kesehatan lingkungan rumah sehat, dan
pemeriksaan ANC dan persalinan yang dilakukan di Puskesmas Way
Kandis. Selain dari ketiga kegiatan ini, dilakukan dengan memperoleh
laporan secara pasif, misalnya di tempat-tempat swasta.
7. Persepsi masyarakat yang salah mengenai MPASI, yaitu ketika bayi
berusia 4 bulan dapat diberikan makanan pendamping ASI (MPASI),
terutama asuhan yang diberikan nenek dari bayi tersebut.
8. Kurangnya peran tokoh masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI
eksklusif (dalam upaya menghilangkan budaya)
9. Jumlah dan intensitas pertemuan kelompok pendukung ASI yang maish
kurang (belum maksimal)
10. Dana promosi kesehatan belum maksimal
11. Biaya untuk pembangunan ruang menyusui tidak tersedia
12. Penyuluhan dan sosialisasi ASI belum dilakukan secara rutin
13. Ruang menyusui belum tersedia
14. Media promosi/ penyuluhan mengenai ASI masih kurang.
46
Tabel 8. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Penyebab Masalah.
No Daftar Masalah I T R JUM
IxTx
P S RI DU SB PB PC R
1 Man
Sikap ibu memberi 4 4 4 4 4 3 3 4 3 480
makanan tambahan
(roti, kerokan pisang,
susu formula)
Sikap ibu
menghentikan ASI 4 3 3 2 3 2 1 4 3 216
agar tidak
memperparah diare
Kurangnya motivasi
dari suami dan 4 3 3 3 4 3 2 3 4 264
keluarga dalam
pemberian ASI
Tenaga kesehatan
pemberi pertolongan 4 4 3 3 5 4 3 4 4 416
persalinan
memberikan susu
formula
3 Money
Dana Promosi 3 3 2 3 2 2 4 3 3 171
kesehatan belum
maksimal
47
Kurangnya peran
tokoh masyarakat 3 4 3 2 3 3 4 3 4 264
tentang pentingnya
pemberian ASI
eksklusif
Keterangan:
Pentingnya masalah (Importancy/I)
– Besarnya masalah (Prevalence/P)
– Akibat yang ditimbulkan masalah (Severity/S)
– Kenaikannya besarnya masalah (Rate of Increase/RI)
– Derajat keinginan masyarakat yang belum terpenuhi (Degree of Unmeet
Need/DU)
– Keuntungan sosial karena selesainya masalah (Social Benefit/SB)
– Rasa prihatin masyarakat tentang masalah (Public Concern/PB)
– Suasana politik (Political Climate/PC)
Kelayakan Tekhnologi (Technical Feasibility/T)
Sumber daya yang tersedia (Resources Availibility/R)
49
BAB VI
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
50
eksklusif pada bayinya
51
kontrol kehamilan
52
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Prioritas msalah yang ditetapkan berasal dari program pembinaan
perbaikan gizi masyarakat, yaitu bayi yang lulus ASI eksklusif di
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Agustus 2017 sampai Februari 2018
lebih rendah dari tolak ukur, yaitu hanya mencapai 29,73% dari target
45%.
2. Penyebab masalah utama dari program bayi yang lulus ASI eksklusif di
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Agustus 2017 sampai Februari 2018
adalah sikap ibu memberi makanan tambahan (roti, kerokan pisang, susu
formula), persepsi masyarakat yang salah mengenai MPASI, tenaga
kesehatan yang memberikan pertolongan persalinan memberiksan susu
formula, dan media promosi/ penyuluhan mengenai ASI masih kurang.
3. Alternatif pemecahan masalah utama bagi pelaksanaan program program
bayi yang lulus ASI eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
Agustus 2017 sampai Februari 2018 berupa membentuk lebih banyak
kelompok pendukung ASI untuk mengadakan kegiatan pelatihan dan
penyuluhan mengenasi ASI dan MP-ASI secara berkala, dan
mengadakan penyuluhan pada ibu hamil dan menyusui tentang manfaat,
komposisi, produksi, pola dan cara pemberian ASI dan MP-ASI yang
tepat bagi bayi dan bahayanya bila diberikan sebelum 6 bulan.
53
7.2 Saran
1. Penyelenggaran workshop menyusui bagi ibu hamil maupun menyusui
dengan melibatkan suami dan dan keluarga terdekat dengan media video
atau penggunaan manekin oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih.
2. Monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi masyarakat, yaitu
program bayi yang lulus ASI eksklusif, dan kelompok pendukung ASI
yang sudah ada secara rutin oleh kepala Puskesmas.
3. Menggalakkan sistem pelaporan sederhana dan terintegrasi terkait
program ASI eksklusif dengan mengaktifkan kembali layanan pengaduan
masyarakat terpadu (call center) pada wilayah kerja puskesmas.
4. Membentuk forum diskusi melalui media elektronik yang dapat menjadi
sarana penyalur informasi dan bertukar pengalaman mengenai ASI dan
MP-ASI yang dimulai sejak ibu hamil memasuki trimester 3.
5. Meningkatkan pengetahuan dan dukungan keluarga ibu hamil, seperti
memotivasi suami ibu hamil untuk bergabung dalam kelompok ayah
ASI.
6. Meningkatkan jumlah serta intensitas pertemuan maupun pelatihan bagi
tenaga kesehatan maupun suksrelawan dalam kelompok pendukung ASI
setempat untuk penegasan pemberian ASI eksklusif untuk bayi usia 0-6
bulan agar bayi yang lulus ASI eksklusif meningkat.
54
DAFTAR PUSTAKA
56
57