Você está na página 1de 47

79

D. ANALISA MASALAH
No. ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING
1 SDM -(M1)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Jenis ketenagaan:
a. S2 Keperawatan 1 orang, 0,4 4 1,6
b. S1+Ners 7 orang
c. DIII keperawatan 14 orang
d. Dokter umum 2 orang
e. Dokter spesialis 7 orang,
f. Administrasi 2 orang,
g. Apoteker 1 orang,
h. asisten apoteker 1 orang,
i. ahli gizi 1 orang,
j. cleaning service 5 orang
2. Adanya sistem pengembangan staf berupa pelatihan dan 0,6 3 1,8 S-W
sebanyak 90% perawat telah mengikuti pelatihan 3,4-3 =
(misalnya BHD, EKG, service exelent, dan emergency 0,4
cardio)

TOTAL 1 3,4
Weakness:
1. Jumlah tenaga keperawatan tidak sebanding dengan jumlah 0,2 3 0,6
pasien
2. Kurangnya kesejahteraan perawat dilihat dari kepuasan 0,2 3 0,6
kerja perawat kurang puas 2 orang (15%)
3. Kurang tanggap dalam menangani pasien emergency 0,4 3 1,2
4. Sebagian perawat belum mengikuti pelatihan MAKP 0,2 3 0,6

TOTAL 1 3
80

b. Eksternal faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke 0,3 4 1,2
jenjang yang lebih tinggi
2. Adanya kerjasama yang baik antar mahasiswa keperawatan 0,3 3 0,9
dengan perawat klinik
3. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi 0,2 3 0,6
perawat
4. Adanya program akreditasi RS dari pemerintah dimana MAKP 0,2 2 0,4
merupakan salah satu penilaian
TOTAL 1 3,1 O-T
Threathened
1. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan 0,3 3 0,9 3,1-3 =
yang lebih professional 0,1
2. Adanya kesadaran masyarakat/pasien/keluarga akan 0,3 3 0,9
tanggung jawab dan tanggung gugat
3. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya 0,2 3 0,6
kesehatan
4. Persaingan antar RS yang semakin kuat 0.2 3 0,6
TOTAL 1 3
2. Sarana dan prasarana (M2)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk 0,5 4 2
pasien, tenaga kesehatan, dan keluarga pasien termasuk S-W
sarana prasarana universal precaution untuk perawat 0,3 3 0,9 3,5-2 =
2. Terdapat administrasi penunjang seperti buku TTV, buku 1,5
register, SOP, dan lain sebagainya 0,2 3 0,6
3. Tersedianya Nurse Station
TOTAL 1 3,5
81

Weakness
1. Penempatan alat medis belum teratur 0,4 2 0,8
2. Belum terpakainya sarana dan prasarana secara optimal 0,3 2 0,6
3. Perawatan alat medis belum optimal 0,3 2 0,6

TOTAL 1 2
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang rusak atau 0,5 3 1,5
kosong dari bagian pengadaan barang
2. Adanya kerjasama yang baik antar mahasiswa keperawatan 0,5 4 2
dengan perawat klinik.

TOTAL 1 3,5 O-T


Threathened
1. Kesenjangan antara jumlah pasien dengan peralatan yang 0,6 4 2,4 3.5-3,4 =
ada -0,5
2. Semakin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya 0,4 4 1,6
kesehatan

TOTAL 1 4
82

3 Methode (M3)
1. MAKP
a. Internal Faktor (IFAS):
Strength 0,3 4 1,2
1. Mengaplikasikan MAKP Moduler (Tim-Primer) 0,2 3 0,6
2. Supervisi sudah dilakukan kepala ruangan
3. Mempunyai standar asuhan keperawatan yang sudah baku 0,2 4 0,8
yaitu NANDA NIC-NOC
4. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat 0,2 3 0,6
dengan tim kesehatan lain S-W
5. Ketenagaan keperawatan sudah memenuhi syarat untuk MAKP 0,1 3 0,3
(S1-Keperawatan 7 orang) 3,5-3,5 =
TOTAL 1 3,5 0
Weakness
1. Ruangan belum memiliki visi, misi, dan motto sebagai 0,5 3 1,5
acuan melaksanakan kegiatan pelayanan
2. Sebagian perawat belum mengikuti pelatihan MAKP 0,5 4 2

TOTAL 1 3,5
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners praktik manajemen 0,3 4 1,2
keperawatan O-T
2. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi 0,3 3 0,9 3,7-3,5 =
perawat 0,2
3. Adanya kebijakan rumah sakit tentang pelaksanaan MAKP 0,4 4 1,6

TOTAL 1 3,7
83

Threatened
1. Persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat 0,1 4 0,4
2. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap 0,2 4 0,8
peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih
professional
3. Adanya kesadaran masyarakat/pasien/keluarga akan 0,2 3 0,6
tanggung jawab dan tanggung gugat
4. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya 0,2 3 0,6
kesehatan
5. Persaingan dengan masuknya perawat asing 0,2 4 0,8
6. Bebasnya pers yang dapat langsung menyebarkan informasi 0,1 3 0,3
dengan cepat

TOTAL 1 3,5
2. Sentralisasi obat
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Tersedianya sarana dan prasarana untuk pengelolaan 0,1 3 0,3
sentralisaasi obat
2. Sentralisasi obat sudah dilakukan secara optimal serta 0,2 3 0,6
obat oral sudah sesuai dengan alur sentralisasi obat
3. Kepala ruangan mendukung kegiatan sentralisasi obat 0,1 2 0,2
4. Sudah dilaksanakan kegiatan sentralisasi obat oleh 0,2 3 0,6
perawat berkolaborasi dengan depo farmasi
5. Adanya kemauan perawat untuk melakukan sentralisasi obat 0,2 2 0,4 S-W
6. Adanya lembar pendokumentasian obat yang diterima setiap 0,2 3 0,6 2,7-2 =
status pasien 0,7
TOTAL 1 2,7
Weakness
1. Pelaksanaan penjelasan terkait format tanda serah terima 1 2 2
setelah pemberian obat dari perawat kepada pasien belum
optimal.
84

TOTAL 1 2

b. Eksternal faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners yang praktik manajemen 0,5 3 1,5
keperawatan
2. Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa praktek 0,5 3 1,5

TOTAL 1 3
Threatened
1. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap 0,4 3 1,2 T-O
peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih 3-3 = 0
professional
2. Adanya kesadaran masyarakat/pasien/keluarga akan 0,3 3 0,9
tanggung jawab dan tanggung gugat
3. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya 0,3 3 0,9
kesehatan

TOTAL 1 3
3. Supervisi
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Kepala ruangan mendukung dan melaksanakan supervise 0,6 4 2,4
2. Terdapat tenaga kompeten yang dapat menjadi supervisor 0,4 4 1,6 S-W
4-1 =
TOTAL 1 4 3
Weakness
1. Supervisi belum dilaksanakan dengan optimal. 0,2 2 0,4
2. Supervisi hanya dilakukan saat mahasiswa praktek. 0,3 2 0,6

