Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
STEM Akamigas
Dalam indutri migas operasi pemboran adalah suatu pekerjaan yang wajib
dilaksanakan untuk mendapatkan minyak maupun gas. Operasi pemboran adalah
kegiatan membuat sumur dari permukaan ke sumber minyak dan gas bumi. Operasi
pemboran ini sangat berbahaya karena menembus/melubangi batuan yang menyimpa n
tekanan tinggi, dan saat mengebor menghasilkan cutting yang apabila tidak
disirkulasikan dapat menyebabkan masalah pemboran. Maka dalam operasi pemboran
diperlukan sistem sirkulasi untuk mengalirkan fluida pemboran yang bisa berupa
lumpur maupun air asin. Sistem sirkulasi sangat penting karena sebagai media untuk
mengalirkan fluida pemboran dari tangki masuk ke dalam lubang sumur dan kembali
ke tangki. Pada rig H40 D24 peralatan sistem sirkulasi yang digunakan adalah adalah
tanki lumpur, mixing hopper, tanki air, pompa triplex, pompa sentrifugal, mud
agitator, dan shale shaker. Dengan total volume efektif mud tank sebesar 45,4 m3 atau
285.784 barrel. Debit dari dua pompa triplex dengan effisiensi 88 % adalah 583 gpm.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
INTISARI ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Maksud dan Tujuan ......................................................................... 1
1.3. Batasan Masalah .............................................................................. 2
1.4. Sistematika Penulisan ...................................................................... 2
iii
4.3.3 Tanki Air ............................................................................. 45
4.4 Peralatan Sirkulasi ........................................................................... 46
4.4.1 Pompa lumpur ...................................................................... 46
4.4.2 Mud Agitator ........................................................................ 48
4.5 Tempat Pengondisian Lumpur......................................................... 49
4.5.1 Shale Shaker ........................................................................ 49
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 51
5.2 Saran ................................................................................................ 51
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Data Teknis Rig................................................................................ 17
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Wilayah Kerja PT Pertamina EP Jatibarang Field ....................... 6
Gambar 2.2 Peta Lokasi Lapangan Jatibarang ................................................. 12
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT Pertamina EP Asset Jatibarang Field ..... 13
Gambar 2.4 Struktur Organisasi WO/WS Jatibarang....................................... 14
Gambar 2.5 Workshop WO/WS....................................................................... 15
Gambar 3.1 Diagram Alir Sistem Sirkulasi Pemboran .................................... 18
Gambar 3.2 Susunan Tanki Berdasarkan Fungsinya ....................................... 22
Gambar 3.3 Mixing Hopper ............................................................................. 23
Gambar 3.4 Tanki Air ...................................................................................... 24
Gambar 3.5 Jenis Impeller Radial Flow........................................................... 31
Gambar 3.6 Jenis Impeller Axial Flow............................................................. 32
Gambar 3.7 Klasifikasi Basket ......................................................................... 35
Gambar 3.8 Type Motion.................................................................................. 36
Gambar 3.9 Shale Shaker Motion .................................................................... 37
Gambar 3.10 Conventional non-Layered Screen ............................................. 38
Gambar 3.11 Two Dimention Screen ............................................................... 39
Gambar 3.12 Three Dimention Screen ............................................................. 40
Gambar 4.1 Sistem Sirkulasi Rig PDSI H40 D24 ............................................ 42
Gambar 4.2 Spesifikasi Tanki Lumpur di Rig PDSI H40 D24 ........................ 43
Gambar 4.3 Effective Volume dari Tanki ......................................................... 43
Gambar 4.4 Tanki Lumpur ............................................................................... 44
Gambar 4.5 Mixing Hopper ............................................................................. 45
Gambar 4.6 Tanki Air ...................................................................................... 45
Gambar 4.7 Pompa Triplex .............................................................................. 47
Gambar 4.8 Pompa Sentrifugal ........................................................................ 47
Gambar 4.9 Mud Agitator ................................................................................ 48
Gambar 4.10 Spesifikasi Mud Agitator............................................................ 48
Gambar 4.11 Shale Shaker ............................................................................... 49
Gambar 4.12 Three Dimention Screen ............................................................. 50
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Layout Rig PDSI H40 D24 ........................................................... 54
Lampiran 1 Tabulasi Voulume Tanki .............................................................. 55
vii
I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Dalam operasi pemboran dan well service terdapat beberapa system utama
yang menunjang jalannya pemboran. Salah satu dari system tersebut adalah system
sirkulasi. Sistem sirkulasi ini mempunyai peranan yang sangat penting karena sistem
ini berguna untuk mengalirkan lumpur dari tangki menuju ke lubang dan kembali
1. drilling fluid
2. preparation equipment
3. circulating equipment
Semua peralatan tersebut harus berfungsi dengan baik demi kelancaran operasi
pemboran. Apabila ada salah satu dari perlengkapan di atas terganggu fungsinya
maka lumpur bor tidak dapat disirkulasikan dengan baik sehingga akan
Maksud dan tujuan dalam penulisan Kertas Kerja Wajib ini merupakan
kegiatan program kulikuler yang menjadi tugas dan kewajiban seluruh mahasiswa
1
1.3 BatasanMasalah
supaya pembahasan data terfokus dan tidak terlalu luas. Permasalahan dalam KKW
ini hanya dibatasi pada kegiatan yang meliputi Circulating equipment pada RIG H40
1.4 SistematikaPenulisan
yang diterbitkan oleh STEM-AKAMIGAS Cepu yang secara garis besar sebagai
berikut:
I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, pemilihan judul, tujuan penulisan, batasan
sistem sirkulasi.
