Você está na página 1de 24

BAB I

PENDAHULUAN

Psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari segala
segi kejiwaan dari manusia dalam keadaan sehat maupun sakit dengan tujuan untuk meneliti
proses terjadinya, menegakkan diagnosa, merencanakan dan melaksanakan pengelolaan dan
pengobatan dari segala macam gangguan dan penyakit jiwa termasuk segala tingkah laku
manusia serta bertujuan untuk melakukan pencegahan, diagnosa dini dan pengobatan, serta
rehabilitasi dari penderita dengan tujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan jiwa manusia.

Tujuan dari pemeriksaan psikiatri adalah untuk menemukan dan menilai gangguan jiwa yang
ada, yang akan dipakai sebagai pedoman dasar pembuatan diagnosis, menentukan tingkat
gangguan dan pengobatannya dan selanjutnya penafsiran prognosisnya. Selain itu untuk
menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwayat dan
perkembangan gangguan jiwa yang ditemukan. Serta menilai kemampuan pasien untuk
berpartisipasi secara wajar dalam pengobatan yang cocok baginya.

Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
di negara maju diantaranya penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan. Gejala-
gejala gangguan jiwa merupakan hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatik, psikologik
dan sosiobudaya. Gejala-gejala gangguan jiwa menandakan dekompensasi proses adaptasi
terutama pada pemikiran, perasaan dan perilaku. Tanda (sign) adalah temuan objektif yang
didapat oleh dokter, sedangkan gejala (symptom) adalah pengalaman subjektif yang digambarkan
oleh pasien. Sebagian besar kondisi psikiatrik adalah sindroma yang merupakan kelompok tanda
dan gejala yang terjadi bersama-sama sebagai suatu kondisi yang dapat dikenali yang mungkin
kurang spesifik dibandingkan gangguan atau penyakit yang jelas

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan psikiatri

Pemeriksaan psikiatri lengkap berbeda dari pemeriksaan medik umum, dalam hal perhatian
khusus yang diarahkan pada manifestasi fungsi mental, emosional dan perilaku. Pemeriksaan
dilakukan pada manifestasi fungsi mental, emosional, dan perilaku. Pemeriksaan dilakukan
untuk menyusun laporan tentang keadaan psikologik dan psikopatologik pasien (status
psikiatrikus).1

Formulasi psikiatrik adalah suatu susunan / rangkaian laporan yang di dalamnya termuat hal-
hal yang penting dalam pemeriksaan psikiatri baik dari wawancara maupun observasi terhadap
pasien. Pemeriksaan psikiatri dan status mental sangat berperan penting dalam hal penegakan
diagnosa oleh karena itu kedua bagian ini haruslah dibuat dan dilaporkan dengan sedetail dan
seinformatif mungkin agar memudahkan para dokter psikiatri untuk menarik kesimpulan dari
hasil pemeriksaan psikiatri serta menyingkirkan diagnosa-diagnosa pembanding sehingga
didapatkan suatu diagnosa yang tepat dan dapat pula dilakukan pengobatan ataupun terapi yang
tepat agar pasien dapat menjalani lagi kehidupannya dengan lebih baik.3

Kerangka umum pemeriksaan lengkap terdiri atas:

1. Pemeriksaan tidak langsung (indirect examination)


a. Anamnesis-keluhan tentang gangguan sekarang dan laporan pasien mengenai
perkembangan keluhannya itu, serta riwayat situasi hidup pasien.
b. Keterangan mengenai pasien yang diperoleh dari pihak keluarga atau orang-oarang
lain yang mengenalnya.

2
2. Pemeriksaan langsung (direct examination)
a. Pemeriksaan fisik-terutama status internus dan neurologic
b. Pemeriksaan khusus psikis
i. Penampilan umum
ii. Bidang emosi, afek (emotion/affect)
iii. Bidang pikiran/ideasi (thought/ideation)
iv. Bidang motorik/ perilaku (motor action/behavior)
3. Pemeriksaan tambahan, yang dilakukan apabila ada alas an khusus untuk melaksanakan
pemeriksaan itu seperti uji psikologik, elektroensefalografi, foto sinar tembus, CT Scan,
pemeriksaan zat kimia tubuh (misalnya hormon), dan lain-lain.

Inti prosedur pemeriksaan psikiatrik adalah pemeriksaan khusus psikik, (yaitu


penampilan umum, bidang emosi-afek, pikiran-ideasi, motoric-perilaku), selanjutnya
evaluasi data yang diperoleh harus dibuat dalam konteks keseluruhan data yang dihasilkan
dari pemeriksaan lengkap.

Data khusus psikiatri yang dihasilkan dari suatu pemeriksaan psikiatrik ialah dari suatu
pemeriksaan psikiatrik ialah data perihal fungsi kejiwaan, yang diperoleh melalui observasi
penampilan dan perilaku pasien, pengamatan interaksi antara dokter dan pasien, pengamatan
interaksi antara pasien dan lingkungannya, dan pemahaman humanistic sang dokter
mengenai pasiennya. “Alat pemeriksaan” psikiatrik adalah kepribadian dokter sendiri.
Pemeriksaan ini diarahkan, dan data diungkapkan dalam pembicaraan antara dokter dan
pasien, yang disebut wawancara psikiatrik.

Wawancara merupakan wadah utama pemeriksaan psikiatrik. Secara teknis sukar


dipisahkan antara anamnesis dan pemeriksaan khusus psikik, dan antara bidang-bidang
khusus pemeriksaan psikik. Sambil membicarakan keluhan-keluhannya, pasien akan
berbicara dengan nada emosional tertentu, mengutarakan pikiran-pikiran tertentu, dan
memperlihatkan perilaku motorik tertentu pula. Dari satu pernyataan, juga dari isi pernyataan
itu serta cara menyatakannya dapat diperoleh respons pasien atau data pada beberapa bidang
sekaligus.1

3
Dokter psikiatrik harus mengembangkan keterampilan dan teknik wawancara paling
efektif yang memungkinkan pasien menggambarkan tanda dan gejala yang secara bersama-
sama berperan dalam berbagai sindroma yang kemungkinan dapat dijelaskan dan diobati.
Pasien-pasien terentang dari mereka yang pandai berbicara dengan jelas, dan mudah untuk
diikutsertakan sampai mereka yang mengalami gangguan berpikir, paranoid, berespon
terhadap stimuli internal, dan mengalami disorganisasi yang berat. Wawancara itu sendiri
mungkin bervariasi, tergantung pada tantangan spesifik yang ditemukan pada tiap-tiap
pasien. Beberapa teknik adalah berlaku universal pada semua situasi, teknik lain terutama
dapat diterapkan pada jenis wawancara tertentu. 2

