Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Definisi
Gastroenteritis berasal dari kata gaster à lambung dan entera à usus Gastroenteritis adalah radang
dari lambung dan usus dimana didapatkan gejala diare dengan atau tanpa muntah. Gastroenteritis
adalah pengeluaran tinja yang encer dengan frekuensi lebih dari 4x / hari, dapat atau tidak disertai
perubahan warna, darah dan lendir.
Diare adalah kondisi dimana tejadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali perhari,serta
perubahan dalam isi lebih dari 200 g/hari dan konsistensi feses cair.
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat) , kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dai 200 gram atau 200
ml/24 jam. Definisi lain memakai frekuensi , yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari .
Buang air tersebut dapat/tanpa diertai lender dan darah.diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
(sudoyo Aru, dkk 2009)
1. Lama waktu diare
2. Mekanisme patofisiologis : osmotic atau skretorik dll.
3. Berat ringan diare : kecil atau besar
4. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi
5. Penyebab organic atau tidak : organic atau fungsional
B. Etiologi
1. Diare akut
Virus protozoa : giardia lambdia, entamoeba hystolitica
Bakteri : yang memproduksi enteroksin (S aerus, C Perfringens, E coli, V cholera, C difficile) dan
yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (shingella , salmonella sp, Yersinia), iskemia intestinal,
inflammatory bowel disease (acute on chronic), colitis radiasi.
2. Diare Konik
Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis terjadinya
Ø Diare Osmotic
Ø Diare sekretorik
Ø Diare karena gangguan Motilitas
Ø Diare Inflamotik
Ø Malabsorbsi
Ø Infeksi Kronik
C. Manifestasi Klinis
1. Diare Akut
Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
Onset yang takterduga dari buang air besar encer , gas gas dalam perut rasa tidak enak nyeri perut.
Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kam dan bunyi pada perut
Demam
2. Diare Kronik
Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang leih panjang
Penurunan BB dan nafsu makan
Demam indikasi terjadi infeksi
Dehidrasi tanda tandanya hipotensi takirkadia, denyut lemah (Yuliono Elin,2009)
Diagnosa
Didasarkan pada keadaan
Diare cair akut
§ Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14 hari
§ Tidak mengandung darah
Kolera
§ Diare air cucian beras yang sering banyak dan cepat menimbulkan dehidrasi berat
§ Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi KLB kolera
§ Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholera 01 atau 0139
Disentri
§ Diare berdarah (terlihat atau dilaporkan)
Diare persistem
§ Diare berlangsung 14 hari atau lebih
a. Metode yang digunakan dalam menentukan tingkat kebutuhan pemenuhan hidrasi , penilaian
menuruta Margon-Walten memudahkan perawat dalam menentukan jumlah cairan dan sering
digunakan pada kondisi klinik diindonesia .Perhitungan kebutuhan hidrasi menurut Margon- Walten
(1999)
x BB(Kg) x 4 ml
a. Diare sekresi : diare sekresi biasanya diare dengan volume banyak disebabkan oleh
peningkatan produksi dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus kedalam lumen usus.
b. Diare Osmotik terjadi bila air terdorong ke dalam usus oleh tekanan osmotic dari partikel
yang tidak dapat diabsorbsi sehingga reabsorbsi menjadi lambat.
c. Diare Campuran disebabkan oleh peningkatan kerja peristaltic dari usus (biasanya
karena penyakit usus inflamasi) dan kombinasi peningkatan sekresi atau penurunan absorbsi
dalam usus, Fisiologis diare berhubungan dengan infeksi
Proses penyakit lain adalah diare berhubungan dengan gangguan nutrisi malabsorbsi (sindrom
usus peka, colitis, ulseratif,enteritis ,regional dan penyakit seliaka) ,deficit sfingter anal
,sindrom zollinger –ellison, paralitik ileuss dan obstruksi usus. diare dapat disebabkan oleh
obat obatan tertentu (penggantian hormone tiroid ,pelunak feses dan laksatif, antibiotic ,
kemoterapi dan antasida), pemberian makan per slang , gangguan metabolic dan endokrin
(diabetes,Addison, tiroksikosis), serta proses infeksi virus atau bakteri (disentri, keracunan
makanan ,shigolesis).