Pembahasan peralatan sistem sirkulasi di rig H40 D24 pada sumur RDG45 PT.
2
V. PENUTUP
Bab ini berisi tentang simpulan dan saran untuk lapangan Jatibarang PT.
Pertamina EP Asset 3.
3
II. ORIENTASI UMUM
minyak di Indonesia yang dimulai sejak awal Abad 19. Antara 1871 hingga 1885
waktu itu masih dalam pendudukan Belanda. Menyusul pengeboran pertama pada
1883 di Telaga Tiga, Pangkalan Brandan, Sumatera Utara maka pada 1885 berdirilah
Indonesia dimulai.
merehabilitasi lapangan dan sumur yang rusak akibat bumi hangus atau pengeboman.
perang usai dan bangsa ini mulai menjalankan pemerintahan yang teratur, ternyata
penguasaan atas usaha minyak di Indonesia menjadi tidak jelas. Banyak perusahaan-
Darat.
4
disingkat PERMINA. Perusahaan itu lalu bergabung dengan PERTAMIN menjadi
PERTAMINA pada 1968. Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini,
sebagai perusahaan minyak dan gas bumi milik negara. Berdasarkan UU ini, semua
perusahaan minyak yang hendak menjalankan usaha di Indonesia wajib bekerja sama
mitra yang menjalin kerja sama melalui mekanisme Kontrak Kerja Sama (KKS) di
wilayah kerja (WK) PERTAMINA. Di sisi lain PERTAMINA juga bertindak sebagai
Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi (milik negara) No. 22 tahun 2001. Sebagai
(Persero), dan hanya bertindak sebagai operator yang menjalin Kontrak Kerja Sama
(KKS) dengan pemerintah yang diwakili oleh SKK MIGAS. Sekaligus UU itu juga
mengelola usaha eksplorasi, eksploitasi dan produksi minyak dan gas, sebagai
Sama(KKS) dengan BPMIGAS yang berlaku surut sejak 17 September 2003 atas
5
yang berlaku. Sebagian besar wilayah PT Pertamina (Persero) tersebut dipisahkan
menjadi Wilayah Kerja (WK) Pertamina EP. Pada saat bersamaan, Pertamina EPjuga
September 2005.
melalui TAC (Technical Assistance Contract) dan JOB EOR (Joint Operating Body
Timur (AOT) di bawah Pertamina Daerah Operasi Hulu Bagian Barat (DOH JBB).
Saat ini PT Pertamina EP Jatibarang Field merupakan salah satu dari 3 (tiga)
6
PT Pertamina EP Asset 3 Jawa Jatibarang Field adalah perusahaan yang
bergerakdalam bidang pencarian minyak dan gas bumi. Dalam usaha meningkatkan
operasi pencarian minyak dan gas bumi yang merupakan salah satu pendapatan
devisa negara. Lapangan Jatibarang merupakan salah satu lapangan tua yang
menghasilkan minyak mentah dan gas, terbagi menjadi dua wilayah operasi yaitu
Operasi Offshore dan Operasi Onshore. Operasi Offshore atau sering kita sebut X-
ray berada di lepas pantai utara Cirebon dan Indramayu, sedangkan Operasi
Onshore terdiri dari Operasi Jatibarang, Operasi Cemara dan Terminal Balongan.
produksi minyak mentah dan gas. Jenis minyak mentah yang dihasilkan dari area
Jatibarang adalah minyak berat atau High Pour Point Oil dengan ̊API 28 yang
diproduksikan dari lapisan vulkanik Jatibarang, dan minyak ringan atau Low Pour
Point Oil dengan ̊API 39 yang diproduksikan dari lapisan Baturaja dan Cibulaka.
