Você está na página 1de 5

Sebuah Jaket Berlumur Darah

Sebuah jaket berlumur darah


Kami semua telah menatapmu
Telah berbagi duka yang agung

Dalam kepedihan bertahun-tahun


Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang


Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu


Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai ke mana-mana


Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atap bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
LANJUTKAN PERJUANGAN!
1966
(Tirani dan Benteng, Yayasan Ananda,Jakarta, 1993)
Analisis Struktur Tampak Puisi
1. Diksi
Diksi adalah pilihan kata dalam puisi yang mampu menimbulkan keindahan imajinasi. Diksi
dapat berupa majas, gaya bahasa, maupun ungkapan.
1. Pada judul puisinya,yaitu sebuah jaket berlumur darah menggambarkan sebuah
penderitaan dan pengorbanan.
2. Dalam puisi ini terdapat kata /berlumur/, kata berlumur darah dipilih karena
menguatkan arti penuh dengan darah dan kepedihan yang menimbulkan rasa sakit.
3. Berlapis senjata dan sangkur baja kata yang telah digunakan oleh si pengarang karena
mempertimbangkan rasa. Kata berlapis senjata dan sangkur baja menguat arti ketajaman
atas penindasan.
4. Prosesi jenazah kata yang digunakan oleh pengarang yang artinya mayat.
5. kata /jaket/ menunjukkan sebuah identitas atau almamater dari mahasiswa,Yang
menggambarkan terjadinya demonstrasi oleh mahasiswa yang memperjuangkan tanah air
dari penguasa tiran,yaitu PKI.
6. Kata /Darah/ menggambarkan telah terjadinya perjuangan yang sangat besar untuk
mempertahankan tanah air.
7. Pada sajak /duka yang agung/ dan /kepedihan bertahun-tahun/ dapat disimpulkan bahwa
adanya rasa duka dan rasa sakit yang mendalam dan sudah lama tersimpan serta bisa
diartikan bahwa potret kejadian tersebut telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
8. Kata /Sebuah sungai membatasi kita/,menggambarkan perjuang banyak sekali batasan
dan hambatan
9. Kata /Di bawah terik matahari Jakarta/menggambarkan kejadian tersebut telah terjadi di
siang hari di kota Jakarta.
10. Kata /Antara penindasan dan kebebasan/dalam hal ini penyair menyuguhkan dua kata
yang berlawanan, sehingga lebih tampak perjuangan yang sebenarnya. Sajak yang
digunakan selanjutnya
11. Pada bait berikutnya kata /Akan mundurkah kita sekarang/, /Seraya, mengucapkan
‘Selamat tinggal perjuangan’/, /Berikrar setia kepada tirani/, /Dan mengenakan baju
kebesaran sang pelayan?/ menggambarkan bahwa jika kita mundur atau meninggalkan
perjuangan ini, maka kita akan menjadi pengecut karena selamanya dijajah oleh tirani dan
ketidakadilan kekuasaan.
12. Kalimat /Menunduk bendera setengah tiang/ menggambarkan adanya penghormatan
tertinggi atas pejuang yang telah gugur dalam perjuangan.
13. Pada bait terakhir /LANJUTKAN PERJUANGAN/,menggunakan huruf kapital semua
yang mengggambarkan penegasan serta memperkuat perjuangan. melanjutkan perjuangan
dari pahlawan yang telah gugur, meskipun akan menghadapi resiko dan halangan.
14. kata /kami/ dan /mereka/ merupakan simbol dari masyarakat secara universal dari
berbagai lapisan, karena penyair mungkin beranggapan bahwa perjuangan merupakan
milik dan hak semua orang.
MAJAS
Majas atau gaya bahasa adalah pemakaian kata-kata kiasan dan perbandingan yang
tepat untuk melukiskan sebuah untuk membentuk plastik bahasa.
Dalam puisi karya Taufik Ismail yang berjudul “Sebuah Jaket Berlumur Darah”
didalam puisi tersebut ada beberapa majas :
1. Majas Litotes adalah ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan
merendahkan diri. Contohnya : “menunduk bendera setengah tiang”
2. Majas Personifikasi adalah pengungkapan dengan mengunakan perilaku manusia
yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
Contohnya : “Spanduk kumal itu, ya spanduk itu”

