Você está na página 1de 15

LAPORAN PENDAHULAN

A. Definisi
Gastroenteritis berasal dari kata gaster à lambung dan entera à usus Gastroenteritis adalah radang
dari lambung dan usus dimana didapatkan gejala diare dengan atau tanpa muntah. Gastroenteritis
adalah pengeluaran tinja yang encer dengan frekuensi lebih dari 4x / hari, dapat atau tidak disertai
perubahan warna, darah dan lendir.
Diare adalah kondisi dimana tejadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali perhari,serta
perubahan dalam isi lebih dari 200 g/hari dan konsistensi feses cair.
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat) , kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dai 200 gram atau 200
ml/24 jam. Definisi lain memakai frekuensi , yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari .
Buang air tersebut dapat/tanpa diertai lender dan darah.diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
(sudoyo Aru, dkk 2009)
1. Lama waktu diare
2. Mekanisme patofisiologis : osmotic atau skretorik dll.
3. Berat ringan diare : kecil atau besar
4. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi
5. Penyebab organic atau tidak : organic atau fungsional

B. Etiologi
1. Diare akut
Virus protozoa : giardia lambdia, entamoeba hystolitica
Bakteri : yang memproduksi enteroksin (S aerus, C Perfringens, E coli, V cholera, C difficile) dan
yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (shingella , salmonella sp, Yersinia), iskemia intestinal,
inflammatory bowel disease (acute on chronic), colitis radiasi.
2. Diare Konik
Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis terjadinya
Ø Diare Osmotic
Ø Diare sekretorik
Ø Diare karena gangguan Motilitas
Ø Diare Inflamotik
Ø Malabsorbsi
Ø Infeksi Kronik

C. Manifestasi Klinis
1. Diare Akut
Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
Onset yang takterduga dari buang air besar encer , gas gas dalam perut rasa tidak enak nyeri perut.
Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kam dan bunyi pada perut
Demam
2. Diare Kronik
Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang leih panjang
Penurunan BB dan nafsu makan
Demam indikasi terjadi infeksi
Dehidrasi tanda tandanya hipotensi takirkadia, denyut lemah (Yuliono Elin,2009)
Diagnosa
Didasarkan pada keadaan
Diare cair akut
§ Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14 hari
§ Tidak mengandung darah
Kolera
§ Diare air cucian beras yang sering banyak dan cepat menimbulkan dehidrasi berat
§ Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi KLB kolera
§ Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholera 01 atau 0139
Disentri
§ Diare berdarah (terlihat atau dilaporkan)
Diare persistem
§ Diare berlangsung 14 hari atau lebih

Diare dengan gizi buruk


§ Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibiotika ( antibiotic associated diarrhea)
§ Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum
Invaginasi
§ Dominan darah dan lender dalam tinja
§ Massa intra abdominal ( abdominal mass)
§ Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

Tanda dan gejala menurut Klasifikasi dehidrasi :


1. Dehidrasi Ringan
a. Kehilangan cairan mencapai. 1-2 liter (2% -5%BB)
b. Haus, Gelisah
c. denyut nadi 90-100x/menit , nafas normal
d. Turgor kuit normal
e. kesadaran baik
f. Denyut nadi meningkat
2. Dehidrasi Sedang
a. Kehilangan cairan 3-4 liter 6% dari BB semula
b. Haus meningkat
c. Nadi cepat atau lemah
d. Turgor kulit kering atau membrane mukosa kering
e. Pengeluaran urine berkurang
f. suhu tubuh meningkat
3. Dehidrasi Berat
a. Kehilangan cairan 5-10 liter (7%-14% dari BB)
b. Penurunan kesadaran
c. Lemah, lesu
d. Takikardi
e. Mata cekung
f. Pengeluaran urine tidak ada
g. Hipotensi
h. Nadi cepat dan halus
i. Ekstremitas dingin

Metode system skor dehidrasi menurut Maurice King (1974)


Skor
0
1
2
Keadaan Kulit
Sehat
Gelisah, cengeng, mengantuk apatis
Delirium, Koma, gejala syok
Elasitisitas Kulit
Normal
Sedikit kering
Sangat Kurang
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekumg
Ubun Ubun besar
Normal
Sedikit cekung
Sangats cekung
Mulut
Normal
Kering
Kering dan sianosis
Denyut Nadi
Normal
Sedang (120-140)
Lemah >140
Skor
0-2 = Dehidrasi Ringan
3-6 = Dehidrasi Sedang
7-12 = Dehidrasi Berat