TOTAL 1 1,0
85

b. Eksternal faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners yang praktik manajemen 0,3 3 0,9
keperawatan
2. Adanya teguran dari kepala ruangan bagi perawat yang 0,3 3 0,9
tidak melaksanakan tugas dengan baik
3. Hasil supervise dapat dilakukan sebagai pedoman untuk 0,4 2 0,8
Daftar Penilaian Prestasi Pegawai (DP3) O-T
TOTAL 1 2,6
Threatened 2.6-3 =
1. Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapatkan 1 3 3 -0,4
pelayanan yang professional
TOTAL 1 3
4. Timbang Terima
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima setiap 0,3 4 1,2
pagi
2. Adanya laporan jaga setiap shift 0,2 3 0,6
3. Timbang terima sudah merupakan kegiatan rutin yang telah 0,2 3 0,6
dilaksanakan
4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan timbang terima 0,2 4 0,8
5. Pendokumentasian timbang terima ditulis langsung pada 0,1 3 0,3 S-W
status pasien. 3,5-3,4 =
1 3,5 0,1
TOTAL
Weakness
1. SOP timbang terima sudah ada namun belum dimanfaatkan 0,4 4 1,6
dengan baik
2. Timbang terima sudah dilakukan dengan baik (pp
melaporkan identitas pasien, keluhan utama, DS, DO, MK, 0,3 3 0,9
86

dan intervensi) tetapi intervensi masih bersifat umum


tidak berdasarkan MK. 0,3 3 0,9

TOTAL 1 3,4
b. Eksternal factor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners yang praktik manajemen 0,3 3 0,9
keperawatan
2. Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa profesi 0,4 3 1,2
ners yang praktik dengan perawat ruangan
3. Kebijakan RS (bidang keperawatan) tentang timbang 0,3 4 1,2
terima. O-T
TOTAL 1 3,3 3,3-3 =
Treathened 0,3
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk 0,5 3 1,5
mendapatkan pelyanan keperawatan yang professional
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tanggung
jawab dan tanggung gugat perawat sebagai pemberi Asuhan 0,5 3 1,5
keperawatan.
TOTAL 1 3
5. Discharge Planning
a. Internal faktor (IFAS
Strength
1. Tersedianya sarana dan prasarana discharge planning di 0,4 3 1,2
ruangan untuk pasien pulang (format atau kartu DP)
2. Adanya control brobat 0,3 3 0,9
3. Perawat memberikan pendidikan kesehatan secara informal S-W
kepada pasien / keluarga selama dirawat atau pulang. 0,3 4 1,2 5,3-3,3 =
4. Tersedianya welcome book diruangan. 0,4 4 1,6 2
5. Sudah tersedianya leaflet terkait penyakit terbanyak di 0,2 2 0,4
ruangan.
TOTAL 1 5,3
87

Weakness
1. Keterbatasan waktu dan tenaga perawat 0,3 3 0,9
2. Pendidikan kesehatan belum terdokumentasi dengan 0,6 4 2,4
optimal
TOTAL 1 3,3
b. Eksternal factor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners yang melakukan praktik 0,5 4 2
manajemen keperawatan
2. Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa praktik 0,5 4 2
dengan perawat klinik T-O
TOTAL 1 4 4-3,6 =
Threatened. 0,4
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan 0,4 3 1,2
keperawatan yang professional.
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya 0,3 4 1,2
kesehatan
3. Persaingan antar-RS yang semakin ketat. 0,3 4 1,2
TOTAL 1 3,6

6. Dokumentasi keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Tersedia sarana dan prasarana dokumentasi untuk tenaga 0,1 3 0,3
kesehatan (sarana administrasi penunjang)
2. Sudah ada sistem pendokumentasian PES/SOAP 0,3 3 0,9 S-W
3. Format asuhan keperawatan sudah ada (NANDA, NIC-NOC) 0,4 4 1,6 3,2-2,5 =
4. Adanya kesadaran perawat tentang tanggung jawab dan 0,2 2 0,4 0,7
tanggung gugat.
88

TOTAL 1 3,2

Weakness
1. Dari observasi status pasien, pengisian dokumentasian
tidak lengkap; waktu, nama, dan jam belum dicantumkan, 0,5 2 1,0
respons pasien pasca tindakan kurang terpantau. 0,5 3 1,5
2. SAK dan SOP belum maksimal digunakan.
TOTAL 1 2,5
b. Eksternal factor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya program pelatihan 0,2 2 0,4
2. Peluang perawat untuk meningkatkan pendidikan 0,2 3 0,6
(pengembangan SDM)
3. Mahasiswa profesi ners praktik manajemen untuk 0,2 2 0,4
mengembangkan sistem pendokumentasian PES
4. Kerja sama yang baik antara perawat dan mahasiswa 0,2 3 0,6 T-O
5. Sistem MPKP yang diterapkan mahasiswa profesi ners 0,2 2 0,4 2,4-2 =
0,4
TOTAL 1 2,4
Threatened
1. Tingkat kesadaran masyarakat (pasien dan keluarga) akan 0,5 2 1
tanggung jawab dan tanggung gugat.
2. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan keperawatan. 0,5 2 1
TOTAL 1 2
7. RONDE KEPERAWATAN
a. Internal faktor (IFAS)
Strength:
1. Ruangan mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan 0,3 3 0,9 S-W
2. Adanya kemauan perawat untuk berubah dan berkembang 0,3 3 0,9 3-3,4 =
-0,4
0,4 3 1,2
89

3. Terdapat tenaga kompeten untuk melakukan ronde


keperawatan (S1+Ners 7 orang dan S2 1 orang serta D3
keperawatan 14 orang) 1 3

TOTAL
Weakness:
1. Ronde keperawatan tidak dilakukan secara rutin 0,4 4 1,6
2. Belum terbentuk tim khusus pelaksana ronde keperawatan 0,6 3 1,8

TOTAL 1 3,4
b. Eksternal factor (EFAS)
Opportunity:
1. Kerja sama yang baik antara tenaga medis dan ahli gizi 0,2 3 0,6
2. Adanya pelatihan manajemen keperawatan untuk 0,3 3 0,9 T-O
meningkatkan pengetahuan perawat tentang manajemen 2,5-2,7 =
3. Tersedianya kesempatan untuk melaksanakan ronde 0,2 2 0,4 0,1
keperawatan apabila ada mahasiswa praktek.
4. Adanya kerjasama yang baik antara perawat klinik dengan 0,3 2 0,6
mahasiswa profesi

TOTAL 1 2,5
Threatened:
1. Ketidakikutsertaan para medis lain dalam melakukan 0,4 3 1,2
ronde keperawatan
2. Tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan Asuhan 0,3 2 0,6
Keperawatan semakin tinggi.
3. Persaingan dalam pemberian pelayanan semakin kuat 0,3 2 0,6

TOTAL 1 2,4
90

4 MONEY(M4)
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya pendapatan dari jasa medic, untuk pasien dengan 0,3 3 0,9 S-W
biaya BPJS yang dapat di klaim setelah perawatan 3-2,5 =
2. Adanya pendapatan dari jasa pelayanan rumah sakit berupa 0,3 3 0,9 0,5
remunerasi.