Wawancara dilakukan tergantung pada keadaan di mana wawancara dilakukan, tujuan


wawancara, kekuatan, kelemahan dan diagnosis pasien tertentu. Pasien yang mempunyai
diagnosis psikiatrik yang berbeda adalah berbeda dalam kemampuannya untuk berperan serta
dalam wawancara dan berbeda dalam tantangan yang diberikannya pada dokter psikiatrik
yang melakukan wawancara. Tema tertentu yang konsisten seringkali terlihat dalam
wawancara dengan pasien tertentu yang mempunyai diagnosis yang sama, walaupun, bahkan
dengan diagnosa yang sama, pasien mungkin memerlukan strategi wawancara yang cukup
berbeda. Contohnya pada pasien dengan depresi dan kemungkinan bunuh diri tentu saja cara
penanganannya berbeda dengan pasien yang diduga menderita gangguan afek maniakal
ataupun skizofrenia. Teknik ini juga membutuhkan kepekaan hati dari seorang psikiatri untuk
menyelami hati seorang pasien dan melihat ke dasar hatinya mengenai penderitaan yang
dialaminya sehingga kita dapat membangun sebuah hubungan yang baik dengan pasien
dengan cara membangun kepercayaan dengan pasien sehingga pasien dapat menceritakan
dengan sejujurnya apa yang menjadi bebannya, penderitaan dan ketidakmampuannya
sehingga memudahkan bagi seorang psikiatri untuk menemukan penyebab apa yang
dikeluhkan oleh pasien tersebut.4

Perilaku pasien dihadapan dokter sebagian besar merupakan respons terhadap apa yang
dikatakan dokter dan bagaimana dokter mengatakan itu, sikap dokter, dan bagaimana
pendapat pasien mengenai perilaku serta kepribadian dokter. Agar wawancara dapat
menghasilkan data yang dapat diandalkan hendaknya senantiasa diusahakan untuk
menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara dokter dengan pasien.

4
Kepentingan memelihara hubungan ini mendahului kepentingan memeroleh data, karena
bagaimanapun data mengenai kejiwaan yang diperoleh tanpa hubungan yang optimal, dapat
mengelirukan kesan-kesan klinis tentang pasien. Jika kita ingin bertanya tentang gejala
pasien, senantiasa harus dipertimbangkan bilamana dan bagaimana kita akan menanyakan itu
kepada pasien. Jika konteksnya kurang tepat, misalnya jika pasien dipermalukan atau
tersinggung oleh pertanyaan itu (nyata atau tidak nyata), ia mungkin akan menolak atau
menyangkal, atau akan membuat-buat jawabannya.

Wawancara selalu mengandung tanggung jawab baik diagnostic maupun terapeutik.


Berhadapan dengan pasien, dokter memengaruhi pasiennya dengan sikap dan perkataannya,
dari saat ke saat membuat pasien lebih tenang atau lebih tegang, membuatnya lebih terbuka
atau lebih tertutup, membuatnya lebih percaya atau lebih curiga. Selalu ada pengaruh
terapeutik dan kontraterapeutik dalam proses wawancara, tidak pernah netral.

Wawancara merupakan teknik yang diterapkan oleh dokter terhadap pasien untuk tujuan
diagnostic dan/atau terapeutik, tidak hanya menghasilkan pengaruh dokter terhadap pasien
melainkan juga sebaliknya. Disadari atau tidak, seorang dokter akan terpengaruh pula oleh
sikap dan perkataan pasien; hal ini akan tercermin dalam sikap, perkataan, dan perasaan
dokter. Dipicu oleh sikap dan perilaku pasien terhadapnya (belum lagi dipacu oleh kehidupan
fantasinya sendiri), dokter dapat menjadi tegang, tenang, khawatir, santai, tertutup, terbuka,
bosan, kesal, sedih, malu terangsang, dll,; hal ini turut menentukan apa yang dikatakan
seorang dokter terhadap pasiennya (atau tidak dikatakannya), dan bagaimana dokter
mengatakannya. Dokter perlu belajar untuk memantau perasaan-perasaan reaktif tersebut,
agar ucapan-ucapannya kepada pasien sedapat-dapatnya beralasan professional dan sesedikit
mungkin tercampur dengan unsur-unsur yang berasal dari respons emosional subjektifnya
sendiri.

Pada umumnya wawancara akan efektif jika berlangsung dengan “alamiah” (natural),
dengan nada yang mirip “percakapan biasa”, tidak kaku atau seperti serangkaian pertanyaan
gaya kuesioner yang “ditembakkan” kepada pasien. Wawancara akan lebih efektif bila tidak
memberi kesan bahwa dokter memburu gejala, rajin berusaha menemukan dan
mengumpulkan sifat-sifat psikopatologik saja pada pasiennya, bahkan kadang-kadang
dengan mencoba “memprovokasi” gejala-gejala itu.

5
Riwayat Psikiatri

Riwayat psikiatri adalah catatan tentang riwayat penyakit, riwayat gangguan jiwa, dan
riwayat hidup pasien yang diperlukan untuk memahami siapa pasien sebenarnya, darimana
pasien berasal kira-kira akan ke arah mana pasien selanjutnya pada masa mendatang.
Riwayat ini didapatkan selama wawancara psikiatrik, diceritakan oleh pasien dari sudut
pandang pasien sendiri. Kadangkala diperlukan keterangan tambahan dari sumber lain seperti
orang tua atau pasangan hidup pasien.

Hal-hal yang ditelusuri dalam pengumpulan keterangan tentang riwayat penyakit adalah
data konkrit tentang kronologi gejala atau gangguan yang dialami pasien, riwayat tentang
gangguan psikiatrik dan riwayat medis, ciri-ciri kepribadian termasuk kekuatan dan
kelemahan pasien, hubungan pasien dengan orang-orang yang dekat dengan dirinya dimasa
saat ini dan masa lampau, serta riwayat perkembangan pasien.

Teknik yang paling penting dalam melakukan wawancara psikiatrik adalah dengan
membiarkan pasien berbicara dengan perkataannya sendiri, sesuai dengan urutan yang
dirasakannya penting. Terapis perlu cukup sensitive untuk mendeteksi hal-hal bermakana
yang ingin disampaikan pasein. Terapis harus terampil untuk bertanya dan menelusuri lebih
lanjut tentang hal-hal bermakna yang diungkapkan pasien baik yang tersurat maupun yang
tersirat dalam menceritakan riwayat psikiatrik dan status mentalnya.1

Prosedur Pemeriksaan

Pemeriksaan psikiatrik dilakukan untuk memeroleh gambaran menyeluruh mengenai


pasien sebagai pribadi, jiwa dan raga yang tak terpisahkan, bukan semata-mata untuk
menentukan “keadaan jiwanya” atau “apa penyakit jiwanya”. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh seorang pemeriksa agar dapat memberikan penatalaksanaan psikiatrik
adalah:

1) Memiliki pengertian yang jelas mengenai data-data mana yang diperlukan untuk
memahami kasus yang dihadapi
2) Sanggup melaksanakan pemeriksaan secara berkesinambungan dan berarah tujuan
3) Menghadapi pasien dengan kekhlasan dan minat untuk menolong.

