Você está na página 1de 18

International Seminar

Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability


Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

The Professionalism of Vocational Teachers in Central Java and Yogyakarta


Sunarto(1); Didi Supriadi(2)*
*Corresponding author: didi.supriadi@ustjogja.ac.id

(1) (2) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

_____________________________________________________________________________________________

Abstract
This study aimed (1) to create a measurement instrument of the professionalism of vocational
teachers, (2) to determine the level of professionalism of vocational teachers in Central Java and
Yogyakarta. The research used descriptive quantitative method. The population is vocational teachers in
the Central Java province and Special Region of Yogyakarta. The samples are 341 vocational teachers
which come from 10 vocational schools. The data analyzed used descriptive statistic and histogram. This
research has succeeded in making instruments to measure the professionalism of vocational teachers. The
instrument consists of four aspects, namely pedagogic competence, personal competence, social
competence, and professional competence. The instrument refers to Law No. 14 of 2005 concerning the
Law of Teachers and Lecturers and the Ministry of Education Regulation No. 16 of 2007. The finding of
this research shown that the level of pedagogic competence is 74.61%, personal competence is 81.77%,
social competence is 81.55%, and professional competence is 76.79%. The level of professionalism of
vocational teachers in Central Java and Yogyakarta is 78.68% .

Keywords: teacher’s professionalism; vocational teachers; measurement of professionalism


_____________________________________________________________________________________

Background
Pendidikan vokasi di Indonesia memasuki babak baru dengan dikeluarkannya instruksi
Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Instruksi Presiden dikeluarkan karena bangsa Indonesia menghadapi tantangan global akibat
Revolusi Industri 4.0 di Abad 21. Gelombang besar Revolusi Industri 4.0 membiakkan teknologi
desruptif yang luar biasa dahsyat dan membuat turbulensi kehidupan baru, serta persaingan

1
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

global yang makin berat. Revitalisasi SMK diharapkan dapat mendongkrak kualitas tenaga kerja
Indonesia (Kamdi, 2017).
Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikeluarkan pada bulan Mei 2017 menunjukkan bahwa
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk usia 15 tahun ke atas berdasarkan latar belakang
pendidikan, lulusan SMK menempati posisi tertinggi, yaitu 9.84%. Posisi kedua adalah lulusan
Diploma I/II/III sebanyak 7,22%, lulusan SMA sebanyak 6.95 persen. Data dari Kementrian
Tenaga Kerja Tahun 2017 menunjukkan bahwa data pengangguran terbuka yang berasal dari
lulusan SMA sebanyak 19,74%. Tingginya persentase pengangguran lulusan SMK dapat
diartikan sebagai kurangnya keterampilan lulusna pendidikan menengah untuk masuk di
lapangan kerja. Profesionalisme guru mempunyai peranan penting dalam menentukan
keberhasilan siswa. Keberhasilan belajar siswa merupakan bagian dari dampak kepemilikan
kompetensi guru yang memadai dalam proses belajar mengajar. Keberhasilan belajar siswa dapat
dilihat dari kualitas atau perubahan yang ditunjukkan siswa setelah mengikuti pembelajaran,
sehingga dapat dinilai melalui sejauhmana kebutuhan belajar siswa dapat dipenuhi secara
optimal oleh guru.
Menurut Bambang (2017) standar kompetensi lulusan SMK ini selain memiliki implikasi
terhadap kurikulum dan buku teks pelajaran, juga memiliki implikasi terhadap uji kompetensi
siswa SMK. Oleh karena itu, perlu ada penyelarasan antara materi yang dipelajari para siswa
SMK dan materi uji kompetensi yang dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) di
bawah koordinasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Standar kompetensi lulusan pada
satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan utnuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan kejuruan.
Tingginya pengangguran yang berasal dari SMK, sedangkan tujuan khusus dari SMK
untuk menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau mengisi lapangan
pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri, menunjukkan bahwa tujuan dari SMK tersebut
belum tercapai. Belum tercapainya tujuan dari SMK tersebut menjadikan evaluasi tersendiri bagi
lembaga untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi.
Melihat dari fenomena ini, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi,
diantaranya adalah profesionalisme guru dalam menyampaikan materi, baik secara teori maupun
secara praktik, yang belum relevan dengan kebutuhan dunia kerja atau dunia industri.
Penyelarasan dan pemutakhiran kurikulum SMK memprioritaskan kesesuaian
perkembangan teknologi dan kesesuaian dengan kebutuhan riil dunia usaha dan industri (DUDI).
Pemerintah juga telah mendukung program kerja sama industri dengan melibatkan peran guru
kejuruan melalui program keahlian ganda yang didukung dengan program magang industri untuk
guru produktif dan guru tamu dari industri. Peningkatan kebekerjaan lulusan SMK akan
didorong melalui pemberian sertifikasi kompetensi lulusan melalui Lembaga Sertifikasi Profesi
Pihak Satu (LSP-P1). Selain itu, perluasan teaching factory di SMK dirancang agar mendorong
inovasi dan produktivitas lulusan SMK.

