Você está na página 1de 57

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 1


DAFTAR TABEL .................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................. 6
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8


2.1 Definisi dan Program Kerja Puskesmas ................................................
2.2 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ................................................................. 8
2.3 Program ASI Eksklusif di Puskesmas ...................................................
2.2 Komposisi ASI ...................................................................................... 8
2.3 Manfaat ASI dan Menyusui ................................................................... 9
2.4 Produksi ASI.......................................................................................... 12
2.5 Pemberian ASI ....................................................................................... 13

BAB III METODE EVALUASI ........................................................................... 16


3.1 Tolak Ukur Penelitian ............................................................................ 16
3.2 Pengumpulan Data ................................................................................. 16
3.3 Cara Analisis.......................................................................................... 16

1
BAB IV GAMBARAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAY KANDIS ... 21
4.1 Data Geografis Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis .... 21
4.2 Data Demografi ..................................................................................... 22
4.3 Sumber Daya Kesehatan ........................................................................ 23
4.4 Kegiatan Puskesmas .............................................................................. 26

BAB V HASIL EVALUASI ................................................................................. 28


5.1 Membandingkan Pencapaian Keluaran Program dengan Tolak Ukur
Keluaran................................................................................................ 28
5.2 Menetapkan Prioritas Masalah .............................................................. 30
5.3 Membuat Kerangka Konsep dari Masalah yang Dipriorotaskan ........... 31
5.4 Identifikasi Penyebab Masalah .............................................................. 32

BAB VI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH ......................................... 38


6.1 Menyusun Alternatif Jalan Keluar ......................................................... 38
6.2 Menentukan Prioritas Cara Pemecahan Masalah .................................. 39

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 41


7.1 Kesimpulan ............................................................................................ 41
7.2 Saran ...................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43

2
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 ..................................................................
2. Proporsi Penduduk berdasarkan jenis kelamin dan umur di Kecamatan Tanjung
Senang Tahun 2016 ..........................................................................................
3. Fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis pada
tahun 2016 .......................................................................................................
4. Data Ketenagaan UPT Puskesmas Rawat Inap Way Kandis tahun 2017 .........
5. Pencapaian Program Pembinaan Gizi Masyarakat di Puskesmas Rawat Inap
Way Kandis Maret 2018...................................................................................
6. Penentuan Prioritas Masalah dengan Menggunakan Metode USG ..................
7. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Penyebab Masalah ......................
8. Menetapkan Alternatif Pemecahan Masalah .....................................................
9. Prioritas dari Alternatif Pemecahan Masalah ....................................................

3
DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman
1. Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis.........................................
2. Struktur Organisasi Puskesmas Rawat Inap Way Kandis .................................
3. Kerangka Teori..................................................................................................
4. Kerangka Konsep ..............................................................................................
5. Diagram fishbone Program Bayi yang lulus ASI Eksklusif Puskesmas Rawat Inap Way
Kandis Agustus 2017 sampai Februari 2018.

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makanan terbaik untuk seorang bayi adalah Air susu ibu (ASI) secara
ekslusif yang dimulai saat kelahiran sampai 6 bulan tanpa memberikan
makanan tambahan. Program ASI eksklusif dicanangkan pemerintah sejak
tahun 1980. Namun demikian pada tahun 1990 program ini pertama kali
disosialisasikan secara luas di Indonesia. Sebelum tahun 2000 anjuran ASI
ekslusif dilakukakn untuk bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. Namun
setelah peringatan pekan ASI kedua pada tahun 2000, mulai dicanangkan
pemberian ASI eksklusif tanpa makanan tambahan sejak anak lahir hingga
berumur enam bulan (Rumangan, 2013).

Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan salah satu hal yang dapat
mencegah bayi dari berbagau penyakit, termasuk infeksi. Faktor protektif
dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta
kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis
menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi,
misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian
bawah. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari
susu matang (matur). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan
melindungi bayi dari penyakt diare dan menurunkan kemungkinan bayi
terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi
(Kemenkes RI, 2014).

5
Pemberian Asi diharapkan dapat mencegah bayi dari berbagi penyakit,
sehingga tujuan dari salah satu pembangunan kesehatan, yaitu menurunkan
angka kematian bayi dapat tercapai. Hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 2015 menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 22,23
per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG 2015
sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Walaupun demikian, menurut Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 dalam profil kesehatan
Indonesia tahun 2015, Angka Kematian Neonatus (AKN) pada taun 2012
sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN
berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding SDKI
tahun 2002-2003, yaitu 20 per 1.000 per kelairan hidup. (Kemenkes RI,
2016). Data ini juga menunjukkan bahwa AKN masih jauh di bawah target
Sustainable Develompent Goals (SDGs) yaitu mengakhiri kematian bayi
dan balita yang dapat dicegah, dengan menurunkan AKN hingga 12 per
1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2016).

Melihat pentingnya ASI eksklusif untuk pertumbuhan bayi, makan


Kementerian Kesehatan telah menerbitkan surat keputusan Menteri
Kesehatan nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI
eksklusif. Tenaga kesehatan yang bekerja di saranan pelayanan kesehatan
agar menginformasikan kepada ibu hamil yang baru melahirkan untuk
memberi ASI eksklusif dan tenaga kesehatan harus menginformasikan
Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) (Kemenkes RI,
2007).

Sepuluh LMKM yang dimaksud adalah 1) menetapkan kebijakan


peningkatan ASI secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas, 2)
melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan tersebut, 3)
memberikan penjelasana kepada ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
tatalaksananya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir, sampai umur
2 tahun, 4) membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah
melahirkan di rumah bersalin, 5) membantu ibu untuk memahami cara

6
menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu
dipisah dari bayi atas indikasi medis, 6) tidak memberikan makanan atau
minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir, 7) melaksanakan rawat
gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari, 8)
membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap
lama dan frekuensi menyusui, 9) tidak memberikan dot atau kempeng
kepada bayi yang diberi ASI, dan 10) mengupayakan terbentuknya
kelompok pendukung ASI di masyarakat dan merujuk ibu keadaan
kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit/rumah bersalin/sarana
pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

Sayangnya, berdasarkan penilitian yang dilakukan kepada 106 orang ibu,


dapat diketahui banyak faktor yang memengaruhi ibu memberikan air susu
ibu (ASI) dan lama menyusui, seperti pengetahuan terhadap ASI yang
kurang, pekerjaan atau sosial ekonomi, dan dukungan dari suami maupun
keluarga besar (Pratama, 2013). Penelitian lain juga memperlihatkan
berbagai faktor yang memengaruhi pemberian ASI, meliputi status sosial
ekonomi, lingkungan, pendidikan ibu, situasi dan pekerjaan ibu, dan tekanan
komersial seperti iklan susu formula. Faktor lain meliputi pengetahuan dan
ketersediaan pengganti ASI serta faktor sosiokultural meliputi keyakinan
dan sikap, praktik ibu dan dukungan suami, keluarga serta masyarakat
(Singh, 2010).

Mengacu pada target program pada tahun 2014 sebesar 80%, maka secara
nasional cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 52,3% belum mencapai
target. Data ini sendiri mengalami penurunan sebesar 2% jika dibandingkan
dengan cakupan ASI Eksklusif pada tahun 2013, yaitu sebesar 54,3%
(Kemenkes RI, 2013). Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Provinsi
Lampung sendiri pada tahun 2014 adalah 63,7%. (Kemenkes RI, 2014).
Namun pada tahun 2015, target pencapaian ASI eksklusif menurun yaitu
35%. Hal ini berpatokan pada Rencara Strategis Kementerian Kesehatan
tahun 2015-2019. Saat ini, target pencapaian ialah 50% (Kemenkes RI,

7
2015). Kendati demikian, didapatkan bahwa secara rinci berdasarkan
indikator program gizi provinsi Lampung, program ASI eksklusif memiliki
dua capaian target yang dengan metode berbeda yaitu metode recall 24 jam
dan metode 6 bulan. Untuk target metode recall 24 jam sebesar 80%,
sedangkan metode 6 bulan 50% (Dinkes Provinsi Lampung, 2015).

Masalah mengenai pencapaian ASI eksklusif terjadi pada Puskesmas


wilayah kerja Way Kandis. Berdasarkan data cakupan pemberian ASI
eksklusif pada wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis pada
periode Agustus 2017 sampai Februari 2018 didapatkan pada angka
29,73%, lebih rendah dari target yang ditentukan sebesar 45%. Dari uraian
di atas maka penulis tertarik untuk melakukan evaluasi terhadap program
pembinaan perbaikan gizi masyarakat, yaitu bayi yang lulus ASI eksklusif
di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun masalah
yang ditemukan adalah tidak sesuainya target yang di harapkan sebesar
45% bayi lulus ASI eksklusif dengan cakupan yang tercapai sebesar
29,73% pada program gizi di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
2. Permasalahan yang akan dievaluasi adalah bagaimana perananan
keluarga, petugas kesehatan, dan tenaga medis dalam upaya
meningkatkan bayi yang lulus ASI eksklusif

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengevaluasi perananan keluarga, petugas kesehatan, dan tenaga medis
dalam upaya meningkatkan bayi yang lulus ASI eksklusif yang
menyebabkan tidak tercapainya target bayi yang lulus ASI eksklusif
pada program pembinaan perbaikan gizi masyarakat gizi di Puskesmas
Rawat Inap Way Kandis

8
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui pelaksanaan kegiatan dalam upaya meningkatkan bayi
yang lulus ASI eksklusif pada program gizi di Puskesmas Way
Kandis Agustus 2017 sampai Februari 2018
2. Mengetahui kemungkinan penyebab masalah dari program ASI
eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Agustus 2017
sampai Februari 2018.
3. Merumuskan altematif pemecahan masalah dari program ASI
eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Agustus 2017
sampai Februari 2018

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi penulis dapat memperdalam ilmu kedokteran komunitas mengenai
evaluasi program ASI eksklusif.
2. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi:
a. Mengetahui masalah dan penyebab masalah dalam Program ASI
eksklusif.
b. Memperoleh alternatif pemecahan masalah sehingga dapat
meningkatkan angka pencapaian program dalam rangka peningkatan
derajat kesehatan yang optimal.
3. Bagi Masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih
optimal dan peningkatan status gizi dan kesehatan ibu dan anak
khususnya bayi di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Program Kerja Puskesmas


Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja (Permenkes, 2014). Tujuan pembangunan kesehatan
yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tingal di
wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatanyang setinggi-
tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat (Kemenkes RI, 2014).

