Você está na página 1de 61

Daftar isi [sembunyikan]

1 Deskripsi

1.1 Keragaman

1.2 Segmentasi

2 Klasifikasi

3 Referensi

3.1 Bibliografi

4 Pranala luar

Deskripsi[sunting | sunting sumber]

Artropoda adalah avertebrata dengan tubuh bersegmen dan kaki berbuku-buku.[3] Anggota-anggota
tubuh membentuk suatu eksooskeleton, yang utamanya terdiri atas kitin α, salah satu turunan dari
glukosa.[4] Kutikula krustasea juga mengalami biomineralisasi dengan kalsium karbonat.

Suatu kelompok hewan lain, tetrapoda, memiliki anggota tubuh berbuku-buku, tetapi tetrapoda
adalah vertebrata dan karenanya memiliki endoskeleton.[5]

Keragaman[sunting | sunting sumber]

Estimasi jumlah spesies artropoda bervariasi antara 1.170.000 dan 5 hingga 10 juta serta meliputi
lebih dari 80% seluruh spesies hewan yang diketahui masih hidup saat ini.[6][7] Jumlah spesiesnya
masih sulit ditentukan karena penghitungannya berdasarkan model asumsi yang diproyeksikan ke
wilayah-wilayah lain dari dari penghitungan di lokasi-lokasi tertentu diterapkan dengan skala ke
seluruh dunia. Sebuah studi tahun 1992 mengestimasikan bahwa ada 500.000 spesies hewan dan
tumbuhan hanya di Kosta Rika, dan 365.000 di antaranya adalah artropoda.[8]

Mereka adalah anggota penting dari ekosistem laut, air tawar, daratan, dan udara, dan merupakan
salah satu dari hanya dua kelompok hewan besar yang telah beradaptasi untuk hidup dalam
lingkungan kering. Kelompok lainnya adalah amniota yang anggota-anggotanya adalah reptil,
burung, dan mamalia.[9] Salah satu anggota kelompok artropoda, serangga, adalah kelompok yang
paling banyak spesies di antara semua kelompok ekologis di lingkungan darat dan air tawar.[8]
Spesies paling ringan memiliki berat kurang dari 25 mikrogram (satu per satu juta gram),[10]
sementara yang paling berat memiliki berat lebih dari 70 gram (2.5 oz).[11] Beberapa krustasea yang
hidup saat ini berukuran jauh lebih besar, sebagai contoh, kaki kepiting laba-laba jepang dapat
mencapai 4 meter (13 ft),[10] dan artropoda yang paling berat saat ini adalah lobster amerika
dengan berat lebih dari 20 kg (44 lbs).

Segmentasi[sunting | sunting sumber]

Kepala_______________________Toraks_______________________Abdomen_________________
______

Segmen dan tagmata artropoda[9]

Embrio semua artropoda bersegmen, terdiri atas serangkaian modul yang berulang. Nenek moyang
terakhir dari artropoda mungkin memiliki tubuh yang terdiri atas serangkaian segmen yang belum
terdiferensiasi, masing-masing dengan sepasang embelan yang berfungsi sebagai anggota tubuh.
Tetapi, semua artropoda, baik yang masih hidup maupun yang telah punah, memiliki segmen-
segmen yang terkelompok-kelompok menjadi tagmata tempat segmen dan anggota tubuhnya
terspesialisasi dalam berbagai cara.[9] Hasil pengelompokan itu adalah banyak tubuh serangga yang
terlihat terdiri atas tiga bagian dan tubuh laba-laba terdiri atas dua bagian.[12] Faktanya tidak ada
tanda-tanda segmentasi pada tubuh tungau.[9] Artropoda juga memiliki dua elemen tubuh yang
bukan merupakan bagian dari rangkaian segmen berulang ini, sebuah akron di depan mulut dan
sebuah telson di belakang anus. Mata menempel pada akron.[9]

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Artropoda umumnya diklasifikasikan dalam lima upafilum, yang salah satunya telah punah:[13]

Trilobitomorpha adalah upafilum yang terdiri atas banyak spesies laut yang telah punah.

Chelicerata meliputi laba-laba, tungau, kalajengking, dan organisme lain yang terkait. Karakteristik
mereka adalah memiliki kalisera, yaitu tambahan di atas/di depan mulut. Kalisera pada kalajengking
tampak seperti cakar kecil yang digunakan untuk makan, tetapi kalisera pada laba-laba telah
berkembang menjadi taring yang menyuntikkan racun.

Myriapoda meliputi kaki seribu, lipan, dan kerabatnya. Mereka memiliki banyak segmen tubuh,
setiap segmen memiliki satu atau dua pasang kaki. Mereka kadang-kadang dikelompokkan dengan
hexapoda.

Krustasea umumnya adalah hewan air (kecuali kutu kayu) dan karakteristiknya adalah memiliki
tambahan biramous. Termasuk dalam Crustacea adalah lobster, kepiting, teritip, udang, dan banyak
lainnya.

Hexapoda meliputi serangga dan tiga ordo kecil hewan mirip serangga dengan enam kaki toraks.
Mereka kadang-kadang dikelompokkan dengan myriapoda, dalam sebuah kelompok yang
dinamakan Uniramia, meskipun bukti genetik lebih cenderung mendukung pengelompokan yang
lebih dekat antara hexapoda dan crustace.

Artropoda dalam dunia hewan merupakan filum yang terbesar di dunia. Empat dari lima bagian
spesies hewan adalah arthropoda, dengan jumlah di atas satu juta spesies modern yang ditemukan
dan rekor fosil yang mencapai awal Cambrian. Jumlah spesiesnya yaitu sekitar 900.000 spesies
dengan beragam variasi. Jumlah ini kira-kira 80% dari spesies hewan yang diketahui sekarang.
Artropoda dapat hidup di air tawar, laut, tanah, dan praktis semua permukaan bumi dipenuhi oleh
spesies ini. Artropoda dianggap berkerabat dekat dengan Annelida, contohnya adalah Peripetus di
Afrika Selatan.

Artropoda mungkin satu-satunya yang dapat hidup di Antartika dan liang-liang batu terjal di
pegunungan yang tinggi. Semua anggota filum ini mempunyai tubuh beruas-ruas dan kerangka luar
yang tersusun dari kitin. Rongga tubuh utama disebut hemocoel. Hemocoel terdiri dari sejumlah
ruangan kecil yang dipompa oleh jantung. Jantung terletak pada sisi dorsal dari tubuhnya.

22222

Pengendalian Scorpionida Secara Biologi


dan Kimia
Jun 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya, meluasnya, dan timbulnya kembali penyakit-penyakit yang ditularkan oleh arthropoda masih
menjadi masalah yang kita hadapi. Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ; podos =
kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen. Segmen tersebut juga
terdapat pada tubuhnya.
Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata. Arthropoda adalah filum
yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan mirip lainnya.
Arthropoda adalah nama lain hewan berbuku-buku. Hampir dari 90% dari seluruh jenis hewan yang diketahui
orang adalah Arthropoda. Filum Arthropoda sebagian berperan sebagai mangsa dari sejumlah hewan predator
yang terdiri atas arthropoda lain dan spesies bukan arthropoda.

Dari berbagai mcam kelas arthropoda, salah satunya yaitu arachnida. Arachnida adalah turunan dari Subphylum
Chelicerata. Pada saat ini hanya terdiri dari 11 subkelas kurang lebih 65000 spesies, dan dahulu adalah 16
subkelas derta 5 kelas telah menjadi fosil. Salah satu Subkelas yang terpenting dari kelas arachnida adalah
subkelas scorpionida (kalajengking). Scorpionida merupakan serangga malam yang hidup di daerah tropis, dan
pada bagian posterior terdapat alat yang sangat berfungsi sebagai pertahanan diri bila diserang dan mengandung
toksik bersifat hemolotik serta neurotoksik. Toksik ini jarang membunuh tetapi pada anak dibawah umur
prasekolah dapat mematikan karena terjadinya paralisis pernapasan.

Oleh karena itu, perlu dipelajari tentang scorpionida sehingga kita dapat mengetahui segala sesuatu tentang
scorpionida dan mampu mengatasi atau menanggulangi masalah-masalah yang ditimbulkan dari scorpionida
baik dari racun yang dikeluarkannya maupun keberadaannya yang dapat mengganggu kenyamanan lingkungan
baik secara fisik, biologi, maupun kimia.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah yang kami susun adalah:

1. Untuk mengetahui tentang scorpionida,


2. Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan akibat racun scorpionida,
3. Untuk mengetahui pengendalian scorpionida secara biologi dan kimia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Scorpionida / Kalajengking
Kalajengking adalah hewan penyengat yang sangat berbahaya. Hewan ini sudah ada sejak 400 juta tahun lalu.
Diperkirakan ada sekitar 600 spesies yang tersebar di bumi ini.

Kalajengking tergolong artropoda pengganggu kesehatan. Ia menjadi perhatian manusia karena kemampuannya
menimbulkan kesakitan dan ketakutan akan racun yang dikeluarkan ketika menyengat. Kalajengking juga
merupakan komponen penting di dalam suatu ekosistem, dan merupakan satu di antara artropoda terstian tertua.
Fosilnya ditemukan sejak zaman Paleozoik 430 juta tahun yang lalu dengan penanpilan yang serupa dengan
yang ditemukan saat ini.

Kalajengking merupakan artropoda beracun, kerabat labah-labah, tungau, caplak dan lain-lain. Kini diketahui
1400 jenis di seluruh dunia. Kalajengking punya tubuh yang panjang dan ekor beruas yang berujung sebagai
penyengat beracun. Kakinya terdiri atas empat pasang dan sepasang pedipalpi dengan bentuk seperi pinset di
ujung, yang digunakan untuk menangkap mangsa.

Kalajengking mendiami habitat yang luas mulai dari gurun, hingga hutan, gua dan padang rumput luas, bahkan
ditemukan di bawah tumpukan batu salju pada ketinggia di atas 12000 kaki di pegunungan Himalaya Asia.
Contoh jenis kalajengking yang banyak ditemukan di Asia termasuk Indonesia adalah jenis Heterometrus
spinifer (Asian forest scorpion).
Scorpionida memiliki klasifikasi:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Sub filum : Chelicerata

Kelas : Arachnida

Sub kelas : Scorpionida

B. Morfologi
Sebagaimana Arachnida, kalajengking mempunyai mulut yang disebut khelisera, sepasang pedipalpi, dan empat
pasang tungkai. Pedipalpi seperti capit terutama digunakan untuk menangkap mangsa dan alat pertahanan, tetapi
juga dilengkapi dengan berbagai tipe rambut sensor. Tubuhnya dibagi menjadi dua bagian yaitu sefalotoraks dan
abdomen. Sefalotoraks ditutup oleh karapas atau pelindung kepala yang biasanya mempunyai sepasang mata
median dan 2-5 pasang mata lateral di depan ujung depan. Sefalotoraks tidak bersegmen

Beberapa kalajengking yang hidup di guwa dan di liter sekitar permukiman tidak mempunyai mata. Abdomen
terdiri atas 12 ruas yang jelas, dengan bagian lima ruas terakhir membentuk ruas metasoma yang oleh
kebanyakan orang menyebutnya ekor. Ujung abdomen disebut telson, yang bentuknya bulat mengandung
kelenjar racun (venom). Alat penyengat berbentuk lancip tempat mengalirkan venom. Pada bagian ventral,
kalajengking mempunyai sepasang organ sensoris yang bentuknya seperti sisir unik disebut pektin. Pektin ini
biasanya lebih besar dan mempunyai gigi lebih banyak pada yang jantan dan digunakan sebagai sensor terhadap
permukaan tekstur dan vibrasi. Pektin juga bekerja sebagai kemoreseptor (sensor kimia) untuk mendeteksi
feromon (komunikasi kimia).

Kalajengking mempunyai sepasang umbai-umbai yang kuat dan cakar bentuk penjepit (pedipalpus) yang
terletak tepat didepan 4 pasang kaki. Kaki disesuaikan untuk berjalan, cephalothorax tidak bersegmen dan
tertutup oleh selembar lempeng kitin tebal yang disebut dengan carapace. Terdapat 2-12 buah mata ocelli,
abdomen bersegmen 12 buah, yang 7 segmen disebut mesosoma besar dan 5 segmen terminal (metasoma)
sangat menyempit. Pada ujung ekor terdapat telson yang berpangkal pada sepasang sisir pada sisi ventral
segmen II abdomen. Alat nafas berupa 4 pasang paru-paru buku terletak sebelah ventral diantara segmen III dan
XV abdomen. Tidak mempunyai antenna.

A. Sistem Reproduksi
Kalajengking berkembang biak secara ovovivipar dan anak-anaknya dibawa untuk beberapa waktu dipunggung
yang betina. Metamorfosis Kalajengking tidak sempurna yaitu telur – larva – nimpa – dewasa, masa hidupnya
sekitar 2-6 tahun.

B. Lingkaran Hidup
1.
A. Periode kehamilan dari 2-18 bulan,
B. Tiap betina melahirkan 25-35 anak yang memanjat ke punggung induknya,
C. Mereka ada di punggung induknya 1-2 minggu setelah kelahiran,
D. Setelah turun dari punggung, mereka butuh 2-6 tahun untuk mencapai kematangan,
E. Rata-rata kalajengking hidup 3-5 tahun, tapi sejumlah spesies dapat hidup hingga 10-15 tahun.
C. Perilaku
Kalajengking tergolong serangga yang aktif di malam hari (nokturnal) dan siang hari (diurnal). Ia juga
merupakan hewan predator pemakan serangga, laba-laba, kelabang, dan kalajengking lain yang lebih kecil.
Kalajengking yang lebih besar kadang-kadang makan vertebrata seperti kadal, ular dan tikus. Mangsa terdeteksi
oleh kalajengking melalui sensor vibrasi organ pektin. Pedipalpi mempunyai susunan rambut sensor halus yang
merasakan vibrasi dari udara. Ujung-ujung tungkai mempunyai organ kecil yang dapat mendeteksi vibrasi di
tanah. Kebanyakan kalajengking adalah predator penyerang yang mendeteksi mangsa ketika ia datang
mendekat.

Permukaan tungkai, pedipalpi, dan tubuh juga ditutupi dengan rambut seta yang sensitif terhadap sentuhan
langsung. Meskipun kalajengking dilengkapi dengan venom untuk pertahanan dan mendapat mangsa,
kalajengking sendiri jatuh menjadi mangsa bagi mahluk kalin seperti kelabang, tarantula, kadal pemakan
serangga, ular, unggas (terutama burung hantu), dan mamalia (termasuk kelelawar, bajing dan tikus pemakan
serangga). Seperti halnya predator lainnya, kalajengking cenderung mencari makan di daerah teritori yang jelas
dan terpisah, dan kembali ke tempat yang sama pada setiap malam. Kalajengking bisa masuk ke dalam komplek
perumahan dan gedung ketika daerah teritorialnya hancur oleh pembangunan, penebangan hutan atau banir dan
sebagainya.

D. Siklus hidup
Kalajengking mempunyai ritual perkawinan yang kompleks, jantan menggunakan pedipalpinya mencengkeram
pedipalpi betina. Jantan kemudian membimbing betina melakukan tarian percumbuan. Detailnya setiap jenis
berbeda, dengan memperlihatkan alat penyengatnya yang panjang pada jantan. Sperma dari jantan dimasukkan
ke dalam struktur yang disebut spermatofor, yang diletakkan oleh jantan ke atas permukaan yang kelak akan
diambil oleh betina. Yang jantan menyapukan pektin ke atas permukaan tanah untuk mebantu menentukan
lokasi yang sesuai untuk meletakkan spermatofor. Selanjutnya kalajengkin betina akan menarik sperma ini ke
dalam lubang kelamin, yang letaknya dekat ventral abdomen.

Kalajengking mempunyai masa hamil dari beberapa bulan sampai lebih satu tahun, tergantung jenis, tempat
embrio berkembang di dalam ovariuterus atau dalam divertikula khusus yang bercabang dari ovariuterus. Anak-
anak yang dilahirkan hidup akan anaik ke punggung ibunya. Ibunya membantu mereka dengan membuatkan
kantong melahirkan dengan kaki terlipat untuk menangkap mereka ketika lahir dan untuk menyediakan mereka
menaiki punggung ibunya. Beberapa jenis kalajengking tidak membentuk kantong lahir.

Rata-rata, seekor betina bisa melahirkan 25-35 ekor anak. Mereka tetap pada punggungnya, sampai mereka
molting untuk pertama kali. Setelah kalajengking muda putih turun dari punggung betina, moling, kemudian
balik lagi ke punggung induk selama 4-5 har hari sebelum meninggalkan induk, biasanya dalam waktu 1-3
minggu setelah lahir.