F. Penatalaksanaan
· Non Farmakologis :
1. Penjelasan Kepada Penderita
Perlu diterangkan kepada penderita dan keluarga bahwa perjalanan penyakit diare bisa cepat
sembuh tapi juga akan tetap berlangsung sehingga bisa membahayakan yaitu timbul
dehidrasi, asidosis dan syok. Harus pula diterangkan kemungkinan penyakit lain yang berat
misalnya demam tifoid, kolera dan lain lain . jangan sampai kenal istilah terlambat dalam hal ini
.penderita dan keluarganya dipersilahkan menghubungi dokter yang mengobati setiap saat.
2. Lakukan Rehidrasi Oral
Pemberian cairan oral dapat diberikan apabila tingkat toleransi pasien masih baik
WHO memberikan rekomendsi tentang cairan oral yang berisikan 90 mEq/L Na+ ,20 mEq/L
K+, 80 mEq/L Cl, 20 g/l glukosa ; osmoliritas 310 : CHO : Na = 1,2:1 ;diberikan 250 ml setiap
15 menit sampai keseimbangan cairan terpenuhi dengan tanda klinik optimal atau pemberian
1,5 liter air pada setiap 1 liter feses.
3. Lakukan pemasangan IVFD (Intravenous fluid drops)
Apabila Kondisi diare berlanjut maka lakukan pemasangan IVFD . Pemberian cairan intravena
disesuaikan dengan derajat dehidrasi . pemberian 1-2 liter Ringer laktat secara tetesan cepat
sebagai kompensasi awal hidrasi cairan diberikan untuk mencegah syok hipovolemik (lihat
intervensi kedaruratan)
Hitung Tetesan Infus :
Dewasa (Makro dengan 20 tetes permenit)
= Tetesan permenit
atau
= Tetesan per menit
4. Pemberian makanan dalam fase akut biasanya diberikan bubur saring atau lunak kepada
pasien dianjurkan untuk minum air gula, makan telur asin/ikan asin sebagai pengganti elektrolit
yang hilang lewat diare . biasanya penderita tidak boleh minum susu selama diare.bila fase
akut teratasi, pasien diberikan makanan secara bertahap mulai bentuk cair peroral maupun
parenteral kemudian meningkat menjadi diet sisa rendah dan serat rendah. bila gejala hilang
dapat diberikan makanan biasa.
· Farmakologis
1. Antimikroba
Antimikroba diberikan sesuai dengan pemeriksaan feses agar pemberian antimikroba dapat
rasional diberikan dan mencegah terjadinya retensi obat
2. Antiemetik
Agen ini diberikan untuk mengontrol respon muntah. agen ini berhubungan dengan
ekstrapiramidal dan memengaruhi, serta menekan respons muntah (king 2003) contoh
antimetik seperti metikloporamide prchlopetazine yang bersifat antikolinergik.
3. Antidiare atau Antimotilitas
agen ini digunakan untuk menurunkan frekuensi diare . salah satu obat yang diberikan adalah
loperamid (Imodium)
· .Pemeriksaan Laboratorium
1. pemeriksaan darah rutin untuk memeriksa kadar BJ plasma dan mendeteksi adanya
kelainan pada peningkatan kadar leukosit
2. Pemeriksaan AGD untuk mengidentifikasi gangguan keseimbangan aam basa
3. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalsium,kalium dan fosfat
4. Pemeriksaan Kadar Ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
5. Pemeriksaan feses untuk mendeteksi agen penyebab
6. Pemeriksaan Enzim Untuk mendeteksi Keterlibatan rotavirus dengan ELISA (Enzyme
Linked Immunosorbent Assay)
G. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai
komplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotnik, isotonic atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala mateorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan
elektrokardiogram)
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase
6. kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah diare, jika lama atau kronik)
A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien gastroenteritis terdiri atas pengkajian anamesis ,pemeriksaan fisik dan
pengkajian diagnostik. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare dengan frekuensi
dan menjadi cair.
1. Keluhan Utama
ü Diare :
v faktor apa saja yang diketahui pasien atau keluarga yang memungkinkan menjadi penyebab
terjadi
v Berapa kali pasien BAB sebelum mendapat intervensi kesehatan
v Bagaimana bentuk feses BAB? Apakah encer,cair , bercampur lender dan darah?
v Apakah disertai adanya gangguan gastrointestinal (mual, nyeri abdomen , muntah
anoreksia)?
v Berapa lama keluhan awal mulai terjadi?
v apakah bersifat akut atau mendadak?