Setiap puskesmas mempunyai pelayanan di dalam gedung atau diluar


gedung, menurut jumlah sasaran dan wilayah kerjanya. Sesuai status
puskesmas, perawatan atau non perawatan, bisa melaksanakan kegiatan
pokok, maupun pengembangan, tergantung kemampuan sumber daya
manusia dan sumber daya material. Berikut ringkasan 9 (sembilan) program
pokok sebagai contoh perbandingan pelayanan menurut paparan
pengalaman pribadi selama bertugas mengabdi dipuskesmas adalah:
1. Program Promosi Kesehatan (Promkes) :
 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)
 Sosialisasi Program Kesehatan
 Survey Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
 Penilaian Strata Posyandu.

10
2. Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :
 Surveilens Terpadu Penyakit (STP)
 Pelacakan Kasus:
1. TBC : dilakukan beberapa kegiatan yaitu penemuanpasien TB,
pengobatan TB (DOTS), Pengawas minum obat (PMO),
pemantauan dan evaluasi.
2. Kusta
3. DBD
4. Malaria
5. Flu Burung
6. Infeksi Saluran Peranafasan Akut (ISPA)
7. Diare
8. Infeksi Menular Seksual (IMS)
 Penyuluhan Penyakit Menular

3. Program Pengobatan :
 Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan),
Apotek, Unit Gawat Darurat (UGD), Perawatan Penyakit (Rawat
Inap), Pertolongan Persalinan (Kebidanan)
 Pengobatan Luar Gedung : Rujukan Kasus, Pelayanan Puskesmas
Keliling (Puskel)

4. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) :


 ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care)
 Pertolongan Persalinan
 Rujukan Ibu Hamil Risiko Tinggi
 Pelayanan Neonatus
 Kemitraan Dukun Bersalin
 Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

11
5. Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB) :
 Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
 Imunisasi Calon Pengantin (TT Catin)
 Pelayanan KB Pasangan Usia Subur (PUS)
 Penyuluhan KB

6. Program Upaya Peningkatan Gizi Masyrakat :


 Penimbangan Bayi Balita
 Pelacakan dan Perawatan Gizi Buruk
 Stimulasi dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
 Penyuluhan Gizi

7. Program Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan :


 Pengawasan Kesehatan Lingkungan : SPAL (saluran pembuangan
air limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban keluarga),
Pemeriksaan Sanitasi : TTU (tempat-tempat umum), Institusi
Perkantoran, Survey Jentik Nyamuk (SJN)

8. Program Pelayanan Kesehatan Komunitas :


 Kesehatan Mata, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Lansia, Kesehatan
Olahraga, Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), Upaya
Kesehatan Sekolah (UKS)

9. Program Pencatatan dan Pelaporan :


 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
disebut juga Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas
(SIMPUS)

2.2 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif


Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang
berguna sebagai makanan bagi bayinya (WHO, 2015). Air Susu Ibu (ASI)
12
eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah
ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
(kecuali obat, vitamin dan mineral) (Kemenkes RI, 2014).

Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi tanpa
pemberian makanan tambahan lainnya adalah yang terbaik. Dengan
demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat
bulan) sudah tidak berlaku lagi (WHO, 2015).

2.3 Program ASI Eksklusif di Puskesmas


Dukungan pemerintah yang kuat dimulai dengan pencanangan Gerakan
Nasional Peningkatan Pemberian ASI (GNPP-ASI) oleh bapak presiden
pada tanggal 22 Desember tahun 1990 bertepatan dengan peringatan hari
Ibu. Menindaklanjuti anjuran WHO, pemerintah menerbitkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang
Pemberian ASI Secara Eksklusif Pada Bayi (sejak lahir sampai umur 6
bulan). Hal ini dapat dilaksanakan dengan menerapkan Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) dan adanya keharusan tenaga kesehatan memberikan informasi
kepada semua ibu yang melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif
dengan mengacu pada 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
(LMKM), yaitu:
1. Menetapkan Kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu yang
secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas.
2. Melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan
tersebut.
3. Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat menyusui
dan talaksananya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir,
sampai umur 2 tahun.
4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah
melahirkan di ruang bersalin.

13
5. Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi
medis.
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada
bayi baru lahir.
7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi
24 jam sehari.
8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan
terhadap lama dan frekuensi menyusui
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.
10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI di masyarakat
dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah
Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan (Dewi dkk, 2016;
Kemenkes RI, 2018)

Kementerian kesehatan menetapkan salah satu indikator pelaksanaan


surveilans gizi adalah program pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan dengan
pencapaian target sebesar 80% yang dapat dicapai pada tahun 2014, hasil
laporan pencapaian indikator kinerja program bina gizi diketahui hingga
akhir tahun 2014 pencapaian kinerja program ini sebesar 52,64%. Dukungan
pemerintah mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan suatu program, salah
satu bentuk dukungan terhadap program pemberian ASI Eksklusif selain
peraturan bersama tiga kementrian adalah dikeluarkannya PP No. 33 tahun
2012 meliputi 10 Bab dan 43 Pasal tentang pemberian ASI Eksklusif,
khususnya pada bab I pasal 1 ayat 2. Peraturan ini memberikan memberikan
jaminan pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak 0
sampai 6 bulan, jaminan perlindungan ibu dalam memberikan ASI
Eksklusif, meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat dan
pemerintah, serta adanya sanksi administrasi pada setiap tenaga kesehatan
yang tidak melaksanakan ketentuan peraturan tersebut. Pelaksanaan
program promosi ASI eksklusif telah dilengkapi dengan panduan dalam

14
bentuk pedoman pelaksanaan dan petunjuk teknis program bagi puskesmas
dari Kementerian Kesehatan. (Dewi dkk, 2016).

2.4 Komposisi ASI


ASI mengandung karbohidrat, lemak, dan protein. Karbohidrat utama dalam
ASI adalah laktosa. Di dalam usus halus laktosa akan dipecah menjadi
glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase. Produksi enzim laktase pada usus
halus bayi kadang-kadang belum mencukupi, untungnya laktase terdapat
dalam ASI. Sebagian laktosa akan masuk ke usus besar dan difermentasi
oleh flora usus (bakteri baik pada usus) yaitu laktobasili. Bakteri ini
menciptakan keadaan asam dalam usus yang akan menekan pertumbuhan
kuman patogen (kuman yang menyebabkan penyakit) pada usus dan
meningkatkan absorpsi (penyerapan) kalsium dan fosfor.

Kurang lebih 50% energi yang terkandung pada ASI berasal dari lemak (40
g/L). ASI sangat kaya asam lemak esensial yaitu asam lemak yang tidak
bisa diproduksi tubuh tetapi sangat diperlukan untuk pertumbuhan otak.
Lemak pada ASI didapatkan pada hindmilk (susu akhir). Bayi mendapatkan
kebutuhan energinya sebagian besar dari lemak. Karena itu penting sekali
untuk membiarkan bayi menyusu pada satu payudara sampai habis dan baru
dipindahkan ke payudara satunya apabila bayi masih menginginkannya.
Menghentikan bayi yang sedang menyusu akan mengurangi lemak yang
didapatkan, dengan demikian bayi tidak mendapat cukup energi. Selain itu
menghentikan bayi yang menyusu bisa menyebabkan hipergalaktia.
Kejadian hipergalaktia bisa muncul karena ibu memberikan ASI dalam
waktu sebentar (5-10 menit) pada satu sisi dan kemudian pindah ke
payudara lain. Akibatnya pengosongan payudara tidak optimal dan bayi
mendapat sejumlah besar foremilk yang banyak mengandung laktosa dan
sedikit hindmilk yang banyak mengandung lemak. Akibat lain hipergalaktia
adalah timbulnya malabsorpsi (gangguan pencernaan), pembentukan gas
yang berlebihan sehingga bayi kembung, dan terjadinya gagal tumbuh pada
bayi karena bayi hanya mendapatkan sedikit lemak.

15
Kandungan protein dalam ASI dalam bentuk whey 70% dan kasein 30%.
Protein whey tahan terhadap suasana asam dan lebih mudah diserap
sehingga akan mempercepat pengosongan lambung. Kandungan zat aktif
lain dalam ASI yang terutama bekerja untuk fungsi kekebalan tubuh adalah
komponen protein, nitrogen non protein, karbohidrat, lemak , vitamin larut
dalam lemak, vitamin yang larut dalam air, mineral dan ion, trace mineral,
serta sel. Sehingga dapat dimengerti dengan mendapatkan ASI, bayi
mendapatkan kekebalan terhadap berbagai penyakit (IDAI,2013).