Metode produksi yang digunakan yaitu sembur alam, sembur buatan dengan
metodagaslift yang di supply dari dua stasiun kompresor gas SPU A dan stasiun
7
2.3 Sejarah Geologi
Secara regional Cekungan Jawa Barat Utara terletak di antara lempeng mikro
Barat. Peneliti terdahulu banyak melakukan studi di Cekungan Jawa Barat, terutama
Cekungan Jawa Barat Utara terdiri dari dua area, yaitu laut (offshore) di Utara dan
Menurut Martodjojo (1989) dan Hapsari D.E. (2004), Cekungan Jawa Barat
Utara terletak di antara Paparan Sunda di bagian Utara, jalur perlipatan Bogor di
Selatan, daerah pengangkatan Karimun Jawa di Timur dan Paparan Pulau Seribu di
Barat.
Cekungan Jawa Barat Utara dipengaruhi oleh sistem block faulting yang
cekungan Jawa Barat Utara menjadi graben atau beberapa sub cekungan dari Barat
ke Timur, yaitu sub Cekungan Ciputat, sub Cekungan Pasir Putih, dan sub Cekungan
Jatibarang.
8
1. Batuan Dasar
Yang paling tua adalah batuan dasar (basement) yang terdiri dari batuan beku
(granit) dan batuan metamorf (marmer dan batu sabak). Batuan dasar ini
2. Formasi Jatibarang
dua tipe batuan reservoir dari formasi ini yaitu: tipe “massif” yang porositas
sebagai batuan reservoir yang potensial. Umur dari formasi ini Eosen Tengah
sampai fasies marine. Litologi formasi ini diawali oleh perselingan antara
9
4. Formasi Ekuivalen Baturaja
Pengendapan formasi ini terdiri dari batugamping, baik yang berupa paparan
maupun yang berkembang sebagai reef build up menandai fase post rift yang
sebagai daerah dalaman. Formasi ini terbentuk pada Kala Miosen Awal
5. Formasi Cibulakan
Formasi ini dibagi menjadi dua anggota, yaitu anggota Cibulakan Atas dan
batupasir halus, batugamping tipis pada bagian atas, dan pada bagian bawah
dan Formasi Baturaja (diekuivalenkan). Hal ini sesuai dengan korelasi yang
10
6. Formasi Parigi
Formasi ini diendapkan di atas formasi Cibulakan secara selaras dan terdiri
7. Formasi Cisubuh
Di atas Formasi Parigi diendapkan secara selar mas Formasi Cisubuh yang
terdiri dari batulempung dengan sisipan batupasir tipis di bagian bawah dan
seling serpih dan lempung dengan sisipan batupasir daan batubara. Formasi
8. Alluvial
PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field meliputi dua area Operasi dan satu
Pusat Penampung Produksi Balongan serta operasi Offshore atau X-ray. Operasi
tersebut adalah Operasi Jatibarang dan Operasi Cemara. Operasi Jatibarang meliputi
11
KHT, SP CMB, SP malendong, SP sindang, dan SPG walet Utara. Dibawah ini peta
membawahi enam Asisten Manager, dua Kepala Fungsi, dan Satu Sekertaris.
12
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT Pertamina EP Asset Jatibarang Field
membawahi tiga bagian antara lain Kepala Operasi Jatibarang, Kepala Operasi
yang membawahi tiga bagian antara lain Kepala Operasi Jatibarang, Kepala Operasi
oleh Asisten Manager WO/WS yang membawahi tiga bagian antara lain PWS
UtamaHoist 1, PWS Utama Hoist 2, dan Staff Peralatan dan Material Hoist.