Kebutuhan cairan rehidrasi oral selama 4 jam pertama menurut Usia


Usia
S/D 4 bulan
4-12 Bulan
12 Bulan s/d 2 th
2-5 Tahun
BB
<6 kg
6-<12 kg
10-<12 kg
12-19 kg
CRO dalam mL
200-400 ml
400-700 ml
700-900
900-1400

a. Metode yang digunakan dalam menentukan tingkat kebutuhan pemenuhan hidrasi , penilaian
menuruta Margon-Walten memudahkan perawat dalam menentukan jumlah cairan dan sering
digunakan pada kondisi klinik diindonesia .Perhitungan kebutuhan hidrasi menurut Margon- Walten
(1999)

x BB(Kg) x 4 ml

b. Hitung kebutuhan Cairan :


Berdasarkan Luas permukaan tubuh (BSA = Body Surface Area) = ml /m2/24 jam , paling tepat
untuk BB >10 KG
Normal : 1500 ml/m2/24 jam .
c. Berdasarkan BB
Rumus Umum
a) 100ml/kg-10 kg pertama
b) 50ml/kg-10 kg kedua
c) 20ml /kg-berat >20 kg

D. Masalah Yang Lazim Muncul


1. Diare b.d proses infeksi ,inflamasi diusus
2. Kekurangan Volume Cairan b.d kehilangan cairan aktif
3. Kerusakan intergritas kulit b.d ekskresi /BAB sering
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubh b.d penurunan intake makanan
5. Resiko syol (Hipovolemi)
6. Gangguan pertukaran gas
7. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
E. Patofisiologi

a. Diare sekresi : diare sekresi biasanya diare dengan volume banyak disebabkan oleh
peningkatan produksi dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus kedalam lumen usus.
b. Diare Osmotik terjadi bila air terdorong ke dalam usus oleh tekanan osmotic dari partikel
yang tidak dapat diabsorbsi sehingga reabsorbsi menjadi lambat.
c. Diare Campuran disebabkan oleh peningkatan kerja peristaltic dari usus (biasanya
karena penyakit usus inflamasi) dan kombinasi peningkatan sekresi atau penurunan absorbsi
dalam usus, Fisiologis diare berhubungan dengan infeksi
Proses penyakit lain adalah diare berhubungan dengan gangguan nutrisi malabsorbsi (sindrom
usus peka, colitis, ulseratif,enteritis ,regional dan penyakit seliaka) ,deficit sfingter anal
,sindrom zollinger –ellison, paralitik ileuss dan obstruksi usus. diare dapat disebabkan oleh
obat obatan tertentu (penggantian hormone tiroid ,pelunak feses dan laksatif, antibiotic ,
kemoterapi dan antasida), pemberian makan per slang , gangguan metabolic dan endokrin
(diabetes,Addison, tiroksikosis), serta proses infeksi virus atau bakteri (disentri, keracunan
makanan ,shigolesis).

F. Penatalaksanaan

· Non Farmakologis :
1. Penjelasan Kepada Penderita
Perlu diterangkan kepada penderita dan keluarga bahwa perjalanan penyakit diare bisa cepat
sembuh tapi juga akan tetap berlangsung sehingga bisa membahayakan yaitu timbul
dehidrasi, asidosis dan syok. Harus pula diterangkan kemungkinan penyakit lain yang berat
misalnya demam tifoid, kolera dan lain lain . jangan sampai kenal istilah terlambat dalam hal ini
.penderita dan keluarganya dipersilahkan menghubungi dokter yang mengobati setiap saat.
2. Lakukan Rehidrasi Oral
Pemberian cairan oral dapat diberikan apabila tingkat toleransi pasien masih baik
WHO memberikan rekomendsi tentang cairan oral yang berisikan 90 mEq/L Na+ ,20 mEq/L
K+, 80 mEq/L Cl, 20 g/l glukosa ; osmoliritas 310 : CHO : Na = 1,2:1 ;diberikan 250 ml setiap
15 menit sampai keseimbangan cairan terpenuhi dengan tanda klinik optimal atau pemberian
1,5 liter air pada setiap 1 liter feses.
3. Lakukan pemasangan IVFD (Intravenous fluid drops)
Apabila Kondisi diare berlanjut maka lakukan pemasangan IVFD . Pemberian cairan intravena
disesuaikan dengan derajat dehidrasi . pemberian 1-2 liter Ringer laktat secara tetesan cepat
sebagai kompensasi awal hidrasi cairan diberikan untuk mencegah syok hipovolemik (lihat
intervensi kedaruratan)
Hitung Tetesan Infus :
Dewasa (Makro dengan 20 tetes permenit)
= Tetesan permenit
atau
= Tetesan per menit
4. Pemberian makanan dalam fase akut biasanya diberikan bubur saring atau lunak kepada
pasien dianjurkan untuk minum air gula, makan telur asin/ikan asin sebagai pengganti elektrolit
yang hilang lewat diare . biasanya penderita tidak boleh minum susu selama diare.bila fase
akut teratasi, pasien diberikan makanan secara bertahap mulai bentuk cair peroral maupun
parenteral kemudian meningkat menjadi diet sisa rendah dan serat rendah. bila gejala hilang
dapat diberikan makanan biasa.
· Farmakologis
1. Antimikroba
Antimikroba diberikan sesuai dengan pemeriksaan feses agar pemberian antimikroba dapat
rasional diberikan dan mencegah terjadinya retensi obat
2. Antiemetik
Agen ini diberikan untuk mengontrol respon muntah. agen ini berhubungan dengan
ekstrapiramidal dan memengaruhi, serta menekan respons muntah (king 2003) contoh
antimetik seperti metikloporamide prchlopetazine yang bersifat antikolinergik.
3. Antidiare atau Antimotilitas
agen ini digunakan untuk menurunkan frekuensi diare . salah satu obat yang diberikan adalah
loperamid (Imodium)
· .Pemeriksaan Laboratorium
1. pemeriksaan darah rutin untuk memeriksa kadar BJ plasma dan mendeteksi adanya
kelainan pada peningkatan kadar leukosit
2. Pemeriksaan AGD untuk mengidentifikasi gangguan keseimbangan aam basa
3. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalsium,kalium dan fosfat
4. Pemeriksaan Kadar Ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
5. Pemeriksaan feses untuk mendeteksi agen penyebab
6. Pemeriksaan Enzim Untuk mendeteksi Keterlibatan rotavirus dengan ELISA (Enzyme
Linked Immunosorbent Assay)

G. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai
komplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotnik, isotonic atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala mateorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan
elektrokardiogram)
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase
6. kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah diare, jika lama atau kronik)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien gastroenteritis terdiri atas pengkajian anamesis ,pemeriksaan fisik dan
pengkajian diagnostik. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare dengan frekuensi
dan menjadi cair.
1. Keluhan Utama
ü Diare :
v faktor apa saja yang diketahui pasien atau keluarga yang memungkinkan menjadi penyebab
terjadi
v Berapa kali pasien BAB sebelum mendapat intervensi kesehatan
v Bagaimana bentuk feses BAB? Apakah encer,cair , bercampur lender dan darah?
v Apakah disertai adanya gangguan gastrointestinal (mual, nyeri abdomen , muntah
anoreksia)?
v Berapa lama keluhan awal mulai terjadi?
v apakah bersifat akut atau mendadak?

ü Nyeri Abdomen :
v keluhan Nyeri abdomen dicetuskan akibat perasaan mules, Sering mual/muntah dan
keinginan untuk melakukan BAB. Hal ini terjadi sekunder dan iritasi local serabut saraf
intestinal akibat respons inflamasi. pada beberapa pasien gastroenteritis , ditemukan keluhan
tidak adanya nyeri tetapi kondisi kualitas dan kuantitas diare sangat tinggi, keadaan ini justru
lebih berbahaya untuk mengalami terjadiya dehidrasi.
v Keluhan nyeri sulit digambarkan oleh pasien ,khususnya pada pasien anak-anak .
ketidaknyamanan abdomen bisa bersifat kolik akut atau perut seperti dikocok-kocok akibat
mules. Beberapa pasien menyatakan bahwa nyeri dapat berkurang setelah melakukan BAB
atau sudah muntah.
v Keluhan nyei berlokasi pada seluruh abdomen dengan tidak ada pengiriman respons nyeri
ke orang lain
v skala nyeri pada pasien GE bervariasi 1-4 (nyeri ringan sampai nyeri tak terhankan).

ü Kondisi Feses :
v Konsistensi feses yang encer , sedangkan beberapa jenis pasien lain feses dengan lender
dan darah.
ü Keluhan Ekstraintestinal :
v Diare dan muntah dapat disebabkan oleh kondisi penyakit atau efek dari obat-obatan.
Beberapa pasien pascaterapi kanker ( kemoterapi,radioterapi,pembedahan), alergi obat dan
makanan gangguan dan endokrin merupakan faktor penting yang bisa meningkatkan risiko
diare danmuntah.
v Obat-obatan seperti kuinidin, antimikroba, dan magnesium yang terdapat dalam antasida
dapat meningkatkan frekuensi diare.
ü Keluhan Gejala Dehidrasi :
v mengkaji adanya tanda dehidrasi dengan mengkaji adanya keluhan ortotasis (pusing tidak
bisa duduk atau igin jatuh apabila berdiri) pusing apabila melihat cahaya , kapan BAB dan BAK
terakhir dilakukan dan seberapa banyak yang diketahiu pasien. dan yang paling penting
mengkaji tingkat kesdaran pasien dengan menanyakan kemampuan orientasi khususnya
pasien yang dikaji adalah orang tua karena status dehidrasi bisa lebih berat dari pada orang
muda.

