Você está na página 1de 21

Asuhan Keperawatan Hernia

KMB 1 METODOLOGI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

DISUSUN OLEH :

SITI MULYATI (14035)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta


TAHUN 2015

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I Pendahulua
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
1. Tujuan Umum.................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup.............................................................................................. 2
D. Metode Penulisan........................................................................................... 3
E. Sistematika Penulisan..................................................................................... 3
BAB II Tinjauan Teori
A. Pengertian...................................................................................................... 5
B. Etiologi........................................................................................................... 5
C. Patofisiologi................................................................................................... 6
D. Penatalaksanaan............................................................................................. 8
E. Pengkajian Keperawatan................................................................................ 8
F. Diagnosa Keperawatan.................................................................................. 11
G. Perencanaan Keperawatan............................................................................. 12
H. Pelaksanaan Keperawatan.............................................................................. 14
I. Evaluasi Keperawatan.................................................................................... 15
BAB III Tinjauan Kasus
A. Pengkajian Keperawatan................................................................................ 16
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................. 28
C. Perencanaan, Keperawatan Evaluasi.............................................................. 29
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan.................................................................................................... 38
B. Saran.............................................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur alhamdulillah atas kehadirat tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat, Rahmat dan Karunianya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Tn. A dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)”
Penulis menyusun Makalah ini dalam rangka memenuhi persyaratan tugas Metodologi pada
program diploma III dibidang keperawatan Akademi Keperawatan Harum Jakarta tahun ajaran
2015-2016.
Dalam menyusun Makalah ini, penulis menyelesaikan makalah dengan bimbingan, pengarahan,
dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya
untuk itu dalam kesempatan ini penulis dengan segala rendah hati mengucapkan terimakasih
kepada.
1. Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd. S.Kep. M.A. Selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum
Jakarta
2. Bapak Ns. Ragil Supriyono, M.Kep. Selaku wali kelas tingkat II
3. Ibu Ns. Ari Susiani, M.Kep. Selaku dosen mata ajar Metodologi
4. Rekan-rekan semua angkatan ke XVI Akademi Keperawatan Harum Jakarta
Semoga jasa dan budi baik orang-orang yang telah membantu penulis dibalas oleh Tuhan Yang
Maha Esa.
Segala kemampuan dan upaya yang telah penulis lakukan semaksimal mungkin penulis akan
lebih maksimal lagi dalam menyusun makalah sehingga kelompok dengan senang hati menerima
segala bentuk saran dan kritik yang bersifat membangun demi peningkatan laporan kasus ini.
Kami berharap agar laporan kasus ini bermanfaat bagi menua para pembaca pada umunya dan
tenaga keperawatan pada khususnya.
Jakarta, 04 Desember 2015
Siti Mulyati
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah keadaan dimana terjadi penonjolan atau perubahan
tempat/bentuk pada nucleus pulposus dalam disku intervertebralis. (Tarwoto, Wartonah, Eros
Siti Suryati, 2007). Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus HNP antara lain kelemahan
motorik, hilangnya sensori, gangguan fungsi seksual, inkontinensia bowel dan bladder.
Berdasarkan catatan medikal record Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta angka kejadian
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dari bulan desember sampai dengan bulan juni 2012 adalah 9
jiwa (0,42%) dari jumlah total 2137 jiwa yang pernah dirawat di ruang perawatan bedah. Dengan
rincian jumlah laki-laki lebih sedikit yaitu 1 jiwa (0,047%), dibandingkan perempuan yang lebih
banyak dengan jumlah 8 jiwa (0,37%).
Untuk mencegah komplikasi diatas peran dan fungsi perawat sangatlah penting dalam hal
memperbaiki derajat kesehatan khususnya mengatasi masalah penyakit HNP dan komplikasi
yang ditimbulkan terutama dalam hal pelaksanaan asuhan keperawatan meliputi aspek promotif,
preventif, rehabilitatif untuk mencegah komplikasi serta mempercepat proses pemulihan.

Berdasarkan hal tersebut di atas penulis tertarik memilih judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. A
dengan HNP di ruang bedah Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta”.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
dengan menggunakan proses keperawatan melalui metode pemecahan masalah.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan HNP (Hernia Nucleus Pulposus)
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pasien dengan HNP
c. Mampu merencanakan Asuhan Keperawatan pasien dengan HNP
d. Mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan HNP
e. Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dengan kasus
f. Mampu mengidentifikasi factor-factor pendukung, penghambat serta mencari solusi/alternative
pemecahan masalah.
g. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan Asuhan Keperawatan pada klien dengan HNP

C. RUANG LINGKUP
Dalam laporan ini, penulis membatasi pada asuhan keperawatan yang dilakukan kepada Tn. A
dengan hernia nukleus pulposus di ruang bedah

Rumah Sakit Koja Jakarta dari tanggal 01 november sampai dengan 30 november 2015

D. METODE PENULISAN
Metode penulisan karya tulis ilmiah ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan studi kasus
dengan menggunakan penerapan Asuhan Keperawatan serta tehnik pengumpulan data melalui :
1. Studi kepustakaan untuk mendapatkan dasar ilmiah yang berhubungan dengan HNP
2. Studi kasus yaitu pengamatan langsung pada klien Tn. A dalam memberikan asuhan
keperawatan
3. Wawancara, dilakukan pada klien dan keluarga dan pada tim kesehatan lain dalam rangka
mengumpulkan data yang berhubungan dengan keluhan klien
4. Observasi dilakukan guna mendapatkan data secara obyektif dan subyektif
5. Studi dokumentasi : catatan keperawatan dan catatan medis, dan laboratorium

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari:
: Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, Ruang
Lingkup, Sistematika Penulisan
I : Tinjauan Teoritis Bab ini terdiri dari pengertian, Etiologi, Patofisiologi, Penatalaksanaan
Medis, Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan,
Pelaksanaan Keperawatan, dan Evaluasi Keperawatan.