3. Ada pendapatan dari jasa pelayanan IRNA medis. 0,4 3 1,2

TOTAL 1 3

Weakness
1. Jasa insentif untuk pelayanan dan jasa medik yang 0,5 2 1
diberikan sama untuk semua perawat.
2. Sistem administrasi belum terpusat 0,5 3 1,5
TOTAL 1 2,5

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Pengeluaran sebagian besar di biayai institusi 0,6 3 1,8
2. Ada kesempatan untuk menggunakan instrumen medis dengan 0,4 3 1,2
re-use sehingga menghemat pengeluaran. T-O
TOTAL 1 3 3-3 = O
Threatened
2. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk 1 3 3
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih professional
sehingga membutuhkan pendanaan yang lebih besar untuk
mendanai sarana dan prasarana.
TOTAL 1 3
91

5 MUTU (M5)
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di IRNA 0,3 4 1,2 S-W
III B sebesar 54,4% 3,4-3,7 =
2. BOR ruangan selama dua hari sudah sesuai dengan standar 0,2 4 0,8 -0,3
yaitu 83% dan 74%
3. Adanya variasi karakteristik dari pasien (BPJS, umum, 0,2 3 0,6
Dinas Sosial)
4. Sebagai tempat mahasiswa keperawatan D3, S1 dan profesi 0,1 2 0,2
ners
5. Mutu asuhan keperawatan sudah cukup baik 0,2 3 0,6

TOTAL 1 3,4
Weakness
1. LOS yang memanjang karena perawatan yang lama 0,4 4 1,6
2. Terdapat 1 (16,7%) orang pasien yang mengalami kejadian 0,3 3 0,9
dekubitus dari 6 orang yang berisiko dan 1 (3,4%) orang
pasien mengalami flebitis dari 29 orang yang berisiko 0,3 4 1.2

TOTAL
1 3,7
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners praktik manajemen 0,5 4 2,0
2. Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa 0,5 3 1,5
TOTAL 1 3,5 T-O
Threatened 3,5-3 =
1. Adanya peningkatan standard masyarakat yang harus 0,5 3 1,5 0,5
dipenuhi
2. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan keperawatan 0,5 3 1,5
TOTAL 3
92

E. DIAGRAM LAYANG
93

F. IDENTIFIKASI MASALAH
Setelah dilakukan analisis situasi dengan
menggunakan pendekatan SWOT maka kelompok dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1) Supervisi belum terlaksana dengan baik karena kendala
persiapan perawat serta tidak ada form baku penilaian
tindakan supervisi keperawatan.
2) Discharge planning sudah dilakukan saat pasien pulang
namun belum ada leaflet untuk perawatan lanjutan di rumah.
3) Ronde keperawatan belum terlaksana dan perlu dibentuk tim
khusus secara perlu diagendakan secara berkala agar
berjalan optimal.
4) M3/Methode, baru terdapat 1 perawat yang telah mengikuti
pelatihan MAKP yaitu kepala ruangan
5) M1/Jumlah sumber daya manusia di IRNA III B menurut metode
Douglas tidak sesuai dengan beban kerja perawat di ruangan
yang tinggi, karena pasien IRNA III B dengan total care
sebanyak 26%.
6) M2/Sarana dan prasarana untuk tindakan perawatan di IRNA
III B perlu ditambahkan 2 buah oksimetry, serta perlunya
perawatan alat medis yang optimal agar alat medis dapat
digunakan dalam jangka waktu yang lama.
7) Sistem pendokumentasian sudah dilakukan dengan optimal,
karena masih ada pendokumentasian yang belum lengkap
8) Timbang terima sudah dilakukan dengan optimal
9) Pengaplikasian sistem MAKP di IRNA III B sudah dilakukan
dengan cukup optimal
10) Sentralisasi obat sudah berjalan dengan optimal.
11) Mutu pelayanan IRNA III B belum optimal, karena terdapat
kejadian flebitis sebesar 3,4% dan kejadian dekubitus
sebesar 16,7%, serta nilai LOS dan BTO diatas standard
peraturan DEPKES RI
94

G. PRIORITAS MASALAH
Prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria matriks
dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
- Magnitude (Mg), yaitu kecenderungan dan seringnya masalah
terjadi,
- Severity (Sv), yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan,
- Manageability (Mn), yaitu kemampuan menyelesaikan masalah
masalah,
- Nursing Concern (Nc), yaitu fokus pada Keperawatan,
- Affordabilility (Af), yaitu ketersedian sumber daya.

Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1-5 dngan


kriteria sebagai berikut :
- Nilai 1 = sangat kurang sesuai,
- Nilai 2 = kurang sesuai,
- Nilai 3 = cukup sesuai,
- Nilai 4 = sesuai,
- Nilai 5 = sangat sesuai.
Dengan Rumus Prioritas Masalah: Mg x Sv x Mn x Nc x Af

Tabel 2.33 Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan


No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor
1 Supervisi belum 4 3 4 4 5 960
terlaksana
2 Pelaksanaan 5 4 5 5 5 2500
Discharge Planning
belum optimal
3 Ronde Keperawatan
5 3 3 5 4 900
belum terlaksana
4 Mutu pelayanan
keperawatan yang 3 3 5 4 3 540
belum optimal
95

Dari tabel diatas maka dibuat prioritas masalah sebagai


berikut:

1) Pelaksanaan Discharge Planning belum sesuai


2) Supervisi keperawatan belum terlaksana
3) Ronde Keperawatan belum terlaksana
4) Mutu pelayanan keperawatan yang belum optimal

 Alternatif Penyelesaian Masalah


Dari masalah-masalah yang berhasil diidentifikasi,
dengan mempertimbangkan sumberdaya, waktu, kewenangan
dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang ada, maka
masalah yang diatasi hanya 4 masalah. Dan berdasarkan
prioritas masalah diatas maka skor tertinggi akan
dilakukan rencana tindak lanjut (masalah 1 sampai
masalah 4). Tindak lanjut yang akan diambil
mempertimbangkan keterbatasan waktu, sumber daya, dana
keuangan dan kemampuan.
 Seleksi Alternatif Penyelesaian masalah.
Seleksi alternatif penyelesaian masalah menggunakan
pembobotan CARL, yaitu :
- C = Capability, artinya kemampuan melaksanakan
alternatif,
- A = Accesability, artinya kemudahan dalam
melaksanakan alternatif
- R = Readiness, artinya kesiapan dalam melaksanakan
alternatif,
- L = Leverage, artinya daya ungkit alternatif
tersebut dalam menyelesaikan masalah.
 Rentang nilai 1 sampai 5 dengan kriteria sebagai
berikut:
- Nilai 1 = sangat kurang sesuai,
- Nilai 2 = kurang sesuai,
- Nilai 3 = cukup sesuai,
96

- Nilai 4 = sesuai
- Nilai 5 = sangat sesuai.