2. Pemeriksaan Fisik Pasien gastroenteritis :


ü Survei Umum dan tingkat kesadaran
v Dihubungkan dengan status hidrasi dan usia individu apabila status hidrasi menurun pasien
terlihat sangat lemas dan pada kondisi lanjut didapatkan kesadaran menurun .
ü TTV
v Perubahan Tanda tanda vital seperti nadi dan respirasi cepat tekanan darah turun serta
denyut jantung cepat.
ü B1 Breathing (system Pernafasan)
v Sistem pernafasan akan mengalami peubahan apabila terjadi perubahan akut pada kondisi
elektrolit. bila terjadi asidosis metabolic pasien akan Nampak pucat dan pernapasan cepat dan
dalam
ü B2 (Blood) Sistem Kardiovaskular dan Hematologi
v respons akut akibat kehilangan cairan tubuh akan mempengaruhi vlume darah . akibat
turunnya volume darah , maka curah jantung pun menurun sehingga tekanan darah,denyut
nadi cepat dan lemah,serta pasien mempunyai resiko timbulnya tanda dan gejala syok.
ü B3 (Brain) Fungsi neurosensori dan fungsi system saraf pusat
v paada pasien dehidrasi berat akan menyebabkan penurunan perfusi jaringan sserebral
dengan manifestasi sakit kepala, perasaan lesu gangguan mental seperti halusinasi dan
delirium.
ü B4 (Bladder) Sistem Gastrourinarius
v pada kondisi dehidrasi berat didapatkan penurunan urine output, semakin berat kondisi
dehidrasi , maka akan didapatkan kondisi oliguria sampai anuria dan pasien mempunyai resiko
untuk mengalami gagal ginjal akut
ü B5 (Bowel) Sistem Gastrointestinal
v Pemeriksaan Gastrointestinal yang didaptkan berhubungan dengan berbagai faktor seperti
penyebab, onset, kondisi hidrasi. dan tingkat toleransi individu (usia,malnutrisi, penyakit kronis
dan penurunan imunitas). secara lazim pada permeriksaan gastrointestinal akan didapatkan :
§ inspeksi : pada pasien dehidrasi beat akan terlihat lemas , sering BAB pada anak diare akut
mungkin didapatkan kembung ,distensi abdomen.
§ Auskultasi : didapatkan peningkatan bising usus lebih dari 25 kali pemenit yang
berhubungan dengan peningkatan motilitas usus dari peradangan pada saluran
gastrointestinal.
§ Perkusi : didaptkan timpani abdomen yang mengalami kembung
§ Palpasi : Apakah didapatkan supel (elastisitaas dinding abdomen optimal) dan didapatkan
adakah nyeri tekan (tenderness) pada area abdomen.
v Pemmeriksaan anus dan sekitarnya lecet karena sering BAB dan feses menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat pada pemeriksan feses didapatkan feses :
§ Konsistensi cair berhubungan dengan kondisi lazim gastroenteritis.
§ Feses bercampur lendir dan darah yeng berhubungan dengan uselerasi kolon
§ feses seperti air tajin (air beras) pada pasien kolera
§ Feses berwarna menjadi gelap dan kehijau-hijauan berhubungan dengan kondisi
malabsorbsi atau bercampur empedu.
ü B6 (Bone ) Sistem Muskuloskeletal dan integument
v Respons Dehidrasi dan penurunan volume cairan tubuh akut akan meneybabkan
kelemahan fisik umum . pada kondisi diare kronis dengan deplesi nutrisi dan elektrolit akan
didapatkan kram otot ekstremitas .
v integument pada kondisi lanjut akan didapatkan tanda dan gejala dehidrasi sbb :
§ turgor kulit menurun <3 detik
§ pada anak-anak ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan disertai
penurunan BB akut
§ Keringat dingin
§ Diaforesis