2
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

Strategi revitalisasi SMK salah satunya dengan peningkatan profesionalisme guru SMK.
Mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia (RI) No.14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, Pasal 1 ayat (1) dengan tegas menjelaskan bahwa Guru adalah tenaga professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia sekolah pada jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Ciri-ciri guru profesional menurut UU No.14 tahun
2005, Pasal 1 ayat 1 antara lain: (1) Mempunyai kompetensi pedagogic, yaitu kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran yang menyangkut merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan latihan dalam kegiatan
ekstrakulikuler, serta melaksanakan tugas tambahan yang diamanahkan oleh lembaga
pendidikan. (2) Mempunyai kompetensi kepribadian, yaitu menyangkut kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif, berwibawaan dan menjadi teladan bagi peserta didik. (3)
Mempunyai kompetensi profesi, yaitu menyangkut penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam. Sebagai tenaga pendidik dalam bidang tertentu sudah merupakan kewajiban
untuk menguasai materi yang menyangkut bidang tugas yang diampu. Apabila seorang turu tidak
menguasai materi secara luas dan mendalam, bagaimana mungkin mampu memahami persoalan
pembelajaran yang dihadapi di sekolah (4) Mempunyai kompetensi sosial, yaitu menyangkut
kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru, wali murid,
dan masyarakat. Kemampuan berkomunikasi dengan baik meruapkan salah satu penentu
keberhasilan seseorang dalam kehidupan komunikasi dan interaksi yang diharapkan muncul
antara guru dengan siswa berkaitan dengan interaksi yang akrab dan bersahabat.
Salah satu fokus revitalisasi SMK adalah juga dilakukan dari sisi pendidik dan tenaga
kependidikan, terutama guru. Selain ketersediaan, revitalisasi juga menyasar pada perbaikan
kompetensi guru. Identifikasi sejauhmana tingkat profesionalisme guru SMK penting dilakukan
untuk melihat sejauhmana kesiapan guru SMK menerapkan revitalisasi SMK. Diperlukan suatu
instrumen yang handal untuk mengukur tingkat profesionalisme guru SMK.

Literature Review
Between 1250-1750 words. It must use references of the last 10 years.
1. Diskripsi SMK
Sekolah kejuruan diselenggarakan bertujuan untuk mencetak lulusan yang siap kerja,
terampil, dan berdaya saing. Dengan kata lain, sekolah kejuruan membekali peserta didiknya
dengan keterampilan-keterampilan tertentu agar kelak setelah menyelesaikan pendidikan dapat
bersaing baik sebagai pekerja di dunia usaha/dunia industri (DUDI) maupun sebagai wiraswasta.
Pendidikan kejuruan (education for earning living) menekankan pada pendidikan yang
menyesuaikan dengan permintaan pasar (demand driven). kebersambungan (link) diantara
pengguna lulusan pendidikan dan penyelenggara pendidikan serta kecocokan (match) diantara
employee dengan employer menjadi dasar penyelenggaraan dan ukuran keberhasilan pendidikan
3
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

kejuruan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan kejuruan dapat dilihat dari tingkat mutu dan
relevansi yaitu jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian bidang pekerjaan dengan bidang
keahlian yang dipilih dan ditekuninya.
Kebijakan link and match pada awalnya merupakan penjabaran amanat GBHN 1993 dan
pada dasarnya berlaku untuk seluruh jenis dan jenjang pendidikan. Menurut Wardiman (1998)
kebijakan ini mengandung dua muatan penting, yaitu makna filosofis yang dimaksudkan untuk
membarui, menata, dan meluruskan sistem nilai, pola pikir, sikap mental, perilaku, dan kebiasaan
para pemikir, perencana, pengelola dan pelaku pendidikan kejuruan itu sendiri, serta kebijakan
operasional yang menjadi prinsip dalam penyusunan. Banyaknya tuntutan dunia usaha dan
industri terhadap pekerja terus meningkat. Kebutuhan akan keahlian dan kemampuan pekerja
menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan. Adanya kesesuaian antara dunia industri dan
dunia pendidikan SMK harus relevan, dimana siswa SMK harus dituntut untuk lebih menguasai
kompentensi dasar yang harus sesuai dengan kebutuhan kerja saat ini.
2. Profesional
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Profesional bersangkutan dengan
dengan profesi yang membutuhkan kepandaian khusus untuk menjalankannya. Sedangkan
menurut Lisa Anggraeny, Profesional adalah suatu tuntutan bagi seseorang yang sedang
mengemban amanahnya agar mendapatkan proses dan hasil yang optimal. Dan menurut Hary
Suwanda, profesional adalah seseorang yang ahli dibidangnya dan mengandalkan keahliannya
tersebut sebagai matapencahariannya.
Berdasarkan pendapat dari para Ahli tersebut dapat diartikan bahwa profesional
merupakan seseorang yang melaksanakan tugas sesuai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
yang dibebankan kepadanya.
3. Profesionalitas
Profesionalitas adalah sikap para anggota profesi yang benar-benar menguasai, sungguh-
sungguh kepada profesinya. Profesionalitas adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para
anggota profesi pada profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki
untuk dapat melakukan tugas mereka
4. Profesionalisasi
Dari segi bahasa, Profesionalisasi berasal dari kata professionalization yang berarti
kemampuan profesional. Pengertian Profesionalisasi Menurut Para Ahli Dedi Supriadi
(1998) Menurutnya, Profesionalisasi adalah pendidikan prajabatan dan/atau dalam jabatan.
Proses pendidikan dan latihan ini biasanya lama dan intensif. Eric Hoyle (1980) Menurut Eric
Hoyle, konsep profesionalisasi mencakup dua dimensi yaitu the improvement of status and the
improvement of practice (Peningkatan status dan peningkatan pelatihan).Demikian artikel
pembahasan tentang”
5. Profesionalisme Guru
Menurut Kiki Syahnarki, Profesionalisme adalah roh yang menggerakan, mendorong,
mendinamisasi dan membentengi TNO dari tendensi penyimpangan serta penyalahgunaannya
secara Internal maupun eksternal. Menurut Korten & Alfonso, Profesionalisme adalah kecocokan
4
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