13
Gambar 2.4 Struktur Organisasi WO/WS Jatibarang
1. Onshore Production
menghasilkan jenis minyak High Pour Point Oil atau HPPO dan Low
WO-WS adalah salah satu fungsi dari PT Pertamina EP yang bekerja dalam
ruang lingkup WorkOver / Well Service yang meliputi kegiatan KUPL (kerja
14
(Stimulasi Acidizing dan Surfactant). Fasilitas dan unit yang ada di fungsi
a). Workshop
WO-WS Area Jatibarang mempunyai 2 unit rig yaitu rig Cardwell dan
1) Rig Supt
2) Toolpusher
3) Driller
4) Derickman
5) Floorman
15
6) Mudboy
7) Restabouth
1) Hoisting System
2) Circulating System
3) Rotating System
4) Power System
6) Peralatan/perabot penunjang
16
Tabel 2.1 Data Teknis Rig
17
III. LANDASAN TEORI
jalannya pemboran. Salah satu dari sistem tersebut adalah sistem sirkulasi. Sistem
sirkulasi ini mempunyai peranan yang sangat penting karena sistem ini berguna
untuk mengalirkan lumpur dari tangki menuju ke lubang dan kembali lagi ke tangki.
1. Fluida Pemboran
2. Tempat Persiapan
3. Peralatan Sirkulasi
18
Semua peralatan tersebut harus berfungsi dengan baik demi kelancaran
operasi pemboran. Apabila ada salah satu dari perlengkapan di atas terganggu
fungsinya, maka lumpur bor tidak dapat disirkulasikan dengan baik sehingga akan
sekitar awal tahun 1900. Pada mulanya orang hanya menggunakan air untuk
adalah :
19
6. Melindungi formasi produktif
Komposisi dari lumpur pemboran disusun dari berbagai bahan kimia yang
kimia penyusun lumpur tidak hanya berfungsi tunggal melainkan dapat berfungsi
ganda. Fungsi pertama disebut primary function sedangkan fungsi keduanya disebut
secondary function. Empat macam komposisi atau fasa yang umum digunakan
4. Fasa kimia
fluida sederhana menjadi campuran yang kompleks antara fluida, padatan, dan bahan
kimia. Seperti yang kita ketahui, berbagai aditif berupa bahan kimia (baik yang
diproduksi khusus untuk keperluan fluida pemboran maupun bahan kimia umum)
Sesuai dengan lithologi dan stratigrafi yang berbeda-beda untuk setiap lapangan,
20
Water base mud : Lumpur pengeboran yang paling banyak
digunakan adalah water-base mud (80%). Komposisi lumpur ini terdiri dari
air tawar atau air asin, clay dan chemical additives. Komposisi ini ditentukan
formasi shale dan sebagainya. Lumpur ini lebih mahal, tetapi mengurangi
Air atau gas base mud : Keuntungan dari lumpur jenis ini terutama
mengganti zat cair pemboran. Kebutuhan tempat persiapan dan perawatan tergantung
dari keadaan formasi dan sumur bor yang direncanakan akan ditembus. Tempat
persiapan terletak di pangkal system sirkulasi, dekat dengan pompa lumpur. Tempat
persiapan meliputi :
Tanki lumpur
Mixing hopper
Tanki air
21
3.2.1 Tanki Lumpur
dan mengatur cairan pengeboran setelah kelar dari lubang bor. Pada umumnya semua
kolam Lumpur serupa kecuali pada tangki tempat pengkondisi, tangki ini dinamakan
Kolam cadangan (reserve pit) adalah kolam tanah yang berfungsi untuk
nampung serbuk bor (cuttings) dari dalam sumur bor, bahan pembuangan dan
sebagainya disimpan disebut “slush pit”, serta untuk menampung zat cair pemboran
ekstra bila diperlukan pada saat suasana gawat saat pemboran disebut “duck nest”.
22
3.2.2 Mixing Hopper
Peralatan ini berbentuk corong yang dipakai untuk menambah bahan lumpur
berbentuk tepung ke dalam cairan lumpur pada perawatan lumpur di tanki lunpur.
