Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa
yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD
menggunakan metode inkuiri lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa
yang diajar menggunakan metode resitasi. Penelitian eksperimen ini
dilaksanakan di SMK TI Ar-Rahman Medan, menggunakan rancangan
penelitian “Pretest Postest Control Grup Design” dengan melibatkan sampel
sebanyak 66 siswa yang diambil dengan teknik random sampling terhadap kelas
yang setara. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil
belajar dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan uji liliefors, uji F,
dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa
yang diajar menggunakan metode inkuiri lebih baik dari hasil belajar
matematika siswa yang diajar menggunakan metode resitasi.
Abstract
The purpose of this research is to know the result of students learning
mathematics who teach with cooperative learning type STAD using inkuiri
method better than teaching using recitation. This experimental research was
done at SMK TI Ar-Rahman Medan, by using “Pretest Postest Control Grup
Design” involving 66 students as the sample selected by random sampling
technique upon the same class level. The instrument of the research are the
result of learning and interview. data were analyzed by a Liliefors Test, F- Test,
and t-test. The result of the research was show that the students who was teach
using inkuiri method better than the result of students mathematics learning who
teach using recitation method.
METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di
kelas X SMK TI Ar-Rahman pada semester genap Tahun Ajaran 2014/ 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK TI Ar-Rahman Medan
Tahun Ajaran 2014/ 2015 dengan sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas sebagai kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang ditentukan secara random sampling.
Desain penelitian ini adalah pretest- posttest control group design.
Instrumen penelitian ini menggunakan tes kemampuan hasil belajar matematika dan
wawancara. Tes kemampuan tersebut masing-masing terdiri dari 5 soal uraian. Setiap soal
mengandung indikator hasil belajar matematika hasil belajar.
Wawancara menggunakan pedoman wawancara untuk mewawancarai siswa tentang
pembelajaran yang dilakukan dan pengerjaan tugas-tugas yang diberikan sehingga peneliti
memperoleh data yang sesuai dengan maksud penelitian dan memudahkan peneliti dalam
menarik kesimpulan.
Analisis data penelitian ini adalah uji liliefors digunakan untuk menguji normalitas data,
uji F digunakan untuk menguji homogenitas dan uji t digunakan untuk menguji hipotesis.
Gambar 1. Perbandingan rata-rata hasil pretes kelas eksperimen I dan eksperimen II.
Dapat dilihat dari diagram bahwa hasil rata-rata pretes kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II tidak terlalu jauh berbeda. Kelas eksperimen I memiliki rata-rata 24,17 dan kelas
eksperimen II memiliki rata-rata 19,86.
Untuk mengetahui apakah kedua data pretes berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau tidak maka dilakukan uji liliefors. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Pretes
Kelas Data Pretes Kesimpulan
Lhitung Ltabel
Eksperimen 1 0,1428 0,161 Berdistribusi normal
Eksperimen 2 0,1271 0,148 Berdistribusi normal
Dari tabel di atas, untuk kelas eksperimen 1 diperoleh nilai pretes dengan harga Lhitung =
0,1428 pada taraf signifikan = 0,05 dan n = 30 diperoleh harga Ltabel = 0,161. Sedangkan pada
kelas eksperimen 2 diperoleh nilai pretes dengan harga Lhitung = 0,1271 pada taraf signifikan =
0,05 dan n = 36 diperoleh harga Ltabel = 0,148, maka Lhitung < Ltabel. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa data dari kedua sampel berdistribusi normal.
Kemudian dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji F. Uji homogenitas data
bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang homogen atau
tidak. Hasil uji homogenitas data secara ringkas dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa data pretes memiliki varians data yang homogen yaitu
kedua kelas yang dijadikan sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang sama.
Data Postest
Setelah kedua kelas diberi perlakuan berbeda, pada kelas eksperimen 1 menggunakan
metode inkuiri dan pada kelas eksperimen 2 menggunakan metode resitasi maka diperoleh data
postest untuk siswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 seperti pada Tabel 3 dan tabel 4.
60
40 Kelas Eksperimen I
Kelas Eksperimen II
20
0
Rata-rata Nilai Postest
Selanjutnya dilakukan uji normalitas data hasil postest kelas eksperimen I dan II dengan
hasil sebagai berikut:
Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Postest
Kelas Data Pretes Kesimpulan
Lhitung Ltabel
Eksperimen 1 0,1554 0,161 Berdistribusi normal
Eksperimen 2 0,1312 0,148 Berdistribusi normal
Dari tabel di atas, untuk kelas eksperimen 1 diperoleh nilai pretes dengan harga Lhitung =
0,1554 pada taraf signifikan = 0,05 dan n = 30 diperoleh harga Ltabel = 0,161. Sedangkan pada
kelas eksperimen 2 diperoleh nilai pretes dengan harga Lhitung = 0,1312 pada taraf signifikan =
0,05 dan n = 36 diperoleh harga Ltabel = 0,148, maka Lhitung < Ltabel. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa data dari kedua sampel berdistribusi normal.