II : Tinjauan Kasus merupakan laporan hasil keperawatan yang dilakukan pada klien dengan Tn. A
dengan menggunakan Diagnosa Keperawatan (Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Pelaksanaan serta Evaluasi Keperawatan)
IV : Penutup terdiri dari Kesimpulan dan saran yang terkait dengan pelaksanaan Asuhan
Keperawatan pada Tn. A

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah keadaan dimana terjadi penonjolan atau perubahan
tempat/bentuk pada nucleus pulposus dalam disku intervertebralis. (Tarwoto, Wartonah, Eros
Siti Suryati, 2007)
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nukleus polposus keluar menonjol untuk
kemudian menekan kearah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. (Arif Muttaqin,
2008)
HNP merupakan penyebab utama nyeri pinggang bawah yang berat, kronik dan berulang
(kambuh). (Marilynn E.Doenges, 2000)
Berdasarkan pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
adalah suatu keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol atau perubahan bentuk dan
kemudian menekan kearah kanalis spinal melalui anulus fibrosis yang robek sehingga
menyebabkan nyeri pinggang yang berat, kronik dan berulang

B. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP antara lain :
1. Aliran darah ke diskus berkurang
2. Berat beban
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit

Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nucleus pulposus (gel)
akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di kanalis vertebralis menekan
radiks.

C. Patofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit
Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Karena adanya gaya
traumatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal
ini terjadi, maka resiko HNP hanya menunggu waktu trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu
dapat diasumsikan seperti gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu terpeleset,
mengangkat benda berat, dan sebagainya.
Herniasi nucleus pulposus dapat mencapat ke korpus tulang belakang di atas atau di bawahnya.
Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Jika terjadi peninggian tekanan pada diskus
intervertebralis secara tiba-tiba dan berlangsung lama makan materi nucleus pulposus akan
menonjol mengisi annulus fibrosus yang rusak. Penonjolan nucleus ke belakang lateral dan
menekan saraf radiks dorsalis (mengandung serat saraf sensorik) yang berjalan dalam kanalis
vertebralis akan meninmbulkan rasa nyeri. Gerakan-gerakan yang merubah posisi tulang
belakang seperti membungkuk, bersin dan batuk akan menambah nyeri. Kerusakan pada diskus
intervertebralis ini dapat disebabkan karena prose degenerative misalnya makin berkurangnya
daya lentur, menurunnya jaringan kolagen, dan menurunnya kandungan air dengan
bertambahnya usia, trauma tulang belang, faktor genetik, operasi tulang belakang, kelainan
postur seperti kifosis, lordosis, karena kelainan tulang belakang lainnya seperti spondilitis, spinal
stenosis.

2. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot
sekitar lesi dan nyeri tekan. Tanda dan gejala juga tergantung pada lokasi yang terkena misalnya
pada daerah lumbal, terjadi nyeri pada daerah pinggang pada satu sisi yang menjalar kearah
tungkai dan kaki, kelemahan otot kaki, parestesia, kebas pada kaki, gangguan eliminasi bowel,
bladder dan seksual mungkin saja dapat terjadi. Nyeri tekan pada daerah herniasi dan pergerakan
tulang belakang berkurang. HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP lateral. HNP sentral akan
menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine, Sedangkan HNP lateral
bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada punggung bawah, ditengah-
tengah area bokong dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki

3. Komplikasi
a. Kelemahan motorik di daerah ekstremitas bawah
b. Hilangnya sensori di daerah ekstremitas bawah
c. Gangguan fungsi seksual
d. Inkontinensia bowel dan bladder

4. Test diagnostik
a. Spinal X-Ray : adanya kerusakan pada kolumna vertebralis
b. Myelografi : menentukan adanya herniasi diskus atau derajat herniasi
c. Cairan Serebrospinalis : menentukan kerusakan saraf dan otot
d. CT Scan : adanya hernia diskus
e. MRI : adanya hernia diskus

D. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Umum
Bedrest dengan tempat tidur datar dan alas keras untuk mengurangi rasa nyeri dan kerusakan
syaraf. Fisioterapi : Mengurangi resiko gangguan immobilisasi, melancarkan peredaran darah.
Traksi : Menstabilkan/ memfiksasi lokasi kerusakan diskus. Perubahan posisi : Mengurangi rasa
nyeri dan resiko dekubitus. Kebutuhan nutrisi.
2. Pengobatan
Analgetik untuk mengurangi nyeri. Relaksi otot : Metaxalone, Methacarbamol, Chlorzazone.
Antiinflamasi : Phanyibutasone. Antianxietas : Diazepam
3. Operasi
Laminektomi : Pengangkatan lamina vertebral dan degenerasi diskus, untuk membesarkan
tekanan pada akar saraf. Lumbal/Cervikal mikrodisrektomi : Pengangkatan diskus yang
mengalami degerasi dengan menggunakan teknik pembedahan mikro. Spinal fusi : menempatkan
tulang baru pada kedua vertebral (bone graf) untuk memfiksasi vertebral.
4. Terapi lain
Kemonukleusis yaitu penyuntikan 2000-4000 unit kimopapain (enzin dari lateks papaya)
kedalam diskus hernia yang sakit. Kimopapain menyebabkan hidrolisis protein, menurunkan
kemampuan mengikat air dalam nucleus pulposus sehingga dapat membebaskan rasa nyeri
radiks saraf.