Jenis yang banyak dipakai adalah hopper jet yang bekerja berdasarkan prinsip
tekanan ruang hampa. Hopper pencampur ini akan dapat mencampur 200 lbs sampai
mensirkulasikan lumpur dari dalam pit melalui jet dan kembali lagi ke pit. Kecepatan
cairan yang tinggi melalui jet nozzle akan menurunkan tekanan statis didalam rumah-
dan dengan demikian bahan yang ditempatkan didalam hopper akan terhisap
Tanki air merupakan tempat menyimpan air tawar yang nantinya akan
digunakan untuk membuat fluida pemboran. Selain itu air di tanki ini bisa juga
23
Gambar 3.4 Tanki Air
Peralatan sirkulasi adalah salah satu dari bagian-bagian yang utama dari
dalam string dan naik ke permukaan melalui annulus, dan kemudian dipindahkan ke
untuk diedarkan kembali. Perlengkapan sirkulasi ini terdiri dari beberapa bagian-
bagian, yaitu :
Pompa lumpur
Stand pipe
24
Rotary hose
Mud agitator
Pipa penyalur (discharge line) dan pipa pengembalian (return line) adalah pipa-
kedalam lubang bor dan kembali dari lubang bor. Discharge line menyalurkan zat
cair yang baru atau dikondisikan kembali kedalam string dengan tekanan tinggi.
Return line membawa fluida pemboran yang membawa cuttings dan gas dari lubang
permukaan sampai dasar sumur dan kembali lagi ke tangki lumpur. Jenis pompa di
dalam pemboran pada umumnya digunakan pompa dua tipe yaitu pompa piston dan
tekanan dan volume yang diinginkan. Dari tipe piston umumnya adalah duplex (dua
buah psiton) dan triplex (tiga piston). Pompa triplex single acting yang mempunyai
tiga piston dan masing-masing liner mempunyai satu valve tekan dan satu valve
hisap. Gerakan pompa triplex ini lebih cepat bila dibandingkan dengan gerakan
pompa duplex yaitu antara 1,5 sampai 2 lebih cepat akibatnya diperlukan pengisian
lumpur ke ruang liner dari tanki dengan cepat pula. Oleh sebab itu pompa triplex bila
25
digunakan untuk operasi masih membutuhkan pompa centrifugal sebagai
Dapat dilalui fluida yang mengandung kadar solid tinggi dan abrasif.
Kerja dan pemeliharaannya mudah, liner, piston dan valve dapat diganti
yang disambung secara paralel atau seri. Untuk pemboran dangkal pompa dengan
susunan seri lebih umum, karena tekanan sirkulasi tak perlu terlalu besar sedangkan
rate sirkulasi harus besar, diameter lubang besar dan pemboran cepat.
Penampang pompa duplex atau triplex dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
power end dan fluid end. Power end mempunyai fungsi merubah gerakan mekanis
berputar dari putaran motor diubah menjadi gerakan horizontal (maju mundur)
secara bergatian untuk semua torak. Fluid end mempunyai fungsi merubah tenaga
mekanis menjadi tenaga hidrolis, dengan menghasilkan jumlah kapasitas aliran serta
26
Tipe
Panjang Stroke
IHP rating
Contoh :
IHP rating
Max diameter liner
Panjang stroke
G 700 Duplex 8” x 14” – 2 5/8’
Kontruksi saluran hisap pada pompa lumpur harus dibuat agar permukaan
lumpur terhadap pompa harus dapat memberikan tekanan yang positif, karena letak
permukaan lumpur lebih tinggi dari posisi piston pompa (positive head).
Terbentuknya positive head pada saluran hisap dapat dibedakan dua sistem saluran
hisap yaitu :
27
- Floodded suction, yaitu sistem saluran hisap yang menyalurkan lumpur masuk
- Charged suction, yaitu sistem saluran hisap yang pengaliran lumpur ke dalam
Postive head ini sewaktu piston bergerak langkah hisap akan terus di ikuti
lumpur dibelakangnya tanpa ada ruangan yang kosong, jika terjadi kelambatan
pengisian lumpur pada saat piston bergerak mengisap maka akan terjadi knocking
Knocking adalah suara ketukan yang menunjukkan pompa tidak bekerja secara baik.
Knocking ini ada beberapa macam pada umunya disebut disebut valve hammer, valve
- Saluran hisap sistem flooded suction ukuran pipa diusahakan sebesar mungkin
- Letak saluran hisap tidak boleh terlalu tinggi dari permukaan lumpur.
- Letak saluran hisap di tanki jangan terlalu dekat dengan dasar tanki.
