Você está na página 1de 3

Auditor BPKP Menerima Uang dari Anggaran Kegiatan Joint Audit

Pengawasan dan Pemeriksaan di Kemendiknas

Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP), Tomi Trilaksono


mengaku menerima uang dari anggaran kegiatan joint audit pengawasan dan pemeriksaan di
Kemendiknas. Tomi mengaku sudah mengembalikan uang ke KPK. Tomi saat ini bersaksi
untuk terdakwa mantan Irjen Kemendiknas( Mohammad Sofyan) mengaku bersalah dengan
penerimaan uang dalam kegiatan wasrik sertifikasi guru(sergu) di Inspektorat IV
Kemendiknas. Uang yang dikembalikan Rp48 juta.

Menurutnya ada 10 auditor BPKP juga ikut dalam joint audit, Sofyan bersama Abdul
Apip, Suharyanto, Jauhari Sembiring, Marhusa Panjaitan, Amin Priatna, dan Slamet
Poernomo melawan hukum dengan melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain
atau korporasi,”Yang merugikan negara Rp36,484 miliar,” kata Kadek, Kamis (20/6)di
Pengadilan Tipikor Jakarta.

Peristiwa bermula saat Sofyan dan sejumlah pejabat Inspektorat Jendral(Itjen)


Kemendiknas mengadakan rapat penyusunan kegiatan joint audit dalam rangka pengawasan
dan pemeriksaan(wasrik) di lingkungan Itjen Depdiknas. Itjen Depdiknas mendapatkan
tambahan anggaran serta melibatkan BPKP dalam pelaksanaan kegiatan. Sofyan lalu
menandatangani kerja sama tersebut. Ada 5 program pendidikan nasional yang menjadi objek
wasrik meliputi program peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, sertifikasi guru dan
lain-lain.

Itjen Depdiknas mendapatkan alokasi Rp183,649 miliar untuk pelaksanaan joint audit
tersebut, Sofyan selaku Kuasa Pengguna Anggaran(KPA) menetapkan kegiatan dan
pemberian anggaran sesuai inspektorat masing-masing. Inspektorat I dan II masing-masing
mendapatkan anggaran sebesar Rp55,554 miliar, inspektorat III Rp9,080 miliar, inspektorat
IV Rp22,832 miliar dan inspektorat investigatif mendapatkan Rp40,627 miliar.

Selanjutnya, Sofyan memerintahkan Inspektorat 1 menyusun SOP wasrik di Bogor,


namun kegiatan tersebut tidak dilakukan, tapi terdakwa memerintahkan Suharyanto
mencairkan anggaran Rp319,097 juta. Sofyan memerintahkan Bendahara Pengeluaran
Pembantu (BPP) Tini Suhartini membuat pertanggung jawaban seolah-olah penyusunan SOP
wasrik telah dilaksanakan, sedangkan uang tersebut sudah dibagikan kepada Sofyan dan
sejumlah peserta. Sofyan, Apip, Suharyanto, dan Sam Yohn masing_masing mendapatkan
Rp8,35juta dan Rp234,097 juta dibagikan pada para peserta. Sisanya Rp51,6 juta digunakan
untuk biaya pembuatan kwitansi fiktif, operasional tim pengendali pusat, bantuan lembur
Suharyanto dan operasional Inspektorat 1.

Dalam kegiatan tersebut Sofyan juga memerintahkan Tini memotong lima persen dari
uang harian yang diterima masing-masing peserta, seluruhnya Rp81juta. Sofyan juga
memerintahkan pencairan transportasi dan penginapan para peserta, namun perbuatan ini
telah dilakukan Sofyan pada pelaksanaan warsik dan penyusunan laporan nasional
sebelumnya.

Atas perbuatannya, Sofyan telah memperkaya diri sendiri sebesar Rp1,103 miliar, dan
memperkaya peserta dengan membagikan uang kepada masing-msing peserta dengan jumlah
sebesar Rp1,560 miliar, yang mengakibatkan negara dirugikan Rp36,484 miliar berdasarkan
laporan hasil pemeriksaan Itjen Kemendiknas pada 26 Desember 2012. Menanggapi dakwaan
penuntut umum, Sofyan tidak mengajukan nota keberatan (eksepsi). Dan Ketua Majelis
Hakim langsung mengadakan pemeriksaan saksi dan sidang selanjutnya.

Analisis:
Dalam kasus ini telah terjadi pelanggaran etika profesi akuntansi oleh auditor BPKP dan Itjen
Depdikas karena tidak bisa memenuhi prinsip akuntansi yaitu:
 Tanggung Jawab Profesi
Dimana seorang akuntan seharusnya bertanggung jawab secara profesional terhadap semua
kegiatan, dalam kasus ini BPKP tidak menjalankan tugasnya dengan baik.
 Kepentingan Publik
Auditor lebih mementingkan kepentingan Anggota Itjen Kemnediknas, terlebih dalam kasus
ini yang dirugikan adalah rakyat karna uang negara adalah uang rakyat dan auditor BPKP
adalah pegawai negri secara tidak langsung mengemban amanah dari rakyat, namun auditor
telah mengabaikannya.

 Obyektifitas
Anggota BPKP tidak dapat mempertahankan integritasnya sehingga terjadi benturan
kepentingan
 Prilaku profesional
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang profesional, tidak diperkenankan auditor
menerima sejumlah uang untuk menutup-nutupi suatu kecurangan apalagi ikut merancang
agar kecurangan tersebut tidak terbaca oleh mata hukum.
 Standar Teknis
Akuntan harus menjalankan tugas profesionalnya mengacu dan mematuhi standar teknis
serta memenuhi standar profesi akuntan agar kegiatan yang dilakukan sesuai yang diharapkan
semua pihak terkait.

Solusi:
Kasus pelanggaran ini sangatlah melanggar kode etik sebagai seorang akuntan yang
membuktikan bahwa banyak para akuntan yang belum memegang teguh sumpahnya sebagai
seorang akuntan yang menjunjung tinggi etika profesi akuntansi. Penuntut umum 1 Kadek
Wiradana mendakwa Sofyan melanggar Pasal 2 ayat , subsidair Pasal 3, Pasal 18 UU Tipiko,
Pasal 55 ayat 1 dan Pasal 64 ayat 1 KUHP yaitu kepada terdakwa Sofyan:Hukuman 4 tahun
penjara dan denda Rp647 juta subsidair 3 bulan kurungan dan hukuman kepada auditor yaitu
Hukuman penjara dan diberhentikan dari professional audit BPKP

Selain hukuman yang didasarkan atas UU yang berlaku, hal yang paling mendasar yang
harus dilakukan Sofyan dan auditor BPKP adalah meminta maaf kepada publik dengan
melakukan konferensi pers yang mengungkapkan bahwa memang sudah adanya suap yang
diberikan dalam kegiatan joint audit sehingga merugikan negara. Agar tidak dilakukan
kesalahan yang sama seharusnya auditor berlaku profesional dan bertanggung jawab atas
amanah yang telah diberikan, serta selalu mendahulukan kepentingan publik

Sumber:
http://news.detik.com/read/2013/07/25/190845/2314690/10/auditor-bpkp-akui-terima-duit-
dari-kemendikbud
hukumonline.com

Você também pode gostar