2.5 Manfaat ASI dan Menyusui


Pola menyusui dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu menyusui
eksklusif, menyusui predominan, dan menyusui parsial sesuai definisi WHO
(WHO, 2015).
1. Menyusui eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman
lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan dan
vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan).
2. Menyusui predominan adalah menyusui bayi tetapi pernah memberikan
sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya teh, sebagai makanan/
minuman prelakteal sebelum ASI keluar.
3. Menyusui parsial adalah menyusui bayi serta diberikan makanan buatan
selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi
berumur enam bulan, baik diberikan secara kontinyu maupun diberikan
sebagaimakanan prelakteal.

Manfaat pemberian ASI meningkat seiring dengan lama pemberian


eksklusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan
pendamping ASI pada usia enam bulan, manfaat pemberian ASI lebih
meningkat seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI sampai dua
tahun. Manfaat pemberian ASI adalah sebagai berikut (Mustofa, 2011):

1. Manfaat ASI untuk bayi

16
ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,
ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga
melindungi infeksi gastrointestinal. ASI tidak mengandung beta-
lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga
mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama
5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin Lysozyme, Complemen C3 dan
C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI dapat
meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bayi serta meningkatkan jalinan
kasih sayang ibu dan anak (bonding).

2. Manfaat ASI untuk ibu


Dapat menimbulkan suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat
memberikan “kehidupan” kepada bayinya dan hubungan yang lebih erat
karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, sehingga
meningkatkan bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan
anak. Dengan menyusui, rahim ibu akan berkontraksi yang dapat
menyebabkan pengembalian rahim keukuran sebelum hamil serta
mempercepat berhentinya pendarahan post partum. Dengan menyusui
kesuburan ibu akan menjadi berkurang untuk beberpa bulan dan dapat
menjarangkan kehamilan. ASI juga dapat mengurangi kemungkinan
kanker payudara pada masa yang akan datang.

Selain itu, menurut Utami Roesli (2000) dalam skripsi Nur Rahman (2017)
manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai berikut:
1. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda. Dengan
komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat.
2. ASI mudah dicerna oleh bayi.
3. Jarang menyebabkan konstipasi.
4. Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap oleh bayi.
5. ASI kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi
untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya.

17
6. ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral selenium.
7. Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang diberikan
ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas.
Hal ini diduga karena ASI mengandung DHA/AA.
8. Bayi yang diberikan ASI eksklusif sampai 4 bulan akan menurunkan
resiko sakit jantung bila mereka dewasa.
9. ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah,
infeksi saluran kencing, dan juga menurunkan resiko kematian bayi
mendadak.
10. Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan
bayi.

ASI juga memberikan beberapa manfaat untuk ibu, seperti:


1. Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan
kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko perdarahan.
2. Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran
sebelum hamil.
3. Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga membantu penurunan berat
badan lebih cepat.
4. Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada
wanita menyusui sangat rendah. ASI lebih hemat waktu karena tidak
usah menyiapkan dan mensterilkan botol susu, dot, dan sebagainya.
5. ASI tidak akan basi. ASI selalu diproduksi payudara bila ASI telah
kosong ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu.
Jadi, ASI dalam payudara tidak pernah basi dan ibu tidak perlu memerah
dan membuang ASInya setiap kali akan menyusui.
6. Dengan memberikan ASI, ibu tidak memerlukan untuk makanan bayi
sampai berumur 4-6 bulan. Dengan demikian akan menghemat
pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan
peralatannya.
2.6 Produksi ASI
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dpat dibagi menjadi 3 yaitu:

18
1. Kolostrum
Kolostrum adalah ciaran yang disekresi oleh kelenjar mammae berwarna
kekuningan saat dan sesudah melahirkan bayi. Kolostrum disekresi dari
hari pertama hingga hari ketiga atau keempat dari masa laktasi.
Kolostrum bermanfaat bagi bayi untuk membersihkan meconium di usus
bayi yang baru lahir agar siap menerima makanan selanjutnya. Selain itu,
kolostrum juga bermanfaat karena mengandung antibodi yang banyak
sehingga dapat melindungi bayi di 6 bulan pertama kehidupannya.
Volumemnya berkisar 150-300 ml/24 jam.

2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)


Peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur, Asi ini disekresi pada hari
ke 4 hingga hari ke 10 masa laktasi. ASI ini memiliki kadar protein yang
rendah, namun kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi jumlahnya.

3. Air Susu Matur


Pada hari ke 10 dan seterusnya ASI matur disekresi, ASI ini
merupakanan makanan yang baik bagi bayi, dari segi komposisi maupun
volumenya. Warnanya putih kekunung-kuningan, karena mengandung
casienat, riboflaum, dan karotin. Volume ASI ini adalah 350-850ml/ 24
jam. ASI ini juga mengandung anti microbial factor seperti antibodi
terhadap bakteri dan virus, enzim, protein, faktor resiten terhadap
staphylococcus dan komplemen (Pratama,2013).

Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau dirangsang oleh isapan


mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar
hipofisis anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama
yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga
tergantung pada Refleks Let Down atau refleks ejeksi susu, dimana hisapan
putting dapat merangsang kelenjar hipofisis posterior untuk menghasilkan
hormon oksitosin. Di bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli
berkontraksi, mengeluarkan susu melalui sistem duktus ke dalam mulut

19
bayi. Laktasi dapat dianggap terdiri atas dua fase, laktogenesis (inisiasi
laktasi) dan galaktopoiesis (pemeliharaan sekresi air susu). Inisiasi laktasi
berkaitan dengan penurunan estrogen, progesteron, dari sirkulasi ibu saat
persalinan. Dua hormon terpenting yang berperan dalam laktasi adalah
prolaktin yang merangsang produksi air susu, dan oksitosin yang berperan
dalam penyemprotan (ejeksi) susu (Badriul, 2008).

2.7 Pemberian ASI


Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan
psikologi selama kehamilan akan menunjang keberhasilan menyusui.
Seorang ibu yang menyusui harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari
kelelahan, membuang rasa khawatir yang berlebihan dan percaya diri bahwa
ASI-nya mencukupi untuk kebutuhan bayi (Badriul, 2008).

Posisi dan teknik menyusui perlu memperhatikan beberapa hal, seperti


(Depkes RI, 2005):
1. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai
b. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala
c. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara
d. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
e. Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis
dengan leher dan lengan bayi
f. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat
bayi dengan lengan ibu.

2. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu


a. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang
dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari
telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola (kalang
payudara)

20
b. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan
cara menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.
c. Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan
lidah ke bawah
d. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan
bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala
e. Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan- hadapan
dengan hidung bayi
f. Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit mulut
bayi
g. Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit- langit yang
keras (palatum durum) dan langit- langit lunak (palatum molle)
h. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan
memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak
dibawah kalang payudara
i. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
j. Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung
bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak
perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara
menekan pantat bayi dengan lengan ibu
k. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus- elus
bayi

3. Cara Menyendawakan Bayi


a. Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan-lahan
diusap punggung belakang sampai bersendawa
b. Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap. Udara
akan keluar dengan sendirinya.

21
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif menurut

Notoatmodjo (2007) adalah:

1. Predisposing Factors
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terhadap suatu objek terjadi melalui panca indera
manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.

Informasi yang diberikan keluarga mengenai ASI Eksklusif dapat


mempengaruhi pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif. Apabila
informasi yang diberikan keluarga kurang tepat karena kurangnya
informasi tentang ASI Eksklusif, maka informasi yang diberikan
kepada ibu juga akan salah. Hal ini yang menyebabkan pengetahuan
ibu tentang ASI Eksklusif masih sangat rendah, karena informasi yang
diberikan oleh keluarga tentang ASI Eksklusif masih kurang.

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator


(penyebar) informasi tentang dunia. Keluarga menjelaskan tentang
pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat dugunakan untuk
mengungkapkan suatu masalah. Informasi yang diberikan dapat
menyumbangkan aksi sugesti pada individu. Aspek-aspek dukungan
informasional adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian
informasi (Friedman, 1998).
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek
yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan
menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek
yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap
22
objek tertentu. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan yang
mencakup dalam domain kognitif itu sendiri mempunyai 6 tingkatan,
yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Sikap
Menurut Notoadmodjo (2007), sikap adalah reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek, sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Dukungan emosional dan dukungan penghargaan dari suami dapat


mempengaruhi sikap ibu dalam memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya. Apabila suami menunjukkan perhatian positif dan
mendukung ibu untuk memberikan ASI Eksklusif, maka ibu akan
mempunyai sikap positif terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Dukungan emosional dari suami akan membuat istri merasa berharga,
nyaman, aman, terjamin dan disayangi. Dukungan emosional
berpengaruh langsung dengan produksi ASI, sehingga apabila ibu
mengalami stress atau suami tidak mendukung dengan tidak
memberikan perhatian pada ibu dalam menyusui maka menyusui akan
gagal karena produksi ASI akan berkurang.

Dukungan Penghargaan adalah dukungan yang terjadi lewat ungkapan


hormat/pengahargaan positif untuk orang lain, contohnya: pujian,
persetujuan orang lain. Keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan
balik, membimbing dan menangani pemecahan masalah dan sebagai
sumber dan validator identitas anggota. Suami dapat menyatakan
perasaan bangga dan senang atas keputusan ibu untuk menyusui
bayinya menunjukkan pada semua orang bahwa ia dapat mendukung
upaya pemberian ASI.