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


keperawatan

1 Defisit volume cairan b/d NOC: NIC :


kehilangan cairan aktif  Fluid balance Fluid management
 Hydration  Timbang popok/pembalut jika
Definisi : Penurunan cairan  Nutritional Status : Food and diperlukan
intravaskuler, interstisial, Fluid Intake  Pertahankan catatan intake dan
dan/atau intrasellular. Ini Kriteria Hasil : output yang akurat
mengarah ke dehidrasi,  Mempertahankan urine output  Monitor status hidrasi (
kehilangan cairan dengan sesuai dengan usia dan BB, kelembaban membran mukosa,
pengeluaran sodium BJ urine normal, HT normal nadi adekuat, tekanan darah
 Tekanan darah, nadi, suhu ortostatik ), jika diperlukan
Batasan Karakteristik : tubuh dalam batas normal  Monitor vital sign
- Kelemahan  Tidak ada tanda tanda  Monitor masukan makanan /
- Haus dehidrasi, Elastisitas turgor cairan dan hitung intake kalori
- Penurunan turgor harian
kulit baik, membran mukosa
kulit/lidah  Kolaborasikan pemberian
lembab, tidak ada rasa haus
- Membran mukosa/kulit cairan intravena IV
yang berlebihan
kering  Monitor status nutrisi
- Peningkatan denyut nadi,  Dorong masukan oral
penurunan tekanan darah,
 Berikan penggantian nesogatrik
penurunan volume/tekanan
sesuai output
nadi
 Dorong keluarga untuk
- Pengisian vena menurun
membantu pasien makan
- Perubahan status mental
- Konsentrasi urine  Tawarkan snack ( jus buah,
meningkat buah segar )
- Temperatur tubuh  Kolaborasi dokter jika tanda
meningkat cairan berlebih muncul meburuk
- Hematokrit meninggi  Atur kemungkinan tranfusi
- Kehilangan berat badan  Persiapan untuk tranfusi
seketika (kecuali pada third
spacing) Hypovolemia
Faktor-faktor yang Management
berhubungan:  Monitor status cairan termasuk
- Kehilangan volume cairan intake dan ourput cairan
secara aktif  Pelihara IV line
- Kegagalan mekanisme  Monitor tingkat Hb dan hematokrit
pengaturan  Monitor tanda vital
 Monitor responpasien terhadap
penambahan cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk menambah
intake oral
 Pemberian cairan Iv monitor
adanya tanda dan gejala
kelebihanvolume cairan
 Monitor adanya tanda gagal ginjal
2 Risiko kerusakan NOC : Tissue Integrity : Skin NIC : Pressure Management
integritas kulit b/d and Mucous Membranes  Anjurkan pasien untuk
ekskresi/BAB sering Kriteria Hasil : menggunakan pakaian yang
 Integritas kulit yang baik bisa longgar
Definisi : Perubahan pada dipertahankan  Hindari kerutan padaa tempat tidur
(sensasi,
epidermis dan dermis  Jaga kebersihan kulit agar tetap
elastisitas, temperatur, bersih dan kering
Batasan karakteristik : hidrasi, pigmentasi)  Mobilisasi pasien (ubah posisi
- Gangguan pada bagian  Tidak ada luka/lesi pada kulit pasien) setiap dua jam sekali
tubuh  Perfusi jaringan baik  Monitor kulit akan adanya
- Kerusakan lapisa kulit  Menunjukkan pemahaman kemerahan
(dermis) dalam proses perbaikan kulit  Oleskan lotion atau minyak/baby
- Gangguan permukaan dan mencegah terjadinya oil pada derah yang tertekan
kulit (epidermis) sedera berulang  Monitor aktivitas dan mobilisasi
Faktor yang berhubungan : Mampu melindungi kulit dan pasien
Eksternal : mempertahankan kelembaban  Monitor status nutrisi pasien
- Hipertermia atau  Memandikan pasien dengan sabun
kulit dan perawatan alami
hipotermia dan air hangat
- Substansi kimia
- Kelembaban udara
- Faktor mekanik (misalnya
: alat yang dapat
menimbulkan luka,
tekanan, restraint)
- Immobilitas fisik
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
Internal :
- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang berhubungan
dengan perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status nutrisi
(obesitas, kekurusan)
- Perubahan status cairan
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor
(elastisitas kulit)

3 Ketidakseimbangan NOC : Nutrition Management


nutrisi kurang dari  Nutritional Status :  Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b/d  Nutritional Status : food and  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
penurunan intake Fluid Intake menentukan jumlah kalori dan
makanan  Nutritional Status : nutrient nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Intake  Anjurkan pasien untuk
Definisi : Intake nutrisi tidak
 Weight control meningkatkan intake Fe
cukup untuk keperluan Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien untuk
metabolisme tubuh.  Adanya peningkatan berat meningkatkan protein dan
badan sesuai dengan tujuan vitamin C
Batasan karakteristik :   Berikan substansi gula
Beratbadan ideal sesuai
- Berat badan 20 % atau  Yakinkan diet yang dimakan
dengan tinggi badan
lebih di bawah ideal mengandung tinggi serat untuk
 Mampumengidentifikasi mencegah konstipasi
- Dilaporkan adanya intake kebutuhan nutrisi
makanan yang kurang dari  Berikan makanan yang terpilih (
Tidk ada tanda tanda malnutrisi sudah dikonsultasikan dengan
RDA (Recomended Daily  Menunjukkan peningkatan
Allowance) ahli gizi)
fungsi pengecapan dari  Ajarkan pasien bagaimana
- Membran mukosa dan
menelan membuat catatan makanan
konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang
 Tidak terjadi penurunan berat harian.
digunakan untuk badan yang berarti  Monitor jumlah nutrisi dan
menelan/mengunyah kandungan kalori
- Luka, inflamasi pada  Berikan informasi tentang
rongga mulut kebutuhan nutrisi
- Mudah merasa kenyang,  Kaji kemampuan pasien untuk
sesaat setelah mengunyah mendapatkan nutrisi yang
makanan dibutuhkan
- Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan
makanan Nutrition Monitoring
- Dilaporkan adanya  BB pasien dalam batas normal
perubahan sensasi rasa  Monitor adanya penurunan berat
- Perasaan badan
ketidakmampuan untuk  Monitor tipe dan jumlah aktivitas
mengunyah makanan yang biasa dilakukan
- Miskonsepsi  Monitor interaksi anak atau
- Kehilangan BB dengan orangtua selama makan
makanan cukup  Monitor lingkungan selama makan
- Keengganan untuk makan  Jadwalkan pengobatan dan
- Kram pada abdomen tindakan tidak selama jam
- Tonus otot jelek makan
- Nyeri abdominal dengan  Monitor kulit kering dan perubahan
atau tanpa patologi pigmentasi
- Kurang berminat terhadap  Monitor turgor kulit
makanan  Monitor kekeringan, rambut
- Pembuluh darah kapiler kusam, dan mudah patah
mulai rapuh  Monitor mual dan muntah
- Diare dan atau steatorrhea  Monitor kadar albumin, total
- Kehilangan rambut yang protein, Hb, dan kadar Ht
cukup banyak (rontok)  Monitor makanan kesukaan
- Suara usus hiperaktif  Monitor pertumbuhan dan
- Kurangnya informasi, perkembangan
misinformasi  Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Faktor-faktor yang  Monitor kalori dan intake nuntrisi
berhubungan :  Catat adanya edema, hiperemik,
Ketidakmampuan hipertonik papila lidah dan
pemasukan atau mencerna cavitas oral.
makanan atau  Catat jika lidah berwarna magenta,
mengabsorpsi zat-zat gizi scarlet
berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis
atau ekonomi.