(fitness) antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic-competence) dengan


kebutuhan tugas (ask-requirement).
Ciri-ciri profesionalisme:
1) Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang dapat dijadikan sebagai rujukan yang
baik.
2) Berusaha meningkatkan dan memelihara perilaku profesionalnya melalui perwujudan
perilaku profesional. Perwujudan tersebut dilakukan melalui berbagai cara misalnya dai cara
berpenampilan, cara berbicara, penggunaan bahasa, sikap tubuh badan, serta sikap hidupnya
ehari-hari.
3) Keinginan untuk sentiasa mengejar berbagai kesempatan pengembangan profesional yang
dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampiannya.
6. Istilah Profesionalisme guru
Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), istilah profesionalisme berasal dari Bahasa Inggris
profession yang berarti jabatan, pekerjaan, pencaharian, yang mempunyai keahlian. Selain itu,
Drs. Petersalim dalam kamus bahasa kontemporer mengartikan kata profesi sebagai bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu. Dengan demikian kata profesi secara
harfiah dapat diartikan dengan suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian dan ketrampilan
tertentu, dimana keahlian dan ketrampilan tersebut didapat dari suatu pendidikan atau pelatihan
khusus.
Adapun pengertian profesi secara therminologi atau istilah, sesuai apa yang diungkapkan
oleh para ahli adalah sebagai berikut: Roestiyah yang mengutip pendapat Blackington
mengartikan bahwa pofesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang terorganisir yang tidak
mengandung keraguaan tetapi murni diterapkan untuk jabatan atau pekerjaan fungsional. Dr.
Ahmad Tafsir yang mengutip pendapat Muchtar Lutfi mengatakan profesi harus mengandung
keahlian. Artinya suatu program harus ditandai dengan suatu keahlian yang khusus untuk profesi
itu. Prof. Dr. M. Surya dkk, mengartikan bahwa professional mempunyai makna yang mengacu
kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan
seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya.

Dari semua pendapat para ahli diatas, menunjukkan bahwa professional secara istilah
dapat diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan atau
dididik untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dan mereka mendapat imbalan atau hasil berupa
upah atau uang karena melaksanakan pekerjaan tersebut.

7. Faktor Penting Guru Profesional


Faktor terpenting yang menentukan keberhasilan sebuah lembaga pendidikan
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru / pendidik dalam rangka meningkatkan
sumber daya manusia http://gurukreatif.wordpress.com/2009/11/06/10-ciri-guru-profesional/,
diantaranya yaitu :
1) Selalu punya energi untuk siswanya
5
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

2) Punya tujuan jelas untuk Pelajaran


3) Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
4) Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
5) Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua
6) Punya harapan yang tinggi pada siswa nya
7) Pengetahuan tentang Kurikulum
8) Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
9) Selalu memberikan yang terbaik untuk Anak-anak dan proses Pengajaran
10) Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa
8. Ciri-ciri Guru Profesional
Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 10 ayat 1
ciri-ciri guru profesional sebagai berikut:
1) Mempunyai kompetensi pedagogic, Yaitu meyangkut kemampuan mengelola
pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran yang dimaksudkan tidak terlepas dari tugas pokok
yang harus dikerjakan guru.
2) Mempunyai kompetensi kepribadian, Yaitu menyangkut kepribadian yang mantap,
berahlak mulia, arif, berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik.
3) Mempunyai kompetensi profesi, Yaitu menyangkut penguasaan materi pelajaran secara
luas dan mendalam. Sebagai tenaga pendidik dalam bidang tertentu sudah merupakan
kewajiban untuk menguasai materi yang menyangkut bidang tugas yang diampu.
4) Mempunyai kompetensi social, Yaitu menyangkut kemampuan guru berkomunikasi dan
berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru, wali murid dan masyarakat. Kemampuan
berkomunikasi dengan baik merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang dalam
kehidupan.
9. Keilmuan dan Pengalaman
Sebagai guru yang professional, guru perlu mempunyai ciri-ciri professional seperti
berkemahiran. Antara kemahiran yang mesti dikuasi oleh guru adalah kemahiran berfikir;
kemahiran interpersonal, kemahiran komunikasi, kemahiran memimpin, serta kemahiran
berilmu.
1) Kemahiran Berfikir
Pemikiran melibatkan pengelolaan operasi-operasi mental tertentu yang berlaku dalam
sistem kognitif seseorang yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah. Pemikiran dilihat
sebagai aktiviti psikologikal yang membolehkan manusia melihat proses yang dialami dari
berbagai perspektif bagi menyelesaikan masalah dalam situasi yang sukar, (Dewey (1933)
Edward de Bono (1976)). Dari pandangan Islam, berfikir ialah fungsi akal yang
memerhatikan tenaga supaya otak manusia dapat bekerja dan beroperasi. Ada dua kemahiran
berfikir yang harus dimiliki seorang pendidik, yaitu:
a) Kemahiran Berfikir Secara Kritis
Dewey (1933), menyifatkan pemikiran kritis sebagai pemikiran reflektif yaitu memikir
dengan mendalam dan memberi pertimbangan yang serius tentang sesuatu. Pemikiran kritis
6
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