H. RENCANA STRATEGIS
1. Pengorganisasian
Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan
Keperawatan Profesional dalam menentukan kebijakan-
kebijakan internal yang sifatnya umum, kelompok menyusun
struktur organisasi sebagai berikut:
Ketua : Nuri Febriani, S. Kep.
Sekretaris 1 : Linda Widiawati, S. Kep.
Sekretaris 2 : Putri Juniasti S. Kep.
Bendahara 1 : Okky Savitri Lestari, S. Kep.
Bendahara 2 : Nurhayati, S.Kep
Seksi Humas : M. Adi Saputra, S. Kep
Rian Wahyu Pratama, S.Kep
Seksi Perlengkapan : M. Faisal,S. Kep
Iranadi, S.Kep
Seksi Konsumsi : Rauhil Harfiana, S. Kep
Zakiah Derajat, S. Kep
Seksi Dokumentasi : Muslihuddin, S. Kep.

Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka


diselenggarakan pengorganisasian dalam pembagian peran
sebagai berikut:
1) Kepala Ruangan
2) Perawat Primer
3) Perawat Associate

Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan,


setelah pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional
di ruangan.
97

2. Strategi Kegiatan
a) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Setelah dilakukan analisis dengan metode SWOT
maka kelompok praktik klinik manajemen keperawatan di
IRNA III B menerapkan Model Asuhan Keperawatan
Profesional Tim-Prime (Moduler).
Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara
kombinasi dari kedua sitem. Menurut Sitoris (2002)
penetapan system model MAKP ini didasarkan pada
beberapa alasan berikut:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni,

karena perawat primer harus mempunyai latar belakang

pendidikan S-1 Keperawatan atau setara

2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena

tanggung jawab asuhan keperawatan pasien

terfragmentasi pada berbagai tim

3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan

komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas

asuhan keperawatam terdapat pada primer, karena saat

ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah

lulusan D-3 Keperawatan, bimbingan tentang asuhan

keperawatan diberikan oleh perawat primer/ketua tim.


98

Kepala Ruangan

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan ”Modifikasi : Tim-


Primer” (Nursalam, 2015)

1) Fungsi Manajerial
a) Kepala Ruangan
Seorang perawat profesional yang diberi
wewenang dan tanggung jawab dan mengelola kegiatan
pelayanan perawatan di satu ruang rawat.
 Kualifikasi
(1) Pendidikan S1 Keperawatan atau D3
Keperawatan senior
(2) Mengikuti kursus atau pelatihan manajemen
bangsal, BTCLS/BCLS, neonates live support,
pediatric live support, PONEK/PONED
(3) Pengalaman kerja sebagai perawat primer 3-5
tahun
(4) Mempunyai kemampuan manajerial
(5) Mempunyai prestasi dan dedikasi
(6) Komunikasi baik
(7) Sehat jasmani dan rohani.
99

 Tugas Pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan
pelayanan Keperawatan di ruang rawat yang berada
di wilayah tanggung jawabnya.
 Uraian Tugas
(1) Perencanaan
(a) Menunjuk perawat primer (PP) dan
mendeskripsikan tugasnya masing-masing
(b) Mengikuti serah terima pasien di shift
sebelumnya
(c) Mengidentifikasi tingkat
ketergantungan klien yang dibantu
perawat primer
(d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang
dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
tingkat ketergantungan pasien dibantu
oleh perawat primer
(e) Merencanakan strategi pelaksanaan
perawat
(f) Mengikuti visite dokter untuk
mengetahui kondisi, patofisiolois,
tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan, dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap klien
(g) Mengatur dan mengendalikan asuhan
keperawatan:
- Membimbing pelaksanaan asuhan
keperawatan
- Membimbing penerapan proses
keperawatan
- Menilai asuhan keperawatan
- Mengadakan diskusi untuk pemecahan
masalah
100

- Memberikan informasi kepada pasien


atau keluarga yang baru masuk
(h) Membantu mengembangkan niat pendidikan
dan latihan diri
(i) Membantu membimbing terhadap peserta
didik keperawatan
(j) Menjaga terwujudnya visi dan misi
keperawatan dan rumah sakit
(2) Pengorganisasian
(a) Merumuskan metode penugasan yang
digunakan
(b) Merumuskan tujuan metode penugasan
(c) Membuat rincian tugas perawat primer
dan perawat ascociate secara jelas
(d) Membuat rencana kendali kepala ruangan
yang membawahi dua perawat primer dan
perawat primer yang membawahi dua
perawat ascociate
(e) Mengatur dan mengendalikan tenaga
keperawatan, membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari,
dan lain-lain
(f) Mengatur dan mengendalikan logistik
ruangan
(g) Mengatur dan mengendalikan situasi
lahan praktik
(h) Mendelegasikan tugas saat kepala ruang
tidak ada di tempat kepala perawat
primer
(i) Mengetahui kondisi klien dan menilai
tingkat kebutuhan pasien.
(j) Mengambangkan kemampuan anggota
(k) Menyelenggarakan konferensi
101

(3) Pengarahan
(a) Memberi pengarahan tentang penugasan
kepada perawat primer
(b) Memberikan pujian kepada perawat yang
mengerjakan tugas dengan baik
(c) Memberi motivasi dalam meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap
(d) Menginformamsikan hal-hal yang
dianggap penting dan berhubungan
dengan askep klien
(e) Membimbing bawahan yang mengalami
kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
(f) Meningkatkan kolaborasi
(4) Pengawasan
(a) Melalui komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan perawat primer mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada
klien
(b) Melalui supervise
- Pengawasan langsung melalui
inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui lapora langsung secara lisan
dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat
ini
- Pegawasan secara langsung, yaitu
mengecek daftar hadir, membaca dan
memeriksa rencana keperawatan, serta
catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan dari perawat
primer
102

(c) Evaluasi
- Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun
bersama
- Audit keperawatan

b) Perawat Primer
Ketua Tim merupakan perawat yang memiliki
tanggung jawab dalam perencenaan, kelancaran dan
evaluasi dari askep untuk semua pasien yang di
lakukan oleh Tim di bawah tanggung jawabnya
(Nursalam 2003).
 Kualifikasi
(1) Pendidikan S1 Keperawatan atau D3/D4
Keperawatan yang disahkan oleh pemerintah
yang berwenang
(2) Mengikuti kursus atau pelatihan BTCLS/BCLS,
pediatric life support, neonatus life
support, PONED/PONEK
(3) Pengalaman kerja sabagai perawat asosiet
selama 1-2 tahun
(4) Mempunyai keterampilan dibidang keperawatan
(5) Mampu melakukan asuhan keperawatan dan
prosedur keperawatan sesuai dengan standar
keperawatan
(6) Mampu mendokumentasikan hasil pelaksanaan
asuhan keperawatan
(7) Dapat bekerjasama dengan atasan dan anggota
tim lainnya
(8) Sehat jasmani dan rohani
103