4 Cemas b/d perubahan NOC : NIC :


status kesehatan  Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
 Coping kecemasan)
Definisi :  Impulse control  Gunakan pendekatan yang
Perasaan gelisah yang tak Kriteria Hasil : menenangkan
jelas dari ketidaknyamanan  Klien mampu mengidentifikasi Nyatakan dengan jelas harapan
atau ketakutan yang dan mengungkapkan gejala terhadap pelaku pasien
disertai respon autonom cemas  Jelaskan semua prosedur dan
(sumner tidak spesifik atau  Mengidentifikasi, apa yang dirasakan selama
tidak diketahui oleh mengungkapkan dan prosedur
individu); perasaan menunjukkan tehnik untuk  Pahami prespektif pasien
keprihatinan disebabkan mengontol cemas terhdap situasi stres
dari antisipasi terhadap
 Vital sign dalam batas normal  Temani pasien untuk
bahaya. Sinyal ini memberikan keamanan dan
 Postur tubuh, ekspresi wajah,
merupakan peringatan mengurangi takut
adanya ancaman yang
bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan  Berikan informasi faktual
akan datang dan mengenai diagnosis, tindakan
memungkinkan individu berkurangnya kecemasan
prognosis
untuk mengambil langkah
 Dorong keluarga untuk
untuk menyetujui terhadap
menemani anak
tindakan
 Lakukan back / neck rub
Ditandai dengan
 Dengarkan dengan penuh
 Gelisah
perhatian
 Insomnia
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Resah
 Bantu pasien mengenal situasi
 Ketakutan
yang menimbulkan kecemasan
 Sedih
 Dorong pasien untuk
 Fokus pada diri mengungkapkan perasaan,
 Kekhawatiran ketakutan, persepsi
 Cemas  Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
 Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan

DAFTAR PUSTAKA

1. Sulaiman Ali.Ph.D 2010. Gastroentelogi Hepatologi. Jakarta : CV Infomedika.


2. Nurarif,2013. Asuhan keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
MediAction Pubishing
3. Smeltzer.Suzanne C 2012. Buku ajar keperawatan medical bedah edisi 8, Volume 2 jakarta :
EGC
4. Arif Muttaqin. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : Salemba Medika
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Pengertian
 Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang terjadi pada wanita
hamil sehingga menyebabkan terjadimya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan
berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi
(Sherwan, 1999; Old, 2000; Micheline, 2004; Edelman, 2004; Pawii, et al., 2005).
(Runiari. N, 2010)
 Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi
dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
 Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek
sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, hal: 232).
 Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama
kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal: 112).
http://fajrucmedicine.blogspot.com/