28
3.3.1.3 Suction Pulsation Dampener
Peralatan ini dapat meredam dan menstabilkan tekanan saluran hisap maka
sedekat mungkin dengan fluid end dan diberikan pre charge nitrogen dengan tekanan
Peralatan ini mempunyai fungsi untuk melindungi pompa jika ada tekanan
berlebihan yang mungkin terjadi. Relief valve ini akan mampu membuka atau
membuang tekanan bila tekanan pipa di discharge melebihi tekanan yang telah
direncanakan bekerja untuk relief valve tersebut. Jenis relief valve yaitu :
29
3.3.2 Stand Pipe
Stand pipe atau pipa tegak adalah pipa baja yang terletak secara vertikal di
samping menara. Stand pipe menghubungkan discharge line dengan selang pemutar
(rotary hose). Rotary hose disambungkan dengan goose neck pada ujung stand pipe.
string. Stand pipe memungkinkan swivel dan rotary hose untuk bergerak ke atas
30lasti bawah. Bagian bawah stand pipe terdapat manifold yang berfungsi untuk
mengatur aliran fluida ke stand pipe ataupun ke BOP dank e bell nipple.
Rotary hose atau selang pemutar merupakan suatu selang karet bertulang
anyaman baja yang lemas dan sangat kuat, yang menghubungkan pipa tegak dan
swivel. Selang ini harus fleksibel untuk memungkinkan swivel bergerak bebas secara
vertikal. Selang ini juga harus sangat kuat untuk tahan lama, karena pekerjaannya
yang sangat berat dalam memindahkan fluida pemboran yang kasar dan bertekanan
tinggi.
Agitator adalah alat pengaduk yang digerakkan oleh motor listrik explosion
proof yang dihubungkan ke gear reducer untuk memutar impeller shaft. Jenis
30
1. Radial flow impeller : Sistem lumpur ini akan bergerak horizontal
sepanjang dasar tangki dan naik karena di dinding tanki, sehingga impeller
harus diletakkan dekat dasar tangki tiga sampai enam inch. Jika terlalu keatas
pemasangan impeller dari dasar tangki maka tidak dapat teragitasi, sehingga
diperlukan power lebih besar agar teragitasi. Untuk tanki yang dalam dapat
dipasang dua atau lebih impeller pada shaft yang sama, maka perlu dipasang
stabilizer di dasar supaya poros tidak bengkok dan umur pemakaian bearing
akan lama.
31
2. Axial flow impeller : Pada axial flow impeller, pemasangan impeller
diletakkan 1/3 sampai ¾ dari diameter impeller kedasar. Axial flow agitation
lumpur.
tangki tidak boleh lebih dari 1 : 1,3 sampai 1 : 1,5 atau bagi tangki dalam kotak bujur
32
3.4 Tempat Pengondisian Lumpur
Tempat pengondisian lumpur terletak di dekat rig. Tempat ini terdiri dari
- Shale shaker
- Degasser
- Desander
- Desilter
pemboran pada kondisi saat fluida pemboran dimasukkan lewat string, dengan kata
lain untuk mengeluarkan atau memisahkan cuttings dan gas dari annulus yang
Terdapat dua cara untuk memisahkan cuttings dan gas dari fluida pemboran.
Cara pertama adalah dengan cara gravitasi, saat alat melewati shale shaker dan
masuk ke dalam tanki pengendapan. Cara kedua dengan system mekanis, dimana
perlengkapan khusus yang lain diperlukan untuk di pasang pada tanki lumpur, untuk
memisahkan pasir, silt dan butir-butir gas yang larut dalam fluida pemboran.
pada ujung tangki lumpur pertama. Pertama kali fluida pengeboran keluar dari
33
lubang bor akan langsung disaring dengan shale shaker. Tugas utamanya adalah
untuk mengeluarkan potongan – potongan besar dari batuan (cuttings) dari fluida
saringan yang bergetar. Sehingga dapat memisahkan potongan – potongan yang tidak
diperlukan. Potongan – potongan yang tidak diinginkan ini dapat merusak sistem
sirkulasi bila tidak dipisahkan dari fluida pemboran, dan dapat menghambat saluran
1. Mud Box
Adalah bak yang berfungsi untuk menerima aliran dari mud flow line dan
2. Basket Assembly
menyaring lumpur agar padatan terbuang. Basket ini didudukan pada pengisolir
getaran seperti perlingkar atau karet. Macam macam konstruksi bentuk basket yaitu :
- Fixed Horizontal Basket terdiri dari 3 macam tipe yaitu single deck single
screen, single deck double screen dan double deck double screen. Jenis basket
- Fixed Sloping Basket terdiri dari 2 macam type yaitu single deck single sreen,
single triple screen. Jenis ini terpasang permanen dengan posisi miring.