6
4) Kesediaan untuk mencurahkan waktu dan tenaga yang diperlukan untuk meletakkan
hubungan yang baik demi penanggulangan persoalan yang dihadapi pasien (demi
keberhasilan terapi)

Pemeriksa membuka percakapan wawancara dengan perkenalan yang dilanjutkan dengan


pengambilan anamnesis yang terdiri dari keluhan utama, hal mengenai penyakit saat ini,
riwayat lampau, dan riwayat keluarga. Garis besar riwayat psikiatri yang perlu didapatkan
dalam pemeriksaan adalah:

1. Data Pribadi
Perlu dikumpulkan data demografi pasien berupa nama, alamat, umur, jenis kelamin,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, bahasa, suku bangsa dan agama, dan data
lainnya yang berhubungan dengan kehidupan pasien saat ini. Catat pula tempat dan
situasi saat dilakukan wawancara terhadap pasien, sumber informasi dan apakah
gangguan yang dialami pasien adalah gangguan yang pertama kali dialami pasien. Perlu
pula diketahui apakah pasien datang sendiri, dibawa oleh anggota keluarga, atau
dikonsultasikan oleh sejawat.1
Data identifikasi ini dapat memberikan suatu gambaran sekilas mengenai
karakteristik dari pasien yang mempunyai kemungkinan mempengaruhi diagnosis,
prognosis, perawatan dan komplikasinya.2
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh pasien yang menyebabkan
ia datang atau dibawa untuk mendapatkan pertolongan. Keluhan ini biasanya dikatakan
dengan kata-kata pasien sendiri, ataupun jika pasien tidak mampu untuk berbicara dengan
baik maka gambaran tentang orang yang memberikan informasi juga harus dimasukkan.
Pertanyaan pembuka dapat ditanyakan seperti “Bagaimana saya bisa menolong
saudara?”, Gangguan kesehatan apa yang saudara alami?”, silahkan menceritakan apa
yang meresahkan saudara?”. Pada umumnya pembukaan seperti ini akan memacu pasien
untuk bercakap bebas yang menghasilkan keterangan yang jauh lebih bermakna
disbanding dengan suatu prosedur Tanya jawab yang formal. Pasien dibiarkan untuk
menceritakan segalanya sendiri dengan gaya dan caranya. 1,2

7
3. Riwayat Gangguan Sekarang
Apabila pasien cukup kooperatif hendaknya diceritakan oleh pasien menurut caranya
sendiri, dan baru kemudian dilengkapi dan diatur kronologiknya dengan pertanyaan-
pertanyaan khusus. Penting ditanyakan keterangan mengenai sifat dan situasi pada awal
(awitan) timbulnya penyakit. Keterangan perihal penyakit hendaknya memberi kepada
pemeriksa suatu gambaran tentang awal dan perkembangan penyakit, riwayat keluhan
sekarang secara kronologis dan menyeluruh, onset dan factor presipitasi, alasan berobat
sekarang, perlu pula dinilai factor lingkungan hidup menjelang onset gejala,
perkembangan gejala, termasuk gejala yang tidak ada, latar belakang kepribadian dan
presipitasi dimasa lampau.1
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat penyakit dahulu adalah suatu transisi dari riwayat penyakit sekarang dan
riwayat pribadi pasien. Di sini diceritakan keadaan / episode sakit baik dalam hal psikiatri
maupun kesehatan umum. Gejala-gejala pada pasien baik adanya suatu inkapasitas, jenis
pengobatan yang telah diterima, tempat perawatan / berobat pasien sebelumnya dan
derajat kepatuhan pasien terhadap pengobatan sebelumnya harus dicatat dan digali secara
kronologis. Perhatian khusus pada bagian ini harus diberikan pada episode yang
menandakan onset dari suatu penyakit, karena episode tersebut sering memberikan suatu
data yang penting mengenai peristiwa-peristiwa pencetus, kemungkinan-kemungkinan
diagnosis dan kemampuan untuk mengatasi penyakit tersebut. Mengingat pada riwayat
medis, seorang psikiatri seharusnya mendapatkan tinjauan medis mengenai gejala dan
mencatat tiap penyakit medis atau bedah dan trauma berat, khususnya yang memerlukan
perawatan di rumah sakit yang dialami oleh pasien.
Ini merupakan keterangan mengenai segala kejadian yang pernah dialami pasien dari
lingkungan luar maupun dari dalam dirinya, dan reaksi-reaksi terhadapnya. Riwayat
lampau meliputi: Kelahiran dan tumbuh kembang, riwayat kesehatan, riwayat sekolah
atau pendidikan, riwayat pekerjaan, minat kebiasaan (interests, habits), kejadian penyakit
seperti ini sebelumnya, perkembangan seksual dan perkawinan.1,2
a. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Episode terdahulu gejala, derajat disfungsi, terapi, lama gangguan, kepatuhan
terapi perhatian khusus pada episode pertama.

8
b. Riwayat Gangguan Medik
Penyakit medik, bedah, trauma, yang memerlukan perawatan trauma kepala,
penyakit neurologis, tumor, kejang, gangguan kesadaran, HIV, sifilis dan gangguan
psikosomatis.
c. Penggunaan Zat Psikoaktif
Stimulant, alkohol, morfin dll
5. Riwayat Hidup
Dalam rangka untuk mempelajari penyakit pasien sekarang dan situasi kehidupan saat
ini, seorang psikiater membutuhkan pemahaman yang menyeluruh mengenai masa lalu
dari pasien dan hubungannya dengan masalah mental sekarang. Disini dicatat setiap
perubahan emosi dari setiap periode kehidupan.2 Riwayat hidup terdiri dari saat :
a. Prenatal dan perinatal
Data yang perlu dicatat adalah kehamilan direncanakan atau tidak, bagaimana
proses kelahiran, cedera lahir, kesehatan ibu selama kehamilan, kondisi emosi ibu
setelah melahirkan dan penggunaan obat oleh ibu sewaktu hamil.
b. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Kualitas interaksi ibu-anak termasuk “toilet training”, ada tidak problem anak,
deprivasi maternal, atau gangguan perkembangan (al: gangguan pola tidur, “body
rocking”, sering membenturkan kepala), gangguan jiwa pada orang tua, siapa tokoh
orang tua, hubungan dengan saudara. Apakah sifat masa kanak: pemalu, gelisah,
hiperaktif, akrab, atletis, aktif, pasif. Bagaimana pola permainan dengan anak lain,
pola pemberian makanan, pola perkembngan awal, toilet training, Gejala gangguan
tingkah llaku, sifat semasa kanak, mimpi dan fantasi yang berulang.
c. Masa Kanak Pertengahan (3-7 tahun)
Identifikasi gender, hukuman, disiplin, masa sekolah, perasaan saat perpisahan
dnegan ibu perkawanan, partisipasi dalam aktifitas sekolah, taat atau tidak pada
peraturan, impulsivitas, agresifitas pasif-aktif, perilaku antisosial, perkembangan
menbaca, intelektual dan motoric, gangguan belajar, mimpi buruk, fobia, ngompol,
main api, kejam pada binatang, dan masturbasi berlebih.