B. Etiologi dan Faktor Predisposisi


Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Ada beberapa teori
menjelaskan terjadinya hiperemesis gravidarum, namun tak ada satupun yang dapat menjelaskan
proses terjadinya secara tepat (Simpson, et al., 2001). Teori tersebut antara lain Teori Endokrin,
Teori Metabolik, Teori Alergi, Teori Infeksi, dan Teori Psikosomatik (Family Nurse Practitioner
Program, 2002; Tiran, 2004).
Teori endokrin menyatakan bahwa peningkatan kadar progesterone, estrogen, dan human
Chorionic Gonadotropin (hCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan
hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi,
hal itu mengakibatkan penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan lambung melambat.
Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan mual dan
muntah pada kehamilan. Adanya histamine sebagai pemicu dari mual dan muntah mendukung
ditegakkannya teori alergi sebagai etiologi hiperemesis gravidarum. Lebih jauh, mual dan muntah
berlebihan juga terjadi pada klien yang sangat sensitive terhadap sekresi dari korpus luteum
(Snell, 1998; Kuscu & Koyuncu, 2002; Verberg, et al., 2006).
Teori psikosomatik, hiperemesis gravidarum merupakan keadaan gangguan psikologis yang
dirubah dalam bentuk gejala fisik (Simpson, 2002; Michelini, 2004). Kehamilan yang tidak
direncanakan dan tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan pendapatan menyebabkan
terjadinya perasaan berduka, ambivalen, serta konflik; dan hal tersebut dapat menjadi faktor
psikologis penyebab hiperemesis gravidarum (Verberg, et al., 2005).
Leeners dan Sauer (2000) menytakan bahwa faktor psikologis sangat kuat terlibat sebagai
etiologi hiperemesis gravidarum dan dampaknya tidak lama dan beratnya gejala, namun juga
menimbulkan resisten terhadap pengobatan yang diberikan.
Tiran (2004) menyatakan bahwa faktor budaya yang merupakan hal penitng adalah berkaitan
dengan pemilihan jenis makanan yang akan dikonsumsi.

C. Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum masih belum jelas (Meltzer, 2000; Neill & Nelson,
2003, Edelman, 2004); namun peningkatan kadar progesterone, estrogen, danhuman chorionic
gonadotropin (hCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan mundah. Peningkatan hormone
progesterone menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga
motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung melambat. Refluks esofagus penurunan
motilitas lambung, dan penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap
terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan
faktor psikologis, spiritual, lingkungan, dan sosiokultural.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga
cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida dalam darah maupun dalam urin
turun, selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah ke
jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi
lewat ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati.
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan
dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen, asam urat, urea, dan penurunan
klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1, B6, dan B12 mengakibatkan terjadinya neuropati
perifer dan anemia; bahkan pada kasus berat kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan
terjadinya wernicke enchelopati (Manuaba, 2001: Kuscu & Koyancu, 2002; Neill & Nelson,
2003).
(Runiari. N, 2010)

D. Manifestasi Klinik
Menurut berat ringannya gejala, hperemesis gravidarum dapat dibagi dalam tiga tingkatan
(Manuaba, 2001; Winkjosastro, 2005).
a. Tingkat I
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini klien merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi
meningkat sekitar 100x/menit, tekanan darah sistol menurun, dapat disertai peningkatan suhu
tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata cekung.
b. Tingkat II
Klien tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan tampak
kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, sehu kadang-kadang naik, hemokonsentrasi,
oliguria, dan konstipasi.
c. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai
koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi fatal
terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai wernicke ensefalopati. Gejala yang dapat
timbul seperti nistagmus, zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esophagus,
lambung dan retina.
(Runiari. N, 2010)

E. Pemeriksaan Penunjang
a) Urinalisis untuk menentukan adanya infeksi dan/atau dehidrasi meliputi pemeriksaan
keton, albumin, dan berat jenis urin.
b) Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht).
c) Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah berlebihan
meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida, dan protein.
d) Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen, dan kadar asam.
e) Tiroid Stimulating Hormon (TSH) untuk menentukan penyakit pada tiroid.
f) CBC, amilase, lipase, keadaan hati atau jika diduga terjadi infeksi sebagai penyebab.
g) Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut.
h) Kadar hCG jika diduga kehamilan multiple atau mola hidatiformis.
(Runiari. N, 2010)
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada beratnya gejala.
Pengobatan dilakukan mulai dari yang paling ringan dengan perubahan diet sampai pendekatan
dengan pengobatan antiemetik, rawat inap, atau pemberian nutrisi parenteral. Pengobatan terdiri
atas terapi secara farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi farmakologi dilakukan dengan
pemberian antiemetik, antihistamin, antikolinergik, dan kortikosteroid. Terapi nonfarmakologi
dilakukan dengan cara pemberian diet, dukungan emosional, akupuntur, dan jahe (Quinland, et
al., 2005).
(Runiari. N, 2010)

G. Pencegahan
 Pencegahan hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan
tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
 Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti
kering atau biskuit dengan teh hangat.
 Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
 Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
http://binbask.blogspot.com/