E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan meliputi Aspek Bio,psiko,sosial dan
spiritual secara kompherensip. Maksud dari pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi
atau data tentang pasien. Data tersebut berasal dari pasien, keluarga pasien dan dari catatan yang
ada. Pengumpulan melalui wawancara, observasi langsung dan melihat secara medis. Data yang
diperlukan mungkin dari klien HNP adalah sebagai berikut :
1. Data dasar, meliputi :
Identitas klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, pekerjaan,
suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosa medis, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga. HNP terjadi pada usia
pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat
barang berat atau mendorong benda berat).
2. Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan fisik umum yang dilakukan, pada keadaan HNP umumnya tidak mengalami
penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, contohnya bradikardi yang
menyebabkan hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya
paraparese.
B1 (Breathing), jika tidak mengganggu system pernafasan biasanya didapatkan pada inspeksi,
ditemukan tidak ada batuk, tidak ada sesak nafas, dan frekuensi pernafasan normal. Palpasi,
taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada frekuensi, terdapat suara resonan pada seluruh
lapang paru. Auskultasi tidak terdengar bunyi nafas tambahan. B2 (Blood), jika tidak ada
gangguan pada system kardiovaskular, biasanya nadi kualitas dan frekuensi nadi normal, tekanan
darah normal, dan nada auskultasi tidak ditemukan bunyi jantung tambahan. B3 (Brain)
pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada system lainnya. Keadaan umum, kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus
lumbal, adanya asimetris, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur paravertebral atau pantat
yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis dan
tungkai selama bergerak. Tingkat kesadaraan biasanya compos metis. Status mental : observasi
penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada
klien yang telah lama menderita HNP biasanya status mental klien mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf kranial : saraf I, biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan fungsi
penciuman tidak ada kelainan. Saraf II, hasil tes ketajaman penglihatan biasanya normal. Saraf
III, IV, dan VI klien biasanya tidak mengalami gangguan mengangkat kelopak mata, pupil
isokor. Saraf V, pada klien HNP umumnya tidak ditemukan paralisis pada otot wajah dan reflex
kornea biasanya tidak ada kelainan. Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris. Saraf VIII, tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi. Saraf IX dan X,
kemampuan menelan baik. Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra
pengecapan normal.
Sistem motorik : kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan
jari lainnya dengan meminta klien melakukan gerak fleksi dan ekstensi lalu menahan gerakan
tersebut. Ditemukan atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan
dan kiri. Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
Sistem sensorik : lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam, dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom yang tergantung sehingga dapat ditentukan pula radiks
yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak
membingungkan klien. Palpasi dilakukan pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang
paling terasa nyeri.
B4 (Bladder), kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan karakteristik, termasuk berat jenis
urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya
perfusi pada ginjal. B5 (Bowel) pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan
nutris yang kurang. Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada
tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini dapat menunjukkan adanya
dehidrasi. B6 (Bone), adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakan badan karena
adanya nyeri, kelemahan, kehilangan sensorik, dan mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat. Inspeksi, kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya
angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatural paravertebral atau bokong yang asimetris,
postur tungkai yang abnormal. Adanya kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan
punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak. Palpasi, ketika meraba kelumna vertebralis, cari
kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau anteroposterior. Palpasi pada daerah yang ringan
rasa nyerinya kearah yang paling terasa nyeri.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan HNP antara lain : rontgen foto
lumbosakral, cairan serebrospinal, EMG, iskografi, Elektroneuromiografi (ENMG), tomografi
scan, MRI, mielografi, pemeriksaan laboratorium.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah
distribusi ujung saraf
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, terapi pembatasan gerak
3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan bedrest, pembatasan terapi, pembatasan
gerak
4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan
dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai

G. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah
distribusi ujung saraf
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3 x 24 jam, diharapkan nyeri berkurang
atau dapat diadaptasi oleh klien.
Intervensi :
a. Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4
b. Bantu klien dalam identifikasi factor pencetus
c. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non-invasive
d. Ajarkan relaksasi : teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat
menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatan relaksasi masase.
e. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman misalnya
saat klien tidur, sanggah punggung klien dengan bantal kecil
f. Observasi tingkat nyeri dan respons motorik klien 30 menit setelah pemberian obat analgesic
untuk mengkaji efektivitasnya. Setiap 1-2 jam setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari.
g. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgesik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, terapi pembatasan gerak
Tujuan : klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil : klien mengatakan tidak ada kelemahan otot, ROM maksimal, atropi tidak
terjadi, meningkatnya aktifitas fisik.
Intervensi :
a. Kaji keadaan motorik, sensorik, reflex
b. Pertahankan bedrest dan posisi yang tepat
c. Lakukan ROM pasif dan aktif
d. Hindari hal-hal yang dapat meningkatkan nyeri seperti batuk, bersin, gerakan-gerakan
peregangan
e. Monitor tanda dan gejala komplikasi imobilisasi
f. Lakukan pesiapan operasi sesuai program
3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan bedrest, pembatasan gerak
Tujuan : klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil : klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka, mengetahui penyebab dan
cara pencegahan luka, tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka, kulit kering.
Intervensi :
a. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi jika mungkin
b. Ubah posisi tiap 2 jam
c. Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol
d. Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah
posisi
e. Bersihkan dan keringkan kulit. Jagalah linen tetap kering
f. Observasi adanya eritema dan kepucatan dan palpasi adanya kehangatan dan pelunakan jaringan
tiap mengubah posisi
g. Jaga kebersihan kulit dan hindari trauma dan panas terhadap kulit
4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan
dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapakan klien mampu
melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil : klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,
bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi :
a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik
b. Ubah posisi klien tiap 2 jam
c. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit
d. Lakukan gerak aktif pasif pada ekstremitas yang sakit
e. Inspeksi kulit bagian distal setiap hari. Pantau adanya iritasi, kemerahan, atau luka pada kulit
dan membrane mukosa
f. Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi
g. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

H. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang
dilakukan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap klien
berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien
efektif, tehnik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan
kepada klien.
Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu independent, dependent,
dan interpendent, tindakan keperawatan secara independent adalah suatu tindakan yang
dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya
dependent adalah tindakan yang sehubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis.
Interdependent adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan
suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter,
keterampilan yang harus di punyai perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu
kognitif, dan sikap psikomotor.
Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien khususnya klien dengan HNP yang harus
diperhatikan adalah penanganan terhadap nyeri dengan melakukan observasi tanda dan gejala
pada Hernia Nukleus Pulposus, mengobservasi keluhan nyeri pada pergerakan serta melakukan
tindakan dengan pemberian obat analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.

I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai, kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah diatasi, masalah
teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah yang baru. Evaluasi yang
dilakukan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan keperawatan
secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.
Adapun keberhasilan pada klien dengan Hernia Nukleus Pulposus adalah klien mampu
melaksanakan aktivitas seperti biasa dengan sendiri dan tidak merasakan nyeri pada pinggang
dan daerah ekstremitas bawah. Evaluasi pada klien dengan Hernia Nukleus Pulposus yang
biasanya terjadi adalah nyeri teratasi, meningkatnya aktivitas fisik, dan klien mampu
mempertahankan keutuhan kulit akibat Hernia Nukleus Pulposus.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
Pada bab ini penulis akan menyajikan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Diagnosis
medis “HNP (Hernia Nukleus Pulposus)” diruang perawatan bedah Rumah Sakit Umum Daerah
Koja, Jakarta Utara yang dilaksanakan pada tanggal 01 november - 30 november 2015.
Nama klien Tn. A jenis kelamin laki-laki, usia 55 tahun, status perkawinan klien sudah kawin,
agama islam suku bangsa betawi pendidikan terakhir SMP, bahas yang digunakan bahasa betawi
pekerjaan petani, alamat jalan sungai tiram no. 34, Jakarta Utara, sumber biaya BPJS, sumber
informasi dari klien dan keluarga.
Riwayat kesehatan sekarang, keluhan utama nyeri didaerah pinggang kiri sampai kaki,
kronologis keluhan : factor pencetus jatuh dari motor, timbulnya keluhan secara mendadak,
upaya mengatasi berobat ke puskesmas terdekat. Riwayat kesehatan masalalu, riwayat penyakit
sebelumnya klien sudah pernah dirawat dengan penyakit yang sama