9
d. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Tokoh idola, nilai kelompok social pasien,citra diri idealnya, riwayat sekolah,
hubungan dengan guru, minat bidang pelajaran sekolah dan diluar sekolah, olahraga,
hobi, pengguanaan zat, aktivitas seksual, citra diri, rasa rendah atau benci diri sendiri,
keinginan bunuh diri, problem disekolah, bolos, kegunaan waktu senggang, perasaan
terhadap perkembangan alat kelamin sekunder, menarke, sikap pacaran, seks,
perkembangan kognitif, problem emosional dan fisik.
e. Masa Dewasa
i. Riwayat Pekerjaan
Jenis pekerjaan, konflik, ambisi terhadap pekerjaan, sikap terhadap teman
sejawat, atasan, riwayat pekerjaan.
ii. Riwayat Perkawinan
Lamanya, sifat, konflik, perceraian, keakraban, cekcok, harapan terhadap
pasangan, aspek positif dan negative dari perkawinan, kegagalan perkawinan
masa lalu.
iii. Agama
Latar belakang agama, sikap terhadap agamanya dan agama lain, pendidikan,
konflik terhadap pendidikan agama, pandangan agamanya terhadap gangguan
jiwa, moral keagamaan.
iv. Riwayat Militer
Kemampuan adaptasi, disiplin, cedera.
v. Aktivitas Sosial dan Situasi Kehidupan Sekarang
Hubungan social dan sifat, perkawanan dengan lawan jenis dan sejenis, apa
yang dicari dalam perkawanan, sifat terasing, antisosial, rasa takut, cemas
bergaul, teman akrab. Rumah tangga, tetangga, siapa yang tinggal serumah,
pengaturan tempat tidur, sumber keuangan, dana bila pasien dirawat, siapa yang
menjaga anak.
vi. Riwayat Hukum
Pernah ditangkap, riwayat tindak kejahatan, sikap terhadap hukum, riwayat
tindak kekerasan.

10
f. Riwayat Psikoseksual
Awal pengetahuan tentang seks, sikap orang tua, riwayat pelecehan seksual,
awitan pubertas, perasaaan, masturbasi, orientasi seksual, hubungan seks diluar
perkawinan, kontrasepsi, penyakit akibat hubungan seks, hubungan seks bebas.
g. Riwayat Keluarga
Faktor keturunan, hubungan antar keluarga, kesukaan, ketidaksukaan, ketegangan,
ketergantungan, sifat anggota keluarga, mertua, latar belakang keluarga, sikap
keluarga terhadap penyakit pasien.
h. Mimpi, Fantasi, dan Nilai-nilai
Tanyakan mengenai mimpi buruk berulang, fantasi, khayalan tentang masa depan,
nilai pribadi tentang moral.1

Pemeriksaan Status Mental

Pemeriksaan status mental merupakan gambaran keseluruhan tentang pasien yang didapat
dari hasil observasi pemeriksa dan kesan yang dimunculkan oleh pasien saat wawancara.
Status mental pasien dapat berubah dari hari ke hari bahkan dari jam ke jam.

1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Tampak sehat/sakit, sikap (tegang, santai, tenang, cemas, kekanak-kanakan),
pakaian (rapi, lusuh), dandanan (tampak lebih tua/muda), atau bizzare.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Manerisme, tics, gerak-gerik, kejang, perilaku stereotipik, ekopraksia,
hiperaktivitas, agitasi, fleksibilitas, rigiditas, cara berjalan, kegesitan, gelisah,
perlambatan gerak, aktivitas tanpa tujuan.
c. Sikap Terhadap Pemeriksa
Kooperatif, bersahabat, penuh perhatian, berminat, jujur, merayu, defensive,
merendahkan, bingung, berbelit-belit, apatis, hostil, bercanda, menyenangkan,
mengelak, berhati-hati.

11
2. Mood dan Afek
a. Mood
Mood didefinisikan sebagai suasana perasaan yang bersifat pervasive dan
bertahan lama, yang mewarnai persepsi seseorang terhadap kahidupannya. Contoh:
depresi, putus asa, irritable, cemas, marah, ekspansif, euphoria, kosong, bersalah,
terpesona, sia-sia, rendah diri, ketakutan, kebingungan. Mood dapat labil,
berfluktuasi, atau berubah-ubah dengan cepat dan ekstrem.1
b. Afek
Merupakan respon emosional saat sekarang. Dinilai dari ekspresi wajah,
pembicaraan, sikap dan bahasa tubuh. Contoh: normal, terbatas, tumbul, mendatar.
c. Keserasian Afek
Pemeriksa mempertimbangkan keserasian respons pasien terhadap topic yang
sedang didiskusikan dalam wawancara. Afek yang tidak serasi dapat terlihat
contohnya seorang pasien skizofrenia yang menceritakan tentang keinginan untuk
membunuh dengan ekspresi afek yang datar.

3. Pembicaraan
Deskripsikan pembicaraan pasien apakah ia berbicara spontan atau tidak, kuantitas,
kecepatan produksi dan kualitas bicara. Amati cara pasien bicara seperti banyak bicara,
mengomel, fasih, pendiam, tidak spontan, atau merespon normal. Contoh : cepat/lambat,
tertekan, ragu-ragu, emosional, dramatic, monoton, keras, berbisik, cadel, terpatah-patah,
atau bergumam. Bicara adalah gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui
bahasa; komunikasi melalui penggunaan kata-kata dan bahasa. Bagian ini adalah bagian
dari laporan psikiatri yang menggambarkan karakteristik saat pasien berbicara. Yang
dinilai dalam hal bicara ini adalah baik dalam kuantitas maupun kualitatifnya. Secara
kuantitas yang dimaksud adalah dari jumlah pembicaraannya apakah pasien banyak atau
sedikit pembicaraan yang terjadi khususnya pasien, sedangkan secara kualitas adalah
dapat dilihat dari isi bicaranya, apakah memberikan informasi yang banyak atau sedikit.
Disamping itu juga perlu diperhatikan adanya gangguan dalam berbicara misalnya :
disartria, dypsoprody, gagap, gangguan pada afasia.1,2