- Fixed Mixed Horizontal and Sloping Basket adalah campuran dari Fixed
34
- Adjustable Position Basket jenis ini posisi kemiringan dapat diatur
menyesuaikan kombonasi flow rate serta kekentalan cairan dan jumlah cutting
3. Skid Assembly
pendukung yang sekaligus juga dipakai untuk mengatur arah aliran yang diinginkan
35
3.4.1.1 Screen Motion
Alat untuk menggerakan shaker, ada tiga jenis pemasangan vibrator, yaitu:
motion. Pemasangan vibrator jenis ini dapat dilihat pada gambar 3.9 A.
kemiringan screen dan arah putaran. Pemasangan vibrator jenis ini dapat
- Dipasang diatas deck tetapi agak kedepan dari titik tengah, dengan
frekuensi vibrator. Pemasangan vibrator jenis ini dapat dilihat pada gambar
3.9 C.
36
Gambar 3.9 Shale Shaker Motion
Shale shaker mempunyai capacity limit jika shale shaker beroperasi melebihi
kapasitasnya lumpur akan terbuang bersama solid. Capacity ini dapat didefinisikan
memadai bila screen tidak buntu pada ukuran saringan yang diharapkan dan lumpur
tidak tumpah keluar. Adapun capacity limit pada shale shaker ada 2 capacity limit
yaitu :
- Solid capacity limit yaitu maximum solid yang dapat diambil atau dipisahkan.
lumpur yang masih dapat disaring tetapi tidak tumpah. Liquid limit control
sirkulasi tertentu.
37
Kedua capacity limit tersebut berbeda-beda untuk setiap shale shaker tergantung
3.4.1.3 Screen
layered screen, non-layered screen hanya memiliki satu lapis, screen jenis ini
- Rectangular opening
38
Sedangkan jenis layered screen memiliki lembaran penyaring berlapis dua
atau lebih, lembaran-lembaran ini memiliki mesh yang halus dan lembaran yang lain
mempunyai mesh yang berbeda. Tujuan menggunakan jenis screen ini adalah untuk
meningkatkan usia pakai dan kinerja atau effisiensi screen. Konstruksi jenis layered
screen ada dua, yaitu two dimention screen, dan three dimention screen.
Two dimention screen adalah salah satu jenis screen yang terdiri dari dua atau
tiga lembar screen. Screen terdiri dari sebuah lembaran saringan dengan mesh kasar
yang dijadikan satu dengan lembaran screen mesh halus seperti pada jenis non-
layered screen.
39
Sedangkan three dimention screen mempunyai desain permukaan
Mud gas separator ditempatkan pada ujung bagian luar dari perlengkapan
pengkondisian, di sebelah shale shaker. Berbentuk tangki tegak ada juga yang
pipa bertekanan tinggi. Fungsi utama dari mud gas separator adalah :
1. Mengeluarkan gas – gas bekas dalam jumlah besar dari dalam fluida
pengeboran.
3. Menyalurkan gas – gas yang mudah terbakar dan beracun melalui pipa.
40
IV. ANALISA PERALATAN SIRKULASI DI RIG PDSI H40 D24
PT. PERTAMINA EP ASSET 3 JATIBARANG FIELD
Pada bab empat ini, penulis akan membahas tentang “Peralatan Sirkulasi di
rig PDSI H40 D24 di PT. Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field”. Seperti pada bab
tempat persiapan, peralatan sirkulasi, dan tempat pengondisian lumpur. Berikut hasil
pembahasan tentang “Peralatan Sirkulasi di rig PDSI H40 D24 di PT. Pertamina EP
untuk mengalirkan fluida pengeboran ke sumur atau lubang bor. Bahan additive
lumpur ditambah melalui mixing hopper lalu didorong oleh centrifugal pump menuju
ke tanki, dengan ditambahnya air yang berasal dari water tank maka jadilah lumpur
yang siap untuk digunakan. Setelah lumpur siap untuk digunakan, lumpur didorong
menuju stand pipe melalui back pressure manifold oleh pompa triplex. Fluida
mengalir ke rotary hose lalu ke swivel, lalu masuk ke dalam sumur melalui tubing
keluar melalui nozzle bit, lalu melewati annulus dan kembali ke permukaan. Dan
fluida akan kembali ke tanki sesudah disaring oleh shale shaker. Layout rig WO/WS
41
2
1
5
6
3
Dalam beberapa kondisi, seperti di rig H40 /D24 ini yang tidak melakukan
pengeboran atau penambahan kedalaman melainkan rig ini hanya di inspeksi untuk
mengetahui kelayakan rig, yang dilakukan adalah hanya test sirkulasi, untuk tes
sirkulasi ini, fluida yang dipakai hanya air tawar biasa, tujuannya adalah untuk
mengetahui apakah peralatan sirkulasi beroperasi dengan benar atau tidak. Specific
gravity yang dipakai pada saat test sirkulasi adalah berkisar 1 – 1.05.