melibatkan tiga jenis aktiviti mental yaitu analisis, sintesis, dan penilaian; (Taksonomi
Bloom, 1956).
b) Kemahiran Berfikir Secara Kreatif
Pemikiran kreatif ditakrifkan sebagai kebolehan menggabungkan idea-idea bagi memenuhi
sesuatu keperluan, (Halpern,1984). Sebagai agen penggerak tamadun bangsa, guru perlu
sentiasa mencari ruang untuk merekayasa amalan mereka dalam menjamin kualiti
pendidikan.
2) Kemahiran Interpersonal oleh karena guru merupakan teras penting dalam aspek
pembangunan pendidikan negara, guru seharusnya mempunyai berbagai ciri dan kemahiran-
kemahiran profesional.
3) Kemahiran Komunikasi
Seorang guru yang profesional seharusnya memiliki atau mempunyai kemahiran komunikasi
yang baik. Komunikasi ialah satu asas perhubungan yang bertujuan menyampaikan khabar,
berita , mesej, pendapat atau maklumat kepada pendengar.
4) Kemahiran Memimpin
Di dalam organisasi sebuah kelas di sekolah posisi guru berada di atas sekali. Guru
memainkan peranan sebagai guru kelas untuk membimbing para pelajar ke arah
kecemerlangan dari segi akademik, sahsiah, dan jasmani.
5) Kemahiran Berilmu
Kehidupan seorang guru adalah sinonim dengan ilmu. Lazimnya masyarakat mengaitkan
guru dengan tanggungjawab memberi ilmu tetapi hakikatnya guru bukan sahaja
bertanggungjawab mencurahkan ilmu kepada para pelajarnya malah meningkatkan ilmu
merupakan salah satu kemahiran yang perlu ada di dalam diri setiap guru sebelum ilmu yang
ada itu dicurahkan kepada para pelajarnya.
10. Pengembangan Profesi dan Pembinaan Karir Guru Kejuruan
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat
pendidikdilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan
kembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan/atau olah raga. Pengembangan
dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan
keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan
fungsional. Pembinaan dan pengembangan keprofesian guru meliputi pembinaan kompetensi-
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Menurut PP No. 74 Tahun 2005 tentang Guru mengamanatkan bahwa terdapat dua alur
pembinaandan pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan profesi, dan
pembinaan dan pengembangan karir. Pembinaan dan pengembangan. Profesi guru meliputi
pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.Pembinaan dan
pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatanfungsional
Pembinaan dan Pengembangan profesi guru kejuruan
a. Pembinaan Guru Kejuruan Melalui supervisi

7
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

Menurut Bafadal (1992: 2) dalam Arif Rahman (2009) supervisi pengajaran adalah
serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
belajar mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran.
b. Pembinaan Guru Kejuruan Melalui Pelatihan
Fungsi pelatihan dalam organisasi adalah sebagai segala kegiatan yang dirancang untuk
memperbaiki kinerja personil dalam suatu pekerjaan di mana personil itu sedang atau akan
diangkat menjabat pekerjaan tertentu. Pendidikan dan pelatihan bagi pengembangan SDM
termasuk pengembangan profesi dan kinerja tenaga kependidikan sangat penting dikelola
dengan baik
c. Pembinaan Guru Kejuruan Melalui Pendidikan Lanjutan
Pembinaan kemampuan profesional guru melalui pendidikan lanjut adalah bentuk pembinaan
dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang
yang lebih inggi. Pendidikan lanjutan ini dapat dilakukan atas insiatif sendiri dengan ijin dari
atasan atau dapat juga melalui tugas belajar dariatasan.
11. Tuntutan Guru Menurut UNESCO
Bahwa guru sebagai agen pembawa perubahan yang mampu mendorong pemahaman dan
toleransi diharapkan tidak hanya mampu mencerdaskan peserta didik tetapi juga harus mampu
mengembangkan kepribadian yang utuh, berakhlak dan berkarakter. Untuk itu dibutuhkan suatu
proses pendidikan guru yang secara professional dapat dipertanggung-jawabkan. Guru
merupakan pekerjaan profesi. Dalam pelaksanaan tugasnya membutuhkan kemampuan teknis
yang diperoleh melalui pendidikan dan atau latihan, berupa perbuatan yang rasional dan
memiliki spesifikasi tertentu dalam pelaksanaan tugasnya. Untuk menjadi guru yang baik maka
dituntut adanya sejumlah kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu :
1) Menguasai landasan-landasan kependidikan
2) Penguasaan bahan/materi pelajaran
3) Kemampuan mengolah program kegiatan belajar mengajar
4) Kemampuan mengelola kelas
5) Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar
6) Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar
7) Kemampuan menilai hasil belajar/prestasi siswa
8) Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan
9) Kemampuan memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian untuk keperluan
pengajaran
10) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.