Sedangkan untuk uji homogenitas data dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Ringkasan uji homogenitas data postest
No. Data Pretest Varians Fhitung Ftabel(α=0,1) Kesimpulan
1. Kelas eksperimen 1 223,1034
1,2012 1,79667 Homogen
2. Kelas eksperimen 2 267,9873
Berdasarkan Tabel 6 diperoleh Fhitung < Ftabel maka data hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode inkuiri dan metode resitasi dinyatakan memiliki varians yang sama atau
homogen.
Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas diketahui bahwa sampel kedua kelas adalah sampel
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka dilakukan pengujian hipotesis
menggunakan uji kesamaan rata-rata (uji t satu pihak). Uji kesamaan rata-rata postest (uji pihak
kanan) digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode inkuiri lebih baik
daripada hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan metode resitasi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho : 𝜇1 = 𝜇2 Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menerapkan metode
inkuiri tidak lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode
resitasi pada pokok bahasan statistika kelas X TKJ SMK TI Ar- Rahman Medan.
Ha : 𝜇1 > 𝜇2 Hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan metode inkuiri lebih baik
daripada hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode resitasi pada pokok
bahasan statistika kelas X TKJ SMK TI Ar- Rahman Medan.
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan uji kesamaan rata-rata postest kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 untuk α = 0,05 diperoleh thitung = 3,578 dan ttabel = 1,670
maka thitung > ttabel berarti Ha diterima sehingga diperoleh kesimpulan bahwa, “hasil belajar
matematika siswa yang diajarkan dengan metode inkuiri lebih baik daripada hasil belajar siswa
yang diajarkan dengan metode resitasi pada pokok bahasan statistika kelas X TKJ SMK TI Ar-
Rahman Medan”.
Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh data kelas eksperimen 1 mempunyai rata-rata pretest
sebesar 24,17, rata-rata postest sebesar 66 dan rata-rata peningkatan hasil belajar (selisih pretest
dan postest) diperoleh 41,83. Sedangkan untuk kelas eksperimen 2 diperoleh rata-rata pretest
sebesar 19,86, rata-rata postest sebesar 47,11 dan rata-rata peningkatan hasil belajar (selisih
pretest dan postest) sebesar 27,14. Hal tersebut menunjukkan hasil belajar matematika siswa
yang diajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan metode inkuiri lebih baik
daripada hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD
dan metode resitasi pada pokok bahasan statistika kelas X TKJ SMK TI Ar- Rahman Medan.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kubangun (2012) dengan
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara mahasiswa yang diajar menggunakan
metode pembelajaran inkuiri dan resitasi, dan hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan metode inkuiri lebih tinggi dari mahasiswa yang diajar menggunakan metode
pembelajaran resitasi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar mahasiswa yang memiliki
pemahaman konsep tinggi yang diajar menggunakan metode pembelajaran inkuiri yaitu 57,4 dan
yang memiliki pemahaman konsep tinggi yang diajar menggunakan metode pembelajaran
resitasi adalah 27,77. Penelitian lain yang dilakukan oleh Septiani, dkk (2012) juga menyatakan
bahwa penerapan metode inquiry pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa.
Selain kedua penelitian yang telah disebutkan, penelitian lain yang dilakukan oleh
Ferguson (2010) di Amerika juga menunjukkan hasil bahwa siswa yang menerima pembelajaran
melalui pembelajaran berbasis inkuiri menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan
dengan siswa yang menerima pembelajaran tradisional.
Metode inkuiri lebih baik daripada metode resitasi, karena memberikan peluang kepada
siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajarannya, hal ini terlihat melalui fase demi fase
dalam metode ini yang mengajak siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dalam metode
ini siswa diminta untuk mencari sendiri informasi yang dapat digunakan untuk menjawab
permasalahan yang ada. Dengan menemukan sendiri konsep yang benar maka pembelajaran
lebih bermakna kepada siswa sehingga ingatan siswa tentang konsep pembelajaran lebih
bertahan lama.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa meningkatnya hasil belajar siswa yang diajar
menggunakan model kooperatif tipe STAD dan metode inkuiri didukung oleh teori sosiokultural
yang dikemukakan oleh Vygotsky seperti yang dikatakan Wertsch (dalam Goos; 2004), salah
satu ilmuwan pertama yang menjelaskan teori Sociokultural dalam penelitian-penelitian di
daerah Barat, yang menyebutkan salah satu dari jantung teori vygotsky adalah berkaitan dengan
latar belakang sosial dari fungsi mental yang lebih tinggi: perhatian dengan kesadaran sendiri,
memori, konsep dan penalaran muncul pertama kali antara orang-orang yang bersosial dan
kemudian melalui individu dalam psikologis.