 Uraian Tugas
(1) Menetapkan rencana asuhan keperawatan
berdasarkan analisis standar renpra sesuai
dengan hasil pengkajian
(2) Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan
kepada PA di bawah tanggung jawabnya sesuai
pasien yang dirawat (pre-conference)
(3) Melakukan kontrak dengan pasien/keluarga
pada awal masuk ruangan sehingga tercipta
hubungan terapeutik. Hubungan ini dibina
secara terus menerus pada saat melakukan
pengkajian/tindakan kepada pasien/keluarga
(4) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan
membuat catatan perkembangan pasien setiap
hari
(5) Melakukan pertemuan dengan pasien/keluarga
minimal 2 hari untuk membahas kondisi
keperawatan pasien (tergantung kondisi
pasien)
(6) Memberikan pendidikan kesehatan pada
pasien/keluarga
(7) Membantu perencanaan pulang
(8) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan
laboratorium
(9) Mengikuti pertemuan yang diadakan ruangan.

c) Perawat Asosiet
Perawat pelaksana merupakan seorang tenaga
keperawatan yang diberi wewenang untuk melaksanakan
pelayanan/ Asuhan keperawatan di ruang rawat.
 Kualifikasi
(1) Pendidikan S1 Keperawatan atau D3
Keperawatan yang disahkan oleh pemerintah
yang berwenang
104

(2) Mempunyai keterampilan dibidang keperawatan


(3) Mampu melakukan asuhan keperawatan dan
prosedur keperawatan sesuai dengan standar
keperawatan
(4) Mampu mendokumentasikan hasil pelaksanaan
asuhan keperawatan
(5) Dapat bekerjasama dengan atasan dan anggota
tim lainnya
(6) Sehat jasmani dan rohani

 Uraian Tugas
(1) Memberikan pelayanan keperawatan secara
langsung berdasarkan proses keperawatan dan
kasih sayang:
- Menyusun rencana perawatan sesuai dengan
masaah klien
- Melaksanakan tindakan perawatan sesuai
dengan rencana
- Mengevaluasi tindakan perawatan yang
telah diberikan
- Mencatat atau melaporkan semua tindakan
perawatan dan respon klien pada catatan
perawatan
(2) Melaksanakan program medis dengan penuh
tanggung jawab
- Pemberian obat
- Pemeriksaan laboratorium
- Persiapan klien yang akan operasi
(3) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik,
mental, sosial dan spiritual
- Memelihara kebersihan klien dan
lingkungan
- Mengurangi penderitaan klien dengan
memberi rasa aman, nyaman dan ketenangan
105

- Pendekatan dan komunikasi terapiutik


(4) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental
untuk menghadapi tindakan keperawatan dan
pengobatan atau diagnosis
(5) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri
sesuai dengan kemampuannya
(6) Memberikan pertolongan segera pada klien
gawat atau sakaratul maut
(7) Membantu kepala ruangan dalam
penatalaksanakan ruangan secara
admnistratif
- Menyiapkan data klien baru, pulang atau
meninggal
- Sensus harian atau formulir
- Rujukan harian atau formulir
(8) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada
di ruangan menurut fungsinya supaya siap
pakai
(9) Menciptakan dan memelihara kebersihan,
keamanan, kenyamanan dan keindahan ruangan
(10) Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam,
atau hari libur secaa berganti sesuai jadwal
tugas
(11) Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan
dengan penyakitnya (PKMRS)
(12) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan
klien baik secara lisan maupun tulisan
(13) Membuat laporan harian klien

2) Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


a) Penanggung Jawab : Nuri Febriani, S.Kep.
b) Tujuan Umum:
- Diharapkan setelah dilakukan praktik manajemen
oleh mahasiswa Profesi Ners STIKES Mataram XIII
106

B kelompok I, Ruang IRNA III B mampumeningkatkan


MAKP yang telah dipilih oleh ruangan sesuai
dengan kaidah MAKP yang standar
c) Tujuan Khusus:
- Menganalisa komponen-komponen dari MAKP yang
belum terlaksana optimal di ruangan
- Membuat perencanaan pengoptimalan pelaksanaan
MAKP
- Melakukan evaluasi dari pelaksanaan MAKP yang
telah direncanakan.
d) Target:
- Penerapan MAKP berjalan sesuai dengan perencanaan
yang dibuat
- Komponen-komponen MAKP terlaksana optimal
- Kriteria Evaluasi:
(1) Struktur:
(a) Menentukan penanggung jawab MAKP
(b) Mendiskusikan bentuk dan penerapan
MAKP yaitu Modifikasi: Tim-Primer
(Moduler)
(c) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat
(d) Melakukan pembagian peran perawat
(e) Menetukan diskripsi tugas dan tanggung
jawab perawat.
(f) Melakukan pembagian jadwal serta
pembagian tenaga perawat.
(2) Proses:Menerapkan MAKP
(a) Tahap uji coba pada tanggal 05 Maret–
10 Maret 2018.
(b) Tahap Aplikasi pada tanggal 12 Maret –
24 Maret 2018.
107

(3) Hasil:
(a) Mahasiswa mampu menerapkan MAKP
Modifikasi: Tim-Primer sesuai dengan
job discription.
e) Waktu: Minggu II – Minggu III
f) Rencana Strategi:
- Mendiskusikan bentuk dan penerapan Model Asuhan
Keperawatan Professional (MAKP) yang dilaksanakan
yaitu model Modifikasi:Tim-Primer
- Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
- Melakukan pembagian peran perawat.
- Menentukan diskripsi tugas dan tanggung jawab
perawat.
- Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga
perawat
- Menerapkan model MAKP yang direncanakan

b) Discharge Planning
Perencanaan pelaksanaan discharge planning
adalah suatu dokumentasi untuk menyelesaikan masalah,
tujuan, dan intervensi pasien yang akan pulang dan
asuhan keperawatan saat pasien di rumah.
1) Langkah-langkah dalam perencanaan pulang
- Pra Discharge Planning:
(a) Perawat primer mengidentifikasikan pasien
yang direncanakan untuk pulang.
(b) Perawat primer melakukan identifikasi
kebutuhan pasien yang akan pulang.
(c) Perawat primer membuat perencanaan pasien
pulang.
(d) Melakukan kontrak waktu dengan pasien dan
keluarga.
108

2) Tahap pelaksanaan Discharge Planning:


(a) Menyiapkan pasien dan keluarga, peralatan,
status, kartu dan lingkungan.
(b) Perawat primer dibantu perawat associate
melakukan pemeriksaan fisik sesuai kondisi
pasien.
(c) Perawat primer memberikan pendidikan kesehatan
yang diperlukan pasien dan keluarga untuk
perawatan di rumah tentang : aturan diet, obat
yang harus diminum di rumah, aktivitas, yang
harus di bawa pulang, rencana kontrol, yang
perlu di bawa saat kontrol, prosedur kontrol,
jadwal pesan khusus.
(d) Perawat primer memberikan kesempatan kepada
pasien dan keluarga untuk mencoba
mendemonstrasikan pendidikan kesehatan yang
telah diajarkan.
(e) Perawat primer memberikan kesempatan kepada
pasien dan keluarga untuk bertanya bila belum
mengerti.
3) Tahap post pelaksanaan Discharge Planning :
a) Karu melakukan evaluasi terhadap perencanaan
pulang
b) Karu memberikan reinforcement atau reward kepada
pasien dan keluarga jika dapat melakukan dengan
benar apa yang sudah dilaksanakan.
c) Followup.
109

4) Alur Discharge Planning

 Menyambut kedatangan pasien.