Sekali mereka turun, mereka sudah mampu bebas, dan secara periodik molting untuk mencapai dewasa.
Biasanya molting terjadi 5 atau 6 kali selama 2-6 tahun untuk mencapai dewasa. Rata-rata kalajengking
kemungkinan hidup 3-5 tahun, tetapi beberapa spesies bisa hidup sampai 25 tahun. Beberapa jenis menunjukkan
perilaku sosial, seperti membentuk agregasi selama musim dingin, menggali koloni dan mencari makan
bersama.

E. Habitat & Kebiasaan


Kalajengking spesies Buthus Tamulus misalnya, aktif pada malam hari, berdiam dibawah batu, potongan kayu,
dan ditempat yang gelap dan lembab. Binatang ini kadang-kadang masuk ke dalam tempat tinggal manusia
terutama selama musim hujan di negeri tropic. Mereka menangkap mangsanya, biasanya laba-laba serangga,
diplopoda dan rodent, di dalam kukunya dan dengan dorongan kebelakang dan kebawah dari abdomen yang
menyerupai ekor memasukkan sengat dengan racunnya yang dapat membuat lumpuh.
Sebagian besar kalajengking aktif di malam hari. Sebagaimana di tempat yang panas dan kering, kalajengking
juga ditemukan di padang rumput, savana, gua, dan hutan hujan/hutan berganti daun/hutan pinus. Bisa dari
kalajengking berdampak pada sistem syaraf korban. Setiap spesies memiliki perpaduan yang unik.

F. Venom atau Racun Kalajengking


Venom kalajengking digunakan untuk menangkap mangsa, proses pertahanan diri dan untuk proses perkawinan.
Semua kalajengking mempunyai venom dan dapat menyengat, tetapi secara alamiah kalajengking cenderung
bersembunyi atau melarikan diri. Kalajengking dapat mengendalikan aliran venom, oleh karena itu pada
beberapa kasus sengatan tidak mengeluarkan racun atau hanya menimbulkan keracunan ringan. Racun
kalajengking adalah campuran kompleks dari neurotoksin atau racun syaraf dan bahan lainnya. Setiap jenis
mempunyai campuran unik.

Di Amerika Serikat diketahui hanya jenis yang dianggap berbahaya bagi manusia, yaitu: Centruroides
exilicauda dan sekitar 25 jenis lain diketahui menghasilkan racun berpotensi merugikan manusia, tersebar di
seluruh dunia. Adapun kalajengking berbahaya di Afrka Utara dan Timur Tengah adalah genus Androctonus,
Buthus, Hottentotta, Leiurus), Amerika Selatan (Tityus), India (Mesobuthus), and Mexico (Centruroides). Di
beberapa daerah ini, sengatan kalajengking dapat menyebabkan kematian, tetapi data realistis tidak tersedia.
Beberapa studi menduga angka kematian pada kasus-kasus di rumah sakit sekitar 4% pada anak-anak yang lebih
rentan daripada yang lebih tua. Bila terjadi kematian akibat sengatan ini umunya disebabkan oleh kegagalan
jantung dan pernafasan beberapa jam setelah kematian. Selama tahun 1980 di Meksiko terjadi kematian rata-rata
800 orang per tahun. Namun demikian, dalam 20 tahun terakhir di Amerika Serikat tidak ada laporan kematian
akibat sengatan kalajengking, demikian pula di Indonesia tidak pernah terdengar.

G. Efek yang di timbulkan Akibat Racun Scorpianida


Racun kalajengking sangat bervariasi. Mulai dari yang sekadar menimbulkan nyeri seperti pada kalajengking
Jawa, hingga yang mematikan seperti Kalajengking Meksiko atau Kalajengking Afrika. Sekilas, perbedaan
antara satu spesies kalajengking dengan jenis yang lain, tidak tampak. Kecuali dari ukuran dan warnanya.

Spesies yang kecil walaupun tidak dapat masuk kedalam kulit manusia tetapi dapat menyengat. Manusia
biasanya disengat apabila tangan / kakinya yang tidak terlindung secara kebetulan menyentuh Buthus
Tamulus yang bersembunyi di dalam pakaian, sepatu / tempat persembunyian lain. Telah dilaporkan kasus yang
besar dan bahkan fatal, dengan reaksi sistemik, terutama pada anak. Angka kematian pada anak dibawah umur 5
tahun dilaporkan tinggi di India dan mesir.
Racun Buthus Tamulus adalah suatu toksalbumin yang menimbulkan paralisis, gangguan saraf, kejang otot, dan
kerusakan paru-paru, gejala setempat relative adalah ringan, tetapi sakit sekali. Bisa dari kalajengking
berdampak pada sistem syaraf korban. Setiap spesies memiliki perpaduan yang unik. Secara sistemik, ada suatu
perasaan panas yang menjalar, dan gejala paraesthesi umum, bergetarnya otot, dan gatal mulai dengan cepat.
Pada penderita yang berat, terdapat kontraksi otot dan kejang otot menyerupai keracunan strychin dan gejala
shock. Kasus fatal terdapat pada penderita yang keadaannya memperlihatkan pernafasan yang cepat dan sembab
paru-paru.
Pada bagian posterior kalajengking terdapat alat yang sangat berfungsi sebagai pertahanan diri bila diserang dan
mengandung toksik bersifat hemolotik serta neurotoksik. Toksik ini jarang membunuh tetapi pada anak dibawah
umur prasekolah dapat mematikan karena terjadinya paralisis pernapasan dengan gejala mual, muntah,
hipersaliva, hiperhidrosis, paralisa otot lidah maupun tenggorokan, terjadi kejang diperut, sianosis, dan
konvulsie.

H. Pengendalian Scorpionida
Tingginya populasi kalajengking dapat menjadi masalah dalam beberapa keadaan. Kalajengking sulit
dikendalikan dengan hanya dengan menggunakan insektisida. Oleh karena itu, strategi pengendalian pertama
yaitu untuk memodifikasi daerah sekitar struktur permukiman atau pengendalian fisik yang dapat dilakukan
yaitu:

1. Buanglah semua tempat persembunyian kalajengking seperti sampah, tumpukan kayu, papan, batu, bata dan
berbagai benda di sekitar gedung.
2. Pelihara rumput di sekitar perumahan dengan rutin memotongnya. Pangkas pohon dan cabang-cabang
pohon yang menggantung di sekitar rumah. Cabang pohon dapat menjadi jalan ke atap bagi kalajengking.

3. Taruhlah kontainer sampah di dalam kerangka yang membuat tempat sampah tidak langsung berhubungan
dengan tanah.

4. Jangan sekali-kali membawa masuk kayu bakar ke dalam rumah, kecuali ditempatkan langsung di api.

5. Tutuplah celah dan retakan yang ada di atap, dinding, pipa dan bagian bangunan lainnya.

6. Pasanglah kawat kasa pada jendela, pintu, dan tetap dijaga dari kerusakan dan lain-lain.

7. Gunakan lampu “black light” pada malam hari untuk memeriksa keberadaan kalajengking. Tangkaplah
dengan menggunakan tang yang besar dan panjang, kemudian lepas kembali di alam atau anda hancurkan.

8. Berbagai jenis insektisida dapat digunanakan, meski kurang begitu efektif. Aplikasi insektisida residual
dapat dilakukan pada bagian dasar rumah yang dicurigai banyak terdapat kalajengking.

9. Apabila disengat kalajengking, segeralah lakukan pengompresan dingin dengan ice pack, dan segera pergi
ke dokter.

Selain pengendalian secara fisik tersebut, terdapat pula pengendalian secara biologi yaitu menggunakan hewan
pemangsa atau predator kalajengking. Meski memiliki sengatan yang mematikan, kalajengking tidak lepas juga
dari sasaran predatornya. Predator kalajengking antara lain kelabang, kadal, ular, burung, dan kera. Kadang-
kadang kalajengking juga saling memangsa. Biasanya kalajengking perempuan yang memangsa kalajengking
laki-laki.

Sedangkan pengendalian secara kimia yang dapat dilakukan adalah dengan usaha mengurangi populasi
kalajengking, yaitu melakukan penyemprotan dengan bahan kimia Dieldrin 0,5% atau DDT 10%, Chlordane
20% dan piretrum 0,2% di dalam minyak yang encer dan telah dianjurkan.

I. Pengobatan
Pengobatan menggunakan obat Tourniquet hendaknya dipergunakan segera, dan racunnya dikeluarkan dengan
menghisap luka yang dibuat oleh sengat kalajengking yang besar. Sakitnya dapat dihilangkan dengan pemakaian
kompres es setempat, semprotan etilklorida, ammonia, obat yang menghilangkan sakit, suntikan novokain atau
epinefrin disekitar luka ataupun dengan memanfaatkan tumbuhan disekitar misalnya getah batang pisang dengan
cara digosokkan di bekas sengatan. Pengobatan sistemik bertujuan untuk mengatasi shock dan sembab paru-
paru. Obat kortison berguna sekali pada penderita yang berat. Dan antivenin, apabila tersedia harus diberikan
pula.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan yang ada, dapat disimpulkan:

1. Kalajengking adalah hewan penyengat yang sangat berbahaya. Kalajengking tergolong artropoda
pengganggu kesehatan karena racun yang dikeluarkan dari tubuhnya.
2. Racun kalajengking sangat bervariasi. Mulai dari yang sekedar menimbulkan nyeri seperti pada
kalajengking Jawa, hingga yang mematikan seperti Kalajengking Meksiko atau Kalajengking Afrika.
3. Pengendalian kalajengking dapat secara fisik (menggunakan kawat kasa pada jendela, menangkap
kalajengking, dan lain-lain), secara biologi (menggunakan predator seperti kadal, ular), maupun secara
kimia dengan menyemprotkan bahan-bahan kimia seperti Dieldrin, DDT, Piretrum
Laba laba

Laba-laba, atau disebut juga labah-labah, adalah sejenis hewan berbuku-


buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap, dan tak memiliki
mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae; dan bersama
dengan kalajengking, ketonggeng, tungau —semuanya berkaki delapan— dimasukkan ke dalam
kelas Arachnida. Bidang studi mengenai laba-laba disebut arachnologi.

Araneae adalah ordo terbesar dalam arachnida dan peringkat ketujuh dalam total keragaman
spesies di antara seluruh ordo organismse.[2] Laba-laba dapat ditemukan di seluruh dunia di setiap
benua kecuali di Antartika, dan telah bertahan lama di hampir semua habitat dengan perkecualian
kolonisasi udara dan laut. Hingga Februari 2016, sedikitnya 45.800 spesies[3] dan 114 suku laba-laba
telah dicatat oleh para taksonomis.[1] Tetapi, telah terjadi perpecahan di dalam komunitas
ilmiah mengenai cara semua suku-suku tersebut diklasifikasikan karena sejak tahun 1900 telah ada
lebih dari 20 klasifikasi berbeda telah diusulkan.[4]

Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa


utamanya adalah serangga. Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies
dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu
menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada musuh atau mangsanya. Meski demikian,
dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar 200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan
manusia.

Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu
menghasilkan benang sutera—yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat—dari kelenjar
(disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk
membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa,
membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain.

Daftar isi

[sembunyikan]

 1Morfologi

 2Indera

 3Pemangsaan

 4Keragaman Jenis

 5Galeri

 6Referensi

 7Pranala luar

Morfologi[sunting | sunting sumber]


Anatomi laba-laba:
(1) empat pasang kaki
(2) cephalothorax
(3) opisthosoma

Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua. Segmen bagian
depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan
dada (toraks). Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma.
Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus.

Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain
sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat
bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada
hewan jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.

Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya, mulut laba-laba
berupa alat pengisap untuk menyedot cairan tubuh mangsanya.

Indera[sunting | sunting sumber]

Mata pada laba-laba umumnya merupakan mata tunggal (mata berlensa tunggal), dan bukan mata
majemuk seperti pada serangga. Kebanyakan laba-laba memiliki penglihatan yang tidak begitu baik,
tidak dapat membedakan warna, atau hanya sensitif pada gelap dan terang. Laba-laba penghuni gua
bahkan ada yang buta. Perkecualiannya terdapat pada beberapa jenis laba-laba pemburu yang
mempunyai penglihatan tajam dan bagus, termasuk dalam mengenali warna.

Untuk menandai kehadiran mangsanya pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik pada
jaring-jaring suteranya maupun pada tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba
yang mampu merasai perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada rambut-
rambut di kakinya.

Pemangsaan[sunting | sunting sumber]

Kebanyakan laba-laba memang merupakan predator (pemangsa) penyergap, yang menunggu


mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan,
atau lubang di tanah yang ditutupi kamuflase. Beberapa jenis memiliki pola warna yang
menyamarkan tubuhnya di atas tanah, batu atau pepagan pohon, sehingga tak perlu bersembunyi.
Laba-laba penenun (misalnya anggota suku Araneidae) membuat jaring-jaring sutera berbentuk
kurang lebih bulat di udara, di antara dedaunan dan ranting-ranting, di muka rekahan batu, di sudut-
sudut bangunan, di antara kawat telepon, dan lain-lain. Jaring ini bersifat lekat, untuk menangkap
serangga terbang yang menjadi mangsanya. Begitu serangga terperangkap jaring, laba-laba segera
mendekat dan menusukkan taringnya kepada mangsa untuk melumpuhkan dan sekaligus
mengirimkan enzim pencerna ke dalam tubuh mangsanya.

Sedikit berbeda, laba-laba pemburu (seperti anggota suku Lycosidae) biasanya lebih aktif. Laba-laba
jenis ini biasa menjelajahi pepohonan, sela-sela rumput, atau permukaan dinding berbatu untuk
mencari mangsanya. Laba-laba ini dapat mengejar dan melompat untuk menerkam mangsanya.

Bisa yang disuntikkan laba-laba melalui taringnya biasanya sekaligus mencerna dan menghancurkan
bagian dalam tubuh mangsa. Kemudian perlahan-lahan cairan tubuh beserta hancuran organ dalam
itu dihisap oleh si pemangsa. Berjam-jam laba-laba menyedot cairan itu hingga bangkai mangsanya
mengering. Laba-laba yang memiliki rahang (chelicera) kuat, bisa lebih cepat menghabiskan
makanannya dengan cara merusak dan meremuk tubuh mangsa dengan rahang dan taringnya itu.
Tinggal sisanya berupa bola-bola kecil yang merupakan remukan tubuh mangsa yang telah mengisut.

Beberapa laba-laba penenun memiliki kemampuan membungkus tubuh mangsanya dengan lilitan
benang-benang sutera. Kemampuan ini sangat berguna terutama jika si mangsa memiliki alat
pembela diri yang berbahaya, seperti lebah yang mempunyai sengat; atau jika laba-laba ingin
menyimpan mangsanya beberapa waktu sambil menanti saat yang lebih disukai untuk menikmatinya
belakangan.

Keragaman Jenis[sunting | sunting sumber]

Hingga Februari 2016, sekitar 45.800 spesies laba-laba telah dipertelakan,[3] dan digolong-golongkan
ke dalam 114 suku. Tetapi, mengingat bahwa hewan ini begitu beragam, banyak di antaranya yang
bertubuh amat kecil, seringkali tersembunyi di alam, dan bahkan banyak spesimen di museum yang
belum terdeskripsi dengan baik, diyakini bahwa kemungkinan ragam jenis laba-laba seluruhnya
dapat mencapai 200.000 spesies.

Ordo laba-laba ini selanjutnya terbagi atas tiga golongan besar pada aras subordo, yakni:

 Mesothelae, yang merupakan laba-laba primitif tak berbisa, dengan ruas-ruas tubuh yang
nampak jelas; memperlihatkan hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan leluhurnya
yakni artropoda beruas-ruas.

 Mygalomorphae atau Orthognatha, yalah kelompok laba-laba yang membuat liang


persembunyian, dan juga yang membuat lubang jebakan di tanah. Banyak jenisnya yang
bertubuh besar, seperti tarantula dan juga lancah maung.