Genogram
55
Tahun

Keterangan

: laki-laki
: perempuan
-------- : tinggal serumah
X : meninggal

: keturunan
: menikah

: klien

Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko, klien
mengatakan tidak ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit yang menjadi factor
resiko. Riwayat psikososial dan spiritual, orang yang terdekat dengan klien adalah istri dan anak,
interaksi dalam keluarga, pola komunikasi klien baik yang membuat keputusan dalam keluarga
adalah suami (Tn. A), kegiatan kemasyarakatan yang diikuti oleh klien adalah pengajian.
Dampak penyakit klien terhadap keluarga : keluarga mengatakan cemas dengan kondisi yang
diderita klien dan masalah yang mempengaruhi klien, klien mengatakan penyakit yang
dideritanya, mekanisme koping terhadap stress yang dilakukan klien adalah memecahkan
masalah dengan minum obat. Persepsi klien terhadap penyakitnya, hal yang sangat dipikirkan
saat ini, klien mengatakan ingin cepat pulang, harapan setelah menjalani perawatan, klien
mengatakan cepat sembuh dan beraktifitas seperti biasanya, perubahan yang dirasakan setelah
jatuh sakit, klien mengatakan tidak bisa beraktifitas seperti biasa. Sistem nilai kepercayaan yang
bertentangan dengan kesehatan klien tidak ada menganut nilai-nilai yang bertentangan dengan
kesehatan, aktifitas Agama/Kepercayaan yang dilakukan adalah sholat dan pengajian, kondisi
lingkungan rumah klien bersih klien mengatakan rumahnya berada di dalam gang dan tidak
mempengaruhi kesehatan klien saat ini.
Pola kebiasaan sebelum sakit : pola nutris, frekuensi makan klien 3 kali sehari, nafsu makan
klien baik tidak ada mual dan muntah, porsi makan yang dihabiskan klien adalah satu porsi, tidak
ada makanan yang tidak disukai oleh klien dan tidak ada makanan yang membuat klien alergi,
dan tidak ada makanan pantangan apapun makanan diet, dan klien tidak menggunakan obat-
obatan sebelum makan dan klien tidak menggunakan alat bantu makan seperti NGT . Pola
eliminasi, frekuensi BAK 6 kali sehari warna kuning jernih, tidak ada keluhan dan klien tidak
menggunakan alat bantu seperti kateter. Pola BAB : frekuensi BAB klien 1 kali sehari waktu
pagi hari dengan warna feses coklat muda dengan konsistensi setengah padat dan tidak ada
keluhan dalam BAB dan tidak menggunakan laxative. Pola personal hygine : frekuensi mandi
klien 2 kali sehari dengan waktu pagi dan sore hari, klien oral hygine 1 kali sehari dengan waktu
pagi hari, dan klien cuci rambut 3 kali dalam seminggu. Pola istirahat dan tidur klien klien tidur
siang 2 jam dan tidur malam 8 jam dan kebiasaan sebelum tidur klien berdoa. Pola aktifitas dan
latihan : waktu bekerja klien siang hari, klien berolah raga, jenis olah raga klien jalan pagi,
frekuensi olah raga klien setiap pagi hari dan tidak ada keluhan dalam beraktifitas, tidak ada
kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan klien seperti merokok dan minum minuman keras.
Pola kebiasaan dirumah sakit : Pola nutrisi klien, frekuensi makan klien 3 kali sehari nafsu
makan klien baik tidak ada mual dan muntah, porsi makan klien yang dihabiskan adalah 1 porsi
makanan yang disediakan dirumah sakit, tidak ada makanan yang tidak disukai, dan tidak ada
makanan pantangan apapun, tidak ada makanan yang membuat alergi, klien tidak menggunakan
obat-obatan sebelum makan dan klien tidak menggunakan alat bantu makan seperti NGT. Pola
eliminai klien : klien BAK 7 kali sehari dengan warna kuning jernih klien tidak mengalami
keluhan dalam BAK dan klien tidak menggunakan alat bantu seperti kateter, klien belum pernah
BAB selama masuk ke rumah sakit. Pola personal hygine klien, frekuensi mandi klien 1 kali
sehari, oral hygine 1 kali sehari dengan frekuensi dengan waktu pagi hari, klien belum pernah
cuci rambut selama dirumah sakit. Pola istirahat dan tidur : klien tidur siang 1 jam, tidur malam 6
jam kebiasaan klien sebelum tidur klien berdoa. Pola aktifitas dan olahraga klien : klien tidak
berolahraga dan waktu bekerja klien, klien tidak bekerja karena klien dirumah sakit, Kebiasaan
klien yang mempengaruhi kesehatan klien, klien tidak merokok dan minum-minuman keras.
Pemeriksaan fisik umum berat badan klien 69 kg, berat badan sebelum sakit 70 kg, tinggi badan
klien 160 cm, keadaan umum klien sedang, klien tidak mengalami pembesaran kelenjar getah
bening.
Sistem penglihatan : posis mata klien simetri kelopak mata klien normal pergerakan bola mata
klien normal kanan kiri konjungtiva klien merah muda kornea normal sclera anikterik, pupil
klien isokor tidak ada kelainan pada otot-otot bola mata klien, fungsi penglihatan klien normal
tidak ada tanda-tanda radang dan klien tidak memakai kaca mata maupun lensa kontak, reaksi
terhadap cahay +/+.
Sistem pendengaran : daun telinga klien normal kanan kiri karakteristik serumen klien dengan
konsistensi setengah padat kondisi telinga tengah klien normal tidak ada cairan dari telinga klien,
tidak ada perasaan penuh ditelinga klien fungsi pendengaran klien normal kanan kiri dan klien
tidak memakai alat bantu pendengaran. Sistem wicara klien tidak ada kelainan (aphasia, dysatria,
aphoni, dysphasia, anarthia)
Sistem pernafasan : jalan nafas klien bersih pernafasan klien 20 kali permenit, klien tidak
sesak, klien tidak menggunakan otot-otot bantu pernafasan, irama nafas klien teratur, jenis
pernafasan klien spontan dan dalam, klien tidak batuk dan tidak terdapat sputum, klien tidak
nyeri pada saat bernafas, klien tidak menggunakan alat-alat bantu pernafasn.
Sistem kardiovaskuler : sirkulasi perifer normal 80 x/menit, irama teratur, TD : 150/90 mmHg,
tidak ada distensi vena jugularis kanan kiri, temperature kulit klien hangat, warna kulit klien
kemerahan, pengisian kapiler 2 detik, dan tidak edema denyut nadi apical 80 kali permenit, bunyi
teratur tidak ada kelainan bunyi jantung dan klien tidak sakit dada.
Sistem hematologi : klien tidak mengalami gangguan hematologi klien tidak pucat, tidak ada
perdarahan
Sistem saraf pusat : tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos metis GCS 15
(E=4, M=6, S=5), tidak ada tanda peningkatan TIK, klien tidak mengalami gangguan sistem
persyarafan , reflek fisiologis normal dan patologis normal.
Sistem pencernaan : keadaan mulut klien baik tidak ada caries, tidak menggunakan gigi palsu,
tidak ada stomatitis, lidah klien bersih, saliva klien normal, klien tidak muntah, klien mengatakan
nyeri di daerah perut sebelah kiri, bising usus klien 8 x permenit, klien tidak diare maupun
konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek.
Sistem endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak bau keton dan tidak ada
luka ganggren.
Sistem urogenital : balance cairan/24 jam, intake 2800 cc (minum= 1000 cc, makan= 300
cc, infuse= 1500 cc/24 jam) output 2300 cc (BAK + 2000 CC, IWL= 300 cc) warna BAK klien
kuning jernih, klien tidak mengalami ketegangan kandung kemih maupun sakit pinggang.
Sistem integumen : turgor kulit klien elastis temperature kulit klien hangat warna kulit klien
kemerahan keadaan kulit klien baik, kondisi kulit daerah pemasangan infus bersih tidak ada
tanda-tanda infeksi, cairan infus klien menetes dengan lancar tidak ada kelainan pada kulit klien.
Sistem muskuloskeletal : klien mengalami kesulitan dalam pergerakan, klien mengalami
sakit pada tulang dan sendi, klien pernah mengalami fraktur pada lumbal 3- lumbal 5