12
4. Persepsi
Persepsi adalah daya mengenal kualitas, hubungan serta perbedaan suatu benda,
melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan. Memindahkan stimuli fisik
menjadi informasi psikologik, sehiingga stimulus sensoris berada dalam genggamannya.
Gangguan ini dapat berupa distorsi sensorik dan desepsi sensorik. Bentuk-bentuk distorsi
sensorik antara lain terjadi perubahan intensitas, perubahan kualitas, perubahan bentuk /
dismegalopsia. Sedangkan desepsi sensorik adalah gangguan sensorik berupa munculnya
persepsi baru dengan atau tanpa objek luar, contohnya adalah halusinasi dan ilusi.
Gangguan ini dapat melibatkan berbagai sistem sensorik dalam tubuh kita antara lain
penglihatan, pembauan, pendengaran, taktil dan penciuman. Keadaan halusinasi dan
onset dari halusinasi terjadi adalah penting karena itu wajib untuk digali dan diketahui
oleh para dokter psikiatri yang bersangkutanGangguan persepsi melibatkan sistem
sensorik, seperti auditorik, visual, olfaktorik, atau taktil. Terdapat halusinasi tidak
bermakna, yaitu: Hipnogogik yang muncul pada saat mulai tidur dan hipnopompik yang
muncul pada saat bangun tidur, Terdapat pula gambaran ilusi, perasaan derealisasi dan
perasaan depersonalisasi.1,2

5. Pikiran
Pikiran dapat dibagi menjadi proses dan isi pikir. Proses pikir merupakan cara saat
seseorang menyatukan semua ide-ide dan asosiasi-asosiasi yang membentuk pemikiran
seseorang. Isi pikir merujuk kepada apa yang dipikirkan oleh seseorang berupa ide,
keyakinan, preokupasi, dan obsesi.
Contoh gangguan pada proses berpikir adalah adanya gangguan dalam hal
produktivitas, kontinuitas pikiran dan hendaya berbahasa. Sedangkan gangguan pada isi
pikir adalah terdapatnya preokupasi dan waham. Pada bagian ini pemeriksa dapat
menemukan adanya gangguan dalam hal berpikir antara lain terdapatnya waham yang
biasanya sering muncul pada orang dengan gangguan jiwa, juga dapat diketemukan pula
adanya pembicaraan yang tak berujung pangkal atau juga adanya suatu
ketidaksinambungan antara jawaban pasien dengan pertanyaan yang diberikan oleh kita
sebagai seorang psikiatri. Pasien juga dapat memberikan penjelasan seolah-olah bahwa
pikirannya dapat dibaca orang lain, sepreti disiarkan atau juga disedot sehingga

13
pikirannya menjadi kosong. Macam-macam keanehan ini dapat diperoleh oleh psikiatri
dengan cara mengadakan wawancara dan melakukan obsevasi dengan baik.1,2

6. Sensorium dan Kognisi


Ditujukan untuk menilai fungsi otak organic, taraf intelegensi, kapasitas berpikir
abstrak, tingkat tilikan dan daya nilai.
a. Kesadaran
Gangguan kesadaran biasanya menunjukkan adanya gangguan otak organic.
Pasien yang mengalami perubahan kesadaran biasanya ditandai dengan gangguan
orientasi. Tingkat kesadaran adalah berkabut, somnolen, stupor, koma, letargi,
alertness, dan fugue state.
b. Orientasi dan Memori
Penilaian orientasi pada waktu, tempat dan orang. Orientasi Waktu, Yaitu
kemampuan pasien untuk mengenal waktu sekarang ini. Orientasi terhadap Orang,
Yaitu kemampuan pasien untuk mengenali orang-orang yang ada disekitarnya.
Orientasi Tempat, Yaitu kemampuan pasien untuk mengenali tempat keberadaan
pasien. Namun kesemuanya itu bersifat situasional. Informasi umum didapatkan
dengan cara menanyakan pasien pertanyan-pertanyaan spesifik berdasar topik yang
ada sekarang ini, seperti nama-nama lima presiden terakhir, kejadian-kejadian aktual,
ataupun informasi tentang sejarah atau geografi. Untuk mendapatkan informasi umum
dari pasien haruslah disesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien. Pemeriksaan ini
penting untuk mengetahui kemungkinan terjadinya demensia pada pasien.
Pemeriksaan daya ingat dibagi menjadi daya ingat jangka segera, pendek, sedang dan
panjang.1,2,4
c. Konsentrasi dan Perhatian
Gangguan fungsi kognitif, ansietas, depresi dan stimulus internal seperti
halusinasi auditorik dapat menyebabkan gangguan konsentrasi. Pasien diminta
menghitung 100 dikurang 7 secara serial sebanyak 7 kali, cara ini membutuhkan
kapasitas kognitif dan konsentrasi utuh. Perhatian dinilai dengan kalkulasi atau
meminta pasien mengeja dari belakang huruf yang terdapat pada kata DUNIA.
d. Kemampuan Membaca dan Menulis

14
Pasien diminta untuk menulis kalimat “PEJAMKAN MATA ANDA”, dan
melaksanakan perintah yang telah dibaca.
e. Kemampuan Visuospasial
Pasien diminta untuk meniru gambar jam dan pentagonal yang berhimpitan pada
satu sudut.
f. Pikiran Abstrak
Merupakan kemampuan untuk memahami konsep. Pasien mungkin mengalami
gangguan dalam mengonseptualkan ide. Nilai apakah pasien dapat menyebutkan
persamaan apel dan jeruk dan mengartikan beberapa pribahasa.
g. Kemampuan Informasi dan Intelegensi
Intelegensi pasien berhubungan dengan kosa kata dan pengetahuan umum yang
dimilikinya seperti nama presiden saat ini dan informasi terkini.

7. Pengendalian Impuls
Dinilai kemampuan pasien untuk mengontrol impuls seksual, agresif, dan impuls
lainnya. Penilaian terhadap pengendalian impuls dilakukan pula untuk menilai apakah
pasien membahayakan diri dan orang lain. Kontrol impuls dapat dinilai dari informasi
terakhir perilaku pasien tentang pasien, atau perilaku yang diobservasi selama
wawancara.