 Araneomorphae adalah kelompok laba-laba ‘modern’. Kebanyakan laba-laba yang ditemui


termasuk ke dalam subordo ini, mengingat bahwa anggotanya terdiri dari 95 suku dan
mencakup kurang lebih 94% dari jumlah spesies laba-laba. Taring dari kelompok ini
mengarah agak miring ke depan (dan bukan tegak seperti pada kelompok tarantula) dan
digerakkan berlawanan arah seperti capit dalam menggigit mangsanya.
Klasifikasi ilmiah

Kingdom: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Arachnida

Ordo: Araneae
Clerck, 1757

Subordo

Mesothelae
Mygalomorphae
Araneomorphae
Lihat pula Tabel Suku

Diversitas[1]

111 suku, 40,000 spesies

Clasis Arachnoidea

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia hewan (regnum animalia) dikelompokkan atas 8 filum. Filum-filum tersebut diantaranya :
Filum Coelenterata, Filum Platyhelminthes, Filum Nemathelminthes, Filum Annelida, Filum
Mollusca, Filum Arthropoda, Filum Echindermata, dan Filum Chordata. Semua hewan yang tidak
memiliki tulang belakang di kelompokkan ke dalam Invertebrata ( Avertebrata ).Termasuk di
antaranya filum Arthropoda.

Filum Arthropoda berasal dari bahasa yunani : arthos = sendi/ruas, dan podos = kaki, sehingga
semua hewan-hewan yang termasuk kedalam filum ini merupakkan hewan yang kakinya beruas-
ruas.filum ini terdiri dari lebih dari 800.000 spesies, dan banyak spesies yang jumlah individunya
melimpah-limpah.

Filum Arthropoda terdiri atas 7 kelas meliputi : Klas Crustacea ( udang, kepiting ), Klas Onycophora
( peripatus ), Klas Chilopoda( kelabang ), Klas Diplopoda ( kaki seribu ), Klas Insecta ( serangga,
belalang), Klas Arachnoidea ( laba-laba, kalajengking, caplak dan sebagainya), dan Klas
Myriapoda yang terdiri dari Klas Diplopoda dan Klas Chilopoda yang di masukkan kedalam satu
klas.

Klas Arachnoidea yang merupakan salah satu dari Klas dari Filum Arthropoda merupakan hewan
yang paling sering berhubungan atau berinteraksi dengan manusia, hewan, dan tumbuhan dalam
kehidupan. Beberapa, banyak yang hidup sebagai parasit, seperti caplak. Arachnoidea sendiri
berasal dari bahasa yunani yaitu arachos = laba-laba,yang berarti anggota kelas ini termasuk
kedalamnya berbagai jenis laba-laba. Berdasarkan segmentasi dan abdomennya Klas
Arachnoidea di bagi menjadi 3 ordo yaitu : Ordo scorpionida, Ordo Pedipalpi, dan Ordo Aranea.

Untuk itu dalam makalah ini akan di bahas mengenai Klas Arachnoidea secara lebih mendalam
baik dari ciri- ciri umum meliputi keuntungan maupun kerugiannya, stuktur tubuh maupun
klasifikasinya. Dan di harapkan makalah ini dapat membantu memudahkan pemahaman tentang
Klas Arachnoidea ini .

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ciri Umum Kelas Arachnoidea

· Arachnoidea berasal dari kata yunani yaitu arachos = laba-laba

· Beberapa jenis yang termasuk kedalam kelas ini adalah kalajengking, laba-laba, caplak dan
sebagainya. Kebanyakan hewan ini bersifat parasit yang merugikan manusia, hewan,dan
tumbuhan

· Arachnoidea bersifat karnivora sekaligus predator

· Stuktur tubuh laba-laba :

Sumber : http://dunianyasari.blogspot.com/2010/11/dunia-hewan-kingdom-animalia.html

ü Tubuhnya terdiri dari 2 bagian yaitu sefalotoraks dan abdomen (perut) terdapat 6 embelan
pada sefalotoraks, tidak mempunyai antena

ü Pasangan embelan yang pertama adalah kelisera(chelicerae) atau alat sengat berupa taring
pisau mengandung racun berbentuk gunting atau catut yang berfungsi untuk merobek dan
melumpuhkan magsanya

ü Kelenjar racun terdapat dalam kelisera,tetapi ada beberapa spesies yang kelenjar racunnya
terletak pada sefalotoraks

ü Pasangan embelan kedua ialah pedipalpus atau alat capit, yang di gunakan untuk memegang
makanan

ü Pasangan embelan selanjutnya adalah merupakan 4 pasang kaki jalan


ü Pada bagian perut tidak terdapat embelen. Mempunyai mata sederhana, biasanya terdapat 8
buah yang terletak di bagian kepala

ü Pernafasan selain mempunyai trakea juga mempunyai paru-paru buku, terletak di bagian
ventral perut sebelah depan.

· Pada jenis laba-laba di bagian abdomen terdapat 3 pasang embelan yang di sebut spinerets.
Bagian ini di sebut juga sebagai organ pemintal. Organ tersebut mempunyai pembuluh/ saluran
yang sangat kecil tempat dimana suatu cairan dari kelenjar sutra di bagian perut melaluinya.
Cairannya tersebut akan mengeras di udara dan membentuk benang. Benang itu di gunakan
untuk membuat sarang, membentuk cocon dan sebagainya.

· Sistem pencernaan makanan terdiri dari: mulut ( yang merupakan lubang


kecil faring ® esofagus lambung isap merupakan lambung yang sebenarnya, yang mempunyai 5
pasang cecum (saluran / kantung buntu) di dalam sefalotorks) ® lambung (terletak pada
sefalotoraks) ® intestinum (suatu saluran yang hampir lurus di dalam perut yang membesar pada
satu bagian, ke dalam bagian usus tersebut bermuara suatu saluran “hati” yang membawa cairan
pencernaan) ® strorcoral pokect (suatu kantung feses yang terletak di bagian ujung belakang
usus) ® anus. Alat pencernaan dilengapi dengan 5 pasang usus buntu yang terletak dibagian
depan dan hati dibagian abdomen.

· Sistem peredaran darah terdiri dari ; jantung, arteri, vena dan sejumlah sinus.jantung
terletak pada pericardium, ke bagian besar di teruskan oleh aorta yang bercabang-cabang ke
dalam jaringan-jaringan di bagian sefalotoraks, ke bagian belakang oleh arteri caudal, juga
terdapat 3 pasang arteri perut.

· Alat ekskresi berupa saluran malpighi, sistem syaraf umumnya mengumpul, yang berasal
dari persatuan ganggalion-ganggalion.ekskresi lainnya dilakukan dengan kelenjar koksal.
Kelenjar koksal merupakan kelenjar ekskretori buntu yang bermuara pada daerah koksa (segmen
pada kaki insecta).

· Alat indra terdiri atas delapan buah mata sederhana dan sepasang pedipalpus yang
fungsinya mirip antena.

· Reproduksi terjadi secara seksual, yaitu dengan persatuan ovum dan sperma yang terjadi
dalam tubuh betinanya (fertilisasi internal). Hewan jantan dan hewan betina terpisah (diesis). Ada
yang ovivar, ovovivipar,dan vivipar.

· Habitat (tempat hidup) di darat adapula yang di air (laba-laba air dan tungau air) pada
umumnya, tetapi ada pula sebagai parasit.

· bermanfaat untuk pengendalian populasi serangga terutama serangga hama. Akan tetapi
hewan ini juga banyak merugikan manusia terutama hewan Acarina misalnya:

ü Caplak menyebabkan gatal atau kudis pada manusia

ü Psoroptes equi menyebabkan kudis pada ternak domba, kelinci, kuda.

ü Otodectes cynotis (tungau kudis telinga) menyerang anjing dan kucing)


2.2 Pengklasifikasian Kelas Arachnoidea

Tentang pengolongan atau klasifikasi klas Arachnoidea ini. masih mengalami beberapa
ketidaksamaan antara sumber satu dengan sumber lainnya.

Menurut “Tim Pengampu Universitas Negeri Semarang pada diktat Bahan Ajar Taksonomi
Hewan” tahun 2007 . kelas arachnoidea ini di bagi kedalam lebih dari 9 ordo diantaranya :

§ ordo Scorpionida

§ ordo Pedipalpi

§ ordo Araneae (araneida) ; laba-laba

§ ordo Palpigrada

§ ordo Solpugida

§ ordo Pseudoscorpionida

§ ordo Podogona(ricinuclei)

§ ordo Phalangida (opilionida;anggang-anggang”daddy longlegs”)

§ ordo Acarina : tungau (mites) dan caplak (tick)

Menurut buku zoologi invertebrata karangan Dr. Adun Rusyana , M.pd . Kelas Arachnoidea
dibagi menjadi beberapa subklas dan dari subklas tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa
ordo. namun, tidak semuanya di bahas dalam buku tersebut. Hanya beberapa saja yang di bahas
dalam buku itu yang sekiranya penting untuk diketahui.

Sistematika

Subklas Ordo Spesies

1. Merostomata 1. Xiphosura Limulus polyphemus( sudah


punah )
(gagantastraca) 2. Euripterida

2. Arachnida 1. Scorpionida 1. Diplocentrus whitei

2. Pedipalpi 2. Tarantula whitei

3. Aranea (Araneida) 3. Salticus scenicus

4. Palpigradi 4. Koenia wheeleri

5. Pseudoscorpionida 5. Chelifer caucroides


6. Solpugida 6. Eremobates pallipes

7. Phalangida 7. Liobunum vittatan

8. Acarina 8. Sarcoptes scabici

3. Pycnogonida Nymphon striomii

( phantopoda )

4. Tardigrada Macrobiotes hufelandi

5. Pentastomida Linguatulla serrata

( linguatulida )

Contoh Gambar Spesies dari Sub ordo Arachnida

Diplocentrus whitei Tarantula whitei Eremobates pallipes

Sumber : http://www.flickr.com/photos/alan_cressler/448403787/

http://www.123rf.com/photo_1986961_close-up-view-of-a-tarantula-acanthoscurria-geniculata--
brazilian-white-knee-tarantula.html

Menurut “Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna Serangga cetakan IV ” tentang kelas Arachnida dibagi
menjadi beberapa sub klas, yakni :

1. Subklas Araneae

2. Subklas Solifugae

3. Subklas Opillionis

4. Subklas Scorpiones

5. Subklas Pseudoscorpiones

6. Subklas Urophygi , Amblyphygi, Palpigradi

7. Subklas Acari

Menurut Buku diktat Zoologi Invertebrata FKIP Universitas Pakuan

Klasifikasi Arachnoidea :

Subklas : Arachnida

Ordo 1. Scorpionida contoh : Centruroides sculprutatus


Ordo 2. Pedipalpi contoh : Mastigoproctus giganteus

Ordo 3. Araneae contoh : Dugesiella hentzi

Subklas : Pentasomida contoh : Lingustula taenicides

Gambar Spesies Arachnoidea

Centruroides sculpuratus Mastigoproctus giganteus Dugesiella hentzi

Ada juga yang yang menggolongkannya Berdasarkan Segmentasi Abdomenya, Sub klas Arachnida
dapat dibagi menjadi 3 Ordo, yaitu :

1. Ordo Scorpionida : Hewan ini memiliki perut beruas-ruas Sengmen/ ruas terakhir berfungsi
sebagai sengat, contohnya :

 Kalajengking (Vejovis sp, Hadrurus sp, Centrurus sp)

 Ketonggeng (Buthus)

2. Ordo Araneae ( Araneida) : mensekresikan benang – benang untuk sarang , contohnya :

· Laba-laba jaring kubah (terdapat di Bostwana, Afrika Selatan)

· Laba-laba primitif Liphistius (di rimba Asia Tenggara)

· Laba-laba penjerat (di Malaysia)

· Laba-laba pemburu (di Meksiko)

· Laba-laba srigala

· Laba-laba beracun Latrodectes natans dan Laxosceles reclusa

· Tarantula (Rhechostica hentz)

3. Ordo Acarina (caplak dan tungau) : Parasit, penyebab penyakit kudis. Acarina dipelajari
dalam Acarologi, contohnya.

· caplak kudis (Sacroptes scabei) menyebabkan gatal atau kudis pada manusia

· caplak penghisap darah

· caplak hama tanaman (tembakau, kentang, tomat, teh)

· Psoroptes equi menyebabkan kudis pada ternak domba,kelinci, dan kuda

· Otodectes cynotis (tungau kudis telinga) menyerang anjing dan kucing

· Dermacentor variabilis sebagai vektor demam


Contoh beberapa hewan yang termasuk ke dalam klas Arachnoidea ialah:

1. Scorpion (kalajengking)

Hewan ini biasanya hidup di bawah batu-batu, pada lubang-lubang didalam tanah atau juga di
tempat-tempat yang tidak begitu bersih. Pada siang hari bersembunyi,dan aktif pada malam hari.
Makanannya berupa insekta atau laba-laba. Hewan-hewan besar di lumpuhkan oleh segat yang
terdapat pada bagian ekornnya.contoh; Centruroidea sculpuratus

2. Laba-laba

Terdapat kira-kira 30.00 spesies di alam ini. Pada bagian ujung abdomen terdapat spinneret yang
di gunakan untuk membuat jaringan/sarangnya, kelisera kecil, saluran racun pada bagian taring.
Jenis yang sering di temukan adalah: laba-laba rumah, laba-laba harimau, laba-laba kecapi dan
sebagainnya.

3. Kuman

Hewan ini di temukan di mana-mana, biak di dalam air, tanah, tumbuhan dan hewan termasuk
manusia. Hewan ini ukuran tubuhnya kadang-kadang sangat kecil sehingga sukar di lihat oleh
mata telanjang. Banyak spesies yang merupakan parasit bagi manusia misalnya kuman
kudis (Sarcoptes scabei). Segmen tubuh tidak jelas, abdomen bersatu dengan sefalotoraks.

2.3 Klasifikasi Arachnoidea Berdasarkan Segmentasi Abdomen :

2.3.1 Ordo Scorpionida

Kalajengking adalah sekelompok hewan beruas dengan delapan kaki (oktopoda) yang termasuk
dalam ordo Scorpiones dalam kelasArachnida. Kalajengking masih berkerabat
dengan ketonggeng,laba-laba, tungau, dan caplak. Ada sekitar 2000 jenis kalajengking. Mereka
banyak ditemukan selatan dari 49° U, kecuali Selandia Barudan Antarktika.

Tubuh kalajengking dibagi menjadi dua segmen: cephalothoraxdan abdomen. Abdomen terdiri
dari mesosoma dan metasoma.

Struktur Tubuh Kalajengking

Sumber:http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.moondragon.org/health/graphics/
scorpionanatomy.jpg

Semua spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa kalajengking termasuk
sebagai neurotoksin (racun saraf). Suatu pengecualian adalah Hemiscorpius lepturus yang
memiliki bisa sitotoksik (racun sel). Neurotoksin terdiri dari protein kecil dan
juganatrium dan kalium, yang berguna untuk mengganggu transmisi saraf sang korban.
Kalajengking menggunakan bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsa mereka agar
mudah dimakan.
Bisa kalajengking lebih berfungsi terhadap artropoda lainnya dan kebanyakan kalajengking tidak
berbahaya bagi manusia; sengatan menghasilkan efek lokal (seperti rasa sakit, pembengkakan).
Namun beberapa spesies kalajengking, terutama dalam keluarga Buthidae dapat berbahaya bagi
manusia. Salah satu yang paling berbahaya adalah Leiurus quinquestriatus, dan anggota dari
genus Parabuthus, Tityus, Centruroides, dan terutamaAndroctonus. Kalajengking yang paling
banyak menyebabkan kematian manusia adalah Androctonus crassicauda.

Kala Androctonus crassicauda

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kalajengking

Kalajengking purba muncul pada pertengahan Masa Paleozoikum, kira-kira 400 juta tahun yang
lalu. Berbeda dengan kalajengking pada umumnya, bentuk kalajengking purba lebih sederhana.
Tubuhnya terdiri dari banyak ruas-ruas yang terlindung cangkang tipis. Perbedaan lainnya adalah
ukuran tubuh beberapa jenis kalajengking purba yang mencapai 100 kali ukuran kalajengking
masa sekarang, 2 hingga 3 meter. Selain itu, kalajengking purba juga hidup di air.

Klasifikasi Ilmiah

Kalajengking hutan Asia (Heterometrus spinifer) di TN Khao Yai, Thailand

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Upafilum : Chelicerata

Kelas : Arachnida

Upakelas : Arachnida

Ordo : Scorpiones

C. L. Koch, 1837

Superfamilia :
Pseudochactoidea
Buthoidea
Chaeriloidea
Chactoidea
Iuroidea
Scorpionoidea

Ketonggeng adalah sekelompok hewan beruas miripkalajengking namun memiliki semacam


"cambuk" di bagian belakangnya, alih-alih sengat. Semua ketonggeng termasuk ke dalam
bangsa Thelyphonida. Sebelumnya, ordo ini digabung bersama Schiyomida membentuk ordo
Uropygi. Dalam bahasa Inggris hewan ini disebut "whip scorpions" (kalajengking cambuk).