Kekuatan otot
Kanan Kiri

5555 5555
5555 3333

Data penunjang : pada tanggal 01 november 2015 di dapatkan hasil laboratorium hemoglobin
12,8 g/dl, (normal 13,5 – 17,5 g/dl), lekosit 8.200/ul, (normal 4.100 – 10.900/ul), hematokrit
39% (normal 41-53%), eritrosit 4,51 (normal 4,5-5,1) pemeriksaan radiologi pada tanggal 29
oktober 2015, hasil adanya massa di daerah lumal 3 – lumbal 5.
Penatalaksanaan : obat injeksi : Ceftriaxone 2 x 1 mg, Pantoprazol 3 x 1 mg, Vit K 2 x 1 ampul,
Ketorolac 2 x 1 ampul, IVFD RL 20 tetes/menit. Terapi diet Nasi biasa.
Resume
Tn. A (55 tahun) masuk rumah sakit pada tanggal 28 oktober 2015 kiriman dari dokter, dengan
diagnosa Hernia Nukleus Pulposus (HNP), dengan keluhan nyeri di daerah pinggang sampai
kaki, dan ada benjolan di bagian punggung bawah. Kesadaran compos metis, kemudian
dilakukan pemeriksaan fisik dengan hasil tanda-tanda vital : TD : 130/80 mmHg, S : 36°C, N :
80 x/menit, RR : 20 x/menit, keadaan umum klien sedang, nafsu makan baik. Masalah
keperawatan yang muncul cemas berhubungan dengan prosedur operasi. Klien mendapatkan
terapi socef 2 x 1gr, vitamin K 2 x 1 ampul, Vitamin C 3 x 1 ampul, Transamin 3 x1 ampul,
IVFD RL 20 tetes/menit dan mendapat diet nasi biasa dari ahli gizi.
Data Fokus :
Data subjektif
Klien mengatakan nyeri di daerah pinggang kiri sampai kaki, klien mengatakan nyeri datang
tiba-tiba, klien mengatakan nyerinya seperti di tusuk-tusuk, klien mengatakan pernah jatuh dari
motor, klien mengatakan tidak bisa beraktifitas, klien mengatakan nyeri saat berjalan atau duduk,
klien mengatakan belum pernah operasi, klien mengatakan cemas menghadapi operasi, klien
mengatakan keluarga cemas dengan keadaannya sekarang, klien mengatakan susah menggerakan
kaki bagian kiri, klien mengatakan nafsu makan baik, klien mengatakan susah dalam bergerak.
Data objektif
Klien tampak meringis kesakitan, tampak ada benjolan di bagian belakang pinggang klien, klien
tampak susah bergerak, muka klien tampak menahan nyeri, skala nyeri klien 7, klien tampak
gelisah, klien tampak cemas menghadapi operasi, klien tampak dibantu dalam BAK, keluarga
klien tampak cemas dengan klien, keadaan umum klien sedang, kesadaran klien compos metis,
TTV klien TD 150/90 mmHg, suhu 36°C , nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit, klien tampak
terpasang infuse RL 20 tetes/menit, hasil lab tanggal 01 november 2015 hemoglobin 12,8 ,
leukosit 8.200 ul, hematokrit 39, eritrosit 4,31.
Analisa Data
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. Data Subjektif : Gangguan rasa Kompresi
klien mengatakan nyeri dibagian nyaman nyer saraf/spasme otot
pinggang kiri sampai kaki
Klien mengatakan nyeri timbul tiba-tiba
Klien mengatakan nyerinya seperti
ditusuk-tusuk
Klien mengatakan pernah jatuh dari
motor
Data Objektif :
Klien tampak meringis kesakitan
Tampak ada benjolan di bagian
pinggang belakang klien
Muka klien tampak menahan rasa nyeri
Skala nyeri klien 7
2. Data Subjektif : Perubahan Nyeri dan
Klien mengatakan tidak bisa beraktifitas mobilitas fisik ketidaknyamanan
Klien mengatakan nyeri timbul saat spasme otot
berjalan atau duduk
Klien mengatakan susah menggerakan
kaki bagian kiri
Klien mengatakan susah dalam bergerak
Data Objektif :
Klien tampak susah dalam beraktifitas
Klien tampak dibantu dalam BAK
Keadaan umu klien sedang
Kesadaran klien compos metis
TTV : TD 150/90 mmHg, suhu : 36°C,
nadi : 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit.
3. Data subjektif : Ansietas pada Prosedur operasi
Klien mengatakan belum pernah operasi klien dan
Klien mengatakan cemas menghadapi keluarga
operasi
Klien mengatakan keluarganya cemas
dengan keadaannya sekarang
Data objektif :
Klien tampak gelisah
Klien tampak cemas
Keluarga klien tampak cemas dengan
keadaan klien

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi saraf/spasme otot
2. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan spasme otot
3. Ansietas/cemas berhubungan dengan prosedur operasi

C. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi


1. Diagnosa keperawatan 1
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi saraf. spasme otot, ditandai dengan
:
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan rasa
nyeri dapat berkurang.
Kriteria hasil :
Nyeri berkurang, TTV dalam batas normal TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 18-20
x/menit, S : 36°C, klien dapat tidur seperti biasanya, klien dapat beristirahat dengan baik.
Intervensi :
a. Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, factor pencetus
b. Pertahankan tirah baring sebelum fase akut, letakkan pasien pada posisi semi fowler dengan
tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi
c. Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
d. Ajarkan klien untuk tehnik relaksasi
e. Kaji tanda-tanda vital klien
f. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik (ketorolac)
Implementasi :
Tanggal : 01 november 2015
Jam 10.00 wib, mengobservasi tanda-tanda vital TD : 150/90 mmHg, S : 36°C, N : 80 x/menit,
RR : 20 x/menit, jam 10.10 wib mengkaji karakteristik nyeri, skala, durasi dan frekuensi nyeri
skala nyeri 7, di daerah pinggang sampai kaki kiri, 10.30 wib, mengajarkan teknik relaksasi
(tarik napas dalam) klien mau mengikuti perawat dengan menarik napas dalam bila nyeri
muncul, 11.00 wib menganjurkan klien tirah baring dengan keadaan pinggang dan lutut dalam
keadaan fleksi selama nyeri muncul, klien tampak terbaring di tempat tidur.
Implementasi :
Tanggal : 02 november 2015
Jam 10.00 wib, Mengkaji karakteristik nyeri, skala, lokasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala
nyeri 7, nyeri di daerah pinggang kiri sampai kaki, jam 10.05 menganjurkan klien tirah baring
selama nyeri muncul klien mengatakan akan istirahat jika nyeri muncul klien mengatakan akan
istirahat jika nyeri muncul, jam 10.30 mengajarkan teknik relaksasi (tarik nafas dalam) klien
mengikuti anjurkan perawat dengan menarik napas dalam, jam 11.55 wib mengobservasi
kesadaran klien, kesadaran compos metis, 12.00 wib memberikan obat analgetik (injeksi), klien
diberikan obat analgetik : ketorolac 1 ampul
Implementasi :
Tanggal : 03 november 2015
Jam 10.00 wib mengobservasi tanda-tanda vital tekanan darah : 130/80 mmHg, suhu : 36°C,
pernapasan : 20 x/menit, nadi : 80 x/menit, jam 10.10 wib mengkaji karakteristik nyeri, skala,
lokasi klien mengatakan neri seperti ditusuk-tusuk, nyeri di daerah pinggang kiri sampai kaki,
skala nyeri 7. Jam 10.30 wib, menganjurkan klien tirah baring selama nyeri muncul, klien
tampak sedang terbaring di tempat tidur nya, jam 11.00 wib, menganjurkan klien membatasi
aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan, klien mengikuti instruksi dari perawat.
Evaluasi :
Tanggal 01 november 2015
Subjektif
Klien mengatakan nyeri di daerah pinggang kiri sampai kaki, klien mengatakan nyeri seperti di
tusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri timbul tba-tiba.
Objektif
Tanda-tanda vital : TD : 150/90 mmHg, suhu : 36°C, pernapasan : 20 x/menit, nadi : 80 x/menit,
klien tampak meringis menahan kesakitan, skala nyeri klien 7.
Analisa : tujuan belum teratasi masalah gangguan rasa nyaman belum teratasi
Perencanaan : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5 dan 6
Tanggal 02 november 2015
Subjektif
Klien mengatakan masih nyeri di daerah pinggang kiri sampai kaki, klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri timbul mendadak.
Objektif
Klien tampak meringis kesakitan, klien tampak berbaring dengan posisi semi fowler pinggang
dan kaki dalam keadaan fleksi, skala nyeri klien 7 .
Analisa : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5 dan 6
Tanggal 03 november 2015
Subjektif
Klien mengatakan nyerinya masih sama, klien mengatakan ada benjolan di daerah punggung
bawah.

Objektif
Ekspresi wajah klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 6.
Analisa : masalah gangguan rasa nyaman: nyeri belum teratasi
Perencanaan : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5 dan 6
2. Diagnosa keperawatan II
Imobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan spasme otot ditandai dengan :
Data subjektif
Klien mengatakan tidak bisa beraktifitas, klien mengatakan nyeri timbul saat berjalan atau
duduk, klien mengatakan susah menggerakan kaki bagian kiri, klien mengatakan susah dalam
bergerak
Data objektif
Klien tampak susah dalam beraktifitas, klien tampak dibantu dalam BAK, keadaan umum klien
sedang, kesadaran klien compos metis, TTV : TD 150/90 mmHg, suhu : 36°C, pernapasan : 20
x/menit, nadi : 80 x/menit.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan imobilisasi fisik
dapat teratasi
Kriteria Hasil :
Klien menunjukan tindakan keperawatan untuk meningkatkan mobilisasi, tidak terjadi kontraktur
sendi, bertahannya kekuatan otot.

Intervensi :
a. Berikan tindakan pengaman sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik
b. Catat respon-respon emosi/perilaku pada imobilisasi
c. Berikan aktivitas yang sesuai dengan klien
d. Ubah posisi klien tiap 2 jam
e. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada eksteritas yang tidak sakit
f. Ajarkan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
g. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Pelaksanaan
Tanggal 01 november 2015
Pukul 10.00 wib mengubah posisi klien, klien sudah diberikan posisi semi fowler dengan
pinggang dan kaki dalam posisi fleksi, mengajarkan klien untuk melakukan latihan aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit, klien tampak melakukan gerak-gerak kecil pada daerah ekstremitas
yang tidak sakit, menganjurkan gerakan pasif pada ekstremitas yang sakit, klien mengatakan
akan melakukannya.
Tanggal 02 november 2015
Pukul 09.30 wib mengkaji keadaan umum klien, keadaan klien sedang, menganjurkan klien
untuk menggerakkan daerah ekstremitas yang tidak sakit, klien mengatakan akan melakukannya,
pukul 13,15 wib mengubah posisi klien, posisi klien sudah diubah dengan memberikan posisi
miring kanan.
Tanggal 03 november 2015
Pukul 09.00 wib mengajarkan klien room aktif dan room pasif, klien sudah diajari room aktif dan
room pasif, pukul 09.15 wib menganjurkan klien untuk mobilisasi secara bertahap, klien berlatih
untuk berjalan sendiri, pukul 11.00 wib menganjurkan klien untuk menggerak-gerakan kakinya
mulai dari yang tidak sakit, klien mengatakan akan melakukannya.