23
Notoatmodjo (2007) juga menjelaskan bahwa sikap terdiri dari
berbagai tingkatan, yaitu menerima, merespon, menghargai dan
bertanggung jawab. Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) juga
menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok:
 Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
 Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatru objek.
 Kecenderungan untuk bertindak.

c. Pekerjaan
Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara
eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6
bulan. Dengan adanya cuti hamil selama 3 bulan juga dapat membantu
ibu untuk dapat memberikan ASI eksklusif, ditambah dengan
pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah
ASI yang baik dan dukungan lingkungan kerja seorang ibu yang
bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif.

d. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan alasan berfikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.
Bagi sebagian ibu, menyusui merupakan tindakan yang alamiah dan
naluriah. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa menyusui tidak
perlu dipelajari. Namun, kebanyakan ibu kurang menyadari
pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi. Mereka hanya
mengetahui ASI adalah makanan yang diperlukan bayi tanpa
memperhatikan aspek lainnya.

24
e. Budaya
Adapun mitos tentang pemberian ASI bagi bayi, misal ibu yang
menyusui anaknya dapapt menurunkan kondisi fisik dirinya
merupakan suatu mitos yang sulit diterima oleh akal sehat. Demikian
halnya dengan kekhawatiran ibu yang menganggap bahwa produksi
ASI tidak mencukupi kebutuhan makanan bayi, yang akhirnya ibu
mencari alternatif lain dengan memberi susu pendamping/tambahan.

f. Status sosial ekonomi


Karena keterbatasan uang untuk membeli suatu produk susu yang
bermutu baik, mereka terpaksa membeli produk susu yang lebih
murah, meskipun mutunya jauh lebih rendah (Prasetyono, 2009).

2. Enabling Factors
a. Ketersediaan Sumber/fasilitas
Dukungan instrumental merupakan dukungan yang nyata dan dalam
bentuk materi dan waktu yang bertujuan untuk meringankan beban
bagi individu yang membutuhkan orang lain untuk memenuhinya.
Suami harus mengetahui jika istri dapat bergantung padanya jika istri
memerlukan bantuan. (Friedman, 1998). Dalam hal ini keluarga
mencukupi kebutuhan rutin ibu menyusui, membantu merawat bayi,
mengganti popok, menyendawakan bayi, memijat bayi secara teratur
atau memberi Air susu ibu (ASI) perah kepada bayi bila ibu bekerja.

b. Keterjangkauan Fasilitas
Kemajuan tehnologi dan canggihnya komunikasi, serta gencarnya
promosi susu formula sebagai pengganti ASI membuat masyarakat
kurang mempercayai kehebatan ASI, sehingga akhirnya memilih susu
formula.

25
2. Reinforcing Factors
a. Sikap dan Perilaku Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan adalah peletak dasar kecerdasan anak-anak
Indonesia karena mereka membimbing ibu untuk memberikan ASI
eksklusif. Pemberian ASI eksklusif membuat otak bayi berkembang
optimal, bayi mendapat gizi sempurna dan tumbuh dengan baik. Ini
adalah modal utama menjadi manusia yang produktif. Sikap dan
perilaku petugas kesehatan dapat menjadi contoh atau acuan bagi
masyarakat tentang hidup sehat (berperilaku hidup sehat).

b. Dukungan Keluarga
Dukungan sosial berfokus pada sifat interaksi yang berlangsung dalam
berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu.
Dukungan sosial keluarga adalah suatu proses hubungan antara
keluarga dengan lingkunga sosialnya, dimana proses ini terjadi
sepanjang masa kehidupan. Dukungan sosial keluarga terutama
dukungan suami mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang
dipandang oleh suami sebagai suatu yang dapat diakses/diadakan
untuk keluarga, dukungan sosial bisa atau tidak digunakan tapi
anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung
selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan

Nursalam, dkk. (2009) menyatakan individu yang termasuk dalam


memberikan dukungan sosial meliputi pasangan (suami/istri), orang
tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan dan konselor.
Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan internal dan
eksternal. Dukungan social keluarga internal seperti dari suami/ayah,
istri/ibu, atau dukungan saudara kandung. Dukungan sosial eksternal
adalah dukungan sosial eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan
kerja social keluarga). Dukungan sosial keluarga secara lebih lanjut
dapat diklasifikasikan menjadi empatm yaitu dukungan instrumental,

26
dukungan informasional, dukungan penilaian/penghargaan, dan
dukungan emosional.

Faktor Predisposisi
- Pengetahuan tentang ASI
Eksklusif
- Kepercayaan diri dan
ketekunan pemberian ASI
- Pekerjaan ibu
- Pendidikan ibu
- Budaya memberikan
makanan pendamping ASI
sebelum usia 6 bulan
- Status sosial ekonomi Perilaku
pemberian ASI
Faktor Pemungkin eksklusif
- Ketersediaan fasilitas
(seperti ruang menyusui)
- Dana promosi kesehatan

Faktor Penguat
- Dukungan suami dan
keluarga dalam pemberian
ASI Eksklusif
- Dukungan tenaga
kesehatan
- Dukungan tokoh
masyarakat

Gambar 1. Kerangka Teori pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawat
Inap Way Kandis (Eka, 2009).

27
Tabel 1. Input, Proses, dan Output evaluasi program.
Input Proses Output Outcome

1. SDM: dokter 1. Konseling gizi dan 1.Ibu memberikan Bayi berusia


umum 6 orang, menyusui, khususnya ASI kepada bayi 0-6 bulan
bidan 2 orang, pada ibu hamil berusia 0-6 bulan lulus ASI
perawat 4 orang, trimester III 2.Menghilangkan eksklusif
dan tokoh 2. Penemuan tenaga faktor penyulit
masyarakat kesehatan yang dalam pemberian
2. Sarana: 1 memberikan susu ASI eksklusif
puskesmas induk, formula 3.Pemantauan dan
1 puskesmas 3. Pembentukan evaluasi
pembantu, 25 kelompok pendukung dilakukan secara
posyandu, ASI rutin
ketersediaan 4. Pemantaun dan
ruang menyusui evaluasi melalui
3. Lingkungan: 5 posyandu
desa dengan
jumlah penduduk
45.782 jiwa
4. Dana promosi
kesehatan

28
BAB III
METODE EVALUASI

3.1 Kerangka Konsep Evaluasi


Untuk mempermudah identifikasi faktor penyebab masalah program ASI
eksklusif di wilayah Puskesmas Rawat Inap Way Kandis maka diperlukan
kerangka konsep dengan menggunakan pendekatan sistem, dapat dilihat
dalam Gambar 2.
Input
1. SDM: dokter umum 6 orang, bidan 2 orang, perawat 4 orang, dan tokoh masyarakat
2. Sarana: 1 puskesmas induk, 1 puskesmas pembantu, 25 posyandu, ketersediaan ruang
menyusui
3. Lingkungan: 5 desa dengan jumlah penduduk 45.782 jiwa
4. Dana promosi kesehatan

Proses
1. Konseling gizi dan menyusui, khususnya pada ibu hamil trimester III
2. Penemuan tenaga kesehatan yang memberikan susu formula
3. Pembentukan kelompok pendukung ASI
4. Pemantaun dan evaluasi melalui posyandu

Output
1.Ibu memberikan ASI kepada bayi berusia 0-6 bulan
2.Menghilangkan faktor penyulit dalam pemberian ASI eksklusif
3.Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara rutin

Outcome
Bayi berusia 0-6 bulan dapat lulus ASI eksklusif

Gambar 2. Kerangka Konsep Evaluasi

29
3.2 Tolak Ukur Penilaian
Evaluasi dilakukan pada Program Perbaikan Gizi Masyarakat khususnya
cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis. Adapun
sumber rujukan tolak ukur penilaian yang digunakan adalah Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019 dengan target 50%
untuk program ASI eksklusif.

3.3 Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan berupa:
1. Sumber data primer
a. Pengamatan di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
b. Wawancara dengan koordinator pelaksana Program ASI eksklusif di
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
2. Sumber data sekunder
Laporan tahunan Program ASI Eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Way
Kandis Agustus 2017 sampai Februari 2018.

3.4 Cara Analisis


Evaluasi Program Pembinaan Perbaikan Gizi Masyarakat khususnya
cakupan ASI eklusif di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Menetapkan tolak ukur dari unsur keluaran. Langkah awal untuk dapat
menentukan adanya masalah dari pencapaian hasil output adalah dengan
menetapkan tolak ukur atau standar yang ingin dicapai. Nilai standar atau
tolak ukur ini dapat diperoleh dari Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan RI Tahun 2015-2019.
2. Membandingkan pencapaian keluaran program dengan tolak ukur
keluaran. Bila terdapat kesenjangan, ditetapkan sebagai masalah. Setelah
diketahui tolak ukur, selanjutnya adalah membandingkan hasil
pencapaian keluaran Puskesmas (output) dengan tolak ukur tersebut. Bila
pencapaian keluaran Puskesmas tidak sesuai dengan tolak ukur, maka
ditetapkan sebagai masalah.