8. Daya Nilai dan Tilikan


a. Daya Nilai
Selama wawancara psikiatrik berlangsung, pemeriksa perlu memperhatikan
kemampuan daya nilai sosial pasien. Apakah pasien memahami akibat dari perbuatan
yang dilakukannya dan apakah pemahamannya ini memengaruhi dirinya.
b. Tilikan
Menilai pemahaman pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Derajat tilikan
terdiri atas:
i. Penyangkalan penuh terhadap penyakit
ii. Mempunyai sedikit pemahaman terhadap penyakit tetapi juga sekaligus
menyangkal pada waktu yang bersamaan

15
iii. Sadar akan penyakitnya tetapi menyalahkan orang lain, factor luar, atau factor
organik.
iv. Pemahaman bahwa dirinya sakit, tetapi tidak mengetahui penyebabnya
v. Tilikan intelektual: mengakui bahwa dirinya sakit dan tahu penyebabnya adalah
perasaan irasioanal atau gangguan-gangguan yang dialami tetapi tidak emmakai
pengetahui tersebut untuk pengalaman dimasa mendatang.
vi. Tilikan emosional sejati: pemahaman emosional terhadap motif dan perasaan-
perasaan pada diri pasien dan orang-orang penting dalam hidupnya yang dapat
membawa perubahan mendasar pada perilaku pasien.

9. Taraf Dapat Dipercaya


Pemeriksaan psikiatrik juga memperhatikan kesan pemeriksa terhadap kemampuan
pasien untuk dapat dipercaya dan bagaimana ia menyampaikan peristiwa dan situasi yang
terjadi secara akurat. Pemeriksa dapat menilai kejujuran dan keadaan yang sebenarnya
dari yang dikatakan pasien.

2.2 Tanda dan Gejala Klinis Psikiatrik

1. Kesadaran dan Kognisi


Kesadaran/Sensorium
Kesadaran atau sensorium adalah suatu kondisi kesigapan mental individu dalam
menghadapi rangsang dari luar maupun dari dalam diri (tanda kekurangan organik) yaitu:
a. Kompos mentis: adalah suatu derajat optimal dari kesigapan mental individu dalam
menanggapi rangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Individu mampu
memahami apa yang terjadi pada diri dan lingkungannya serta bereaksi secara
memadai.
b. Apatis: adalah suatu derajat penurunan kesadaran, yakni individu berespons lambat
terhadap stimulus dari luar. Orang dengan kesadaran apatis tambak tak acuh terhadap
situasi disekitarnya.

16
c. Somnolensi: adanya suatu keadaan kesadaran menurun yang cenderung tidur. Orang
dengan kesadaran somnolen tampak selalu mengantuk dan bereaksi lambat terhadap
stimulus dari luar.
d. Sopor: adalah derajat penurunan kesadaran berat. Orang dengan kesadaran sopor
nyaris tidak berespons terhadap stimulus luar atau hanya memberikan respons
minimal terhadap perangsangan kuat.
e. Koma: adalah derajat kesadaran paling berat. Individu dalam keadaan koma tidak
dapat bereaksi terhadap rangsang dari luar, meskipun sekuat apapun perangsangan
diberikan kepadanya.
f. Kesadaran berkabut: suatu perubahan kualitas kesadaran yakni individu tidak mampu
berpikir jernih dan berespons secara memadai terhadap situasi di sekitarnya.
Seringkali individu tampak bingung, sulit memusatkan perhatian dan mengalami
disorientasi.
g. Delirium: suatu perubahan kualitas kesadaran yang disertai gangguan fungsi kognitif
yang luas. Perilaku orang yang dalam keadaan delirium dapat sangat berfluktuasi,
yaitu suatu saat terlihat gaduh gelisah lain waktu Nampak apatis. Keadaan delirium
sering disertai gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi. Biasanya orang dengan
delirium akan sulit untuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian.
h. Kesadaran seperti mimpi (Dream like state) adalah gangguan kualitas kesadaran yang
terjadi pada serangan epilepsy psikomotor. Individu dalam keadaan ini tidak
menyadari apa yang dilakukannya meskipun tampak seperti melakukan aktivitas
normal. Perlu dibedakan dengan tidur berjalan (sleep walking) yang akan tersadar bila
diberikan rangsangan sementara pada dream like state penderita tidak sadar walau
telah diberi rangsangan.
i. Twilight state: keadaan perubahan kualitas kesadaran yang disertai halusinasi.
Penderita seperti berada dalam keadaan separuh sadar, respons terhadap lingkungan
terbatas, perilakunya impulsive, emosinya labil dan tak terduga.

Kognisi adalah kemampuan untuk mengenal/ mengetahui mengenai benda atau


keadaan atau situasi, yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan kapasitas
intelejensi seseorang. Yang termasuk dalam fungsi kognisi adalah memori,

17
konsentrasi/perhatian, orientasi, kemampuan berbahasa, berhitung, visuospatial, fungsi
eksklusif, abstraksi dan taraf intelejensi.

Perhatian/konsentrasi adalah usaha untuk mengarahkan aktivitas mental pada pengalaman


tertentu. Beberapa jenis gangguan perhatian yaitu:

a. Distraktibilitas: Adalah ketidakmampuan individu untuk memusatkan dan


mempertahankan perhatian. Lazim ditemui pada gangguan cemas akut dan keadaan
maniacal.
b. Inatensi selektif: Adalah ketidakmampuan memusatkan perhatian pada objek atau
situasi tertentu, biasanya situasi yang membangkitkan kecemasan.
c. Kewaspadaan berlebihan (hypervigilance): Adalah pemusatan perhatian yang
berlebihan terhadap stimulus eksternal dan internal sehingga penderita tampak sangat
tegang.
d. Orientasi: Adalah kemampuan individu untuk mengenali objek atau situasi
sebagaimana adanya. (gangguan organik). Macam orientasi yaitu orientasi orang,
orientasi waktu dan orientasi ruang/spatial.
e. Memori/Daya ingat: Adalah proses pengelolaan informasi, meliputi perekaman -
penyimpanan – dan pemanggil kembali. Beberapa jenis gangguan memori yaitu
amnesia (anterograd dan retrograd), paramnesia (konfabulasi, déjà vu, Jamais vu,
hiperamnesia, screen memory, letologika). Berdasarkan rentang waktu dibedakan
menjadi memori segera, memori baru, memori jangka menengah dan memori jangka
panjang.1

2. Emosi
Emosi adalah suasana perasaan yang dihayati secara sadar, bersifat kompleks,
melibatkan pikiran, presepsi dan perilaku individu. Secara deskriptif fenomenologis,
emosi dibedakan antara mood dan afek.
Mood: Adalah suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama, yang
mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya
Macam-macam mood:
a. Mood eutimia: suasana perasaan dalam rentang normal.

