Você está na página 1de 4

Kebakaran hutan-lahan di Aceh membesar, kabut

asap ganggu pernafasan penduduk 25 Juli 2017

Kebakaran hutan dan lahan seluas


64 hektar di Kabupaten Aceh Barat mulai mengganggu pernafasan warga setempat. Hari
Minggu lalu, setidaknya tiga orang dilarikan ke RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh kerena
terdampak asap kebakaran.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebut Kebakaran
hutan dan lahan (karhutla) itu terjadi di lima kecamatan, yakni Woyla, Meureubo, Sama Tiga,
Johan Pahlawan, dan Arongan Lambalek.

Penyebabnya, kata Sutopo, masyarakat membersihkan lahan dengan cara membakar sisa
tanaman. "Akibatnya api menyebar ke lahan lain," kata Sutopo melalui keterangan tertulis,
Selasa (25/07).

Polres Aceh Besar tercatat telah mengerahkan water cannon ke lokasi karhutla. Di sisi lain,
BPBD mulai membagikan masker dan makanan siap saji kepada warga terdampak karhutla.

Berdasarkan pantuan LAPAN melalui satelit Aqua, Terra, dan SNNP, saat ini terdapat 170 titik
panas di seluruh Indonesia. Sebanyak 35 titik api di antaranya berada di Aceh.

Provinsi dengan jumlah titik api terbesar saat ini adalah Nusa Tenggara Timur (44). Jawa Timur
berada di bawah Aceh dengan 9 titik api, sedangkan Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara
Barat di peringkat berikutnya dengan 8 titik api.

Sementara itu, dalam catatan Global Forest Watch Fires selama 17 hingga 24 Juli, Sumba Timur
merupakan kabupaten dengan jumlah titik api terbesar, diikuti Aceh Barat, Nagan Raya, dan
Aceh Singkil.Pada peta pantauan Global Forest Watch Fires, Aceh tertutup warna merah karena
memiliki kerentanan karhutla sangat besar

Sumber: http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-40717696
Kasihan, Tambak Ikan di Serang Tercemar Limbah
Sungai Ciujung 12 September 2017

Serang - Pencemaran limbah industri ke Sungai Ciujung, Serang, Banten merugikan


para penambak ikan di bagian hilir. Ikan bandeng dan udang banyak yang mati.

Suheli misalkan, warga Desa Tengkurak, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang


mengalami gagal panen karena tambak udang miliknya tercemar akibat limbah. 4
Hektar tambak miliknya kebetulan dekat dengan aliran Sungai Ciujung. Semenjak
tercemar pada Agustus lalu, udang miliknya yang sudah memasuki masa panen mati
karena keracunan.

"Kalau sudah kena limbah parah, kerugian mah sudah puluhan juta rupiah. Apalagi
tambak yang di pinggiran bantaran sungai. Makanya kalau ada limbah ditutup
salurannya," kata Suheli saat berbincang dengan wartawan di Tirtayasa, Serang,
Banten, Selasa (12/9/2017).
Sebelum terkena dampak limbah, Suheli mengatakan setiap hari ia bisa mendapatkan
keuntungan dari tambak miliknya sampai ratusan ribu rupiah. Namun, karena tambak miliknya
terkena limbah, 4 hektar tambang miliknya sekarang ditinggalkan.

Pada minggu lalu, selain dirinya juga banyak penambak ikan dan udang mengalami kerugian.
Apalagi, saat angin timur datang, limbah yang seharusnya terbuang ke laut malah tertahan dan
kembali ke Ciujung. Limbah tersebut masuk ke aliran-aliran kecil dan langsung masuk ke lahan
penambak.

Selain itu, Jakid penambak ikan bandeng juga mengalami hal yang sama. Pada seminggu lalu
ikan di tambak 2 hektar miliknya mengalami keracunan lalu mati. Padahal, ikan bandeng
miliknya sudah sampai ukuran hampir panen. Ia juga merugi sampai jutaan rupiah.

" Diberitakan sebelumnya, total 43 ribu meter kubik limbah dibuang setiap hari ke Sungai
Ciujung di Serang. Debit pembuangan limbah paling besar dibuang oleh perusahaan di Cikande
sebanyak 37 ribu meter kubik perhari. Sisanya, sebanyak 15 industri rutin membuang limbah
sekitar 6 ribu meter kubik perhari.

SUMBER: https://news.detik.com/berita/d-3639953/kasihan-tambak-ikan-di-serang-tercemar-limbah-
sungai-ciujung?_ga=2.101355073.1727661943.1505815483-1774136603.1505815483
4 Sungai Besar di Ambon Tercemar Bakteri E-
Coli Parah 19 Maret 2014

AMBON, KOMPAS.com - Empat sungai


besar yang berada di Kota Ambon saat ini tercemar limbah sampah dan bakteri E-Coli
dengan tingkat yang sangat berat. Empat sungai itu yakni Sungai Waai Batu Gantung,
Waai Batu Gajah, Waai Tomu dan Waai Batu Merah.

“Dari hasil perkembangan, empat sungai yang ada di Kota Ambon sudah tercemari
bakteri E-Coli dan total koli semuanya jauh di atas baku mutu yang ditentukan oleh
pemerintah yang diatur dalam peraturan lingkungan hidup,” jelas Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) Maluku Fauzan Chatib kepada
wartawan seusai mengikuti pembukaan Forum SKPD Lingkungan, Rabu (19/3/2014).

Untuk meminimalisasi pencemaran sungai yang kian parah tersebut, kata Fauzan, ke
depan pemerintah akan memantau pergerakan pencemaran selanjutnya akan
mengambil langkah kongkrit untuk menurunkan kadar pencemaran yang ada di sungai-
sungai tersebut.

Menurutnya, pencemaran sungai yang terjadi di Ambon karena masyarakat masih


menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah. Selain itu, keempat sungai
tersebut juga tercemari bakteri E-Coli karena adanya pembuangan limbah industri di
aliran sungai. Hal ini juga lah yang menyebabkan debit air sungai semakin menurun.

“Masyarakat masih membuang sampah di sungai ini, itu yang menjadi masalah utama.
Selain itu, limbah industri juga dibuang di sungai,” ujarnya.

Selain itu penyebab lain sungai menjadi tercemar adalah karena adanya peningkatan
pembukaan lahan baru di daerah hulu sungai untuk pembangunan permukiman
masyarakat. Hal ini juga yang menyebabkan banjir terjadi.

Sumber:
http://regional.kompas.com/read/2014/03/19/1636144/4.Sungai.Besar.di.Ambon.Terce
mar.Bakteri.E-Coli.Parah

Você também pode gostar