 Orientasi ruangan, jenis pasien,
peraturan & denah ruangan.
 Memperkenalkan pasien pada teman
sekamar, perawat, dokter & tenaga
Pasien kesehatan yang lain.
masuk RS  Melakukan pengkajian keperawatan.

 Pemeriksaan klinis & pemeriksaan


Pasien penunjang yang lain.
selama  Melakukan asuhan keperawatan.  Perawat
dirawat  Penyuluhan kesehatan : penyakit,  Dokter
perawatan, pengobatan, diet,
 Tim
aktivitas, kontrol.
kesehatan
lain

Perencanaan pulang
Pasien
KRS
Program HE:
 Pengobatan/kontrol.
Penyelesaian  Kebutuhan nutrisi
Lain-lain
administrasi  Aktivitas & istirahat
 Perawatan di rumah

Monitoring oleh petugas kesehatan & keluarga

Gambar 2.2 Alur Discharge Planning (Nursalam, 2011)

5) Penerapan Discharge Planning


(a) Pengorganisasian:
 Penanggung jawab: M. Adi Saptra,S.Kep
 PP: Rauhil Harfiana, S.Kep
 PA: Linda Widiawati, S.Kep
(b) Tujuan
 Tujuan Umum:
Discharge Planning di ruangan IRNA III B
bisa terlaksana sesuai dengan pelaksanaan
discharge planning
110

 Tujuan Khusus:
(1) Mengidentifikasi kebutuhan pasien
untuk discharge planning
(2) Mengindentifikasi masalah pasien dalam
discharge planning
(3) Membuat perencanaan discharge planning
pasien
(4) Memgajarkan pada pasien dan keluarga
tentang perawatan pasien di rumah yang
meliputi diit, aktivitas, waktu dan
tempat kontrol
(5) Melakukan evaluasi kepada pasien atau
keluarga selama pelaksanaan discharge
planning
(6) Mendokumentasikan pelaksanaan
discharge planning.
(c) Target:
(1) Semua perawat memahami alur, proses, dan
content dalam pelaksanaan discharge
planning
(2) Adanya peningkatan target dari jumlah
pasien yang akan dilakukan discharge
planning
(3) Discharge planning bisa terlaksana secara
berkelanjutan.
(d) Waktu: Minggu III
Pelaksanaan role play tanggal 20 Maret 2018.
(e) Kriteria evaluasi:
 Evaluasi struktur
(1) Persiapan pasien, peralatan, status,
kartu dan lingkungan.
(2) Penyusunan struktur pelaksanaan
Discharge Planning.
111

 Evaluasi proses
(1) Discharge Planning dilaksanakan pada
semua pasien pulang.
(2) Materi yang disampaikan sesuai dengan
kebutuhan klien.
 Evaluasi hasil
(1) Terdokumentasinya pelaksanaan pasien
pulang
(2) Pasien dan keluarga dapat mengetahui
perawatan di rumah tentang: aturan
diit, obat yang harus diminum di
rumah, aktivitas, yang harus di bawa
pulang, rencana kontrol, yang perlu di
bawa saat kontrol, prosedur kontrol,
jadwal pesan khusus.
(f) Rencana Strategi:
(1) Menentukan penanggung jawab discharge
planning.
(2) Menentukan materi discharge planning.
(3) Menentukan klien yang akan dijadikan
subjek discharge planning.
(4) Menentukan jadwal pelaksanaan discharge
planning
(5) Melaksanakan discharge planning.
c) Timbag Terima
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau
cara untuk menyampaikan laporan yang berkenaan dengan
keadaan pasien.
1) Metode Pelaporan
(a) Perawat yang bertanggung jawab terhadap klien
melaporkan langsung kepada perawat penanggung
jawab berikutnya dengan membawa laporan
timbang terima
112

(b) Pelaksanaan timbang terima dapat dilakukan di


ruang perawat, kemudian dilanjutkan dengan
mengunjungi klien satu-persatu terutama pada
klien-klien yang memiliki masalah khusus serta
memerlukan observasi lebih lanjut.
(c) Mekanisme timbang terima
Klien

Diagnosis medis Diagnosis


Masalah keperawatan
kolaboratif Rencana
Tindakan

Yang telah Yang akan


dilakukan dilakukan

Perkembangan keadaan
klien

Perencanaan teratasi seluruhnya, sebagian, belum


teratasi dan terdapat masalah baru

Gambar 2.3 Mekanisme Timbang Terima

2) Prosedur Pelaksanaan
(a) Kedua kelompok siap.
(b) Prinsip timbang terima: tidak semua pasien
dilakukan timbang terima, khusus pada klien
yang memiliki permasalahan yang belum teratasi
serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
(c) Perawat yang melaksanakan timbang terima
mengkaji secara penuh terhadap masalah,
kebutuhan dan tindakan yang telah dilaksanakan
serta hal-hal yang penting lainnya selama masa
perawatan.
(d) Hal-hal yang sifatnya khusus diserahterimakan
kepada perawat berikutnya.
113

(e) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat


timbang terima adalah:
(1) Identitas klien dan diagnosis medis
(2) Data (keluhan obyektif dan subyektif)
(3) Masalah keperawatan yang masih muncul
(4) Intervensi keperawatan yang sudah
dilakukan
(5) Intervensi keperawatan yang belum/akan
dilakukan
(6) Intervensi kolaboratif
(f) Perawat yang melakukan timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah
ditimbangterimakan atau terhadap hal-hal yang
kurang jelas
(g) Mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat,
dan padat
(h) Lama timbang terima untuk tiap klien tidak
lebih dari 3 menit, kecuali dalam kondisi
khusus dan memerlukan keterangan yang rumit.
3) Penerapan Timbang Terima
(a) Pengorganisasian :
 Penanggung jawab: Iranadi, S. Kep.
 PP: M. Faisal, S.Kep
 PA: M. Adi Saputra, S.Kep
(b) Tujuan:
 Tujuan Umum:
Setelah dilaksanakan praktik
manajemenkeperawatan, diharapkan Ruang IRNA
III B mampu meningkatkan kegiatan timbang
terima yang telah dilakukan sesuai dengan
standar timbang terima.
114