8
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

Methodology
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan permasalahan yang ada,
penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian deskriptif. Penelitian ini meneliti tentang sejauh
mana profesionalisme guru SMK di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Penelitian ini sebatas
mengungkapkan secara nyata kondisi di lapangan tentang profesionalisme guru SMK di Jawa
Tengah dan Yogyakarta.
Penelitian ini dilaksanakan di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu
penelitian ini dilaksanakan terhitung dari perencanaan, pelaksanaan, dan pembuatan laporan ini,
yaitu mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2018.
Populasi penelitian ini adalah SMK di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pemilihan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian ini
adalah 10 SMK yang ada di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta: SMK Penerbangan
Kabupaten Purworejo, SMK YPE Sawunggalih Kabupaten Kutoarjo, SMK TKM Kabupaten
Purworejo, SMA N 1 Playen Kabupaten Gunungkidul, SMK 1 Kabupaten Purworejo, SMKN 5
Yogyakarta, SMK YPT Kabupaten Purworejo, SMK Pancasila 1 Kabupaten Purworejo, SMK
PN-PN2 Kabupaten Purworejo, dan SMK Kota Yogyakarta.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Instrumen penelitian
akan disusun menggunakan 5 alternatif penilaian, yaitu: (1) tidak pernah/sangat rendah, (2)
jarang/rendah, (3) kadang-kadang/sedang, (4) sering/tinggi, dan (5) selalu/sangat tinggi.
Penilaian profesionalisme guru SMK dalam penelitian ini menggunakan self-assesment.
Analisis data dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Dalam penelitian ini, teknik
statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan profesionalisme guru SMK di Jawa Tengah
dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyajian data statistik dalam penelitian ini berbentuk
perhitungan persentase. Adapun langkah-langkah kegiatan analisis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1) Menghitung persentase, 2) Penentuan kategori, 3) Penyajian data
menggunakan diagram batang, 4) Melakukan interpretasi dan analisis data yang sudah disajikan,
5) Membuat kesimpulan dari analisis yang sudah disajikan.

9
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

Findings and Discussion


Menurut undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Undang-undang guru dan dosen
dijelaskan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Untuk standar kompetensi guru SMK, lebih
dijelaskan dalam permendiknas Nomor 16 tahun 2007.Penelitian ini telah berhasil menyusun
instrumen untuk mengukur kompetensi profesionalisme guru SMK. Instrumen ini terdiri dari 4
aspek yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional.
Aspek kompetensi pedagogik terdiri atas sepuluh indikator penilaian, yaitu menguasai
karakterisitk peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual,
menguasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan kurikulum yang
terkait dengan mata pelajaran yang diampu, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik,
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikas untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki,
berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar, Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran, dan melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pemebelajaran.
Kompetensi kepribadian seorang guru mencakup kepribadian yang tegas, berakhlak
mulia, arif, berwibawa dan mampu menjadi teladan bagi perserta didiknya. Penilaian aspek
profesional dalam penelitian ini ditentukan dengan lima indikator penilaian. Indikator-indikator
tersebut antara lain: kemampuan guru dalam menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran.Aspek kompetensi sosial diukur dari emampuan guru
berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru, dan wali murid dan
masyarakat.
Jumlah sekolah yang menjadi sampel penelitian adalah sebanyak 10 SMK. Daftar nama
sekolah yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut:

No Nama Sekolah
1 SMK Penerbangan, Purworejo
2 SMK YPE Sawunggalih, Kutoarjo
3 SMK TKM, Purworejo
4 SMK N 1 Playen, Gunungkidul
5 SMK 1, Purworejo
6 SMK N 5, Yogyakarta
7 SMK YPT, Purworejo
8 SMK Pancasila 1, Purworejo
9 SMK PN-PN 2, Purworejo
10 SMK Kota Yogyakarta

10
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

Hasil penelitian berdasarkan masing-masing kompetensi dapat dijelaskan sebagai berikut.


1. Pedagogic competence
Kompetensi pedagogik menyangkut kemampaun kemampuan mengelola pembelajaran.
pengelolaan pembelajaran yang dimaksudkan tidak terlepas tugas pokok yang harus dikerjakan
guru. Tugas-tugas tersebut menyangkut: merencenakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran. selain tugas pokok dalam pengelolaan
pembelajaran, guru melakukan bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakulikuler, serta
melaksanakan tugas tambahan yang diamanahkan oleh lembaga pendidikan.
Hasil analisis deskriptif kompetensi pedagogik SMK di Jawa Tengah dan Yogyakarta,
adalah sebagai berikut:

100%
90%
78.50% 80.30% 81.50%
80% 74.90% 73.00% 73.10% 76.20% 78.50%
68.30% 69.80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Figure 1. 1. Pedagogic competence

Berdasarkan hasil diagram di atas, diketahui bahwa pencapaian paling tinggi untuk
penentuan profesionalisme guru SMK di Jawa Tengah dan Yogyakarta, berdasarkan kompetensi
pedagogik adalah SMK YPT Kabupaten Purworejo, yaitu sebesar 81,5%, sedangkan sekolah
yang memperoleh pencapaian kompetensi pedagogik paling rendah adalah Guru MGMP Fisika
SMK 1 Kabupaten Purworejo, yaitu sebesar 68,3%.
Untuk masing-masing sekolah diketahui bahwa SMK Penerbangan Kabupaten
Purworejo, tingkat pencapaian kompetensi pedagogik mencapai 74,9%. SMK YPE Sawunggalih
Kabupaten Kutoarjo, mencapai 73%. SMK TKM Kabupaten Purworejo, mencapai 73,1%. SMK
N 1 Playen Kabupaten Gunungkidul, mencapai 78,5%. Guru MGMP Fisika SMK 1 Kabupaten
Purworejo, mencapai 68,3%. SMK N 5 Yogyakarta, mencapai 80,3%. SMK YPT Kabupaten