18
b. Mood hipotimia: suasana perasaan yang secara pervasive diwarnai dengan kesedihan
dan kemurungan.
c. Mood disforia: Suasana perasaan yang tidak menyenangkan. Jenuh, jengkel, bosan.
d. Mood hipertimia: suasana perasaan yang secara pervasive memperlihatkan semangat
dan kegairahan yang berlebihan terhadap berbagai aktifitas kehidupan.
e. Mood eforia: suasana perasaan gembira dan sejahtera secara berlebihan.
f. Mood ekstasia: suasana perasaan yang diwarnai dengan kegairahan yang meluap-
luap. Pengguna zat psikostimulansia.
g. Aleksitimia: suatu kondisi ketidakmampuan individu dalam menghayati suasana
perasaannya.
h. Adhedonia: suatu suasana perasaan yang diwarnai dengan kehilangan minat dan
kesenangan terhadap berbagai aktivitas kehidupan.
i. Mood kosong: kehidupan emosi yang sangat dangkal, tidak atau sangat sedikit
memiliki penghayatan suasana perasaan. Keadaan ini dapat dijumpai pada pasien
skizofrenia kronis.
j. Mood labil: suasana perasaan yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Dapat
ditemuka pada gangguan psikosis akut.
k. Mood iritabel: suasana perasaan yang sensitive, mudah tersinggung, mudah marah
dan seringkali bereaksi berlebihan terhadap situasi yang tidak disenanginya.

Afek: adalah respon emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi
wajah, pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuhnya. (afek mencerminkan situasi emosi
sesaat). Macam macam afek, yaitu:

a. Afek luas: afek pada rentang normal, yaitu ekspresi emosi yang luas dengan sejumlah
variasi yang beragam dalam ekspresi wajah, irama suara maupun gerakan tubuh,
serasi dengan suasana yang dihayatinya.
b. Afek menyempit: menggambarkan nuansa ekspresi emosi yang terbatas.
c. Afek menumpul: merupakan penurunan serius dari kemampuan ekspresi emosi yang
tampak dari tatapan mata kosong, irama suara monoton dan bahasa tubuh yang sangat
kurang.

19
d. Afek mendatar: adalah suatu hendaya afektif berat yang lebih parah dari afek
menumpul.
e. Afek serasi: menggambarkan keadaan normal dari ekspresi emosi yang terlihat dari
keserasian antara ekspresi emosi dan suasana yang dihayatinya.
f. Afek tidak serasi: kondisi ekspresi emosi yang tidak cocok dengan suasana yang
dihayatinya.
g. Afek labil: Menggambarkan perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba, yang
tidak berhubungan dengan stimulus eksternal.1,4

3. Perilaku Motorik
Perilaku adalah ragam perbuatan manusia yang dilandasi motif dan tujuan tertentu
serta melibatkan seluruh aktivitas mental individu. Perilaku motorik adalah ekspresi
individu yang terwujud dalam ragam aktivitas motorik. Bentuk perilaku motoric:
a. Stupor Katatonia: penurunan aktivitas motoric secara ekstrim, bermanifestasi sebagai
gerakan yang lambat hingga keadaan tak bergerak dan kaku seperti patung.
b. Furor katatonia: keadaan agitasi motoric yang ekstrim, kegaduhan motoric yang tidak
bertujuan, tanpa motif yang jelas dan tidak dipengaruhi oleh stimulus eksternal.

c. Katalepsia: keadaan mempertahankan posisi tubuh tertentu dalam waktu lama.

d. Flexibilitas cerea: keadaan sikap tubuh yang sedemikian rupa dapat diatur tanpa
perlawanan sehingga diistilahkan seluwes lilin.

e. Akinesia: suatu kondisi aktivitas motoric yang sangat terbatas, pada keadaan berat
menyerupai stupor pada skizofrenia katatonik.

f. Bradikinesia: perlambatan gerakan motoric yang biasa terjadi pada parkinsonisme


atau penyakit Parkinson.

4. Proses Pikir
a. Proses pikir primer: terminology yang umum untuk pikiran yang dereistic, tidak logis,
magis.
b. Gangguan bentuk pikir/ arus pikir:

20
i. Asosiasi longgar: gangguan arus pikir dengan ide-ide yang berpindah dari satu
subjek ke subjek lain yang tidak berhubungan sama sekali.
ii. Inkohorensia: pikiran yang secara umum tidak dapat kita mengerti, pikiran dan
kata keluar bersama-sama tanpa hubungan yang logis atau tata bahasa tertentu
hasil disorganisasi pikir.
iii. Flight of ideas/ lompat gagasan: pikiran yang sangat cepat, verbalisasi berlanjut
atau permainan kata yang menghasilkan perpindahan yang konstan dari satu ide
ke ide lainnya; ide biasanya berhubungan dan dalam bentuk yang tidak parah,
pendengar mungkin dapat mengikuti jalan pikirnya.
c. Sirkumstansial: pembicaraan yang tidak langsung sehingga lambat mencapai point
yang diharapkan.
d. Tangensial: ketidakmampuan untuk mencapai tujuan secara langsung dan seringkali
pada akhirnya tidak mencapai point atau tujuan yang diharapkan.

5. Isi Pikir
Gangguan isi pikir : disini yang terganggu adalah buah pikiran atau keyakinan
seseorang dan bukan cara penyampaiannya
a. Kemiskinan isi pikir: pikiran yang hanya menghasilkan sedikit informasi dikarenakan
ketidakjelasan, pengulangan yang kosong, atau frase yang tidak dikenal.
b. Waham/Delusi: satu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang keliru, berdasarkan
simpulan yang keliru tentang kenyataan eksternal, tidak konsisten dengan intelegensia
dan latar belakang budaya pasien, dan tidak bisa diubah lewat penalaran atau dengan
jalan penyajian fakta.
i. Bizzare
ii. Sistematik
iii. Nihilistik
iv. Somatik
v. Paranoid : kebesaran, kejaran, rujukan, dikendalikan
vi. Cemburu
vii. Erotomania
c. Obsesi:

21
Ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat
ditentang, yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang
disertai dengan kecemasan (juga dikenal sebagai renungan)
d. Kompulsi
Kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan
menyebabkan kecemasan
i. Fobia Spesifik
ii. Fobia Sosial: rasa takut akan keramaian masyarakat, seperti takut berbicara
dengan masyarakat, bekerja, atau makan dalam masyarakat
iii. Akrofobia: rasa takut terhadap tempat yang tinggi
iv. Agorafobia: rasa takut terhadap tempat yang luas
v. Klaustrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tertutup
vi. Aulurofobia: rasa takut terhadap kucing
vii. Zoofobia: rasa takut terhadap

6. Persepsi
Sebuah proses mental yang merupakan pengiriman stimulus fisik menjadi informasi
psikologis sehingga stimulus sensorik dapat diterima secara sadar. Beberapa contoh:
a. Depersonalisasi: persepsi yang salah tentang bagian dari tubuhnya
b. Derealisasi: persepsi yang salah tentang lingkungan di sekitarnya
c. Ilusi: mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang nyata
d. Halusinasi: persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai dengan stimuli eksternal
yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang
pengalaman halusinasi
i. Halusinasi hipnagogik : persepsi sensoris yang palsu yang terjadi saat akan
tertidur, biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis.
ii. Halusinasi hipnapompik : persepsi palsu yang terjadi saat terbangun dari tidur,
biasanya dianggap tidak patologis.
iii. Halusinasi dengar (auditoris) : persepsi bunyi palsu, biasanya suara tetapi juga
berupa bunyi-bunyi lain, seperti musik, dan merupakan halusinasi yang paling
sering pada gangguan psikiatrik.