30
3. Menetapkan prioritas masalah masalah-masalah pada komponen output
tidak semuanya dapat diatasi secara bersamaan mengingat keterbatasan
kemampuan Puskesmas. Oleh sebab itu, ditetapkan prioritas masalah
yang akan dicari solusi untuk memecahkannya.
4. Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan. Untuk
menentukan penyebab masalah yang telah diprioritaskan tersebut, maka
dibuatlah kerangka konsep masalah. Hal ini bertujuan untuk menentukan
faktor-faktor penyebab masalah yang telah diprioritaskan tadi yang
berasal dari komponen sistem yang lainnya, yaitu komponen input,
proses, lingkungan dan umpan balik. Dengan menggunakan kerangka
konsep diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat diketahui dan
diidentifikasi sehingga tidak ada yang tertinggal.
5. Identifikasi penyebab masalah. Berbagai penyebab masalah yang
terdapat pada kerangka konsep selanjutnya akan diidentifikasi.
Identifikasi penyebab masalah dilakukan dengan membandingkan antara
tolak ukur atau standar komponen-komponen input, proses, lingkungan
dan umpan balik dengan pencapaian di lapangan. Analisis penyebab
masalah dilakukan dengan menggunakan diagram fishbone.

Diagram fishbone merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi,


mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua
penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Konsep dasar
dari diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada
bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang
ikannya. Penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya.

Kategori penyebab permasalahan yang sering digunakan meliputi minute


(waktu), materials (bahan baku), machines and equipment, manpower
(sumberdaya manusia), methods (metode), mother Nature/environment
(lingkungan), dan measurement (pengukuran). Ketujuh penyebab
munculnya masalah ini sering disingkat dengan 7M. Dalam analisis

31
penyebab masalah pada tulisan ini digunakan kategori 5 M (Man, Money,
Material, Method, Machine).

Setelah didapatkan faktor-faktor penyebab masalah selanjutnya


ditentukan prioritas faktor penyebab masalah dengan menggunakan
teknik kriteria matriks. Untuk menyusun prioritas masalah ada beberapa
indikator yang sering dipergunakan yaitu:
a. Severity (S) yaitu berat tingginya masalah yang dihadapi, serta
seberapa jauh akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut.
b. Prevalence (P), jumlah suatu masyarakat yang terkena masalah,
semakin besar maka semakin harus diprioritaskan.
c. Rate of increase (RI) yaitu jumlah kenaikan angka penyakit dalam
periode waktu tertentu.
d. Degree of unmeet need (DU) yaitu adanya keinginan/dorongan besar
dari masyarakat agar masalah tersebut dapat segera diselesaikan.
e. Social Benefit (SB), sejauh mana keuntungan sosial yang diperoleh
dari penyelesaian masalah tersebut.
f. Public concern (PB), menyangkut besarnya keprihatinan masyarakat
terhadap suatu masalah.
g. Political climate (PC), besarnya dukungan politik dari pemerintah
sangat menentukan besarnya keberhasilan penyelesaian masalah.
h. Technical feasibility (T), ketersediaan teknologi dalam mengatasi
suatu masalah.
i. Resource availability (R), menyangkut ketersediaan sumber daya yang
dapat dipergunakan untuk menyelesaikan suatu masalah.
6. Identifikasi Alternatif cara pemecahan masalah. Setelah diketahui semua
penyebab masalah, dicari dan dibuat beberapa alternative pemecahan
masalah. Alternatif-alternatif pemecahan masalah tersebut dibuat untuk
mengatasi penyebab-penyebab masalah yang telah ditentukan. Alternatif
pemecahan masalah ini dibuat dengan memperhatikan kemampuan serta
situasi dan kondisi Puskesmas.

32
7. Menentukan prioritas cara pemecahan masalah. Dari berbagai alternative
cara pemecahan masalah yang telahdibuat, maka akan dipilih satu cara
pemecahan masalah (untuk masing-masing penyebab masalah) yang
dianggap paling baik dan memungkinkan.

Pertama ditetapkan nilai efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar,


yakni dengan memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai angka 3
(paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektifitasnya
paling tinggi. Untuk menilai efektifitas jalan keluar, diperlukan kriteria
tambahan sebagai berikut:
a. Besarnya masalah yang dapat di selesaikan (Magnitude). Makin besar
masalah yang dapat diatasi, makin tinggi prioritas jalan keluar
tersebut.
b. Pentingnya jalan keluar (Importancy). Pentingnya jalan keluar
dikaitkan dengan kelangsungan masalah. Makin baik dan sejalan
selesainya masalah, makin penting jalan keluar tersebut.
c. Sensitifitas jalan keluar (Vulnerrability). Sensitifitas dikaitkan dengan
kecepatan jalan keluar dalam mengatasi masalah, makin cepat masalah
teratasi, makin sensitif jalan keluar tersebut.

Selanjutnya ditetapkan nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternative


jalan keluar. Nilai efisiensi biasanya dikaitkan dengan biaya (cost ) yang
diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang
diperlukan makin tidak efisien jalan keluar tersebut. Beri angka 1 (biaya
paling sedikit) sampai angka 5 (biaya paling besar). Nilai prioritas (P)
dihitung untuk setiap alternative jalan keluar. Dengan membatasi hasil
perkalian nilai MxIxV dengan C. Jalan keluar dengan nilai P tertinggi,
adalah prioritas jalan keluar terpilih.

33
BAB IV
GAMBARAN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS WAY KANDIS

4.1 Data Geografis Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis

Puskesmas Rawat Inap Way Kandis merupakan Puskesmas Induk yang ada
didalam Pemerintahan Kecamatan Tanjung Senang yang terletak di
Kelurahan Perumnas Way Kandis dengan Luas Wilayah kerja + 973 Ha
dengan membawahi lima kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Tanjung Senang;
2. Kelurahan Way Kandis;
3. Kelurahan Perumnas Way Kandis;
4. Kelurahan Labuhan Dalam;
5. Kelurahan Pematang Wangi;

Batas – batas wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis adalah
sebagai berikut :
a. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Way Huwi Kec Jati Agung
Lampung Selatan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Way Dadi Kecamatan
Sukarame
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kec.Way Halim dan Kec.Lab Ratu.
d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec.Rj Basa dan Kec Jati Agung.

34
Gambar 1. Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis

Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis merupakan dataran


rendah dengan ketinggian rata-rata 500 M diatas ketinggian permukaan laut
dengan suhu 24 – 30 derajat celcius. Tanah diwilayah Kecamatan Tanjung
Senang masih banyak terdapat lahan kosong, penggunaan tanah sebagian
digunakan sebagai tanah perkebunan dan persawahan karena penduduk
Kecamatan Tanjung Senang bekerja sebagai Petani. Jarak tempuh
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis dari Pusat Kota Bandar Lampung
berjarak + 7 km.

4.2 Data Demografi


Penduduk di Wilayah Kecamatan Tanjung Senang terdiri dari dua
kelompok, penduduk asli dan penduduk pendatang yang berasal dari Jawa,
Sumatera Selatan, Sumatera Barat dan lain-lain. Dari tabel 1 dapat dilihat
bahwa kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way
Kandis tidak merata. Ada kelurahan yang memiliki kepadatan cukup tinggi
yaitu kelurahan Tanjung Senang dan kepadatan penduduk yang paling
rendah adalah Kelurahan Pematang Wangi.

35
Tabel 2. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016
Penduduk
No Kelurahan KK
L P Total
1 Tanjung 6338 6239 12577 2815
Senang
2 Way 4432 4379 8811 2198
Kandis
3 Perumnas 3944 4188 8132 1707
Way
Kandis
4 Labuhan 4601 4449 9050 1592
Dalam
5 Pematang 3593 3619 7212 1590
Wangi
Jumlah 22907 22875 45782 9902

Tabel 3. Proporsi Penduduk berdasarkan jenis kelamin dan umur di Kecamatan


Tanjung Senang Tahun 2015
Jenis Kelamin
Kelompok
No Laki- Jumlah
Umur Perempuan
laki
1 0-5 2077 2478 4555
2 5-14 2556 3539 6095
3 15-25 5015 5252 10267
4 26-34 3122 4562 7684
5 35-39 3375 3507 6882
6 40-59 1883 1880 3763
7 60-69 953 952 1905
8 > 70 172 172 343
Jumlah 21328 24698 45782

4.3 Sumber Daya Kesehatan

1. Keadaan Fasilitas Kesehatan

Tabel 4. Fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way


Kandis tahun 2016
No Nama Sarana Jumlah
1. Puskesmas Induk 1
2. Puskesmas Pembantu 1
3. Posyandu Lansia/Poskesdes 5/3
4. Posyandu 25
5. BP Praktek Swasta Umum 3
Sumber : SP2TP PRI Way Kandis 2016