ü Nyeri Abdomen :
v keluhan Nyeri abdomen dicetuskan akibat perasaan mules, Sering mual/muntah dan
keinginan untuk melakukan BAB. Hal ini terjadi sekunder dan iritasi local serabut saraf
intestinal akibat respons inflamasi. pada beberapa pasien gastroenteritis , ditemukan keluhan
tidak adanya nyeri tetapi kondisi kualitas dan kuantitas diare sangat tinggi, keadaan ini justru
lebih berbahaya untuk mengalami terjadiya dehidrasi.
v Keluhan nyeri sulit digambarkan oleh pasien ,khususnya pada pasien anak-anak .
ketidaknyamanan abdomen bisa bersifat kolik akut atau perut seperti dikocok-kocok akibat
mules. Beberapa pasien menyatakan bahwa nyeri dapat berkurang setelah melakukan BAB
atau sudah muntah.
v Keluhan nyei berlokasi pada seluruh abdomen dengan tidak ada pengiriman respons nyeri
ke orang lain
v skala nyeri pada pasien GE bervariasi 1-4 (nyeri ringan sampai nyeri tak terhankan).
ü Kondisi Feses :
v Konsistensi feses yang encer , sedangkan beberapa jenis pasien lain feses dengan lender
dan darah.
ü Keluhan Ekstraintestinal :
v Diare dan muntah dapat disebabkan oleh kondisi penyakit atau efek dari obat-obatan.
Beberapa pasien pascaterapi kanker ( kemoterapi,radioterapi,pembedahan), alergi obat dan
makanan gangguan dan endokrin merupakan faktor penting yang bisa meningkatkan risiko
diare danmuntah.
v Obat-obatan seperti kuinidin, antimikroba, dan magnesium yang terdapat dalam antasida
dapat meningkatkan frekuensi diare.
ü Keluhan Gejala Dehidrasi :
v mengkaji adanya tanda dehidrasi dengan mengkaji adanya keluhan ortotasis (pusing tidak
bisa duduk atau igin jatuh apabila berdiri) pusing apabila melihat cahaya , kapan BAB dan BAK
terakhir dilakukan dan seberapa banyak yang diketahiu pasien. dan yang paling penting
mengkaji tingkat kesdaran pasien dengan menanyakan kemampuan orientasi khususnya
pasien yang dikaji adalah orang tua karena status dehidrasi bisa lebih berat dari pada orang
muda.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang terjadi pada wanita
hamil sehingga menyebabkan terjadimya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan
berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi
(Sherwan, 1999; Old, 2000; Micheline, 2004; Edelman, 2004; Pawii, et al., 2005).
(Runiari. N, 2010)
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi
dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek
sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, hal: 232).
Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama
kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal: 112).
http://fajrucmedicine.blogspot.com/
C. Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum masih belum jelas (Meltzer, 2000; Neill & Nelson,
2003, Edelman, 2004); namun peningkatan kadar progesterone, estrogen, danhuman chorionic
gonadotropin (hCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan mundah. Peningkatan hormone
progesterone menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga
motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung melambat. Refluks esofagus penurunan
motilitas lambung, dan penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap
terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan
faktor psikologis, spiritual, lingkungan, dan sosiokultural.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga
cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida dalam darah maupun dalam urin
turun, selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah ke
jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi
lewat ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati.
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan
dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen, asam urat, urea, dan penurunan
klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1, B6, dan B12 mengakibatkan terjadinya neuropati
perifer dan anemia; bahkan pada kasus berat kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan
terjadinya wernicke enchelopati (Manuaba, 2001: Kuscu & Koyancu, 2002; Neill & Nelson,
2003).
(Runiari. N, 2010)
D. Manifestasi Klinik
Menurut berat ringannya gejala, hperemesis gravidarum dapat dibagi dalam tiga tingkatan
(Manuaba, 2001; Winkjosastro, 2005).
a. Tingkat I
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini klien merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi
meningkat sekitar 100x/menit, tekanan darah sistol menurun, dapat disertai peningkatan suhu
tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata cekung.
b. Tingkat II
Klien tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan tampak
kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, sehu kadang-kadang naik, hemokonsentrasi,
oliguria, dan konstipasi.
c. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai
koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi fatal
terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai wernicke ensefalopati. Gejala yang dapat
timbul seperti nistagmus, zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esophagus,
lambung dan retina.