11
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

Purworejo, mencapai 81,5%. SMK Pancasila 1 Kabupaten Purworejo, mencapai 69,8% SMK
PN-PN2 Kabupaten Purworejo, mencapai 76,2%. Dan SMK Guru Sejarah SMK Kota
Yogyakarta, mencapai 78,5%.
Jika dilihat dari aspek yang dinilai, diketahui bahwa kompetensi pedagogik guru SMK di
Jawa Tengah dan Yogyakarta pada kompetensi pedagogik memiliki rata-rata skor pencapaian
sebesar 74,6%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kompetensi pedagogik ini guru memiliki
pencapaian yang baik. Tingginya pencapaian kompetensi profesional pedagogik, menunjukkan bahwa
guru mampu memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual. Kemampuan guru dalam memahami peserta didik tersebut
menjadikan siswa lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, karena guru akan
lebih mengetahui potensi yang dimiliki oleh siswa. Dengan adanya hal tersebut, guru akan bisa lebih
memersiapkan lagi bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu, sehingga akan lebih
meminimalisir kesulitan yang akan dialami oleh siswa.
Selain itu, penilaian kompetensi pedagogik juga berkaitn dengan penguasaan teori belajar dan
prinsip-prinsip mendidik. Seorang guru yang memiliki pedagogik yang akan akan memahami teori belajr
dan prinsip-perinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Guru akan
lebih mampu menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik
serta kreatif dalam mata pelajaran yang diamp, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik. Sehingga materi pembelajaran akan lebih mudah diterima dan dipahami oleh siswa.
Keberhasilan kompetensi pedagogik guru juga tidak terlepas dari perkembangan kurikulum yang
terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Untuk dapat mengembangkan kurikulum guru harus mampu
memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, serta mengetahui tujuan dilakukannya
pembelajaran. Guru perlu menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diampu, memilih, menata dan mengembangkan materi pembelajaran supaya sesuai
dengan karakteristik perserta didik sehingga pembelajran akan lebih mudah diterima dan dipahami oleh
peserta didik.

2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian yaitu menyangkut kepribadian yang mantap, berakhlak mulia,
arif, berwibawa, dan menjadi teladan bagi peserta didik. Hasil analisis deskriptif kompetensi
kepribadian SMK di Jawa Tengah dan Yogyakarta, adalah sebagai berikut:
Hasil analisis deskriptif kompetensi kepribadian SMK di Jawa Tengah dan Yogyakarta,
adalah sebagai berikut:

12
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

100%
90.00% 88.08% 88.94%
90% 84.56% 85.14%
81.70%
77.34% 78.20% 79.04% 77.90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Gambar 2. Kompetensi Kepribadian

Berdasarkan hasil diagram di atas, diketahui bahwa pencapaian paling tinggi untuk
penentuan profesionalisme guru SMK di Jawa Tengah dan Yogyakarta, berdasarkan kompetensi
kepribadian adalah SMK N 1 Playen, Gunungkidul, yaitu sebesar 90%, sedangkan sekolah yang
memperoleh nilai kompetensi kepribadian paling rendah adalah SMK YPE Sawunggalih
Kabupaten Kutoarjo, yaitu sebesar 77,34%.
Untuk masing-masing sekolah diketahui bahwa SMK Penerbangan Kabupaten
Purworejo, tingkat pencapaian kompetensi kepribadian mencapai 81,7%. SMK YPE
Sawunggalih Kabupaten Kutoarjo, mencapai 77,3%. SMK TKM Kabupaten Purworejo,
mencapai 78,2%. SMK N 1 Playen Kabupaten Gunungkidul, mencapai 90%. Guru MGMP
Fisika SMK 1 Kabupaten Purworejo, mencapai 79%. SMK N 5 Yogyakarta, mencapai 88,1%.
SMK YPT Kabupaten Purworejo, menapai 88,9%. SMK Pancasila 1 Kabupaten Purworejo,
mencapai 77,9% SMK PN-PN2 Kabupaten Purworejo, mencapai 84,6%. Dan SMK Guru
Sejarah SMK Kota Yogyakarta, mencapai 85,1%.
Secara keseluruhan profesionalisme guru di Jawa Tengah dan Yogyakarta, dilihat dari
kompetensi kepribadian memiliki nilai yang baik. Hal tersebut terlihat dari 10 sekolah yang
menjadi sampel penelitian, secara keseluruhan memiliki pencapaian nilai rata-rata diatas 81,8%.
Tingginya pencapaian kompetensi kepribadin guru menunjukkan bahwa kepribadian yang
dimiliki oleh guru di Jawa Tengah dan Yogyakarta, sudah sesuai dengan semestinya kepribadian
seorang guru. Seorang guru merupakan cermin bagi peserta didiknya, sehingga guru harus
mempu menunjukkan keperibadian yang baik. Guru yang memiliki kepribadian yang baik, akan
13
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

selalu memberikan contoh yang baik, bukan sekedar memerintah peserta didiknya. Dengan
adanya kepribadian yang dicontohkan guru, maka peserta didik akan lebih segan dan
menghormati guru tersebut.