Pemerian fisik Ketonggeng (theliphonyda)

Hewan ini mudah dikenali dari warnanya yang gelap, memiliki bagian depan mirip kalajengking
(lengkap dengan sepasang capit di sekitar kepala), namun tidak memiliki "ekor" dengan ujung
sengat seperti kerabatnya itu, ekornya menyerupai sebuah jarum kecil berwarna coklat. Panjang
badannya antara 10 - 15cm. Bagianabdomennya (disebut sebagai pygidium) dilengkapi dengan
organ berbentuk cambuk (flagellum) memanjang yang agak kaku.

Ketonggeng (Whiptail Scorpion / theliphonyda) dikenal juga Vinegaroon (vine= cuka) karena
ketika terancam, dia akan mengeluarkan macam-macam zat asam dari perutnya yang berbau
seperti cuka. Binatang ini tidak berbisa dan juga tidak bisa menggigit, hanya bisa mencapit. Bagi
manusia tidak berbahaya sama sekali.

Makanan ketonggeng adalah serangga-serangga, seperti jangkrik, kecoa, dan juga cacing.

Ketonggeng

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Arachnida

Ordo: Thelyphonida
O. P-Cambridge, 1872

Diversitas c. 15 genera, > 100 species Familia

Sub Ordo
Geralinuridae
Thelyphonidae

2.3.2 Ordo Araneae (Araneida)

Laba-laba, atau disebut juga labah-labah, adalah sejenis hewan berbuku-


buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tak memiliki
mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae; dan bersama
dengan kalajengking, ketonggeng, tungau —semuanya berkaki delapan— dimasukkan ke dalam
kelas Arachnida. Bidang studi mengenai laba-laba disebut arachnologi

Nenek moyang laba-laba pertama menghuni laut sebelum binatang hidup di daratan. Kira-kira
600 juta tahun yang lalu. Trilobita namanya, mirip dengan kutu raksasa dengan panjang sampai
60 cm, bergerak di dasar laut dan memakan bangkai. Jenis ini punah kira-kira 250 juta tahun yang
lalu.

Dalam kehidupan laba-laba, umumnya laba-laba jantan lebih kecil dari betinanya. Sebab itu,
biasanya setelah kawin, laba-laba betina akan segera memangsa perjantan. Untuk mencegah
dimangsa oleh betinanya, laba-laba jantan akan mengalihkan perhatian pasangannya dengan
memberikan mangsa lain atau laba-laba jantan membuat betina tidak dapat bergerak bebas
dengan mengikat benang sutra selama kawin. Setelah proses perkawinan berakhir, laba-laba
jantan harus segera menjauh secepat mungkin untuk menghindari dimakan oleh sang betina.

Pada musim semi, sebagian besar laba-laba bertelur. Bentuk telurnya membulat dengan
diameter kira-kira 1 mm dan jumlahnya bervariasi sesuai dengan jenisnya. Laba-laba betina
mengeluarkan semua telurnya pada saat yang dan membuat "kokon" tunggal (selubung yang
terbuat dari benang-benang halus untuk melindungi telur). Untuk melindungi kokonnya, beberapa
laba-laba menyembunyikannya dalam tumbuhan atau di bawah batuan, dan induknya menjaga
didekatnya. Pada laba-laba jenis lain, si betina lebih suka membawa kokon berisi telur seperti
ransel. Pada laba-laba jenis tertentu, setelah telur menetas, anak-anak laba-laba memanjat
punggung induknya dan ikut bersamanya selama tahap awal perkembangan.

Siklus Hidup Laba-laba

Sumber : http://e-
smartschool.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=147&Itemid=80
Pada umunya, laba-laba mengalami pertumbuhan langsung. Karena itu, bayi laba-laba sangat
serupa dengan laba-laba dewasa. Akan tetapi jika telur terbuka, laba-laba yang baru lahir
sebagian besar tidak mempunyai pertahanan dan beberapa bagian tubuhnya belum ada,
misalnya laba-laba yang baru lahir belum bermata dan kakinya belum dapat digunakan. Jika telur
menetas, larva kecil dan belum dapar bergerak muncul dan bertahan hidup dari persediaan
makanan. Kemudian larva tersebut menjadi nimfa, yang mampu mencari makanan sendiri. Dalam
dalam perkembangan dan selama hidupnya dapat berganti kulit 5 sampai 10 kali, serta biasanya
selama berganti kulit mereka bergantung terbalik.

Umumnya laba-laba memiliki sepasang kelenjar bisa di depan thoraks dan disuntikkan melalui
ujung cakarnya. Kekuatan bisa laba-laba tergantung pada jenis dan ukuran laba-laba, serta
ukuran korbannya. Umumnya, bisa laba-laba hanya mematikan serangga dan hewan vertebrata
kecil.

Sumber : http://e-
smartschool.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=147&Itemid=80

Namun ada jenis laba-laba yang dapat mematikan manusia, misalnya laba-laba pisang (banana
spider) di Amerika Selatan dan laba-laba janda hitam (the American black widow).

Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa


utamanya adalah serangga. Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150
spesies dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu
menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada musuh atau mangsanya. Meski demikian,
dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar 200 spesies yang gigitannya dapat
membahayakan manusia.

Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu
menghasilkan benangsutera yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat-- dari kelenjar
(disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna
untuk membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat
mangsa, membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Laba-laba

Anatomi laba-laba:
(1) empat pasang kaki
(2) cephalothorax
(3) opisthosoma

Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua. Segmen
bagian depan disebutcephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari
kepala dan dada (thorax). Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut)
atau opisthosoma. Antaracephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang
dinamai pedicle atau pedicellus.

Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain
sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat
bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus
pada hewan jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.

Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya, mulut laba-laba
berupa alat pengisap untuk menyedot cairan tubuh mangsanya.

Mata pada laba-laba umumnya merupakan mata tunggal (mata berlensa tunggal), dan bukan
mata majemuk seperti pada serangga. Kebanyakan laba-laba memiliki penglihatan yang tidak
begitu baik, tidak dapat membedakan warna, atau hanya sensitif pada gelap dan terang. Laba-
laba penghuni gua bahkan ada yang buta. Perkecualiannya terdapat pada beberapa jenis laba-
laba pemburu yang mempunyai penglihatan tajam dan bagus, termasuk dalam mengenali warna.

Untuk menandai kehadiran mangsanya pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik
pada jaring-jaring suteranya maupun pada tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula
laba-laba yang mampu merasai perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada
rambut-rambut di kakinya.

Kebanyakan laba-laba memang merupakan predator(pemangsa) penyergap, yang menunggu


mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan,
atau lubang di tanah yang ditutupi kamuflase. Beberapa jenis memiliki pola warna yang
menyamarkan tubuhnya di atas tanah, batu atau pepagan pohon, sehingga tak perlu
bersembunyi.

Laba-laba penenun (misalnya anggota suku Araneidae) membuat jaring-jaring sutera berbentuk
kurang lebih bulat di udara, di antara dedaunan dan ranting-ranting, di muka rekahan batu, di
sudut-sudut bangunan, di antara kawat telepon, dan lain-lain. Jaring ini bersifat lekat, untuk
menangkap serangga terbang yang menjadi mangsanya. Begitu serangga terperangkap jaring,
laba-laba segera mendekat dan menusukkan taringnya kepada mangsa untuk melumpuhkan dan
sekaligus mengirimkan enzimpencerna ke dalam tubuh mangsanya.

Sedikit berbeda, laba-laba pemburu (seperti anggota suku Lycosidae) biasanya lebih aktif. Laba-
laba jenis ini biasa menjelajahi pepohonan, sela-sela rumput, atau permukaan dinding berbatu
untuk mencari mangsanya. Laba-laba ini dapat mengejar dan melompat untuk menerkam
mangsanya.

Bisa yang disuntikkan laba-laba melalui taringnya biasanya sekaligus mencerna dan
menghancurkan bagian dalam tubuh mangsa. Kemudian perlahan-lahan cairan tubuh beserta
hancuran organ dalam itu dihisap oleh si pemangsa. Berjam-jam laba-laba menyedot cairan itu
hingga bangkai mangsanya mengering. Laba-laba yang memiliki rahang (chelicera) kuat, bisa
lebih cepat menghabiskan makanannya dengan cara merusak dan meremuk tubuh mangsa
dengan rahang dan taringnya itu. Tinggal sisanya berupa bola-bola kecil yang merupakan
remukan tubuh mangsa yang telah mengisut.
Beberapa laba-laba penenun memiliki kemampuan membungkus tubuh mangsanya dengan lilitan
benang-benang sutera. Kemampuan ini sangat berguna terutama jika si mangsa memiliki alat
pembela diri yang berbahaya, seperti lebah yang mempunyai sengat; atau jika laba-laba ingin
menyimpan mangsanya beberapa waktu sambil menanti saat yang lebih disukai untuk
menikmatinya belakangan.

Hingga sekarang, sekitar 40.000 spesies laba-laba telah dipertelakan, dan digolong-golongkan ke
dalam 111 suku. Akan tetapi mengingat bahwa hewan ini begitu beragam, banyak di antaranya
yang bertubuh amat kecil, seringkali tersembunyi di alam, dan bahkan
banyak spesimen di museum yang belum terdeskripsi dengan baik, diyakini bahwa kemungkinan
ragam jenis laba-laba seluruhnya dapat mencapai 200.000 spesies.

Ordo laba-laba ini selanjutnya terbagi atas tiga golongan besar pada aras subordo, yakni:

 Mesothelae, yang merupakan laba-laba primitif tak berbisa, dengan ruas-ruas tubuh yang
nampak jelas; memperlihatkan hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan
leluhurnya yakni artropoda beruas-ruas.

 Mygalomorphae atau Orthognatha, yalah kelompok laba-laba yang membuat liang


persembunyian, dan juga yang membuat lubang jebakan di tanah. Banyak jenisnya yang
bertubuh besar, seperti tarantula dan juga lancah maung.

 Araneomorphae adalah kelompok laba-laba ‘modern’. Kebanyakan laba-laba yang kita


temui termasuk ke dalam subordo ini, mengingat bahwa anggotanya terdiri dari 95 suku
dan mencakup kurang lebih 94% dari jumlah spesies laba-laba. Taring dari kelompok ini
mengarah agak miring ke depan (dan bukan tegak seperti pada kelompok tarantula) dan
digerakkan berlawanan arah seperti capit dalam menggigit mangsanya.

Klasifikasi Ilmiah Laba-Laba Penenun

Laba-laba penenun di tengah jaringnya

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Arachnida

Ordo: Araneae
Clerck,1757

Diversitas

111 suku, 40,000 spesies

Subordo

Mesothelae
Mygalomorphae
Araneomorphae

Macam-Macam Spesies Laba-Laba

Liphistius sp.; subordo Mesothelae

Tarantula, Brachypelma smithi; subordo Mygalomorphae

Laba-laba punggung duri Gasteracantha; subordo Araneomorphae

Laba-laba penenun Araneus diadematus; subordo Araneomorphae

Laba-laba berbisa black widow, Latrodectus mactans; subordo Araneomorphae

Laba-laba pelompat Myrmarachne yang menyerupai semut; subordo Araneomorphae

Laba-laba serigala Lycosidae; subordo Araneomorphae


Laba-laba Oxyopes betina; subordo Araneomorphae

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Laba-laba

2.3.3 Ordo Acarina

Acarina dipelajari dalam ilmu Acarologi. Ciri khas Acarina adalah tubuhnya yang tidak berbuku-
buku . Anggota Acarina mencakup caplak dan tungau.

Larva Acarina mempunyai 3 pasang kaki. Daur hidupnya mengalami 4 fase yaitu :
telur larva nimfa dewasa. Nimfa dan hewan biasa caplak memiliki 4 pasang kaki, gigi hipostom,
dan alat haller ( lubang perasa pada kaki). Sedangkan pada tungau tidak memiliki gigi hipostim
maupun alat haller.

Caplak Ixodes scapularisdewasa

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Upafilum : Chelicerata

Kelas : Arachnida

Upaklas : Acarina

Ordo : Ixodida

Superfamili : Ixodoidea

Diversitas

18 genera, ca. 900 jenis

Famili :

Ixodidae - Caplak keras


Argasidae - Caplak lunak

Nuttalliellidae

a) Caplak adalah nama umum bagi hewan kecil berkaki delapan anggota Ixodoidea,
yang bersama-sama dengan tungau dimasukkan ke dalam anakkelas Acarina,
ordo Arachnoidea (laba-laba dan kerabatnya). Caplak dikenal sebagai parasit luaran (eksoparasit)
yang hidup dari darah hewan vertebrata yang ditumpanginya. Karena kebiasaaannya ini, caplak
menjadi vektor bagi sejumlah penyakit menular. Beberapa penyakit yang ditularkan caplak pada
manusia adalah demam Q, demam hemoragi Crimean-Congo, penyakit lyme. Penyakit yang dapat
ditularkan oleh caplak pada sapi antara lain anaplasmosis, babesiosis, theileriosis, ensefalitis,
ehrlichiosis, dan lain-lain.

Caplak muda bertungkai enam, namun setelah dewasa memiliki empat pasang
tungkai.Contohnya: Caplak kudis (Sacroptes scabiei),Caplak unggas (Dermanyssus), Caplak sapi
(Boophilus annulatus) dan sebagainya.

b) Tungau adalah sekelompok hewan kecil bertungkai delapan yang, bersama-sama


dengan caplak, menjadi anggota superordoAcarina. Tungau bukanlah kutu dalam pengertian ilmu
hewan walaupun sama-sama berukuran kecil (sehingga beberapa orang menganggap keduanya
sama). Apabila kutu sejati merupakan anggota Insecta (serangga), tungau lebih berdekatan
dengan laba-laba dilihat dari kekerabatannya.

Hewan ini merupakan salah satu avertebrata yang paling beraneka ragam dan
sukses beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan. Ukurannya kebanyakan sangat kecil
sehingga kurang menarik perhatian hewan pemangsa besar dan mengakibatkan ia mudah
menyebar.

Banyak di antara anggotanya yang hidup bebas di air ataudaratan, namun ada anggotanya yang
menjadi parasit pada hewan lain (mamalia maupun serangga) atau tumbuhan, bahkan ada yang
memakan kapang. Beberapa tungau diketahui menjadi penyebar penyakit (vektor) dan
pemicu alergi. Walaupun demikian, ada pula tungau yang hidup menumpang pada hewan lain
namun saling menguntungkan. Di bidang pertanian, tungau menimbulkan banyak kerusakan
pada kualitas buah jeruk (umpamanya tungau karat buah Phyllocoptura oleivera Ashmed
dan tungau merah Panonychus citri McGregor)[1], merusak daun ketela pohon dan juga daun
beberapa tumbuhan Solanaceae (cabai dan tomat). Tungau juga menyebabkan penyakit skabies,
penyakit pada kulit yang mudah menular.

Ada lebih dari 45 ribu jenis tungau yang telah dipertelakan [2]. Para ilmuwan berpendapat, itu baru
sekitar 5% dari kenyataan total jenis yang ada. Hewan ini dipercaya telah ada sejak sekitar 400
juta tahun. Ilmu yang mempelajari perikehidupan tungau dan caplak dikenal sebagai akarologi.

Taksonomi tungau masih belum stabil karena banyaknya perubahan. Namun dapat dikatakan
bahwa tungau mencakup semua anggota Acariformes, semua Parasitiformes kecuali Ixodida
(caplak), dan beberapa familia dan genera yang belum pasti penempatannya.
Siklus hidup tungau (mite)

sumber : http://www.google.co.id/imgres

Macam-Macam Tungau :

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tungau

Tungau karat
Aceria anthocoptes

Tungau jingga, hama daun teh

Brevipalpus phoenicis

Tungau kuning
Lorryia formosa

Tungau debu rumah

Dermatophagoides pteronyssinus

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tungau_debu_rumah

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Arachnida

Sub kelas: Acarina

Ordo: Acariformes

Famili: Pyroglyphidae
Genus: Dermatophagoides

Spesies: Dermatophagoides pteronyssinus

Tungau debu rumah (kadang-kadang secara kurang tepat disebut kutu debu rumah)
adalah hewan sangat kecil yang umum dijumpai di pemukiman manusia. Dengan ukuran
tubuhnya sekitar 420 µm (sekitar 0,5 mm) panjang dan 250-320 µm lebar, tungau ini memakan
sisa-sisa materi organik seperti kelupasan kulit manusia yang banyak ditemui di tempat tinggal
manusia. Tungau ini diketahui sebagai pemicu serangan asma dan gejala-gejala alergi di seluruh
dunia. Penyebabnya adalah enzim-enzim (terutama protease) yang keluar dari perut bersama-
sama kotorannya.