36
2. Keadaan Sumber Daya Tenaga Kesehatan
Sumber daya kesehatan yang terdapat di Puskesmas Rawat Inap Way
Kandis adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Data Ketenagaan Upt Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Tahun
2017
Status Kepegawaian
No Jenis Ketenagaan Jml Ket
Pns Kontrak Tks
A. PUSKESMAS INDUK
1 Dokter Umum 6 3 3 0 1 Ka Puskes , 1 Tubel
2 Dokter Gigi 2 2 0 0
3 Sarjana
a. S1 Keperawatan 3 2 0 1
b. S1 Kesehatan 2 1 1 0 1 Promkes dan 1 Adm
Masyarakat
c. S1 Apoteker 1 1 0 0
d. DIV Keperawatan 1 1 0 0
e. DIV Kebidanan 0 0 0 0
f. DIII Keperawatan 4 1 2 1
g. DIII Kebidanan 12 7 4 1 1 Adm
h. DIII Perawat Gigi 1 1 0 0
i. DIII Analis Kesehatan 1 1 0 0
j. DIII Gizi 1 0 0 1
k. DIII Sanitasi 1 1 0 0
l. D3 Lainnya 3 0 2 1 3 Tenaga Adm
4 DI Bidan 2 2 0 0
5 Perawat / SPK 4 4 0 0
6 Per Gigi / SPRG 1 1 0 0
7 SPAG 1 1 0 0
8 Analis / SMAK 1 1 0 0
9 Pengelola Obat / SMF 1 1 0 0
10 Kesling / SPPH 1 1 0 0
11 TU / Adminitrasi 3 3 0 0 1.Ka Tata Usaha
12 Supir 1 1 0 0
13 Tenaga Adminitrasi 1 0 0 1
14 Tenaga Kebersihan 2 0 0 2
15 Penjaga Malam 1 0 0 1
Jumlah 57 36 12 9
B. PUSKESMAS PEMBANTU
1 S1 Keperawatan 1 1 0 0
2 DIV Kebidanan 3 1 2 0
3 DIII Kebidanan 9 8 1 0
4 DIII Keperawatan 4 2 2 0

37
5 D1 Bidan 3 3 0 0
6 Perawat / SPK 7 7 0 0
7 Sanitasi /SPPH 1 1 0 0
8 Adminitrasi 1 1 0 0
Jumlah 29 24 5 0

C. POSKESKEL
1 S1 Keperawatan 1 0 1 0
2 DIII Kebidanan 4 0 4 0
3 DIII Keperawatan 9 0 9 0
4 D1 Bidan 1 0 1 0
Jumlah 15 0 15 0
TOTAL 102 61 31 9

Struktur Organisasi Puskesmas Rawat Inap Way Kandis

Gambar 3. Struktur Organisasi Puskesmas Rawat Inap Way Kandis

38
3. Keadaan Peralatan Kesehatan
Hampir semua peralatan kesehatan yang dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan standar puskesmas rawat inap sudah terpenuhi baik puskesmas
induk maupun puskesmas pembantu (pustu).

4.4 Kegiatan Puskesmas


Puskesmas Rawat Inap Way Kandis dalam menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayahnya melakukan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau
dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM
adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya Kesehatan Perseorangan yang
selanjutnya disingkat UKP adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan,penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
1. Upaya Kesehatan Masyarakat
a. Upaya Pelayanan Masyarakat Esensial
- Pelayanan Promosi Kesehatan (Promkes);
- Pelayanan Kesehatan Lingkungan;
- Pelayanan Kesehatan Ibu,anak dan keluarga Berencana;
- Pelayanan Gizi - Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit.
b. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan
- Upaya kesehatan Olahraga
- Upaya kesehatan Jiwa
- Upaya Kerja dan Indra
- Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat
- Usaha Kesehatan Sekolah
- Pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

39
- Upaya Kesehatan Tradisional
- Upaya Kesehatan Lansia

2. Upaya Kesehatan Perorangan, Pelayanan Kefarmasian dan Pelayanan


Pemeriksaaan Penunjang
a. Layanan Umum dan 24 Jam dan Kegawatdaruratan
b. Layanan Gigi dan Mulut
c. MTBS
d. Lansia
e. Layanan KIA dan KB
f. Konseling Gizi dan Menyusui
g. Klinik Sanitasi
h. Klinik TB Paru
i. Layanan Farmasi
j. Layanan Laboratorium
k. PONED
l. Puskesmas Kelurahan (Poskeskel)

40
BAB V
HASIL EVALUASI

5.1 Identifikasi Masalah


Suatu masalah ditetapkan jika terdapat kesenjangan antara keluaran dengan
tolak ukurnya, sedangkan penyebab masalah ditentukan bila ada
kesenjangan antara unsur sistem lainnya dengan tolak ukur. Tolak ukur
yang digunakan yaitu dari Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2015-2019. Proses identifikasi masalah dilakukan secara bertahap,
dimulai dari keluaran (output) dari program kerja puskesmas, kemudian
apabila ditemukan adanya kesenjangan antara indikator dengan data
keluaran (output) tersebut maka harus dicari kemungkinan penyebab
masalah pada unsur masukan (input) baik dari faktor internal ataupun faktor
eksternal hingga prosesnya. Berikut identifikasi masalah berdasarkan hasil
pencapaian Program Pembinaan Perbaikan Gizi Masyarakat di Puskesmas
Rawat Inap Way Kandis berdasarkan laporan bulan Maret 2018

Tabel 6. Pencapaian Program Pembinaan Gizi Masyarakat di Puskesmas Rawat


Inap Way Kandis Maret 2018
No Sasaran Tolak Ukur Pencapaian Kesenjangan Masalah

Kasus balita gizi Target


1 buruk mendapat pencapaian 100% - -
perawatan 100%
Balita yang Target +
2 ditimbang berat Pencapaian 78,20% 3,86%
badannya 82,06%
Bayi kurang dari 6 Target
3 bulan mendapat Pencapaian 57,64% 22,36% +
ASI eksklusif 80%
4 Bayi yang lulus ASI Target 29,73% 15,27% +

41
Eksklusif Pencapaian
45%
Rumah tangga Target
5 mengonsumsi Pencapaian 0% 99,22% +
garam beryodium 99,22%
Balita 6-59 bulan Target
6 mendapat Kapsul Pencapaian 93,24% - -
Vitamin A 88,52%
Ibu hamil
mendapat tablet Target
7 tambah darah Pencapaian 22,92% 0,33% +
minimal 90 Tablet 23,25%

Ibu hamil Kurang


Energi Kronik Target
8 (KEK) mendapat Pencapaian 100% - -
PMT 50%

Balita kurus yang Target


9 mendapat makanan Pencapaian 100% - -
tambahan 50%
Remaja putri Target
10 mendapat dan Pencapaian 114% - -
mengonsumsi (TTD) 25%

Ibu nifas mendapat Target


11 kapsul vitamin A Pencapaian 22,57% - -
21,75%
Bayi baru lahir Target
12 yang mendapat Pencapaian 37,88% 4,1% +
IMD 42%
Bayi baru lahir Target
13 dengan berat badan Pencapaian 1,09% - -
rendah (<2500 gram) 8,6%

Balita mempunyai Target


14 buku KIA/KMS Pencapaian 96,33% 3,67% +
100%
Balita ditimbang Target
15 yang naik berat Pencapaian 81,16% 2,84% +
badannya (N/D) 84%
Balita ditimbang Target
16 tidak naik berat Pencapaian 3,70% 2,50% +
badannya (T) 1,2%
Balita yang
ditimbang tidak naik Target
17 berat badannya dua Pencapaian 0,90% - -
kali berturut-turut 2,06%
(2T)

18 Target 0,03% - -
Balita di bawah garis
Pencapaian
42
merah (BGM) 0,6%
Target
19 Ibu hamil anemia Pencapaian 7,78% - -
29,9%
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Maret 2018

Cakupan bayi yang lulus ASI Eksklusif adalah gambaran besaran bayi yang
ASI Eksklusif, dalam hal ini hanya mendapat asupan ASI saja tanpa
makanan ataupun minuman lainnya. Data yang diperoleh merupakan data
ASI Eksklusif per tahun, bayi usia 0-6 bulan di data sesuai kriteria diatas.
Jumlah sasaran bayi yang menerima ASI eksklusif sesuai dengan pendataan
banyaknya jumlah bayi yang berusia 0-6 bulan.

Masalah yang ditemukan pada Program ASI Eksklusif Puskesmas Rawat


Inap Way Kandis adalah adanya perbedaan antara pencapaian dengan
sasaran, dengan tolak ukur dimana target pencapaian adalah 45% sedangkan
pencapaian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way
Kandis hanya sebesar 29,73%, atau dapat dikatakan bahwa terdapat
kesenjangan sebesar 15, 27%.

5.2 Menetapkan Prioritas Masalah


Berdasarkan tabel 5, masalah yang ditemukan pada program ASI Eksklusif
di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis pada triwulan pertama tahun 2018
adalah bayi yang lulus ASI eksklusif masih lebih rendah dibandingkan
dengan target. Masalah ini ditegakkan karena adanya perbedaan antara hasil
yang diharapkan dengan tolak ukur dimana hasil yang diperoleh adalah
29,73%. Padahal target pencapaian cakupan bayi usia 0-6 bulan mendapat
ASI eksklusif adalah 45%. Berikut penetapan prioritas masalah dengan
menggunakan metode USG.

43
Tabel 7. Penentuan Prioritas Masalah dengan Menggunakan Metode USG
Nilai Kriteria Nilai Akhir
No Masalah
U S G
1 Balita yang ditimbang berat
3 2 3 18
badannya
2 Bayi kurang dari 6 bulan mendapat
3 4 4 48
ASI eksklusif
3 Bayi yang lulus ASI ekslusif 4 4 5 80
4 Rumah tangga mengonsumsi garam
beryodium 2 3 3 18

5 Ibu hamil mendapat tablet tambah


darah minimal 90 tablet 4 4 4 74

6 Bayi baru lahir yang mendapat IMD 2 3 4 24


7 Balita mempunyai buku KIA/KMS 2 4 2 16
8 Balita ditimbang yang naik berat
badannya (N/D) 3 3 2 18

9 Balita ditimbang tidak naik berat


badannya (T) 3 3 3 27

5.3 Membuat Kerangka Konsep dari Masalah yang Diprioritaskan


Untuk mempermudah identifikasi faktor penyebab masalah perbaikan gizi
masyarakat khususnya cakupan bayi yang lulus ASI Eksklusif di Puskesmas
Rawat Inap Way Kandis Agustus 2017 sampai Februari 2018 diperlukan
kerangka konsep dengan menggunakan pendekatan sistem (sudah dijelaskan
pada bab sebelumnya).