RIMA DAN RITMA

Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
Sedangkan, ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi, (Abdurrosyid,
2009). Dalam puisi ini terdapat beberapa pengulangan kata, seperti

1. Pada kata /Spanduk kumal itu/, /Ya spanduk itu/, kata “spanduk” diulang dua kali untuk
memperkuat keberadaan spanduk-spanduk yang berisi perlawan terhadap kekuasaan.
2. pada kata /mereka berkata/, /semuanya berkata/, hal ini menunjukkan bahwa penyair
memang mempertegas kata “berkata” yang artinya semua lapisan masyarakat tanpa
terkecuali menyerukan kata perjuangan sehingga mampu menghegemoni pembaca untuk
membayangkan gentingnya dan menggebu-gebunya perjuangan pada saat itu agar mampu
mengimplikasi hegemoni perjuangan pada pembaca.

METRUM

Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu.
Hal ini disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap dan tekanannya yang tetap hingga
alun suara yang menaik dan menurun itu tetap saja. (Pradopo, 2005:40). Metrum dalam puisi
“Sebuah Jaket Berlumur Darah” mempunyai tekanan keras dan tekanan lemah. Pada bait-bait
pertama bertekanan lemah karena lebih bernuansa kesedihan dan keharuan atas gugurnya seorang
pahlawan, namun pada bait-bait terakhir mempunyai tekanan yang keras karena tampak sindiran
dan seruan untuk melanjutkan perjuangan.

TIPOGRAFI

Tipografi Dalam Puisi adalah tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi untuk
menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasana. Penyajian
tipografi pada puisi ini, yaitu rata kiri biasa dan tidak ada tipografi khusus yang menarik. Jumlah
baris tiap bait bervariasi. Tipografi yang sederhana ini menunjukkan keseriusan penyair dalam
menyampaikan implikasi hegemoni perjuangan dan potret pengorbanan yang tergambar dalam
puisi tersebut sehingga pembaca hanya terfokus pada kandungan makna dalam diksi dan lain-lain.

KATA KONGKRET
Kata konkret dalam puisi ini dapat kita temukan dalam potongan puisi :
Telah berbagi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Dalam kalimat ini memiliki maksud bahwa telah pergi sosok seorang pejuang rakyat yang
menyimpan kesedihan yang begitu dalam hati, serta adanya pembeda antara pemerintah dan
rakyat.

Analisis Struktur Batin Puisi


1. Tema
Tema adalah landasan atau dasar pijakan bagi penyair untuk mengembangkan puisi. Tema juga
merupakan gagasan pokok yang diungkapkan dalam sebuah puisi. Tema yang diangkat dalam puisi
berjudul Sebuah Jaket Berlumur Darah karya Taufiq Ismail ini adalah semagat perjuangan
(Patriotisme). Semangat perjuangan untuk memperoleh keadilan dan semangat untuk melajutkan
perjuangan.

2. Rasa
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pada puisi ini peyair mengungkapkan perasaan sedihnya melihat keadaan bangsanya yang carut-
marut. Rasa marah, benci dan kesal dengan adanya ketidakadilan pemerintah dan rasa jengkel atas
aspirasi yang tidak di dengarkan.
3. Nada
Nada (tone) yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan
tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte dengan nada
sombong, dll. Nada yang diungkapkan dalam puisi ini adalah semangat melanjutkan perjuangan
demi memperoleh keadilan.

4. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Pesan yang terdapat dalam
puisi ini yaitu kita harus berani dalam memperjuangkan hak-hak rakyat dan mampu melawan
ketidakadilan. Gugur dalam berjuang itu lebih mulia daripada gugur karena menyerah.

Você também pode gostar