 Tujuan Khusus:
(1) Menyampaikan kondisi dan keadaan klien
(data fokus)
(2) Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum
dilakukan dalam askep penderita
(3) Menyampaikan hal-hal yang penting yang
harus ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya
(4) Menyusun rencana kerja untuk dinas
berikutnya
(c) Target:
Timbang terima dapat berjalan lebih
optimal dengan perbaikan format content yang
disampaikan serta mempertahankan alur dan
proses timbang terima yang telah baik dalam
pelaksanaannya.
(d) Waktu : Minggu III
 Pelaksanaan role play tanggal 21 Maret
2018. (Pada pergantian shift pagi ke shift
siang).
(e) Kriteria Evaluasi:
 Struktur:
(1) Menentukan penanggungjawab timbang
terima.
(2) Menyusun teknik timbang terima
bersama-sama dengan staf keperawatan.
(3) Menentukan materi timbang terima.
(4) Status pasien disiapkan.
(5) Persiapan buku laporan dan buku
pesanan khusus.
 Proses:
(1) Melaksanakan timbang terima bersama
dengan Karu dan staf keperawatan pada
pergantian shift.
115

(2) Timbang terima dipimpin oleh Perawat


Primer sebagai penanggungjawab shift.
(3) Timbang terima diikuti oleh perawat,
mahasiswa yang berdinas atau akan
berdinas.
 Hasil:
(1) Perawat mampu melaporkan timbang
terima yang berisi (identitas,
diagnosis medis, masalah keperawatan,
intervensi yang sudah dan belum
dilaksanakan, intervensi kolaboratif,
rencana umum pasien).
(2) Perawat dapat mengikuti perkembangan
klien secara paripurna.
(3) Dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi antar perawat.
(4) Menjalin hubungan kerja sama yang
bertanggungjawab antar perawat
(5) Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat
berjalan berkesinambungan.
(f) Rencana Strategi
(1) Menentukan penanggung jawab timbang
terima
(2) Timbang terima dapat dilakukan secara
lisan atau tertulis.
(3) Menyusun format timbang terika serta
petunjuk teknis pengisiannya
(4) Menyiapkan kasus kelolaan yang akan
digunakan untuk timbang terima
(5) Melaksanakan timbang terima bersama
dengan kepala ruangan dan staf
keperawatan.
(6) Dilaksanakan pada setiap pergantian
shift.
116

(7) Dipimpin oleh perawat primer sebagai


penanggung jawab shift.
(8) Diikuti perawat, mahasiswa yang berdinas
atau akan berdinas.
(9) Informasi yang disampaikan harus akurat,
singkat sistematis atau menggambarkan
kondisi saat ini dengan tetap menjaga
kerahasiaan klien.
(10) Timbang terima harus berorientasi pada
permasalahan keperawatan, rencana
keperawatan, tindakan dan perkembangan
kesehatan klien.
(11) Mendokumentasikan hasil timbang terima
klien.

d) Supervisi
Secara teori, supervisi keperawatan adalah
salah satu fungsi pokok manager berupa proses pemberian
sumber-sumber yang dibutuhkan perawat dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya untuk pencapaian tujuan,
meliputi: 1) Langkah-langkah supervisi, 2) Prinsip
supervisi, 3) Peran dan fungsi supervisi, 4) Tugas
supervisi, dan 5) Teknik supervisi.
1) Langkah-langkah Supervisi:
- Pra supervisi
(a) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan
disupervisi.
(b) Supervisor menetapkan tujuan supervisi,
instrumen.
- Supervisi
(a) Supervisor ikut dalam pendokumentasian
kegiatan pelayanan bersama-sama PP dan PA.
(b) Supervisor meneliti dokumentasi status
pasien.
117

(c) Supervisor mendapatkan hal-hal yang perlu


dilakukan pembinaan.
(d) Supervisor memanggil PP dan PA yang perlu
dilakukan pembinaan.
(e) Supervisor mengklasifikasi permasalahan
yang ada.
(f) Supervisor memberikan masukan kepada PP dan
PA.
- Evaluasi
(a) Supervisor mengevaluasi hasil bimbingan.
(b) Supervisor memberikan reward atau umpan
balik kepada PP dan PA.
2) Prinsip Supervisi
(a) Supervisi dilakukan sesuai struktur organisasi
(b) Supervisi memerlukan pengetahuan dan
ketrampilan dasar manajemen, kemampuan
menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan
(c) Fungsi Supervisi diuraikan dengan jelas,
terorganisir dan sesuai standart
(d) Supervisi merupakan proses kerjasama yang
demokrasi antara supervisor dan perawat
pelaksana
(e) Supervisi menerapkan visi, misi, falsafah,
tujuan dan rencana yang spesifik
(f) Supervisi menciptakan lingkungan yang
kondusif, komunikasi efektif, kreativitas dan
motivasi
(g) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil guna
dan berdaya guna dalam pelayanan keperawatan
yang memberi kepuasan klien, perawat dan
manajer.
3) Fungsi dan peran supervisor
Fungsi dan peran supervisor khususnya dalam
supervisi keperawatan mempertahankan keseimbangan
118

manajemen pelayanan keperawatan, manajemen sumber


daya, dan manajemen anggaran yang tersedia.
Manajemen pelayanan keperawatan meliputi:
mendukung pelayanan keperawatan, rencana program
keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
4) Tugas Supervisor.
(a) Mempertahankan standart praktek keperawatan.
(b) Menilai kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan.
(c) Mengembangkan peraturan dan prosedur pelayanan
keperawatan, bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lainnya.
(d) Memantapkan kemampuan perawat.
(e) Memastikan asuhan keperawatan profesional
dilaksanakan.
5) Teknik Supervisi
(a) Secara Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada
kegiatan yang sedang berjalan. Supervisor
terlibat dalam kegiatan, memberikan reward dan
perbaikan.
- Prosesnya:
(1) Perawat pelaksana melakukan secara
mandiri suatu tindakan keperawatan
didampingi supervisor
(2) Selama proses, supervisor memberi
dukungan, reinforcement dan petunjuk
(3) Supervisor dan perawat pelaksana
melakukan diskusi setelah kegiatan
selesai, yang bertujuan untuk
menguatkan cara yang telah sesuai dan
memperbaiki kekurangan dan
reinforcement positif dari supervisor.
119

(b) Secara Tidak Langsung


Supervisi dilakukan melalui laporan
tertulis maupun maupun lisan. Supervisor tidak
terlibat atau melihat langsung apa yang
terjadi di lapangan, sehingga mungkin terjadi
kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan
secara tertulis.
6) Alur Supervisi