Evaluasi :
Tanggal 01 november 2015
Subjektif
Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas, klien mengatakan nyeri timbul saat berjalan atau
duduk, klien mengatakan dibantu saat BAK.
Objektif
Klien tampak susah dalam beraktivitas, klien tampak berbaring di tempat tidur, keadaan umum
klien sedang, kesadaran compos metis, klien tampak dibantu saat BAK.
Analisa : tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
Perencanaan : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6 dan 7
Tanggal 02 november 2015
Subjektif
Klien mengatakan belum bisa berjalan ke kamar mandi, klien mengatakan susah menggerakan
kaki bagian kiri, klien mengatakan nyeri saat duduk
Objektif
Klien tampak berbaring dengan posisi semi fowler dengan pinggang dan kaki dalam posisi fleksi,
klien tampak bisa miring kanan dan kiri dengan bantuan keluarga.
Analisa : tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
Perencanaan : lanjutkan intervensi no 1,2,3,4,5,6 dan 7
Tanggal 03 november 2015

Subjektif
Klien mengatakan hanya bisa di tempat tidur saja, klien mengatakan tidak bisa beraktivitas, klien
mengatakan bisa duduk sendiri, klien mengatakan di bantu sama keluarga saat ke kamar mandi.
Objektif
Klien masih tampak berbaring ditempat tidur, klien tampak di bantu sama keluarga dalam
beraktivitas, klien tampak bisa miring kanan dan kiri.
Analisa : tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
Perencanaan : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6 dan 7
3. Diagnosa keperawatan III
Ansietas/cemas berhubungan dengan prosedur operasi ditandai dengan :
Data subjektif
Klien mengatakan belum pernah operasi, klien mengatakan cemas menghadapai operasi, klien
mengatakan keluarganya cemas dengan keadaannya sekarang
Data objektif
Klien tampak gelisah, klien tampak cemas, keluarga klien tampak cemas dengan keadaan klien
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapak ansietas/cemas
dapat teratasi
Kriteria hasil : klien tampak rileks, ansietas berkurang/hilang, klien mampu mengungkapkan
ketakutan/cemasnya.
Intervensi
a. Kaji tingkat ansietas klien, tentukan bagaimana klien menangani masalahnya dimasa lalu
b. Berikan informasi yang akurat dan jawab ddengan jujur
c. Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya
d. Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi gerak untuk mempertahankan harapan
klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
e. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia yang dapat membantu
klien
f. Berikan support sistem (perawat,keluarga)
Implementasi
Tanggal 01 november 2015
Pukul 09.30 wib mengkaji tingkat ansietas klien, klien mengatakan sedikit cemas menghadapi
operasi, 10.00 wib memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapan masalah yang
mempengaruhinya, memberikan support sistem kepada klien, klien tampak tenang.
Tanggal 02 november 2015
Pukul 10.00 wib mengkaji tanda-tanda vital klien, tekanan darah : 140/80 mmHg, suhu : 36°C,
pernapasan : 20 x/menit, nadi : 80 x/menit, pukul 10.30 wib mengkaji tingkat ansietas klien,
klien mengatakan masih sedikit takut menghadapi operasi.
Tanggal 03 november 2015
Pukul 10.30 wib memberikan informasi kepada klien tentang prosedur operasi, klien tampak
mengerti apa yang dijelaskan sama perawat, pukul 13.00 wib mengkaji tingkat ansietas klien,
klien mengatakan rasa takut sedikit berkurang.
Evaluasi
Tanggal 01 november 2015

Subjektif
Klien mengatakan cemas menghadapi operasi, klien mengatakan belum pernah operasi, klien
mengatakan keluarga cemas dengan keadaannya sekarang
Objektif
Klien tampak cemas, klien tampak gelisah, keluarga tampak cemas dengan keadaan klien
Analisa : tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
Perencanaan : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5 dan 6

Tanggal 02 november 2015


Subjektif
Klien mengatakan operasinya ditunda, klien mengatakan takut menghadapi operasi
Objektif
Klien tampak cemas, klien tampak tenang setelah diberikan dukungan
Analisa : masalah belum teratasi
Perencanaan : lanjutkan intervensi

Tanggal 03 november 2015


Subjektif
Klien mengatakan cemas sedikit berkurang
Objektif
Klien tampak tenang/rileks
Analisa : tujuan tercapai sebagian, masalah teratasi sebagian
Perencanaan : lanjutkan intervensi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian pada tanggal 01 november 2015 pada teori dan kasus tidak didapatkan kesenjangan
karena penyebab HNP adalah adanya trauma pada daerah lumbal. Hasil pengkajian pada klien
dengan HNP yaitu adanya trauma/fraktur di daerah lumbal 3 – lumbal 5. Pada tanda dan gejala
penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yaitu tanda dan gejala pada HNP
adalah rasa nyeri dipunggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan.
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan HNP adalah
sebagai berikut : Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervertebralis,
tekanan di daerah distribusi ujung saraf. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,
terapi pembatasan gerak. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan bedrest,
pembatasan terapi, pembatasan gerak. Apabila di bandingkan dengan tinjauan kasus, maka tidak
semua diagnosa di teori tersebut di temukan pada klien, sedangkan diagnosa keperawatan yang
penulis temukan dalam kasus adalah : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
kompresi saraf/spasme otot. Perubahan mobilitas fisisk berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan spasme otot. Ansietas/cemas berhubungan dengan prosedur operasi Adapun
diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori namun tidak di temukan pada klien adalah Resiko
gangguan integritas kulit berhubungan dengan bedrest, pembatasan terapi, pembatasan gerak.
B. Saran
Diharapkan dapat melaksanakan tehnik komunikasi terapeutik agar kualitas pengumpulan data
dapat lebih baik sehingga dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges . M . E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi. 3. Jakarta : EGC
Tarwoto, dkk (2007). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Saraf. Jakarta : Sagung Seto
Muttaqin, Arif. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : salemba medika
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : salemba medika

Você também pode gostar