3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial yaitu menyangkut kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi
dengan peserta didik, sesama guru, wali murid dan masyarakat. Kemampuan berkomunikasi
dengan baik meruapakan salah satu penentu keberhasilan seseorang dalam kehidupan.
Komunikasi daninteraksiyang diharapkan muncul antara guru dengan siswa berkaitan
denganinteraksi yang akrab dan bersahabat. Dengan demikian diharapkan peserta didik memiliki
keterbukaan dengan gurunya.
Hasil analisis deskriptif kompetensi sosial SMK di Jawa Tengah dan Yogyakarta, adalah
sebagai berikut:

100%
88.70% 90.80%
87.90%
90% 81.60% 78.90% 81.00% 83.00% 82.80%
76.30% 77.70%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Gambar 3. Kompetensi Sosial

Berdasarkan hasil diagram di atas, diketahui bahwa rata-rata paling tinggi untuk
penentuan profesionalisme guru SMK di Jawa Tengah dan Yogyakarta, berdasarkan kompetensi
sosial adalah SMK N 1 Playen, Gunungkidul, yaitu sebesar 88,7%, sedangkan sekolah yang
memperoleh nilai kompetensi sosial paling rendah adalah SMK TKM Kabupaten Purworejo,
yaitu sebesar 76,3%.
Untuk masing-masing sekolah diketahui bahwa SMK Penerbangan Kabupaten
Purworejo, tingkat pencapaian kompetensi sosial mencapai 81,6%. SMK YPE Sawunggalih

14
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

Kabupaten Kutoarjo, mencapai 78,9%. SMK TKM Kabupaten Purworejo, mencapai 76,3%.
SMK N 1 Playen Kabupaten Gunungkidul, mencapai 88,7%. Guru MGMP Fisika SMK 1
Kabupaten Purworejo, mencapai 81%. SMK N 5 Yogyakarta, mencapai 83%. SMK YPT
Kabupaten Purworejo, mencapai 87,9%. SMK Pancasila 1 Kabupaten Purworejo, mencapai
77,7% SMK PN-PN2 Kabupaten Purworejo, mencapai 82,8%. Dan SMK Guru Sejarah SMK
Kota Yogyakarta, mencapai 90,8%.
Secara keseluruhan profesionalisme guru di Jawa Tengah dan Yogyakarta, dilihat dari
kompetensi sosial memiliki nilai yang bagus. Hal tersebut terlihat dari 10 sekolah yang menjadi
sampel penelitian, secara keseluruhan memiliki pencapaian nilai rata-rata diatas 81,5%.
Kompetensi sosial pada dasarnya hanya sebatas kemampuan guru dalam berkomunikasi dan
berinteraksi. Meskipun demikian, kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berineraksi ini
memegang peranan penting dalam penentuan profesionalisme guru, hal tersebut dikarenakan
komunikasi merupakan alat inteaksi yang paling utama dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi ini tidak sebatas antara siswa dengan
guru, tetapi juga sesama guru, wali murit dan juga masyarakat. Kemampuan berkomunikasi
dengan baik merupakan salah satu penentu keberhasilan seseornag dalm kehidupan. Komunikasi
dan interaksi yang diharpkan antara guru dengan siswa berkaitan dengan interkasi yang akrab
dan bersahabat, sehingga akan tejalin komunikasi yang baik, dan peserta didika kan memiliki
keterbukaan dengan gurunya.

4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional Yaitu menyangkut penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam. Sebagai tenaga pendidik dalam bidang tertentu sudah merupakan kewajiban untuk
menguasai materi yang menyangkut bidang tugas yang diampu. Apabila seorang guru tidak
menguasai materi secara luas dan mendalam, bagaimana mungkin mampu memahami persoalan
pembelajaran yang dihadapi di sekolah. Oleh karena itu, untuk menjadi profesional dalam bidang
tugas yang diampu harus mempelajari perkembangan pengetahuan yang berkaitan dengan hal
tersebut.
Hasil analisis deskriptif kompetensi profesional SMK di Jawa Tengah dan Yogyakarta,
adalah sebagai berikut:

15
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

100%
90%
81.30% 82.00% 84.50% 79.50% 81.20%
80% 75.40% 72.80% 75.30% 74.10% 72.10%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Gambar 3. Kompetensi Profesional

Berdasarkan hasil diagram di atas, diketahui bahwa pencapaian paling tinggi untuk
penentuan profesionalisme guru SMK di Jawa Tengah dan Yogyakarta, berdasarkan kompetensi
profesional adalah SMK YPT Kabupaten Purworejo, yaitu sebesar 84,5%, sedangkan sekolah
yang memperoleh nilai kompetensi profesional paling rendah adalah SMK Pancasila Kabupaten
Purworejo, yaitu sebesar 72,1%.
Untuk masing-masing sekolah diketahui bahwa SMK Penerbangan Kabupaten
Purworejo, tingkat pencapaian kompetensi profesional mencapai 75,4%. SMK YPE Sawunggalih
Kabupaten Kutoarjo, mencapai 72,8%. SMK TKM Kabupaten Purworejo, mencapai 75,3%.
SMK N 1 Playen Kabupaten Gunungkidul, mencapai 81,3%. Guru MGMP Fisika SMK 1
Kabupaten Purworejo, mencapai 74,1%. SMK N 5 Yogyakarta, mencapai 82%. SMK YPT
Kabupaten Purworejo, mencapai 84,5%. SMK Pancasila 1 Kabupaten Purworejo, mencapai
72,1% SMK PN-PN2 Kabupaten Purworejo, mencapai 84,6%. Dan SMK Guru Sejarah SMK
Kota Yogyakarta, mencapai 81,2%.
Secara keseluruhan profesionalisme guru di Jawa Tengah dan Yogyakarta, dilihat dari
kompetensi profesional memiliki nilai yang baik. Hal tersebut terlihat dari 10 sekolah yang
menjadi sampel penelitian, secara keseluruhan memiliki pencapaian nilai rata-rata diatas 76,8%.
Selain itu, guru juga mampu mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif,
mengembangkan keprofesionalan secara berklenjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan
mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
Dijaman yang serba modern seperti saat ini, seorang guru harus mampu memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi, dan pengembangan diri. Hal tersebut