Ø Ear Mite/Tungau Telinga Pada Kucing

Sumber : http://www.icb.usp.br/~marcelcp/Imagens/carr38.jpg

http://www.facebook.com/topic.php?uid=170472244527&topic=12960

Tungau telinga adalah sejenis kutu yang sering menyerang telinga kucing. Spesies tungau yang
sering menyerang telinga kucing adalah Otodectes cynotis. Tungau ini biasanya hidup
dipermukaan saluran telinga tetapi bisa juga ditemukan di bagian tubuh yang lain.

Ear mite bergerak dan hidup di dalam saluran telinga. Tungau ini hidup dengan memakan
jaringan yang mati dan cairan seperti lilin yang dikeluarkan oleh telinga. Tungau ini dapat
menyebabkan iritasi dan berlanjut menjadi infeksi.
Iritasi dan infeksi yang berlangsung terus menerus dan berulang-ulang dapat menyebabkan kuit di
saluran telinga menebal. Akibatnya saluran telinga menyempit sehingga fungsi pendengaran
sedikit terganggu.

Biasanya tungau telinga tidak menyebabkan rusaknya gendang telinga. Tetapi adanya infeksi
sekunder yang disebabkan bakteri atau jamur dapat menyebabkan kerusakan selaput gendang
telinga. Bila ini terjadi, infeksi telinga bagian tengah yang parah dapat juga terjadi. Akibatnya
hewan kehilangan keseimbangan,disorientasi dan gangguan syaraf lainnya.

Ear mite juga dapat menyerang kelinci, hamster, marmut, gerbil, musang, mencit, tikus, dll.
Meskipun kadang dapat menyebabkan sedikit rasa gatal pada kulit manusia, ear mite tidak
menular & menyebabkan penyakit kepada manusia.

Sikus Hidup Tungau Telinga

Seluruh siklus/daur hidup tungau telinga Otodectes cynotis, mulai dari telur hingga dewasa
memerlukan waktu sekitar 21 hari. Daur tersebut melaui beberapa tahap dan mengalami
perubahan bentuk.
Sumber:http://www.facebook.com/topic.php?uid=170472244527&topic=12960

Tahap1:Telur
Setelah dewasa, tungau betina biasanya bertelur setiap hari. Setiap hari rata-rata menghasilkan 5
butir telur. Telur-telur tersebut diletakan di saluran telinga kucing. Setelah 4 hari telur tersebut
menetas menjadi larva.

Tahap 2: Larva

Setelah menetas, larva tungau hidup dan makan selama 4 hari kemudian beristirahat selama 24
jam. Selama masa istirahat tersebut terjadi pergantian kulit (molting) menuju tahap berikutnya.

Tahap 3: Nimfa

Bentuk tungau sudah seperti bentuk dewasanya. Bentuk nimfa ini terdiri dari dua fase yaitu
protonimfa dan deutonimfa. Masing-masing fase nimfa makan selama 3-5 hari, istirahat ,
kemudian molting menuju tahap berikutnya.

Tahap 4: Tungau Dewasa

Tungau dewasa berukuran + 0.4 mm, berwarna putih-krem atau kecoklatan dan dapat diihat oleh
mata telanjang. atau kaca pembesar. Tungau teinga hidup dengan memakan sekresi telinga dan
jaringan kulit saluran telinga yang mengelupas. Tungau dewasa dapat hidup dan mencapai umur
2 bulan.

Tidak seperti demodex dan scabies, tungau telinga tidak membuat lubang di tubuh induk
semangnya. Dalam satu saluran telinga bisa terdapat ribuan tungau dan dapat menular melalui
kontak langsung.

Ø Tugau pada anjing (Demodex canis)

Demodex canis

Sumber : http://kandadvm.blogspot.com/2009_11_01_archive.html

Tungau tersebut memiliki bentuk tubuh memanjang seperti wortel atau cacing dengan ukuran
yang bervariasi, umumnya memiliki panjang 0,25 mm dan lebar 40 cm. Tubuh tungau terdiri atas
kepala dan thoraks yang menyatu. Abdomen yang panjang , dilengkapi dengan empat pasang
kaki yang pendek, tumpul dan terdiri atas lima ruas. Bagian mulut memiliki sepasang palpus dan
chelicerae serta hipostom tunggal.

Daur Hidup Demodex sp

http://kandadvm.blogspot.com/2009_11_01_archive.html
Daur hidup Demodex canis berlangsung dalam tubuh inangnya (anjing) terdiri atas lima tahapan
yaitu telur berbentuk lonjong seperti gelondongan, menetas menjadi larva yang mempunyai enam
buah kaki yang berujung dengan cakar, protonimfa dan deutonimfa yang berkaki delapan dan
bentuk dewasa yang dapat dikenal dalam satu siklus di dalam tubuh anang yang berlangsung
antara 18-24 hari .Tungau jantan dapat ditemukan di dekat permukaan kulit, sedangkan betina
yang telah dibuahi meletakan 20-24 butir telurnya di dalam folikel rambut. Telur akan menetas
menjadi larva kemudian menjadi nimfa, bergerak melewati aliran sebaceus (kelenjar keringat) ke
muara dari folikel rambut dan disanalah mereka akan menjadi dewasa dan mengulangi siklus
hidupnya.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Arachnoidea adalah salah satu bagian dari kelas Arthropoda (hewan kaki beruas), kebanyakan
merupakan penghuni darat yang paling berhasil. Kunci keberhasilan Arachnoidea terletak pada
kemampuannya untuk dapat tinggal di habitat yang mana serangga lain tidak dapat mencapai
keunggulan dan meyesuaikan diri. Kelas arachnoidea mencakup jenis kalajengking, laba-laba,
tungau, dan caplak.

Arachnoidea berbeda dengan serangga karena memiliki empat pasang kaki. Tubuhnya terdiri dari
dua bagian yaitu cephalotoraks dan abdomen. Reproduksi terjadi secara seksual, yaitu dengan
persatuan ovum dan sperma yang terjadi dalam tubuh betinanya (fertilisasi internal). Hewan
jantan dan hewan bebetina terpisah (diesis). Ada yang ovivar, ovovivipar,dan vivipar. Spesies
Arachnoidea jumlahnya kurang dari 100.000 spesies dan diklasifikasikan dalam sejumlah ordo,
yang jumlahnya belum tentu sama karena tergantung orang yang membuat penggolongan kelas
arachnoidea ini.

Arachnoidea bermanfaat untuk pengendalian populasi serangga terutama serangga hama. Akan
tetapi hewan ini juga banyak merugikan manusia terutama
hewan Acarina misalnya: Caplak menyebabkan gatal atau kudis pada manusia, Psoroptes
equi menyebabkan kudis pada ternak,dan Otodectes cynotis (tungau kudis telinga) menyerang
anjing dan kucing).

ARACHNIDA

Arachnida berasal dari kata arachne yang artinya laba-laba. Ukuran


tubuhnya kurang dari 0,1 mm-18 cm. arachnida purba hidup di air, namun hamper

semua arachnida masa kini hidup di darat. Anggota Arachnida meliputi

kalajengking, laba-laba, tungau atau caplak. Kebanyakan hewan ini bersifat

parasit yang merugikan manusia, hewan dan tumbuhan. Arachnida bersifat

karnivora sekaligus predator. Perbedaan arachnida dengan kelasa lainnya adalah

tidak adanya antenayang biasanya terdapat di kepala.

Ciri-ciri Arachnida

1. Tubuh terbagi atas kepala-dada (sefalotoraks) dan perut yang dapat

dibedakan dengan jelas, kecuali Acarina. Sefalotoraks dilindungi oleh

bagian yang keras yang disebut carapace.

2. Pada bagian kepala-dada tidak terdapat antena, tetapi mempunyai beberapa

pasang mata tunggal, mulut, kelisera dan pedipalpus.

3. Mempunyai 4 pasang kaki pada kepala-dada, sehingga sering disebut

dengan dekapoda

4. Pad abdomen tidak memiliki anggota badan(appendages) jika ada biasanya

kecil dan berfungsi sebagai alat reproduksi, pemintal jarring dan tidak

digunakan untuk alat pergerakan.

5. Alat ekskresi dilengkapi dengan saluran malphigi dan kelenjar coxal.

6. Alat pernafasan berupa trakea, paru-paru buku atau insang buku.

7. Alat kelamin jantan dan betina terpisah, lubang kelamin terbuka pada

bagian anterior abdomen, pembuahan internal (di dalam).

8. Sistem saraf tangga tali dengan ganglion dorsal (otak) dan tali saraf ventral

dengan pasangan-pasangan ganglia.

9. Alat mulut dan alat pencernaan makanan untuk mengisap serta memiliki

kelenjar racun. Alat mulut dilengkapi dengan chelicerae dan pedipalpus

yang berbentuk capit. Makanan ditangkap dengan jaring tepid dan ada
pula yang dihisap dari inangnya oleh arachnida yang hidupnya sebagai

parasit. Alat pencernaan makanan berturut-turut mulai dari

mulut,perut,usus halus,usus besar,kantung,feses,anus. Alat pencernaan

dilengkapi dengan lima pasang usus buntu dan terletak di bagian depan

dan hati di bagian abdomen

10. Habitat (tempat hidup) di darat, pada umumnya tetapi ada pula sebagai

parasit.

11. System reproduksi terjadi secara seksual yaitu dengan persatuan ovum dan

sperma yang terjadi dalam tubuh betina atau di internal.

12. sistem peredaran darah terbuka dan menggunakan jantung dan pembuluh

arteri.jantung pembuluh terdiri dari kantung otot yang memiliki ostium di

setiap ruas.

13. Alat indra terdiri dari 8 buah mata sederhana dan sepasang pedipalpus

yang fungsinya mirip antenna.

Klasifikasi

Kelas arachnida terbagi menjadi beberapa ordo yaitu:

a. Skorpiones

Tubuh berbuku-buku dan juga beruas-ruas.berbisa dan memiliki empat

pasang kaki. Contohnya:

- Kalajengking (Vejovis sp, Hadrurus sp, Centrurus sp)

- Ketonggeng (Buthus)
Hewan ini memiliki perut beruas-ruas dan ruas terakhir berubah menjadi

alat pembela diri.

b. Ordo Araneae

Merupakan hewan pemangsa (karnivora) bahkan kadang-kadang

kanibal.mangsa utamnya adalah serangga.mampu menghasilkan benag

sutera yang merupakan helaian serat protein yang tipis namun kuat dan

keluar dari spinneret. Contohnya adalah segala macam laba-laba, antara

lain :

- Laba-laba jaring kubah (terdapat di Bostwana, Afrika Selatan)

- Laba-laba primitif Liphistius (di rimba Asia Tenggara)

- Laba-laba penjerat (di Malaysia)

- Laba-laba pemburu (di Meksiko)

- Laba-laba srigala

- Laba-laba beracun Latrodectes natans dan Laxosceles reclusa

- Tarantula (Rhechostica hentz)

c. Ordo Acarina

Berperan sebagai hama dan juga hidup parasit pada mahluk hidup

lainnya. Segmentasi tubuh tidak jelas dal dilengkapi dengan bulu-bulu atau

rambut yang kaku. Chepalothorax dijumpai adanya empat pasang kaki.tipe

mulut penusuk dan penghisap yang memiliki bagian-bagian satu pasang

celicera(masing- masing terdiri dari tiga segmen) dan satu pasang pasang

pedipalpos.celicera membentuk alat seperti jarum sebagai penusuk. Contoh

tangau (Mites) dan kutu. Daur hidupnya mengalami 4 fase, yaitu telur –> larva –>

nimfa –> dewasa.


Peranan Arachnida

1. Arachnida bermanfaat untuk pengendalian populasi serangga terutama serangga

hama. Akan tetapi hewan ini juga banyak hewan ini juga banyak merugikan

manusia terutama hewan Acarina misalnya:

2. Caplak menyebabkan gatal atau kudis pada manusia

3. Psoroptes equi menyebabkan kudis pada ternak domba, kelinci, kuda.

4. Ododectes cynotis (tungau kudis telinga) menyerang anjing dan kucing.

KESIMPULAN

Arachnida merupakah salah satu dari filum Arthropoda. Yang

membedakan arthopoda dengan kelas arachnida lain adalah tidak memiliki antena

dan struktur kaki yang terletak pada cepalothorax. Yang termasuk dalam kelas

arachnida adalah laba-laba, kalajengking, dan tungau. Arachnida dibagi menjadi 3

ordo yaitu acarina, araneae dan ascorpiones. Dalam kehidupan sehari-hari kelas

arachnida terutama dari species acarina lebih banyak menimbulkan kerugiandaripada


keuntungannya bagi manusia.

LABA-LABA

A. Deskripsi Umum Laba-laba

Laba-laba atau labah-labah adalah sejenis hewan berkuku-kuku

(arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tidak

memiliki mulut pengunyah. Ilmu yang mempelajari laba-laba disebut

Arachnology.
Gambar 1. Laba-laba

Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Arachnida

Ordo : Araneae

Laba-laba bukan termasuk serangga tetapi kelas Arachnida, yaitu

sekelompok dengan caplak, tungau, dan kalajengking. Laba-laba termasuk ke

dalam ordo Araneae.Ordo laba-laba terbagi atas tiga golongan


besar pada subordo, yaitu Mesothelae, Mygalomorphae atau Orthognatha, dan

Araneomorphae (Suryadi, 2011).

B. Morfologi Laba-laba

Kelas Arachnida dibedakan dengan kelas yang lainnya dengan tidak


adanya anggota badan sebagai organ perasa yang sering disebut antena yang

biasanya terdapat di bagian depan kepala di keempat kelas lainnya.

Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya

memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang

sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan

segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara

cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau

pedicellus.

Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat

pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat

pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut

pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa

membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.

C. Struktur Anatomi dan Fisiologi Laba-laba

Di daerah sefalotorak terdapat khelisera, pedipalpi, mata dan tungkai

Khelisera merupakan sepasang organ yang digunakan untuk menaklukkan mangsa

atau menggigit sebagi bentuk pertahanan kalau terancam. Pada beberapa

kelompok laba-laba alat ini digunakan sebagai alat menggali (pada kelompok

laba-laba penjerat), untuk mengangkut mangsa dan membawa kantung telur pada

beberapa laba-laba lainnya. Setiap khelisera terdiri atas bagian dasar yang kuat

(paturon) dan bagian gigi taring yang dapat bergerak (fang). Fang ini terletak di

dalam celah dan akan bergerak saat berfungsi. Di dekat bagian ujung setiap fang

terdapat lubang halus tempat keluarnya venom, yang berasal dari kelenjar venom

di bagian dasar kelisera. Mulut laba-laba terletak tepat di belakang kelisera.


Sebagian besar laba-laba mempunyai 8 mata terletak di bagian depan sefalotoraks.

Pada bagian abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosoma dan

metasoma. Pada bagian posterior abdomen terdapat spineret yang merupakan

organ berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas. Didalam spineret terdapat

banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus atau

kelenjar benang abdomen. Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang

mengandung protein elastik. Protein elastik tersebut akan mengeras di udara

membentuk benang halus yang digunakan untuk menjebak mangsa.

Laba-laba bernapas dengan paru-paru buku atau trakea. Paru-paru buku

adalah organ respirasi berlapis banyak seperti buku dan terletak pada bagian

abdomen. Ekskresi laba-laba dilakukan dengan tubula ( tunggal = tubulus )

Malpighi. Tubula Malpighi merupakan tabung kecil panjang dan buntu dan organ

ini terletak di dalam hemosol yang bermuara ke dalam usus. Selain Tubula

Malpighi, ekskresi lainnya dilakukan dengan kelenjar koksal. Kelenjar koksal

merupakan kelenjar ekskretori buntu yang bermuara pada daerah koksa (segmen

pada kaki insecta).

Gambar 3. Anatomi dan Fisiologi Laba-laba

D. Daur Hidup Laba-laba


Setelah fertilisasi (pembuahan), labah-labah betina menghasilkan kantung telur, yang ukuran dan bentuknya
berbeda-beda tergantung spesies. Kantung telur umumnya terdiri atas kumpulan benang sutera yang
membungkus telur. Beberapa spesies meninggalkan kantung ini di dekat habitatnya atau di dalam galian. Telur
menetas di dalam kantung, dan labah labah muda berganti kulit sekali sebulum muncul. Labah-labah muda ini
disebut spiderling atau nimfa, dan sudah mencari makanan sendiri. Nimfa ini adalah bentuk miniatur labah-
labah dewasa, yang mempunyai spineret dan kelenjar racun yang sudah berfungsi. Nimfa mengalami molting
2-12 kali sebagai juvenil, tergantung jenis laba-labah, sebelum mencapai dewasa kelamin. Labah-
labah ini bisa memencar dengan mengembangkan benang-benang suteranya dan terbawa angin.