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Data Subjektif
a. Riwayat kehamilan saat ini meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan antenatal
dan komplikasi.
b. Riwayat diet, khususnya intake cairan.
c. Pengobatan yang didapat saat ini.
d. Riwayat pembedahan khususnya pembedahan pada umumnya.
e. Riwayat medis sebelumnya seperti riwayat penyakit obstetri dan ginekologi, kolelitiasis
atau gangguan abdomen lainnya, gangguan tiroid, dan ada tidaknya depresi.
f. Riwayat sosial seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar dengan
lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan,
ketidakhadiran di tempat bekerja, perubahan status kesehatan atau stresor kehamilan,
respons anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan kondisi sakit,
serta seistem pendukung.
g. Integritas ego seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan
persepsi tentang kondisi, dan kehamilan yang tidak direncanakan.
h. Riwayat penyakit sebelumnya meliputi awal kejadian dan lamanya. Jika mengalami
muntah, kaji warna, volume, frekuensi, dan kualitasnya. Kaji juga faktor yang
memperberat dan memperingan keadaan, serta pengobatan yang dilakukan baik di
fasilitas kesehatan atau pengobatan di rumah.
i. Gejala-gejala lain seperti bersendawa atau flatus, diare atau konstipasi, serta nyeri pada
abdomen. Riwayat nyeri abdomen meliputi lokasi, derajat, kualitas, radiasi, serta faktor
yang memperingan dan memperberat nyeri.
j. Pengkajian lain dapat dilakukan dengan menggunakan Rhodes Index of Nausea and
Vomiting yang terdiri atas 8 pertanyaan untuk mengkaji frekuensi dan beratnya mual dan
muntah. Instrument ini telah di teliti valid dan reliabel olehFamily Nurse Practitioner
program, School of Nursing, University of Texas at Austin.
(Runiari. N, 2010)

2. Pengkajian Data Objektif


a. TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas meningkat, adanya nafas
bau aseton
b. Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun
c. Status Kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi
d. Status Hidrasi: Turgor kulit, keadaan membrane mukosa, oliguria
e. Keadaan Abdomen: Suara Abdomen, adanya nyeri lepas/tekan, adanya distensi, adanya
hepatosplenomegali, tanda Murpy.
f. Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik
g. Status Eliminasi: Perubahan konstipasi feses, konstipasi dan perubahan frekuensi
berkemih
h. Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan
usia kehamilan)
http://binbask.blogspot.com/

3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif (mual dan muntah
berlebihan)
4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energi dan kelelahan.

No Dx. Keperawatan NOC NIC Aktivitas


1 Ketidakseimbangan Memperlihatkan • Mual / • identifikasi faktor pencetus Mual
nutrisi kurang dari Status Gizi: Muntah dan Muntah
kebutuhan tubuh Asupan Gizi • catat warna, jumlah, dan
b/d mual dan yang dibuktikan frekuensi muntah
muntah pasien dapat • minimalkan faktor yang dapat
makan seperti menyebabkan mual dan muntah
biasanya • instruksikan pasien agar menarik
napas dalam, perlahan dan menelan
secara sadar
Kolaborasi:
• berikan obat antiemetik sebelum
makan atau sesuai jadwal yang di
anjurkan
• Manajemen • pantau kandungan nutrisi dan
Nutrisi kalori pada catatan asupan
• berikan pasien minuman dan
kudapan bergizi, tinggi protein,
tinggi kalori
2 Intoleransi aktivitas Menunjukkan • Manajemen • tentukan penyebab keletihan
b/d kelemahan toleransi Energi • pantau asupan nutrisi untuk
aktivitas menentukan sumber energi yang
dibuktikan adekuat
pasien dapat
melakukan
kegiatan seperti
biasa.
3 Kekurangan Kekurangan • Manejemen • pantau status hidrasi
volume cairan b/d volume cairan Cairan • tingkatkan asupan oral
kehilangan volume akan teratasi Kolaborasi:
cairan aktif (mual dibuktikan • berikan terapi IV, sesuai program
dan muntah keseimbangan
berlebihan) air dalam
kompartemen
intrasel dan
ekstrasel tubuh

4 Ketidakefektifan Menunjukkan • Pemantauan • pantau kecepatan, irama,


pola napas b/d pola pernapasan Pernapasan kedalaman, dan upaya pernapasan
penurunan energi efektif, yang • pantau pola pernapasan
dan kelelahan dibuktikan • pantau pergerakan dada
pergerakan • auskultasi suara napas
udara ke dalam
dan ke luar paru
tidak terganggu

(Wilkinson. J.M, dan Ahern. N.R, 2011)

DAFTAR PUSTAKA

Runiari. N, 2010, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum: Penerapan Konsep
dan Teori Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson. J.M, dan Ahern. N.R, 2011, Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC, ahli bahasa Esty Wahyuningsih, Jakarta: EGC
http://fajrucmedicine.blogspot.com/2013/02/hiperemesis-gravidarum.html posted by fajrucmedicine at
Friday, February 1st, 2003
http://binbask.blogspot.com/2013/01/askep-hiperemesis-gravidarum.html posted by Bintang Baskoro at
Sunday, Januari 13th, 2013

Você também pode gostar