Vygotsky menjelaskan bahwa pengetahuan akan mudah didapat melalui interaksi sosial
dan kemudian dari interaksi sosial tersebut akan diperoleh pengetahuan bagi individu yang
terlibat dalam kegiatan sosial tersebut. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe
STAD mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa seperti hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini.
Selain itu sesuai dengan teori belajar yang dikemukan Bruner (Idris, 2015) bahwa belajar
dengan menggunakan metode penemuan memberikan hasil yang lebih baik sebab anak dituntut
untuk berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya.
Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari
dan menemukan sendiri materi pelajaran. Sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing untuk belajar.
Pada metode resitasi siswa hanya menerima penjelasan dari guru kemudian mengerjakan
tugas yang diberikan. Untuk siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan secara mandiri dapat
menambah pemahaman siswa pada materi pelajaran, tetapi untuk siswa yang mencontek atau
pun tidak mengerjakan tugas yang diberikan hal ini tidak akan berpengaruh pada pemahaman
materi pelajaran. Hal ini dapat diketahui dari wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa di
kelas eksperimen 2 yang memiliki nilai postest tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang memiliki
nilai postest tinggi dan sedang biasanya mengerjakan pekerjaan rumahnya secara mandiri setelah
pelajaran. Sedangkan untuk siswa yang memiliki nilai postest rendah biasanya mencontek dan
bahkan tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya. Dalam metode resitasi ini guru sangat kesulitan
dalam mengontrol pengerjaan tugas oleh siswa, karena tugas yang diberikan dikerjakan di
rumah.
KESIMPULAN
Hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan metode inkuiri lebih baik
daripada hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode resitasi pada pokok bahasan
statistika kelas X TKJ SMK TI Ar-Rahman Medan dengan rata-rata hasil postest kelas
eksperimen 1 memperoleh nilai rata-rata 66 dengan jumlah siswa yang tuntas yaitu 15 siswa,
sedangkan hasil postest kelas eksperimen 2 memperoleh nilai rata-rata postest 47,11 dengan
jumlah siswa yang tuntas yaitu 9 siswa.
Hal ini didukung oleh beberapa penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan juga teori-
teori belajar yang mendukung yang menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan model
kooperatif tipe STAD dengan metode inkuiri lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan
metode resitasi dalam hal meningkatkan hasil belajar matematika.
REFERENSI
Dandis, M.A, 2013. The assessment methods that are used in a secondary mathematics Class.
Journal for Educators, Teachers and Trainers JETT,Vol. 4 (2); ISSN: 1989-9572. Hal :
134-143
[online]: http://www.ugr.es/~jett/pdf/vol04(2)_Maha_Dandis.pdf
Djamarah, S. B dan Aswan Z. 2006. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Idris, S. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Program Linear Melalui Strategi Pembelajaran
Inkuiri Dan Geogebra Siswa Kelas XII IPA 1 SMA N 1 Tompobulu. Indonesian Digital
Journal of Mathematics and Education Volume 2 Nomor 3
[online] http://idealmathedu.p4tkmatematika.org/wp-content/uploads/2016/01/Ideal-
mathedu-V-2-N-3.-rev-2.pdf
Kubangun, N. 2012. Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Pemahaman Konsep Terhadap Hasil
Belajar Sejarah Lokal Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP
Universitas Pattimura Ambon. Socia Volume 11 no.1.
[online] http://journal.uny.ac.id/index.php/sosia/article/download/3739/3215
Menezes, L., dkk. 2012. Teacher Practice In An Inquiry-Based Mathematics Classroom. HMS I
JME, Volume 4. Hal: 357-362 [online:
http://www.esev.ipv.pt/mat1ciclo/2010_2011/menezesm%20Canavarro%20e%20Oluveir
a_iJME.pdf]
Quigley, C., dkk. 2011. Challenges to Inquiry Teaching and Suggestions for How to Meet Them.
Spring 2011 Vol. 20, no. 1 hal: 55-61. [online :
http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ940939.pdf]
Sanjaya, W. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur Edisi Pertama. Jakarta:
Kencana
Septiani, A., Purwoko., dan Nyimas Aisyah. 2012. Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas
VII SMP Negeri 45 Palembang. Prosiding
[online] http://eprints.uny.ac.id/7495/1/P%20-%209.pdf
Yamin, M. 2013. Strategi dan Metode Dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi (GP Press
group)