Daur hidup pada kebanyakan labah-labah pemintal benang adalah kurang dari 12 bulan, tetapi pada labah-
labah penggali tanah berekembang lebih lama dan
tampaknya mempunyai daur hidup yang lebih lama (beberapa tahun). Perkawinan labah-
labah sangat menarik. Organ reproduksi pada yang jantan terletak di pedipalpi. Bila siap berkopulasi laba-
laba jantan memintal jaring kecil
dan menaruh setitik spermanya di situ atau di tanah atau beberapa tumpukan

serasah. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dipindahkan ke dalam labu-

labu kecil pada pedipalpinya. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dengan

pedipalpi dan mencari betina, serta menyalurkannya kepada spermateka betina. Setelah betina dibuahi, jantan
seringkali ditangkap dan dimakan oleh yang betina.

Laba-laba mengalami sangat sedikit metamorfosis selama perkembangan

mereka. Apabila menetas, mereka kelihatan seperti dewasa-dewasa yang kecil.

Bila tungkai-tungkai hilang selama perkembangan, mereka biasanya dapat

beregenerasi. Laba-laba biasanya berganti kulit dari 4 sampai 12 kali selama

pertumbuhan mereka sampai dewasa. Kebanyakan laba-laba berumur 1-2 tahun

(Borror, 1996).

E. Ekologi Laba-laba

Laba-laba mampu beradaptasi di berbagai habitat namun laba-laba sangat

sensitif terhadap gangguan yang terjadi di lingkungannya. Adapun gangguan

lingkungan yang berdampak negatif terhadap kelimpahan laba-laba, antara lain:


pengolahan tanah, pemangkasan tumbuhan serta penggunaan pestisida sintesis.

Berubahnya komposisi spesies laba-laba di ekosistem pertanian sangat

dipengaruhi oleh berubahnya komposisi tanaman di lahan budidaya tanaman.

Beberapa riset menyimpulkan laba-laba rentan terhadap sejumlah pestisida.

Penurunan jumlah laba-laba akan berdampak terhadap peningkatan populasi

serangga pengganggu tanaman. Tanpa laba-laba, populasi serangga akan

menyebar tak terkendali sehingga menggagalkan panen dan menyebarkan

penyakit. Laba-laba juga menjadi makanan bermutu bagi makhluk lainnya.

Dimana laba-laba sangat berperan penting dalam jaring makanan karena

kebiasaan makan laba-laba (Historia, 2011).

Kunci kelangsungan keberhasilan araknid terletak pada kemampuannya

untuk mendiami habitat dimana serangga tidak mampu mencapai suatu

keunggulan. Dimana selagi serangga beterbangan di udara, araknid telah

berkembang dengan subur di banyak kawasan hunian, asalkan terdapat vegetasi

rendah, tumpukan dedaunan dan tanah dan dalam banyak hal lebih berhasil

daripada serangga pada situasi yang sedemikian. Seringkali hewan araknid

berukuran sangat kecil, tetapi memiliki peran utama untuk membatasi populasi

hama serangga serta dalam aneka proses biologis untuk meningkatkan kesuburan

tanah.

Hutan hujan tropis memiliki keanekaragaman spesies laba-laba yang

tinggi. Hal ini dikarenakan laba-laba menyukai habitat yang terlindung dari suhu

ekstrim, dapat menempelkan jaringnya, aman terhadap kerusakan sarang dan

jaringnya serta dapat memaksimalkan waktu mencari mangsanya. Laba-laba

banyak ditemukan pada iklim subtropis, sehingga di Indonesia sebagai negara

subtropis laba-laba banyak ditemukan dimana-mana, habitat laba-laba dapat

ditemukan dalam tanah, di bawah batu, di rumput, di cabang-cabang pohon, di


gua-gua dan di atas air.

Bagi laba-laba yang hidup di serasah, daun-daun yang gugur di hutan

merupakan habitat yang sesuai baginya. Jumlahnya meningkat lebih banyak

ketika lapisan serasah semakin tebal karena lebih banyak tempat tersedia untuk

bersembunyi dan terhindar dari suhu yang ekstrim (Suana, 2006).

F. Faktor Lingkungan

a) Suhu Udara

Suhu adalah faktor ekologis yang sangat terkenal dan juga sangat mudah

diukur. Pengaruh suhu bersifat umum. Seringkali suhu merupakan faktor

pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran hewan (Michael,1995).

Temperatur merupakan faktor lingkungan yang dapat menembus dan

menyebar ke berbagai tempat di muka bumi. Perubahan temperatur akan

mengubah faktor-faktor lingkungan abiotik lainnya, sehingga di tempat tersebut

terjadi perubahan kombinasi baru antara faktor-faktor lingkungan abiotik.

Arthropoda tidak dapat hidup pada suhu di bawah titik beku air. Suhu antara kira-

kira 10°C-40°C adalah temperatur optimum bagi hewan tersebut. jika temperatur

berubah dari 40°C-45°C dan 10°C-0°C hewan menjadi pingsan. Pada suhu antara

45°C-55°C dan 0°C-10°C hewan mengalami koma dan di atas 55°C atau di bawah

-10°C hewan akan mati (Susanto, 2000).

Jambu tumbuh dan berproduksi baik pada suhu rata-rata harian 27°C. Daerah

produsen utama jambu rata-rata mempunyai suhu harian minimum antara 15-25°C

dan maksimum antara 25-35°C (Lubis, 1994).


b) Kelembaban Udara

Jumlah uap air yang ada dalam udara diacu sebagai kelembaban. Bobot

sebenarnya uap air yang ada dalam satuan bobot udara dinyatakan sebagai

kelembaban mutlak. Karena suhu dan tekanan mempengaruhi kelembaban, maka

biasanya diukur sebagai kelembaban relatif. Kelembaban relatif adalah persen uap

air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kadar kejenuhan dalam suhu dan

tekanan yang sedang ada (Michael, 1995).

Kelembaban merupakan jumlah uap air yang terdapat di udara. Kelembaban

mutlak adalah rasio berat uap air per satuan udara (gram per kilogram udara).

Beberapa hal penting yang berkaitan dengan kelembaban adalah :

1) Kelembaban dapat mempengaruhi efek temperatur terhadap organisme.

2) Kelembaban dapat berfluktuasi horizontal (malam hari kelembaban tinggi,

sedangkan siang hari kelembaban rendah)

3) Kelembaban juga berfluktuasi vertikal (pada suatu tempat dengan

ketinggian tertentu mempunyai kelembaban tertentu)

4) Kelembaban, temperatur dan cahaya berperan sangat besar dalam

mengatur aktivitas organisme dan sering menjadi faktor pembatas terhadap

penyebaran organisme (Subagja, 2001).

Kisaran kelembaban nisbi optimum di daerah-daerah pertanaman jambu cukup

luas. Kelembaban nisbi untuk tingkat sangat sesuai adalah antara 70-80%, untuk

tingkat sesuai 60-70% dan yang kurang dari 60% atau lebih dari 80% tergolong

sesuai (Lubis, 1994).

c) Intensitas Cahaya

Cahaya merupakan salah satu sumber daya yang menghasilkan energi bagi
kehidupan organisme. Cahaya mempengaruhi gerakan hewan, terutama hewan-

hewan kecil. Arah datangnya cahaya dapat mempengaruhi arah gerakan hewan.

Hewan ada yang mendekati sumber cahaya, dan ada yang menjauhi sumber

cahaya. Dalam Susanto (2000) menurut Kikkawa (1974) intensitas cahaya

mempengaruhi kecepatan gerak dan arah gerak hewan-hewan tertentu. Misalnya :

gerakan larva lalat menjadi makin cepat jika intensitas makin kuat, dan menjadi

lambat jika intensitas cahaya menjadi lemah (Susanto, 2000).

Tanaman jambu sangat menyukai sinar matahari dan kemungkinan besar

tidak berproduksi apabila kekurangan sinar. Karena itu matahari yang bersinar

sepanjang tahun dengan jumlah penyinaran yang cukup, berpengaruh baik

terhadap pertumbuhan tanaman (Lubis, 1994).

G. Struktur Jaring Laba-laba

Jaring laba-laba terbuat dari benang-benang kerangka penahan-beban dan

benang spiral penangkap berlapiskan zat perekat, serta benang pengikat yang

menyatukan benang kerangka penahan beban, benang-benang spiral penangkap,

dan benang pengikat.

Jaring sutera laba-laba adalah material yang sangat kuat, 20 kali lebih kuat

daripada baja dan dua kali lebih lentur dari pada serat poliamide. Dapat

diregangkan hingga 31% tanpa patah, lebih lentur daripada serat aramid, lebih

halus daripada rambut manusia dan lebih ringan daripada katun (Khairulhadi,

2010).

Ada tiga komponen yang membentuk sarang laba-laba, yaitu benang jenis

kuat dan tegang yang mengarah ke luar (radial threads) yang berpotongan pada

titik pusat sebagai porosnya (hub), benang yang menjadi kerangka bagian luar

sarang (frame threads), dan benang jenis kendur dan lengket berbentuk spiral yang
mampu menjebak mangsa (capture radial).

Beberapa jenis laba-laba, misalnya orb-weaver, membuat perangkap jaring

yang terbuat dari benang sutra halus. Sutra itu dihasilkan oleh kalenjar pada

bagian belakang abdomen lalu keluar dari saluran yang disebut spineret. Sutra

halus kemudian mengeras menjadi benang yang kuat. Benang tersebut

ditempelkan pada pohon terdekat atau penyangga lainnya untuk membuat struktur

jaring. Laba-laba kemudian menambahkan bentuk spiral pada jaring

menggunakan jenis sutra berbeda yang lengket untuk menangkap mangsa.

Setelah membuat jaring, laba-laba akan menunggu di bagian tengah jaring

atau bersembunyi didekatnya. Sehelai benang penanda akan membuat laba-laba

merasakan getaran akibat mangsa yang tertangkap dan meronta-ronta. Laba-laba

akan segera menghampiri dan menggigit mangsa, kemudian membungkusnya

dengan sutra untuk mencegahnya melarikan dirinya. Dengan demikian mangsanya

dapat dimakan kapan saja (Setford, 2005).

Ada banyak jenis jaring laba-laba yang dapat kita temukan di dunia ini.

Bentuk jaring laba-laba dapat dibedakan berdasarkan cara laba-laba menenunnya,

yaitu :

1. Jaring bola spiral, yang dihasilkan oleh laba-laba famili Araneidae,

Tetragnathidae dan Uloboridae.

2. Sarang laba-laba, berhubungan dengan famili Theridiidae.

3. Corong, dibagi menjadi primitive dan modern.

4. Pipa, Lembaran, dan Kubah (Khairulhadi, 2010)


Gambar 4. Jaring Laba-laba

H. Klasifikasi Laba-laba

Hingga sekarang, sekitar 40.000 spesies laba-laba telah dipertelakan, dan

digolong-golongkan ke dalam 111 suku. Akan tetapi mengingat bahwa hewan ini

begitu beragam, banyak di antaranya yang bertubuh amat kecil, seringkali

tersembunyi di alam, dan bahkan banyak spesimen di museum yang belum

terdeskripsi dengan baik, diyakini bahwa kemungkinan ragam jenis laba-laba

seluruhnya dapat mencapai 200.000 spesies.

Beberapa keterangan famili laba-laba :


a. Famili Atypidae (Laba-laba pembuat sarang-kantung)

Laba-laba ini membuat buluh-buluh sutera di dasar batang pohon, buluh-buluh

menjulur dari tempat sedikit di dalam tanah sampai kira-kira 150 mm di atas

tanah. Apabila seekor serangga mendarat di atas buluh ini, laba-laba menggigit

melalui buluh, merenggut serangga tersebut, dan menariknya ke dalam buluh.

Laba-laba ini panjangnya 10-30 mm.

b. Famili Araneidae (Pemintal sarang berbentuk lingkaran)

Ini adalah kelompok yang besar dan sangat luas tersebar dan hampir semua

dari anggotanya membuat sebuah sarang laba-laba yang berbentuk lingkaran.

Terdapat cukup keragaman dalam ukuran, warna dan bentuk dalam famili ini.

c. Famili Tetragnathidae (Pemintal sarang bentuk lingkaran yang bergeraham


panjang)

Laba-laba ini memiliki kelisera-kelisera yang sangat panjang dan menjulur,

terutama pada yang jantan. Kebanyakan jenis berwarna kecoklat-coklatan dan

secara relatif panjang dan ramping, tungkainya, terutama pasangan bagian depan,

sangat panjang. Laba-laba ini biasanya didapatkan didaerah yang berawa.

d. Famili Agelenidae (Laba-laba pembuat sarang berbentuk corong)

Laba-laba ini adalah sebuah kelompok yang besar (kira-kira 250 jenisnya di

Amerika Utara) dari laba-laba umum yang membuat sarang laba-laba seperti

lembaran di rumput-rumputan, di bawah karang atau papan-papan dan di

reruntuhan. Sarang dari jenis yang lebih besar agak berbentuk corong dengan satu

tempat persembunyian yang berbentuk buluh mengarah ke bawah masuk dalam

bahan dimana sarang tersebut terbuat.

e. Famili Hahniidae (Laba-laba pembuat sarang-lembaran Hahniid)

Hahniid-hahniid adalah laba-laba yang kecil, panjangnya 1,5-3,2 mm, dengan

alat pembuat benang dalam satu baris transversal tunggal. Mereka membuat

sarang laba-laba serupa dengan Agelenidae, tanpa tempat persembunyian seperti

corong. Sarang laba-laba tersebut sangat halus dan jarang terlihat kecuali tertutup

oleh embun (Borror, 1996)

Ordo laba-laba ini selanjutnya terbagi atas tiga golongan besar pada aras

subordo, yakni:

1. Mesothelae, yang merupakan laba-laba primitif tak berbisa, dengan ruas-

ruas tubuh yang nampak jelas; memperlihatkan hubungan kekerabatan

yang lebih dekat dengan leluhurnya yakni artropoda beruas-ruas.

2. Mygalomorphae atau Orthognatha, yalah kelompok laba-laba yang

membuat liang persembunyian, dan juga yang membuat lubang jebakan di

tanah. Banyak jenisnya yang bertubuh besar, seperti tarantula dan juga
lancah maung.

3. Araneomorphae adalah kelompok laba-laba ‘modern’. Kebanyakan laba-

laba yang kita temui termasuk ke dalam subordo ini, mengingat bahwa

anggotanya terdiri dari 95 suku dan mencakup kurang lebih 94% dari

jumlah spesies laba-laba. Taring dari kelompok ini mengarah agak miring

ke depan (dan bukan tegak seperti pada kelompok tarantula) dan

digerakkan berlawanan arah seperti capit dalam menggigit mangsanya

I. Laba-laba Pejaring

Laba-laba pejaring sering juga disebut sebagai laba-laba penenun atau

pemintal. Dimana laba-laba pejaring ini menggunakan perutnya untuk

menghasilkan semacam perangkap benang yang dirajut seperti jaring. Benang

tersebut sangat lentur, lengket dan sangat kuat. Cukup kuat untuk membuat lalat,

maupun capung yang terbang terjerat dan tak mampu bergerak lagi. (Firmansyah

D, 2011).

Laba-laba menunggu mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik

daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan atau lubang di tanah yang ditutupi

kamuflase. Beberapa jenis memiliki pola warna yang menyamarkan tubuhnya di

atas tanah, batu atau pepagan pohon sehingga tidak perlu bersembunyi. Adapun

mangsa utama laba-laba adalah serangga. Untuk menandai kehadiran mangsanya

pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik pada jaring-jaring suteranya

maupun pada tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba yang

mampu merasai perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada

rambut-rambut di kakinya.

Beberapa spesies laba-laba yang membuat jaring yaitu : Nephila maculata

(pada pohon kelapa), Cyrtophora moluccensis (di kebun), Cheirachantium sp (di


kebun pertanian organik), Argiope catenula (di kebun sayur), Cyclosa sp (di

kebun sayur), Castianeira tiranglupa, Phrurolithus ulotulisus, Oxyopes sp (di

kebun teh), Famili Agelenidae, Araneidae, Tetragnathidae (di jambu).

Ilmuwan-ilmuwan dari University of Akron di Ohio, Amerika Serikat,

melakukan uji coba untuk mencari tahu zat yang disimpan laba-laba untuk

memproduksi benang sutra ini. Profesor dari University of Akron Ali Dhinojwala,

Kandidat Doktor Vasav Sahni, dan Profesor Biologi Todd Blakledge ingin

mengetahui zat yang membuat jaring laba-laba jadi lengket.