Ka. Bid
Perawatan

Kasi
Perawatan

Ka Per IRNA

Menetapkan kegiatan dan


tujuan serta instrument / Ka Ru
alat ukur Supervi
si
Menilai kinerja Perawat
PP 1 PP 2
Delegasi
 Feedback PA PA
 Koreksi atau pemecahan
masalah
 Reward/Reinforcement Kualitas Pelayanan Meningkat

Gambar 2.4 Alur Supervisi


Keterangan : Kegiatan supervisi

Delegasi dan Supervisi

7) Penerapan Supervisi
(a) Pengorganisasian:
- Penanggung jawab :Rauhil Harfiana, S.Kep dan
Rian Wahyu Pratama, S,Kep
- PP: Putri Juniasti, S,Kep
- PA: Muslihuddin, S.Kep
120

(b) Tujuan:
- Tujuan Umum:
Setelah dilaksanakan praktek
manajemen keperawatan, diharapkan Ruang
IRNA III B mampu menerapkan supervisi
keperawatan dengan baik.
- Tujuan Khusus:
(1) Mampu menyusun, melaksanakan atau
menetapkan tujuan supervisi
(2) Mampu mempersiapkan instrumen tindakan
keperawatan
(3) Mampu menilai kinerja perawat dalam
melaksanakan tindakan keperawatan
(4) Mampu memberikan follow-up terhadap
hasil supervisi staf
(5) Mampu melaksanakan dokumentasi hasil
supervisi.
(c) Target:
(1) Supervisi dilakukan secara terorganisasi
dan rutin dalam kurun waktu tertentu
(2) Supervisi dinyatakan melalui petunjuk,
peraturan, uraian tugas, dan standar
(3) Supervisi terdokumentasi dengan baik dan
benar.
(d) Kriteria Evaluasi:
- Struktur:
(1) Menentukan penanggungjawab supervisi
keperawatan.
(2) Menyusun konsep supervisi keperawatan.
(3) Menentukan materi supervisi.
- Proses:
(1) Melaksanakan supervisi keperawatan
bersama perawat ruangan dan
supervisor.
121

(2) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan


supervisi keperawatan.
- Hasil:
(1) Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi
secara optimal.
(2) Supervisor mengevaluasi hasil
supervisi
(3) Supervisor memberikan reward/feed back
pada PP dan PA
(e) Waktu: Minggu II
Pelaksanaan role play tanggal 17Maret 2018
(f) Rencana Kegiatan:
(1) Menentukan penanggung jawab supervisi
(2) Menentukan materi supervisi keperawatan
(3) Merevisi format supervisi
(4) Melaksanakan supervisi keperawatan
bersama-sama perawat ruangan.
(5) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan
supervisi keperawatan.

e) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan
dalam mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan disamping klien, membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu
yang dilakukan oleh perawat primer, kepala ruangan,
perawat associate serta melibatkan seluruh anggota tim.
1) Kriteria klien yang dilakukan ronde:
(a) Klien dengan masalah keperawatan yang belum
teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan
keperawatan
(b) Klien dengan kasus baru atau langka
122

2) Karakteristik:
(a) Klien dilibatkan secara langsung.
(b) Klien merupakan fokus kegiatan.
(c) PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.
(d) Konselor memfasilitasi kreatifitas.
(e) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA,
PP untuk meningkatkan kemampuan mengatasi
masalah.
3) ProsedurPelaksanaan Ronde Keperawatan
(a) Persiapan
(1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelumnya
waktu pelaksanaan ronde.
(2) Pemberian informed consent kepada
klien/keluarga.
(b) Pelaksanaan ronde:
(1) Penjelasan tentang klien oleh perawat
primer dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan
rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang
perlu didiskusikan.
(2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus
tersebut.
(3) Pemberian justifikasi oleh PP atau
konselor / kepala ruangan tentang masalah
klien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
(4) Tindakan keperawatan pada masalah
prioritas yang telah dan akan yang akan
ditetapkan.
(c) Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan
pada klien tersebut serta menetapkan tindakan
yang perlu dilakukan.
123

4) Alur Ronde Keperawatan

TAHAP PRA PP
RONDE

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien:

 Inform Concernt
 Hasi Pengkajian/ Validasi
data

Penyajian  Apa diagnosis keperawatan?


TAHAP PELAKSANAAN
 Apa data yang mendukung?
DI NURSE STATION Masalah  Bagaimana intervensi yang
sudah dilakukan?
 Apa hambatan yang ditemukan?

validasi data
TAHAP RONDE PADA
BED KLIEN
Diskusi PP-PP,
Konselor,KARU

TAHAP PASCA RONDE Lanjutan-


diskusi di
Nurse Station

Kesimpulan dan
rekomendasi
solusi masalah

Gambar 2.5 Alur Ronde Keperawatan (Nursalam, 2011)


124

5) Penerapan Ronde Keperawatan


(a) Pengorganisasian:
- Penanggung jawab: Okky Savitri, S. Kep.
- PP: Zakiah Derajat, S.Kep
- PA: Nurhayati, S.Kep
(b) Tujuan:
- Tujuan Umum:
Setelah dilaksanakan praktik
manajemen keperawatan,diharapkan Ruang IRNA
III B mampu melaksanakan ronde keperawatan
dengan baik.
- Tujuan Khusus:
(1) Menjustifikasi masalah yang belum
teratasi
(2) Mendiskusikan penyelesaian masalah
dengan perawat prime yang lain.
(c) Target:
Ronde keperawatan dapat berjalan sesuai
dengan alur dan syarat dilaksanakan ronde
serta dapat terlaksana berkala.
(d) Kriteria Evaluasi:
- Struktur:
(1) Menetukan penanggungjawab ronde
keperawatan.
(2) Menetapkan kasus yang akan di
rondekan.
(3) Memberikan informed consent kepada
klien dan keluarga.
- Proses:
(1) Melaksanakan ronde keperawatan
bersama-sama Kepala ruangan dan staf
keperawatan.
(2) Penjelasan tentang klien oleh perawat
primer dalam hal ini penjelasan
125

difokuskan pada masalah keperawatan


dan intervensi yang telah dilaksanakan
tetapi belum mampu mengatasi masalah
pasien.
(3) Diskusi antar anggota tim tentang
kasus tersebut.
(4) Pemberian masukan solusi tindakan yang
lain yang mampu mengatasi masalah
klien tersebut.
- Hasil
(1) Dapat dirumuskan tindakan keperawatan
untuk menyelesaikan masalah pasien.
(2) Hasil diskusi yang disampaikan dapat
ditindak lanjuti dan dilaksanakan.
(e) Waktu : Minggu IV
- Pelaksanaan role play tanggal 21 Maret 2018
(f) Rencana Strategi:
(1) Menentukan klien yang akan dijadikan
subyek dalam ronde keperawatan.
(2) Menentukan strategi ronde keperawatan
yang akan dilakukan.
(3) Menentukan materi dalam pelaksanaan ronde
keperawatan.
(4) Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanaan
ronde keperawatan.
(5) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-
sama kepala ruangan dan staf keperawatan.

Você também pode gostar