5.4 Identifikasi Penyebab Masalah


Sesuai dengan pendekatan sistem, ketidakberhasilan pencapaian cakupan
bayi yang lulus ASI eksklusif merupakan suatu hasil/cakupan yang tidak
sesuai dengan target/sasaran. Untuk mengatasinya, dengan pendekatan
sistem harus diperhatikan kemungkinan adanya masalah pada komponen
lain pada sistem, mengingat suatu sistem merupakan keadaan yang
berkesinambungan dan saling mempengaruhi. Setelah mengetahui faktor
atau masalah dominan, langkah berikutnya adalah mencari akar masalah
dalam hal ini kami mencari akar masalah dengan menggunakan diagram
fishbone.

44
Money Man Kurangnya motivasi dari
suami dan keluarga untuk
Dana promosi Sikap ibu memberi memberikan ASI
kesehatan yang makanan tambahan eksklusif
belum maksimal (roti, kerokan pisang) Tenaga kesehatan
pemberi pertolongan
Sikap ibu menghentikan persalinan memberikan
Biaya untuk ASI agar tidak susu formula
pembangunan memperparah diare
ruang menyusi Persepsi masyarakan
tidak tersedia yang salah mengenai
Ibu tidak tekun dan pemberian MPASI Bayi yang lulus ASI
sabar dalam belajar eksklusif di wilayah
memberikan ASI kerja Puskesmas
Rawat Inap Way
Penyuluhan dan Kandis yang hanya
Ruang mencapai 29,73% dari
Peran tokoh masyarakat sosialisasi ASI menyusui target 45%
dalam hal pemberian belum dilakukan belum tersedia
ASI eksklusif kurang secara rutin di fasilitas
(dalam menghilangkan kesehatan dan
Kelompok
budaya) pendukung tempat kerja
ASI belum
Kurangnya kontrol maksimal
terhadap pelaksanaan Media promosi/
program ASI Tidak ada penyuluhan
eksklusif kebijakan mengenai ASI
kewajiban masih kurang
penyediaan
Machine ruang menyusi Method Material
di tempat umum e

Gambar 4. Diagram fishbone Program Bayi yang lulus ASI Eksklusif Puskesmas
Rawat Inap Way Kandis Agustus 2017 sampai Februari 2018.

Setelah dilakukan pencarian masalah utama pada komponen-komponen


diatas, diperoleh beberapa masalah utama, antara lain:
1. Kurangnya pengetahuan ibu dalam memilih memberikan susu formula,
kurang tekun dan sabar dalam belajar memberikan ASI
2. Sikap ibu dalam memberi makanan tambahan (roti, kerokan pisang,
susu formula) karena jika bayi masih rewel berarti belum kenyang
setelah menyusu
3. Sikap ibu menghentikan pemberian ASI agar tidak memperparah sakit
diare bayi

45
4. Tenaga kesehatan pemberi pertolongan persalinan memberikan susu
formula
5. Kurangnya motivasi dari suami dan keluarga besar yang tidak untuk
memberikan ASI eksklusif
6. Kurangnya kontrol dan pengawasan terhadap pelaksanaan program
pemberian ASI. Pengumpulan data didapatkan dari kegiatan kelas ibu
hamil di posyandu, kegiatan kesehatan lingkungan rumah sehat, dan
pemeriksaan ANC dan persalinan yang dilakukan di Puskesmas Way
Kandis. Selain dari ketiga kegiatan ini, dilakukan dengan memperoleh
laporan secara pasif, misalnya di tempat-tempat swasta.
7. Persepsi masyarakat yang salah mengenai MPASI, yaitu ketika bayi
berusia 4 bulan dapat diberikan makanan pendamping ASI (MPASI),
terutama asuhan yang diberikan nenek dari bayi tersebut.
8. Kurangnya peran tokoh masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI
eksklusif (dalam upaya menghilangkan budaya)
9. Jumlah dan intensitas pertemuan kelompok pendukung ASI yang maish
kurang (belum maksimal)
10. Dana promosi kesehatan belum maksimal
11. Biaya untuk pembangunan ruang menyusui tidak tersedia
12. Penyuluhan dan sosialisasi ASI belum dilakukan secara rutin
13. Ruang menyusui belum tersedia
14. Media promosi/ penyuluhan mengenai ASI masih kurang.

Dari diagram fishbone di atas, masih perlu mencari masalah-masalah yang


paling memiliki peranan dalam mencapai keberhasilan program. Dengan
menggunakan model teknik kriteria matriks pemilihan prioritas dapat dipilih
masalah yang paling dominan.

46
Tabel 8. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Penyebab Masalah.
No Daftar Masalah I T R JUM
IxTx
P S RI DU SB PB PC R
1 Man
Sikap ibu memberi 4 4 4 4 4 3 3 4 3 480
makanan tambahan
(roti, kerokan pisang,
susu formula)

Sikap ibu
menghentikan ASI 4 3 3 2 3 2 1 4 3 216
agar tidak
memperparah diare

Ibu kurang tekun dan


sabar dalam belajar 3 4 3 2 3 2 2 4 3 228
memberi ASI

Kurangnya motivasi
dari suami dan 4 3 3 3 4 3 2 3 4 264
keluarga dalam
pemberian ASI

Tenaga kesehatan
pemberi pertolongan 4 4 3 3 5 4 3 4 4 416
persalinan
memberikan susu
formula

Persepsi masyarakat 3 4 2 3 4 2 4 4 5 440


yang salah mengenai
MPASI
2 Method
Penyuluhan dan 4 5 3 3 5 3 3 3 5 390
sosialisasi ASI belum
dilakukan secara
rutin

3 Money
Dana Promosi 3 3 2 3 2 2 4 3 3 171
kesehatan belum
maksimal

Biaya untuk ruang 3 2 2 3 2 2 4 3 3 162


menyusui tidak
tersedia
4 Machine
Kelompok 3 3 3 4 4 4 4 4 4 400
pendukung ASI
belum maksimal

47
Kurangnya peran
tokoh masyarakat 3 4 3 2 3 3 4 3 4 264
tentang pentingnya
pemberian ASI
eksklusif

Kurangnya kontrol 3 4 3 2 4 3 3 4 4 352


dan pengawasan
terhadap pelaksanaan
program ASI
eksklusif

Tidak ada kebijakan 3 4 3 2 3 3 4 3 4 264


kewajiban
penyediaan ruang
menyusi di tempat
umum
5 Material
Media promosi/ 4 5 4 3 4 3 3 4 4 416
penyuluhan
mengenai ASI masih
kurang

Ruang menyusui 3 4 3 3 3 4 3 3 3 207


belum tersedia di
fasilitas kesehatan
dan tempat kerja

Keterangan:
 Pentingnya masalah (Importancy/I)
– Besarnya masalah (Prevalence/P)
– Akibat yang ditimbulkan masalah (Severity/S)
– Kenaikannya besarnya masalah (Rate of Increase/RI)
– Derajat keinginan masyarakat yang belum terpenuhi (Degree of Unmeet
Need/DU)
– Keuntungan sosial karena selesainya masalah (Social Benefit/SB)
– Rasa prihatin masyarakat tentang masalah (Public Concern/PB)
– Suasana politik (Political Climate/PC)
 Kelayakan Tekhnologi (Technical Feasibility/T)
 Sumber daya yang tersedia (Resources Availibility/R)

Dari data tabel matriks diatas dapat dilihat komponen-komponen yang


memiliki nilai tertinggi secara berurutan adalah sebagai berikut, sikap ibu
memberi makanan tambahan (roti, kerokan pisang, susu formula), persepsi
masyarakat yang salah mengenai MPASI, tenaga kesehatan yang
memberikan pertolongan persalinan memberiksan susu formula, media
promosi/ penyuluhan mengenai ASI masih kurang, kelompok pendukung
ASI belum maksimal, penyuluhan dan sosialisasi ASI belum dilakukan
48
secara rutin, kurangnya kontrol dan pengawasan terhadap program ASI
eksklusif, kurangnya motivasi dari suami dan keluarga dalam pemberian
ASI, kurangnya peran tokoh masyarakat terkait pentingnya pemberian ASI
eksklusif, tidak ada kebijakan kewajiban penyediaan ruang menyusi di
tempat umum, ibu kurang tekun dan sabar dalam belajar memberi ASI,
sikap ibu menghentikan ASI agar tidak memperparah diare, ruang menyusui
belum tersedia, dana promosi kesehatan belu maksimal, serta biaya untuk
ruang menyusui tidak tersedia.

49
BAB VI
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

6.1 Menyusun Alternatif Jalan Keluar


Belum tercapainya cakupan bayi yang lulus ASI eksklusif pada Puskesmas
Rawat Inap Way Kandis dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana faktor-
faktor yang paling dominan yaitu sikap ibu memberi makanan tambahan
(roti, kerokan pisang, susu formula), persepsi masyarakat yang salah
mengenai MPASI, tenaga kesehatan yang memberikan pertolongan
persalinan memberiksan susu formula, dan media promosi/ penyuluhan
mengenai ASI masih kurang.