Penelitian mereka menunjukkan zat tersebut terbuat dari polimer yang

kental dan elastis. Kekentalan dan elastisitas membantu laba-laba menangkap

serangga yang terbang dengan cepat. Mangsa pun terjebak di jaring hingga laba-

laba dapat melahap mereka. Laba-laba penenun punya cara lain melumpuhkan

mangsa. Mereka dapat membungkus mangsanya dengan lilitan benang sutra. Ini

diperlukan jika mangsa memiliki alat pertahanan yang berbahaya, seperti lebah.

Cara membungkus ini juga dilakukan laba-laba untuk menyimpan mangsanya

sambil menuggu waktu yang tepat untuk makan.

J. Laba-Laba beracun
1. The Tarantullas
Tarantulla di bagi menjadi dua yaitu New-World Tarantullas dan Old-World Tarantullas. Banyak
ditemukan di Amerika dan Asia.
Khusunya pada jenis Old-World Tarantullas, laba-laba ini memiliki racun necrotic yang sangat berbahaya,
bahkan di Asia beberapa kematian manusia disebabkan oleh gigitan Tarantula ini.

2. Brazilian Wandering Spider (Phoneutria nigriventer)


Pada tahun 2007, laba-laba ini masuk ke dalam Guinness World Records sebagai laba-laba beracunpaling
mematikan di dunia. Banyak ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah.

Laba-laba ini menghasilkan racun neurotoxic dalam dosis tinggi, satu gigitan cukup untuk membunuh
seorang manusia dewasa. Laba-laba ini lebih berbahaya dibanding dengan rivalnya Australian funnel-Web
Spider & Black Widows.

3. Australian Funnel-Web Spider (Hadronyche modesta)


Banyak ditemukan di bagian tenggara Australia, merupakan laba-laba penghasil racun neurotoxic.

Dimana racun ini dapat mengakibatkan kematian apabila tidak segera mendapatkan pertolongan pertama.
Racun laba-laba ini bernama atraxotoxin.

4. Mouse Spider (Missulena bradleyi)


Racun yang dihasilkan laba-laba ini sangat berbahaya bila tergigit olehnya. Beberapa kasus mengakibatkan
kematian.

Racun nectoric yang dihasilkan oleh laba-laba ini hampir menyerupai racun atraxotoxin. Banyak
ditemukan di Chili dan Australia.

5. Black Widow Spider (Latrodectus hasselti)


Siapa yang tidak kenal dengan laba-laba ini. Black Widow adalah laba-laba yang sangat terkenal karena
racunnya yang mematikan. Merupakan laba-laba penghasil racun neurotoxic yang sangat berbahaya.

Tersebar hingga ke seluruh penjuru dunia di lima benua. Uniknya racun dari Black widow digunakan
sebagai obat penawar dari racun hasil gigitan False Black Widows Spider

6. Brown Recluse spider (Loxosceles reclusa)


laba-laba ini tidak menggunakan jaring seperti layaknya laba-laba yang bergelantungan dirumah-rumah,
akan tetapi laba-laba ini menghasilkan racun necrotic yang memiliki dampak berbahaya bagi
manusia jika tergigit olehnya, laba-laba ini tersebar di dunia, terutama di california. laba-laba ini
memiliki ciri khas gambar biola di kepalanya.
Gambar Loxosceles reclusa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Entomologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari serangga. Istilah ini berasal dari
dua perkataan Latin - entomon bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan.

Sebagai bagian dari komunitas ekosistem bumi, serangga telah menjadi penentu keberadaan dan
perkembangan ekosistem di muka bumi. Interaksi antara serangga dengan manusia sudah
berlansung sejak manusia ada dan hidup di dunia. Serangga mempunyai peran penting dalam
kehidupan manusia. Nilai ekonomi serangga dapat mencapai trilyunan rupiah setiap tahun. Nilai
yang menguntungkan dapat berasal dari produk seperti madu, royal jelly, sutera, jasa penyerbukan,
agens hayati, perombak, pariwisata, sumbangan dalam ilmu pengetahuan, dan peran dalam
ekosistem. Jutaan ton produk pertanian hilang karena kerusakan yang disebabkan oleh serangga.
Begitu juga kerugian yang besar akibat gangguan kesehatan hewan dan manusia yang disebabkan
oleh penyakit yang ditularkan dan disebarkan oleh serangga. Trilyunan rupiah dana digunakan untuk
biaya pengendalian hama tanaman, hama pascapanen, hama permukiman serta penyakit pada
tanaman, hewan dan manusia yang ditularkan oleh serangga. Manusia sering memandang serangga
secara antroposentris, yaitu sebagai kelompok organanisme yang lebih banyak mendatangkan
kerugian daripada keuntungan bagi kehidupan manusia. Namun pada hakekatnya aspek-aspek
positif dan manfaat serangga bagi kehidupan manusia jauh lebih besar dibandingkan aspek-aspek
yang merugikan. Dengan belajar Entomogi kita bisa menempatkan serangga secara proporsional
dalam kehidupan, sehingga tidak memandang serangga sebagai hewan yang selalu merugikan.
Setelah mempelajari Bab I ini anda diharapkan mampu 1) menjelaskan batasan dan ruang lingkup
Entomologi, 2 menjelaskan berbagai cabang ilmu entomologi, 3) menunjukan kedudukan serangga
dalam phylum Artrophoda, 4) menjelaskan kelimpahan dan habitat-habitat yang dihuni serangga 5)
menjelaskan peranan serangga dalam kehidupan manusia.

B. Batasan Dan Ruang Lingkup Entomologi

Secara terbatas, Entomologi adalah ilmu yang mempelajari serangga (insecta). Akan tetapi, arti ini
seringkali diperluas untuk mencakup ilmu yang mempelajari Arthropoda (hewan beruas-ruas)
lainnya, khususnya laba-laba dan kerabatnya (Arachnida atau Arachnoidea), serta luwing dan
kerabatnya (Millepoda dan Centipoda). Dimasukannya Arthropoda lain sebagai bagian yang dibahas
pada Entomologi karena ada hubungan evolusioner/filogenetis dalam konteks pembahasan taksomis
dengan serangga. Selain itu dalam konteks fungsional Arthropoda lain berperan sebagai pemangsa
dan pesaing bagi serangga. Melalui entomologi kita akan diajak memgenal serangga lebih jauh.
Sebagai disiplin ilmu yang sudah berkembang pesat entomologi kini dapat dibagi menjadi dua
cabang ilmu yaitu Entomologi Dasar dan Entomologi Terapan.

Entomologi Dasar dibagi lagi menjadi sub-cabang ilmu yang lebih khusus antara lain:

1. Morfologi Serangga adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur tubuh serangga,
biasanya lebih ditekankan kepada bentuk dan struktur luar tubuh serangga.

2. Anatomi dan Fisiologi Serangga adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur organ
dalam serangga beserta fungsinya.

3. Perilaku (behavior) Serangga adalah ilmu yang mempelajari apyang dilakukan serangga,
bagaimana dan kenapa serangga melakukannya.

4. Ekologi Serangga adalah ilmu yang mempelajari hubungan serangga dengan


lingkungannya baik lingkungan biotic (organisme lain) maupun lingkungan abiotik, (faktor fisik dan
kimia).

5. Patologi Serangga adalah ilmu yang mempelajari serangga sakit baik tingkat individu
(patobiologi) maupun pada tingkat populasi (epizootiologi).

6. Taksonomi Serangga adalah ilmu yang mempelajari tatanama dan penggolongan


serangga.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Laba-laba

Laba-laba, atau disebut juga labah-labah, adalah sejenis hewan berbuku-


buku (arthropoda)dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tak memiliki
mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae; dan bersama
dengan kalajengking, ketonggeng, tungau —semuanya berkaki delapan— dimasukkan ke dalam
kelas Arachnida. Bidang studi mengenai laba-laba disebut arachnologi. Laba-laba merupakan hewan
pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga. Hampir
semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies dari suku Uloboridae dan
Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya
kepada musuh atau mangsanya. Meski demikian, dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar
200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan manusia.

Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu
menghasilkan benang sutera --yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat-- dari kelenjar
(disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk
membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa,
membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain.

B. Klasifikasi Laba-laba

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Arachnida

Ordo : Araneae

Subordo : Mesothelae

Mygalomorphae Araneomorphae

Genus : Salcitus

Spesies : Salcitus scenicus

Ø Keragaman Jenis

Hingga sekarang, sekitar 40.000 spesies laba-laba telah dipertelakan, dan digolong-golongkan ke
dalam 111 suku. Akan tetapi mengingat bahwa hewan ini begitu beragam, banyak di antaranya yang
bertubuh amat kecil, seringkali tersembunyi di alam, dan bahkan banyak spesimen di museum yang
belum terdeskripsi dengan baik, diyakini bahwa kemungkinan ragam jenis laba-laba seluruhnya
dapat mencapai 200.000 spesies.

Ordo laba-laba ini selanjutnya terbagi atas tiga golongan besar pada aras subordo, yakni:
· Mesothelae, yang merupakan laba-laba primitif tak berbisa, dengan ruas-ruas tubuh yang
nampak jelas; memperlihatkan hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan leluhurnya yakni
artropoda beruas-ruas.

· Mygalomorphae atau Orthognatha, yalah kelompok laba-laba yang membuat liang


persembunyian, dan juga yang membuat lubang jebakan di tanah. Banyak jenisnya yang bertubuh
besar, seperti tarantula dan juga lancah maung.

· Araneomorphae adalah kelompok laba-laba ‘modern’. Kebanyakan laba-laba yang kita temui
termasuk ke dalam subordo ini, mengingat bahwa anggotanya terdiri dari 95 suku dan mencakup
kurang lebih 94% dari jumlah spesies laba-laba. Taring dari kelompok ini mengarah agak miring ke
depan (dan bukan tegak seperti pada kelompok tarantula) dan digerakkan berlawanan arah seperti
capit dalam menggigit mangsanya.

Ø Cara hidup dan habitat

Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit, komensal, atau
simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut,
kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah.

Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun pasir, dan padang
rumput.

C. Morfologi Laba-Laba

Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua. Segmen bagian
depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan
dada (thorax). Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma.
Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau
pedicellus.

Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain
sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat
bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada
hewan jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.

Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya, mulut laba-laba
berupa alat pengisap untuk menyedot cairan tubuh mangsanya.

Mata pada laba-laba umumnya merupakan mata tunggal (mata berlensa tunggal), dan bukan mata
majemuk seperti pada serangga. Kebanyakan laba-laba memiliki penglihatan yang tidak begitu baik,
tidak dapat membedakan warna, atau hanya sensitif pada gelap dan terang. Laba-laba penghuni gua
bahkan ada yang buta. Perkecualiannya terdapat pada beberapa jenis laba-laba pemburu yang
mempunyai penglihatan tajam dan bagus, termasuk dalam mengenali warna.
Untuk menandai kehadiran mangsanya pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik pada
jaring-jaring suteranya maupun pada tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba
yang mampu merasai perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada rambut-
rambut di kakinya (Anonim, Tanpa tahun).

Ø Anatomi Laba-Laba

Anatomi laba-laba, meliputi:

1. esophagus, lambung penghisap, sekum, rectum, kelenjar-kelenjar hepatic, saku kloaka


dorsal dan anus sebagai sistem digesti.

2. Paru-paru yang terdiri dari lamel-lamel yang berlipat dalam ruang pernafasan, jantung
pada bagian dorsal abdomen yang terletak di ruang pericardial dan menerima darah melaluli
sepasang ostium. Darah dipompa keluar melalui pembuluh-pembuluh terus masuk ke sinus-sinus
tubuh. Sinus ventral menghubungkan sinus-sinus itu dengan paru-paru buku

3. Tabung Malphigi sebagai sistem eksresi

4. Ganglion ventral dan ganglion dorsal sebagai sistem saraf dan perasa

5. Gonad pada bagian ventral abdomen (Brotowidjojo, 1989).

Selain bagian bagian diatas laba laba juga dapat membuat sarang atau dapat juga disebut sutra. Dari
penelitian yang dilakukan Vollrath (1998), laba-laba mengeraskan suteranya dengan
mengasamkannya. Vollrath memusatkan penelitiannya pada laba-laba taman yang dikenal sebagai
Araneus diadematus, dan memeriksa saluran yang dilalui sutera sebelum keluar dari tubuhnya.
Sebelum memasuki saluran ini, sutera terdiri dari protein-protein sutera. Di dalam saluran ini, sel-sel
khusus mengeluarkan air dari protein-protein sutera tersebut. Atom-atom hidrogen yang diambil
dari air tersebut dipompakan ke bagian lain dari saluran dan menghasilkan bak asam. Ketika protein-
protein sutera bersentuhan dengan asam tersebut, protein-protein ini melipat dan saling
membentuk jembatan-jembatan yang mengeraskan suteranya. Agar sutera terbentuk, diperlukan
bahan-bahan lain dengan segudang sifat yang beragam (Yahya, 2001).

Menurut Scheibel (2004), kelenjar sutera menghasilkan suatu transisi dari ‘gel’ yang disimpan ke
serabut padat akhir. Gel yang dihasilkan oleh kelenjar dimasukkan ke dalam spinneret. Laba-laba
memiliki delapan spinneret, pada umumnya tersusun berpasangan. Tekanan serabut protein di
dalam suatu lingkungan mengandung air dikenal sebagai ‘ wet-spinning’. Proses ini mampu
memproduksi serabut sutera dengan diameter 2.5-4 m pada laba-laba alami. Spinneret pada laba-
laba merupakan suatu bagian yang sangat maju sebagai alat untuk mengorganisir protein sutera.
Secara rinci, spinneret menciptakan suatu gradien konsentrasi protein, pH, dan tekanan, yang
mendorong protein sutera dalam bentuk gel untuk menjadi fase kristal. Permulaan kelenjar pada
spinneret kaya akan thiol dan tyrosine. Ketika proses pembuatan sutera mulai, ampulla bertindak
sebagai suatu kantung (gudang penyimpanan) untuk serabut yang baru dihasilkan. Dari bagian
ampulla, memutar saluran pipa yang secara efektif memindahkan air dari sutera yang dihasilkan.
Pengeluaran sutera pada ujung distal saluran pipa, dan terdapat suatu klep. Klep tersebut berfungsi
untuk membantu menggabungkan lagi sutera yang patah atau rusak.
Spinneret pada Araneus diadematus terdiri dari beberapa kelenjar, yaitu sebagai berikut:

1. 500 buah glandulae piriformes, berfungi untuk penunjuk pemasangan jaring.

2. 4 buah glandulae ampullaceae, berfungsi untuk menghasilkan bingkai jarring.

3. 300 buah glandulae aciniformes, untuk lapisan kantung telur yang luar dan untuk
memperdaya mangsa.

4. 4 glandulae tubuliformes, untuk sutera kantung telur.

5. 4 glandulae aggregatae, berfungsi sebagai lem untuk saling menempelkan jaring.

6. 2 glandulae coronatae, berfungsi sebagai lem dalam bentuk benang (Anonim, Tanpa
tahhun).

Beberapa jenis laba-laba mempunyai kelenjar yang berbeda-beda untuk menghasilkan sutera,
misalnya untuk konstruksi sarang, pertahanan terhadap predator, menangkap mangsa, atau
mobilitas. Komponen dan material sutera berbeda-beda antara satu bentuk dengan bentuk yang
lain, disesuaikan khusus untuk penggunaannya agar optimal. Sebagai contoh, Argiope argentata
mempunyai lima jenis sutera yang berbeda, masing-masing jenis sutera untuk suatu tujuan yang
berbeda, yaitu:

1. Dragline sutera, digunakan untuk komunikasi antar sarang. Memiliki ciri sekuat baja dan
tahan lama.

2. Capture spiral sutera, yang digunakan untuk menangkap mangsa, memiliki ciri lengket,
sangat kuat dan elastis.

3. Tubiliform sutera, digunakan dalam pembuatan kantung telur. Bersifat melindungi,


terdiri dari sutera paling kaku.

4. Aciniform sutera, digunakan untuk menangkap dan membungkus mangsa. Memiliki ciri 3
kali lebih kuat daripada sutera yang lain.

5. Minor ampullate sutera, digunakan untuk perancah selama pembuatan konstruksi jaring.

D. Reproduksi Pada Bangsa Laba-Laba

Semua makhluk hidup memiliki mekanisme untuk mempertahankan eksistensi spesiesnya. Melalui
mekanisme yang disebut reproduksi, spesies-spesies bertahan dari kepunahan. Keturunan hanya
akan terjadi jika individu-individu yang melangsungkan perkawinan merupakan spesies yang sama.