(Runiari. N, 2010)
E. Pemeriksaan Penunjang
a) Urinalisis untuk menentukan adanya infeksi dan/atau dehidrasi meliputi pemeriksaan
keton, albumin, dan berat jenis urin.
b) Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht).
c) Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah berlebihan
meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida, dan protein.
d) Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen, dan kadar asam.
e) Tiroid Stimulating Hormon (TSH) untuk menentukan penyakit pada tiroid.
f) CBC, amilase, lipase, keadaan hati atau jika diduga terjadi infeksi sebagai penyebab.
g) Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut.
h) Kadar hCG jika diduga kehamilan multiple atau mola hidatiformis.
(Runiari. N, 2010)
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada beratnya gejala.
Pengobatan dilakukan mulai dari yang paling ringan dengan perubahan diet sampai pendekatan
dengan pengobatan antiemetik, rawat inap, atau pemberian nutrisi parenteral. Pengobatan terdiri
atas terapi secara farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi farmakologi dilakukan dengan
pemberian antiemetik, antihistamin, antikolinergik, dan kortikosteroid. Terapi nonfarmakologi
dilakukan dengan cara pemberian diet, dukungan emosional, akupuntur, dan jahe (Quinland, et
al., 2005).
(Runiari. N, 2010)
G. Pencegahan
Pencegahan hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan
tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti
kering atau biskuit dengan teh hangat.
Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
http://binbask.blogspot.com/
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Data Subjektif
a. Riwayat kehamilan saat ini meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan antenatal
dan komplikasi.
b. Riwayat diet, khususnya intake cairan.
c. Pengobatan yang didapat saat ini.
d. Riwayat pembedahan khususnya pembedahan pada umumnya.
e. Riwayat medis sebelumnya seperti riwayat penyakit obstetri dan ginekologi, kolelitiasis
atau gangguan abdomen lainnya, gangguan tiroid, dan ada tidaknya depresi.
f. Riwayat sosial seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar dengan
lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan,
ketidakhadiran di tempat bekerja, perubahan status kesehatan atau stresor kehamilan,
respons anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan kondisi sakit,
serta seistem pendukung.
g. Integritas ego seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan
persepsi tentang kondisi, dan kehamilan yang tidak direncanakan.
h. Riwayat penyakit sebelumnya meliputi awal kejadian dan lamanya. Jika mengalami
muntah, kaji warna, volume, frekuensi, dan kualitasnya. Kaji juga faktor yang
memperberat dan memperingan keadaan, serta pengobatan yang dilakukan baik di
fasilitas kesehatan atau pengobatan di rumah.
i. Gejala-gejala lain seperti bersendawa atau flatus, diare atau konstipasi, serta nyeri pada
abdomen. Riwayat nyeri abdomen meliputi lokasi, derajat, kualitas, radiasi, serta faktor
yang memperingan dan memperberat nyeri.
j. Pengkajian lain dapat dilakukan dengan menggunakan Rhodes Index of Nausea and
Vomiting yang terdiri atas 8 pertanyaan untuk mengkaji frekuensi dan beratnya mual dan
muntah. Instrument ini telah di teliti valid dan reliabel olehFamily Nurse Practitioner
program, School of Nursing, University of Texas at Austin.
(Runiari. N, 2010)
3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif (mual dan muntah
berlebihan)
4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energi dan kelelahan.
DAFTAR PUSTAKA
Runiari. N, 2010, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum: Penerapan Konsep
dan Teori Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson. J.M, dan Ahern. N.R, 2011, Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC, ahli bahasa Esty Wahyuningsih, Jakarta: EGC
http://fajrucmedicine.blogspot.com/2013/02/hiperemesis-gravidarum.html posted by fajrucmedicine at
Friday, February 1st, 2003
http://binbask.blogspot.com/2013/01/askep-hiperemesis-gravidarum.html posted by Bintang Baskoro at
Sunday, Januari 13th, 2013