Dari penyebab masalah diatas masalah yang dipriotaskan untuk disusun


alternatif jalan keluar yaitu sikap ibu memberikan makanan tambahan/
(seperti roti, kerokan pisang, dan susu formula) sebelum usia 6 bulan.

Tabel 9. Menetapkan Alternatif Pemecahan Masalah


MASALAH PENYEBAB ALTERNATIF
Cakupan bayi yang lulus Sikap ibu memberi 1. Mengadakan penyuluhan pada ibu hamil
ASI Eksklusif di wilayah makanan tambahan dan menyusui tentang manfaat, komposisi,
kerja Puskesmas Way (roti, kerokan produksi, pola dan cara pemberian ASI dan
Kandis yang hanya pisang, susu MP-ASI yang tepat bagi bayi dan
mencapai 29,73%. Dari total formula) bahayanya bila diberikan sebelum 6 bulan.
target pencapaian 45%.
2. Pembuatan brosur, leaflet, dan baliho
tentang manfaat, komposisi, produksi, pola
dan cara pemberian ASI dan MP-ASI

3. Penyelenggaran workshop pelatihan


mengenai pentingnya ASI dalam merawat
payudara dan cara menyusui bagi ibu hamil
maupun menyusui

4. Memberikan penghargaan atau hadiah bagi


ibu yang berhasil memberikan ASI

50
eksklusif pada bayinya

5. Menyediakan pojok konsultasi bagi pasien


dan keluarga mengenai pemberian ASI
eksklusif oleh tenaga kesehatan di posyandu
dan puskesmas saat pasien kontrl kehamilan

6. Membentuk lebih banyak kelompok


pendukung ASI untuk mengadakan kegiatan
pelatihan dan penyuluhan mengenasi ASI
dan MP-ASI secara berkala

6.2 Menentukan Priorotas Cara Pemecahan Masalah


Dalam memilih prioritas pemecahan masalah dapat menggunakan teknik
kriteria matriks dengan mempertimbangkan besarnya masalah yang dapat
diselesaikan, pentingnya jalan keluar tersebut, sensitivitas jalan keluar
terhadap masalah dan efisiensi jalan keluar yang dipilih untuk mengatasi
masalah metode promosi kesehatan pada program Cakupan bayi yang lulus
ASI Eksklusif Adapun prioritas dari alternatif pemecahan masalah adalah
sebagai berikut :

Tabel 10. Prioritas dari Alternatif Pemecahan Masalah (jalan keluar)


No Daftar Alternatif Jalan Keluar Efektivitas Efisiensi Jumlah
M I V C (MIV/C)
1. Mengadakan penyuluhan pada ibu hamil 3 3 3 3 9
dan menyusui tentang manfaat,
komposisi, produksi, pola dan cara
pemberian ASI dan MP-ASI yang tepat
bagi bayi dan bahayanya bila diberikan
sebelum 6 bulan.
2. Pembuatan brosur, leaflet, dan baliho 3 3 3 4 6,75
tentang manfaat, komposisi, produksi,
pola dan cara pemberian ASI dan MP-ASI

3. Penyelenggaran workshop pelatihan


mengenai pentingnya ASI dalam merawat 3 3 3 4 6,75
payudara dan cara menyusui bagi ibu
hamil maupun menyusui

4. Memberikan penghargaan atau hadiah


bagi ibu yang berhasil memberikan ASI 3 3 3 5 5,4
eksklusif pada bayinya

Menyediakan pojok konsultasi bagi


5. pasien dan keluarga mengenai pemberian
3 3 2 4 4,5
ASI eksklusif oleh tenaga kesehatan di
posyandu dan puskesmas saat pasien

51
kontrol kehamilan

6. Membentuk lebih banyak kelompok


pendukung ASI untuk mengadakan 3 3 4 3 12
kegiatan pelatihan dan penyuluhan
mengenasi ASI dan MP-ASI secara
berkala

Dari hasil prioritas pemecahan masalah didapatkan bahwa membentuk lebih


banyak kelompok pendukung ASI untuk mengadakan kegiatan pelatihan
dan penyuluhan mengenasi ASI secara berkala dapat menjadi rencana
penerapan dalam meningkatkan pengetahuan dan motivasi ibu untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sehingga persentase
cakupan bayi yang lulus ASI eksklusif meningkat jumlahnya.

52
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
1. Prioritas msalah yang ditetapkan berasal dari program pembinaan
perbaikan gizi masyarakat, yaitu bayi yang lulus ASI eksklusif di
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Agustus 2017 sampai Februari 2018
lebih rendah dari tolak ukur, yaitu hanya mencapai 29,73% dari target
45%.
2. Penyebab masalah utama dari program bayi yang lulus ASI eksklusif di
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Agustus 2017 sampai Februari 2018
adalah sikap ibu memberi makanan tambahan (roti, kerokan pisang, susu
formula), persepsi masyarakat yang salah mengenai MPASI, tenaga
kesehatan yang memberikan pertolongan persalinan memberiksan susu
formula, dan media promosi/ penyuluhan mengenai ASI masih kurang.
3. Alternatif pemecahan masalah utama bagi pelaksanaan program program
bayi yang lulus ASI eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
Agustus 2017 sampai Februari 2018 berupa membentuk lebih banyak
kelompok pendukung ASI untuk mengadakan kegiatan pelatihan dan
penyuluhan mengenasi ASI dan MP-ASI secara berkala, dan
mengadakan penyuluhan pada ibu hamil dan menyusui tentang manfaat,
komposisi, produksi, pola dan cara pemberian ASI dan MP-ASI yang
tepat bagi bayi dan bahayanya bila diberikan sebelum 6 bulan.

53
7.2 Saran
1. Penyelenggaran workshop menyusui bagi ibu hamil maupun menyusui
dengan melibatkan suami dan dan keluarga terdekat dengan media video
atau penggunaan manekin oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih.
2. Monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi masyarakat, yaitu
program bayi yang lulus ASI eksklusif, dan kelompok pendukung ASI
yang sudah ada secara rutin oleh kepala Puskesmas.
3. Menggalakkan sistem pelaporan sederhana dan terintegrasi terkait
program ASI eksklusif dengan mengaktifkan kembali layanan pengaduan
masyarakat terpadu (call center) pada wilayah kerja puskesmas.
4. Membentuk forum diskusi melalui media elektronik yang dapat menjadi
sarana penyalur informasi dan bertukar pengalaman mengenai ASI dan
MP-ASI yang dimulai sejak ibu hamil memasuki trimester 3.
5. Meningkatkan pengetahuan dan dukungan keluarga ibu hamil, seperti
memotivasi suami ibu hamil untuk bergabung dalam kelompok ayah
ASI.
6. Meningkatkan jumlah serta intensitas pertemuan maupun pelatihan bagi
tenaga kesehatan maupun suksrelawan dalam kelompok pendukung ASI
setempat untuk penegasan pemberian ASI eksklusif untuk bayi usia 0-6
bulan agar bayi yang lulus ASI eksklusif meningkat.

54
DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbangkes. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI.
Badriul. 2008. Bedah ASI. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Manajemen Laktasi Buku Panduan Bagi Bidan
dan Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Dirjen Gizi Masyarakat-
Depkes RI.
Dewi, Ratna Sari, dkk. 2016. Kajian Pelaksanaan Program Pemberian ASI
Eksklusif dan Peran Lintas Sektor Terkait. J.Berkala Kesehatan. 1(2): 67-77.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2015. Target Indikator Program Gizi
Provinsi Lampung. Bandar Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.
Hegar, Badriul. 2008. Bedah ASI Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Penerbit FKUI.
IDAI. 2013. ASI Sebagai Pencegah Malnutrisi pada Bayi. Diakses pada 22 Mei
2018. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/asi-sebagai-pencegah-
malnutrisi-pada-bayi
Ida. 2012. Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif 6
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok tahun 2011.
[tesis]. Depok: Universitas Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI). Diakses pada 10 Mei 2017. http://skmenkes-spekmpasi-2007.
Kementerian Kesehatan Indonesia. 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia.
Kementerian Kesehatan Indonesia. 2011. 10 Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui. Diakses pada 17 Mei 2018.
55
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20110111/3377/10-langkah-
menuju-keberhasilan-menyusui/
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi: Situasi dan Analisis
ASI eksklusif, Pekan ASI sedunia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Asuhan Gizi di Puskesmas. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
tahun 2015-2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Data dan Informasi: Profil Kesehatan Indonesia
2016. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Menkes Mengajak Seluruh Fasilitas Kesehatan
Terapkan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Diakses pada 20
Mei 2017. http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=1167.
Mustofa A. 2010. Pemberian ASI Eksklusif dan Problematika Ibu Menyusui.
Yinyang. 5(2): 215-226.
Pratama, Muhammad Fernando. 2013. Faktor- faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-12
Bulan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 [skripsi].
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Rahman, Nur. 2017. Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pemberian ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo Kota
Makassar [skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Singh B. 2010. Knowledge, attitude and practice of breastfeeding a case study.
European journal of scientific research. 40: 404-22.
Soeparmanto P, Setia P. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Air
Susu Ibu (ASI) Ekslusif Pada Bayi. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 8:
1827-9.
WHO. 2015. Exclusive Breastfeeding. Diakses pada 10 Mei 2017.
http://www.who.int/nutrition/topics/exclusive_breastfeeding/en/.
Yuliandarin, Eka Mutia. Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah UPTD Puskesmas Kelurahan Kotabaru Kecematan
Bekasi Barat tahun 2009 [skripsi]. Depok: Univeritas Indonesia.

56
57

Você também pode gostar