22
iv. Halusinasi visual : persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang
berbentuk (contoh : orang) dan citra yang tidak berbentuk (contoh : kilatan
cahaya), paling sering pada gangguan organik.
v. Halusinasi cium (olfaktoris) : persepsi membau yang palsu, paling sering pada
gangguan organik.
vi. Halusinasi kecap (gustatoris) : persepsi tentang rasa kecap yang palsu, seperti rasa
kecap yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kejang, paling sering pada
ganggaun organik.
vii. Halusinasi raba (taktil, haptic) : persepsi palsu tentang perabaan atau sensasi
permukaan, seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom limb), sensasi adanya
gerakan pada atau di bawah kulit ( kesemutan).
viii. Halusinasi somatik (halusinasi kenestetik) : sensasi palsu tentang sesuatu hal yang
terjadi di dalam atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari visceral.
ix. Halusinasi liliput (mikropsia) : persepsi yang palsu dimana benda-benda tampak
lebih kecil ukurannya.1,4

7. RTA (Reallity Testing of Ability)


Kemampuan seseorang untuk menilai realitas. Kemampuan ini akan menentukan
persepsi, respons emosi dan perilaku dalam berelasi dengan realitas kehidupan,
kekacauan perilaku, waham dan halusinasi adalah salah satu contoh penggambaran
gangguan berat dalam kemampuan meniali realitas.

23
BAB III

KESIMPULAN

Untuk mendapatkan kepercayaan dari pasien dan keluarganya maka seorang dokter harus
dapat melakukan pemeriksaan psikiatrik dan status mental dengan baik, sehingga dokter dapat
mengetahui pasien secara keseluruhan, dan dapat menentukan diagnosis serta pengobatan yang
paling tepat kepada pasien.

Pemeriksaan psikiatri yang baik adalah dengan melakukan wawancara, observasi, dan
pemeriksaan status mental secara benar. Hal ini perlu didukung oleh kemampuan dokter sebagai
ahli psikiatri. Menangani pasien secara holistik dapat memudahkan dokter untuk mendapat
gambaran pasien secara keseluruhan, sehingga dokter dapat mengetahui berbagai riwayat
kehidupan pasien, dapat menggali faktor pencetus untuk penyakitnya, dan faktor-faktor lain yang
berkaitan seperti lingkungan. Dengan adanya data yang lengkap, akan sangat membantu dokter
dalam menentukan langkah diagnosis dan terapi yang tepat. Pengobatan yang lengkap meliputi
pengobatan fisik, psikologis dan sosiobudaya yang tidak hanya tertuju pada obat-obatan saja,
namun juga terapi yang memang dibutuhkan pasien, yang sesuai dengan penyebab timbulnya
penyakit pada pasien, sehingga akan semakin kecil kemungkinan terjadinya kekambuhan.

24

Você também pode gostar

  • Jasa
    Jasa
    Documento5 páginas
    Jasa
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Tuberkulosis Okular
    Tuberkulosis Okular
    Documento21 páginas
    Tuberkulosis Okular
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Olahraga Pada Anak
    Olahraga Pada Anak
    Documento2 páginas
    Olahraga Pada Anak
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Aryo
    Aryo
    Documento51 páginas
    Aryo
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pemeriksaan Fisik Mata PDF
    Pemeriksaan Fisik Mata PDF
    Documento39 páginas
    Pemeriksaan Fisik Mata PDF
    tanahbasah
    Ainda não há avaliações
  • 1 Konsep Dasar Sistem Berkas
    1 Konsep Dasar Sistem Berkas
    Documento37 páginas
    1 Konsep Dasar Sistem Berkas
    Ippo Nardie
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Psikologi Industri Tugas
    Psikologi Industri Tugas
    Documento14 páginas
    Psikologi Industri Tugas
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Stres Kerja
    Stres Kerja
    Documento14 páginas
    Stres Kerja
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • SISTEMFILE
    SISTEMFILE
    Documento14 páginas
    SISTEMFILE
    Ebiet Mansyur
    Ainda não há avaliações
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Documento1 página
    ABSTRAK
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Case Pterigium
    Case Pterigium
    Documento40 páginas
    Case Pterigium
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento4 páginas
    Daftar Isi
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Graphical User Interface (GUI) Dan Multimedia: Syamsudin Arif 14020016
    Graphical User Interface (GUI) Dan Multimedia: Syamsudin Arif 14020016
    Documento23 páginas
    Graphical User Interface (GUI) Dan Multimedia: Syamsudin Arif 14020016
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pengantar Sistem Operasi Komputer
    Pengantar Sistem Operasi Komputer
    Documento526 páginas
    Pengantar Sistem Operasi Komputer
    Leader Mechanizer
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Documento23 páginas
    Bab I Pendahuluan
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Hipertensi Puskes
    Hipertensi Puskes
    Documento12 páginas
    Hipertensi Puskes
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • DM KKN
    DM KKN
    Documento15 páginas
    DM KKN
    Rosi Indah
    Ainda não há avaliações
  • DM Puskes
    DM Puskes
    Documento8 páginas
    DM Puskes
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Indonesia Vs Timor Leste - Agung
    Indonesia Vs Timor Leste - Agung
    Documento8 páginas
    Indonesia Vs Timor Leste - Agung
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pemeriksaan Fisik Mata PDF
    Pemeriksaan Fisik Mata PDF
    Documento23 páginas
    Pemeriksaan Fisik Mata PDF
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Hipertensi Puskes
    Hipertensi Puskes
    Documento12 páginas
    Hipertensi Puskes
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento52 páginas
    Bab Ii
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento4 páginas
    Daftar Isi
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Cover Skripsi
    Cover Skripsi
    Documento1 página
    Cover Skripsi
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • HM
    HM
    Documento1 página
    HM
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • DOPS
    DOPS
    Documento18 páginas
    DOPS
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Kadek
    Tugas Kadek
    Documento29 páginas
    Tugas Kadek
    Aulia Sari Pratiwi
    Ainda não há avaliações