16
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

dikarenakan pada saat ini perkembangan teknologi semakin pesat, sehingga guru juga harus
mampu mengimbangi atau mengikuti perkembangan jaman, supaya dapat menarik dan
memudahkan siswa dalam menerima dan memahami materi yang disampaikan.

5. Profesionalisme Guru SMK


Profesionalisme guru dalam penelitian ini mempunyai pengertian suatu sifat yang harus
ada pada seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya sehingga guru tersebut dapat
menjalankan pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab serta mampu untuk
mengembangkankeahliannya tanpa menganggu tugas pokok guru tersebut. penentuan
profesionalisme guru dalam penelitian ini ditentukan dengan 4 indikator kompetensi penilaian,
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesi, dan kompetensi
sosial.
Hasil analisis deskriptif profesionalisme SMK di Jawa Tengah dan Yogyakarta, adalah
sebagai berikut:

100%
90% 84.20% 86.90%
83.20% 84.00%
80.30%
77.10% 74.80% 76.10% 75.40% 74.50%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Gambar 3. Profesionalisme guru

Berdasarkan hasil diagram di atas, diketahui bahwa pencapaian paling tinggi untuk
penentuan profesionalisme guru SMK di Jawa Tengah dan Yogyakarta, adalah SMK N 1 Playen
Kabupaten Gunungkidul, yaitu sebesar 86,9%, sedangkan sekolah yang memperoleh nilai
profesionalisme guru paling rendah adalah SMK Pancasila Kabupaten Purworejo, yaitu sebesar
74,5%.

17
International Seminar
Innovation Issues and Challenges in Education for Education Sustainability
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2018
Sunarto & Didi Supriadi
http://ocs.ustjogja.ac.id/index.php/seminterpasca2018

Untuk masing-masing sekolah diketahui bahwa SMK Penerbangan Kabupaten


Purworejo, tingkat pencapaian profesionalisme guru mencapai 77,1%. SMK YPE Sawunggalih
Kabupaten Kutoarjo, mencapai 74,8%. SMK TKM Kabupaten Purworejo memiliki nilai rata-rata
3,806 dari total nilai maksimal 5, atau 76,1%. SMK N 1 Playen Kabupaten Gunungkidul,
mencapai 84,2%. Guru MGMP Fisika SMK 1 Kabupaten Purworejo, mencapai 75,4%. SMK N 5
Yogyakarta, mencapai 83,2%. SMK YPT Kabupaten Purworejo, mencapai 86,9%. SMK
Pancasila 1 Kabupaten Purworejo, mencapai 74,5% SMK PN-PN2 Kabupaten Purworejo,
mencapai 80,3%. Dan SMK Guru Sejarah SMK Kota Yogyakarta, mencapai 84%.
Secara keseluruhan profesionalisme guru di Jawa Tengah dan Yogyakarta, memiliki nilai
yang bagus. Hal tersebut terlihat dari 10 sekolah yang menjadi sampel penelitian, secara
keseluruhan memiliki pencapaian nilai rata-rata diatas 78,6%. Penentuan profesionalisme guru
dalam penelitian ini didasarkan pada empat aspek penilaian, yaitu aspek pedagogik, aspek
kepribadian, aspek sosial, dan aspek profesional guru. Dari keempat aspek penilaian tersebut
menunjukkan bahwa secara keseluruhan guru di Jawa Tengah dan Yogyakarta memiliki
pencapaian penilaian yang baik.

Conclusion
This research has succeeded in making instruments to measure the professionalism of vocational
teachers. The instrument consists of four aspects, namely pedagogic competence, personal competence,
social competence, and professional competence. The instrument refers to Law No. 14 of 2005
concerning the Law of Teachers and Lecturers and the Ministry of Education Regulation No. 16 of 2007.
The finding of this research shown that the level of pedagogic competence is 74.61%, personal
competence is 81.77%, social competence is 81.55%, and professional competence is 76.79%. The level
of professionalism of vocational teachers in Central Java and Yogyakarta is 78.68% .

References
Minimum of 10 references of the last 10 years. It consists sources cited in the paper which can be
some books (40%) or peer-reviewed journal articles (40%), and other academically trusted
sources (20%). Use APA writing style (see: http://www.apastyle.org/learn/quick-guide-on-
references.aspx#Bibliography; http://www.mtroyal.ca/library/files/citation/apa.pdf).

Appendix (if any)

18

Você também pode gostar