Tidak perlu berpanjang lebar membahas reproduksi makhluk hidup secara umum, langsung pada
pembahasan mengenai perkembangbiakan pada laba-laba dan kerabatnya. Secara umum dapat
dikatakan Arachnida bereproduksi secara seksual dengan fertilisasi bersifat internal, sama seperti
pada manusia. Hanya saja perlu diketahui bahwa proses yang berlangsung tidak sama dengan
reproduksi pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya. Pada laba-laba dan arachnid lainnya,
sperma individu jantan dimasukkan ke dalam tubuh individu betina dengan tidak menggunakan
organ genital jantan. Dengan kata lain, ada fase yang disebut fase intermediet sebelum terjadinya
fertilisasi. Adanya fase intermediet juga terjadi pada beberapa serangga tak bersayap, dan myriapod.

Amblypygi (whip spider) memiliki 5 tahapan dalam proses perkawinan (Weygoldt 2000). Dimulai dari
tahap percumbuan, ditandai dengan ritual tertentu sebagai bentuk persiapan. Pada beberapa jenis
jantan dan betina melakukan ‘tarian’ unik. Tahap selanjutnya adalah pembentukan spermatophore
sebagai alat transfer spermatozoa kepada betina. Individu jantan kemudian melakukan atraksi untuk
menarik/memikat sang betina agar mengambil sperma dari spermatopore. Tahapan tersebut
kemudian diikuti dengan proses transfer spermatozoa dari spermatophore ke tubuh individu betina.
Keempat tahapan diakhiri dengan ritual pascakawin. Setiap tahapan di atas bervariasi pada tiap
jenis.

Laba-laba (khususnya Araneomorphae, Entelegyne) memiliki mekanisme yang berbeda, sperma


disimpan dalam pilinan benang dan selanjutnya ditransfer ke organ khusus pada ujung pedipalpi
sang jantan. Proses percumbuan seringkali beresiko bagi jantan, mengingat sifat dominan individu
betina. Jantan harus mampu mengenali bahwa individu betina berasal dari jenis yang sama dan siap
untuk kawin. Tarian khusus dilakukan untuk menghindari pemangsaan oleh betina. Ritual
percumbuan sangat menentukan keberhasilan perkawinan, mengingat kesalahan sedikit dalam
ritme vibrasi atau sentuhan bisa berakibat fatal bagi sang jantan.

Jika proses percumbuan berhasil, maka individu jantan dapat mentransfer spermanya ke tubuh sang
betina melalui organ yang disebut epygnum yang berada pada ventral abdomen. Laba-laba
menggunakan R-strategy dalam bereproduksi, artinya menghasilkan banyak anak. Jumlah telur yang
dihasilkan bervariasi, betina dapat menghasilkan ribuan telur. Adelocosa anops (Lycosidae) dari
beberapa gua di Hawaii hanya menghasilkan 15-30 butir telur (Kendall & Reyer 2006), meskipun
pada lycosid epygean setidaknya menghasilkan 100 butir telur. Mengingat tingkat reproduksi yang
rendah dan tekanan kerusakan habitat, jenis troglobit tersebut telah masuk list endangered.

Telur laba-laba disimpan dalam kantong, yang memiliki fungsi utama untuk melindungi telur dan
menjaga kelembaban agar tetap stabil. Induk betina memiliki mekanisme berbeda-beda dalam
menjaga telur, antara lain dengan menyimpan dalam sarang, membawanya dengan chelicera, atau
menempelkan pada ventral menggunakan benang. Betina pada beberapa jenis mati setelah bertelur.

Beberapa jenis laba-laba dan arachnid lainnya memiliki perhatian khusus pada anak-anak mereka.
Bentuk perhatian tersebut misalnya dengan menggendong di bagian dorsal abdomen, atau dengan
cara memberikan makanan selama bayi-bayi masih lemah.

E. Kelompok Laba-laba

Ø Arachnoidea

Arachnoidea (dalam bahasa yunani, arachno = laba-laba) disebut juga kelompok laba-laba, meskipun
anggotanya bukan laba-laba saja.Kalajengking adalah salah satu contoh kelas Arachnoidea yang
jumlahnya sekitar 32 spesies.Ukuran tubuh Arachnoidea bervariasi, ada yang panjangnya lebih kecil
dari 0,5 mm sampai 9 cm.Arachnoidea merupakan hewan terestrial (darat) yang hidup secara bebas
maupun parasit.Arachnoidea yang hidup bebas bersifat karnivora.Arachnoidea dibedakan menjadi
tiga ordo, yaitu Scorpionida, Arachnida, dan Acarina.Scorpionida memiliki alat penyengat beracun
pada segmen abdomen terakhir, contoh hewan ini adalah kalajengking (Uroctonus mordax) dan
ketunggeng ( Buthus after).Pada Arachnida, abdomen tidak bersegmen dan memiliki kelenjar
beracun pada kaliseranya (alat sengat), contoh hewan ini adalah Laba-laba serigala (Pardosa
amenata), laba-laba kemlandingan (Nephila maculata).Acarina memiliki tubuh yang sangat kecil,
contohnya adalah caplak atau tungau (Acarina sp.).

Berikut adalah ciri-ciri dari salah satu hewan Arachnoidea yang sering kita jumpai, yaitu laba-
laba.Tubuhnya terdiri dari dua bagian, yaitu sefalotoraks (kepala-dada) pada bagian anterior dan
abdomen pada bagian posterior.Sefalotoraks adalah penyatuan tubuh bagian sefal atau kaput
(kepala) dan bagian toraks (dada).Pada sefalotoraks terdapat sepasang kalisera (alat sengat),
sepasang pedipalpus (capit), dan enam pasang kaki untuk berjalan.Kalisera dan pedipalpus
merupakan alat tambahan pada mulut.

Pada bagian abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosoma dan metasoma.Pada bagian
posterior abdomen terdapat spineret yang merupakan organ berbentuk kerucut dan dapat berputar
bebas.Didalam spineret terdapat banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar
benang halus atau kelenjar benang abdomen.Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang
mengandung protein elastik.Protein elastik tersebut akan mengeras di udara membentuk benang
halus yang digunakan untuk menjebak mangsa.

Laba-laba bernapas dengan paru-paru buku atau trakea.Paru-paru buku adalah organ respirasi
berlapis banyak seperti buku dan terletak pada bagian abdomen.Ekskresi laba-laba dilakukan dengan
tubula ( tunggal = tubulus ) Malpighi.Tubula Malpighi merupakan tabung kecil panjang dan buntu
dan organ ini terletak di dalam hemosol yang bermuara ke dalam usus.Selain Tubula Malpighi,
ekskresi lainnya dilakukan dengan kelenjar koksal.Kelenjar koksal merupakan kelenjar ekskretori
buntu yang bermuara pada daerah koksa (segmen pada kaki insecta).

Ø Myriapoda

Myriapoda (dalam bahasa yunani, myria = banyak, podos = kaki) merupakan hewan berkaki
banyak.Hewan kaki seribu adalah salah satunya yang terkadang kita lihat di lingkungan sekitar
kita.Myriapoda hidup di darat pada tempat lembap, misalnya di bawah daun, batu, atau tumpukan
kayu.Bagian tubuh Myriapoda sulit dibedakan antara toraks dan abdomen.Tubuhnya memanjang
seperti cacing.

Pada kaput terdapat antena, mulut, dan satu pasang mandibula (rahang bawah), dua pasang maksila
(rahang atas), dan mata yang berbentuk oseli (mata tunggal).Tubunya bersegmen dengan satu
hingga dua pasang anggota badan pada tiap segmennya.Setiap segmen terdapat lubang respirasi
yang disebut spirakel yang menuju ke trakea.Ekskresinya dengan tubula malpighi.Myriapoda bersifat
dioseus dan melakukan repsroduksi seksual secara internal.Myriapoda dibedakan menjadi dua ordo,
yaitu Chilopoda dan Diplopoda.

Ø Chilopoda

Kelompok hewan ini dikenal sebagai kelabang.Tubuhnya memanjang dan agak pipih.Pada kepalanya
terdapat antena dan mulut dengan sepasang mandibula dan dua pasang maksila.Pada tiap segmen
tubuhnya terdapat kaki dan sepasang spirakel.Pasangan pertama kaki termodifikasi menjadi alt
beracun.Alat penyengat digunakan unutk menyengat musuh atau pengganggunya.Sengatannya
menimbulkan bengkak dan rasa sakit.Contoh hewan ini adalah kelabang (scutigera sp.).

Ø Diplopoda

Hewan pada ordo ini dikenal dengan kaki seribu, meskipun jumlah kakinya bukan berjumlah
seribu.Ada yang menyebutkan nama lain seperti keluwing.Tubuhnya bulat panjang.Mulutnya terdiri
dari dua pasang maksila dan bibir bawah.Pada tiap segmen tubuhnya terdapat dua pasang kaki dan
dua pasang spirakel.Diplopoda tidak memiliki cakar beracun karenanya hewan ini bersifat hebivora
atau pemakan sisa organisme.Gerakkan hewan ini lambat dengan kaki yang bergerak seperti
gelombang.Bila terganggu hewan ini akan menggulungkan tubuhnya dan pura-pura mati.Contoh
hewan ini adalah kaki seribu(lulus sp.).

Ø Crustacea

Crustacea (dalam bahasa latinnya, crusta = kulit) memiliki kulit yang keras.Udang, lobster, dan
kepiting adalah contoh kelompok ini.

Umumnya hewan Crustacea merupakan hewan akuatik, meskipun ada yang hidup di darat.Crustacea
dibedakan menjadi dua subkelas berdasarkan ukuran tubuhnya, yaitu Entomostraca dan
Malacostraca.

Ø Entomostraca

Entomostraca adalah crustacea yang berukuran mikroskopik, hidup sebagai zooplankton atau bentos
di perairan, dan juga ada yang sebagai parasit.Contoh hewan ini adalah Daphnia, Cypris virens, dan
Cyclops sp.

Ø Malacostraca

Malacostraca adalah crustacea yang berukuran lebih besar dari pada entomostraca.Hewan yang
termasuk kelompok ini adalah Udang, lobster, dan kepiting.Berikut akan dibahas sedikit mengenai
urain hewan kelompok satu ini.

Udang memiliki ekssoskeleton yang keras untuk melindungi tubuhnya.Tubuhnya terdiri dari dua
bagian, yaitu kaput dan toraks yang menyatu membentuk sefalotoraks, serta abdomen.Dibagian
sefalotoraks dilindungi oleh eksoskeleton yang keras berupa karapaks.Karapaks memiliki duri di
ujung anterior yang disebut rostrum.Di dekat rostrum terdapar mata faset ( majemuk) yang
bertangkai.Pada kaput sefalotoraks merupakan penyatuan lima segmen.Dibagian kaput terdapat
sepasang antenula, sepasang antena, dan tiga pasang bagian mulut.Antenula berfungsi sebagai alat
peraba, sedangkan antena sebagai alat keseimbangan tubuh.Tiga pasang mulut terdiri dari sepasang
mandibula dan dua pasang maksila.Pada bagian toraks terdiri dari delapan segmen, terdapat tiga
pasang maksiliped, sepasang seliped, dan empat pasang kaki jalan(periopod).

Maksiliped tersebut berfungsi sebgai penyaring makanan.Seliped berfungsi untuk mencari makanan
dan melindungi diri dari musuh.Pada bagian abdomen terdapat lima pasang kaki renang
(pleopod).Pada ujung posterior terdapat telson dan sepasang alat kemudi untuk berenang
(urupod).Pada udang jantan, pasangan pleopod 1 dan 2 bersatu menjadi gonopod.Gonopod
berfungsi sebagai penyalur sperma saat kopulasi.Sedangkan pada wanita berfungsi untuk
melekatkan telur dan membawa anaknya.Saluran pencernaan udang terdiri dari mulut, esofagus,
lambung, usus, dan anus.Mulut dan esofagus terletak di bagian bawah sefalotoraks.Lambung (
terletak di sefalotoraks ) dan usus ( terletak di abdomen ) berada disepanjang bagian dorsal
tubuh.Hati yang merupakan kelanjar pencernaan terletak di bagian toraks dan abdomen.makanan
udang berupa berudu, larva, serangga, dan ikan-ikan kecil.Sisa metabolisme dikeluarkan melalui alat
kelenjar hijau yang terletak di kepalanya.Pernapasan dilakukan dengan insang yang terdapat di
bagian ventral tubuhnya dekat kaki.Sistem peredaran darah terdiri dari jantung, pembuluh darah,
dan sinus yang rongganya berdinding tipis.Organ kelamin bersifat dioseus.

Ø Insecta

Insecta (dalam bahasa latin, insecti = serangga).Banyak anggota hewan ini sering kita jumpai
disekitar kita, misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah, semut, capung, jangkrik, belalang,dan
lebah.Ciri khususnya adalah kakinya yang berjumlah enam buah.
Karena itu pula sering juga disebut hexapoda.

Insecta dapat hidup di bergagai habitat, yaitu air tawar, laut dan darat.Hewan ini merupakan satu-
satunya kelompok invertebrata yang dapat terbang.Insecta ada yang hidup bebas dan ada yang
sebagai parasit.

Tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan abdomen.Kaput memiliki
organ yang berkembang baik, yaitu adanya sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata
tunggal (oseli).Insecta memiliki organ perasa disebut palpus.
Insecta yang memiliki syap pada segmen kedua dan ketiga.Bagian abdomen Insecta tidak memiliki
anggota tubuh.Pada abdomennya terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung
trakea.Trakea merupakan alat pernapasan pada Insecta.Pada abdomen juga terdapat tubula
malpighi, yaitu alt ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan.Sistem sirkulasinya
terbuka.Organ kelaminnya dioseus.

F. Perkembangbiakan Laba-laba

Dalam kehidupan laba-laba, umumnya laba-laba jantan lebih kecil dari betinanya. Sebab itu,
biasanya setelah kawin, laba-laba betina akan segera memangsa perjantan. Untuk mencegah
dimangsa oleh betinanya, laba-laba jantan akan mengalihkan perhatian pasangannya dengan
memberikan mangsa lain atau laba-laba jantan membuat betina tidak dapat bergerak bebas dengan
mengikat benang sutra selama kawin.
Setelah proses perkawinan berakhir, laba-laba jantan harus segera menjauh secepat mungkin untuk
menghindari dimakan oleh sang betina.

Pada musim semi, sebagian besar laba-laba bertelur. Bentuk telurnya membulat dengan diameter
kira-kira 1 mm dan jumlahnya bervariasi sesuai dengan jenisnya. Laba-laba betina mengeluarkan
semua telurnya pada saat yang dan membuat "kokon" tunggal (selubung yang terbuat dari benang-
benang halus untuk melindungi telur). Untuk melindungi kokonnya, beberapa laba-laba
menyembunyikannya dalam tumbuhan atau di bawah batuan, dan induknya menjaga didekatnya.
Pada laba-laba jenis lain, si betina lebih suka membawa kokon berisi telur seperti ransel. Pada laba-
laba jenis tertentu, setelah telur menetas, anak-anak laba-laba memanjat punggung induknya dan
ikut bersamanya selama tahap awal perkembanga.

Pada umunya, laba-laba mengalami pertumbuhan langsung. Karena itu, bayi laba-laba sangat serupa
dengan laba-laba dewasa. Akan tetapi jika telur terbuka, laba-laba yang baru lahir sebagian besar
tidak mempunyai pertahanan dan beberapa bagian tubuhnya belum ada, misalnya laba-laba yang
baru lahir belum bermata dan kakinya belum dapat digunakan. Jika telur menetas, larva kecil dan
belum dapar bergerak muncul dan bertahan hidup dari persediaan makanan. Kemudian larva
tersebut menjadi nimfa, yang mampu mencari makanan sendiri. Dalam dalam perkembangan dan
selama hidupnya dapat berganti kulit 5 sampai 10 kali, serta biasanya selama berganti kulit mereka
bergantung terbalik.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa


utamanya adalah serangga. Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies
dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu
menginjeksikan bisamelalui sepasang taringnya kepada musuh atau mangsanya. Meski demikian,
dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar 200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan
manusia.

Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu
menghasilkan benang sutera --yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat-- dari kelenjar
(disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk
membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa,
membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Laba-laba

http://estiarana.blogspot.com/2010/12/laba-laba-lynx-oxyopes-javanus.html

http://www.scribd.com/doc/76749838/artikel-laba-laba

Você também pode gostar