Peralatan – peralatan yang ada di preparation area rig PDSI H40 D24 adalah
42
4.3.1 Tanki Lumpur
6,20
1,20
2,40
II
4,55 3,05
1,50 1,80
2,40 2,40
Diatas adalah spesifikasi tiga tanki lumpur yang ada di rig H40 D24, tetapi
effective
volume
10 cm
43
Effective volume tanki I
Panjang : 3.05 m
Lebar : 1.80 m
Volume : 12.627 m3
Panjang : 4.55 m
Lebar : 1.50 m
Volume : 15.697 m3
Panjang : 6.20 m
Lebar : 1.20 m
Volume : 17.112 m3
44
4.3.2 Mixing Hopper
Di rig PDSI H40 D24 memiliki 1 tanki air dengan panjang 6.9 meter, tinggi
2.35 meter, dan lebar 3m. Dengan volume sebesar 48.64 m3 , dan kapasitas mencapai
28 ton.
45
4.4 Peralatan Sirkulasi
Peralatan sirkulasi yang ada di rig PDSI H40 D24 adalah pompa lumpur dan
mud agitator. Pompa lumpur yang digunakan adalah pompa triplex dan pompa
centrifugal.
Pompa yang digunakan adalah pompa triplex single acting dengan jumlah
sebanyak dua pompa. Triplex pump memiliki stroke length 7.5”, rate pump 120
SPM. Dengan menggunakan liner 6” maka didapat debit 583 GPM dan maksimal
pressure 2000 psi. Debit sebesar 583 GPM dapat dibuktikan dengan cara berikut:
1
Volume per stroke = 𝜋 × × 𝐷2 × 𝐿
4
1
= 3.14 × × 62 × 7.5
4
= 211.95 cuin/stroke
= 211.95 × 0.00433
= 0.918 gal/stroke
Bila rate pompa 120 SPM setiap piston, maka dengan tiga piston didapat total rate
pompa sebesar 360 SPM. Untuk mendapatkan debit pompa maka volume per stroke
𝑔𝑎𝑙𝑙𝑜𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑜𝑘𝑒
= 0.918 × 360
𝑠𝑡𝑟𝑜𝑘𝑒 𝑚𝑖𝑛𝑢𝑡𝑒
= 330.48 gpm
Dibulatkan keatas menjadi 331 gpm. Melihat kondisi pompa maka diberikan
46
= 𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 × 88 %
= 331 × 88 %
= 291.28 𝑔𝑝𝑚
Karena di rig PDSI H40 D24 memiliki dua pompa triplex, maka total debit menjadi:
= 291.28 𝑔𝑝𝑚 × 2
= 582.56 𝑔𝑝𝑚
= 583 𝑔𝑝𝑚
47
4.4.2 Mud Agitator
Di rig PDSI H40 D24 memiliki 6 buah mud agitator, yang masing-masing 3
di tanki lumpur 3, 2 di tanki lumpur 2, dan 1 di tanki lumpur 1. Banyak nya agitator
yang digunakan disesuaikan dengan volume tanki. Jenis agitator yang dipakai adalah
48
4.5 Tempat Pengondisian Lumpur
Tempat pengondisian lumpur yang digunakan di rig PDSI H40 D24 hanya
dua shale shaker, karena rig ini hanya rig servis dimana lubang sudah dipasang
casing sehingga tidak banyak gas atau pasir yang masuk, hanya cuttings hasil
Rig PDSI H40 D24 memiliki dua shale shaker, shale shaker pertama
memiliki API 70 (221 microns), sementara shale shaker kedua memiliki API 80 (184
microns). Jenis basket assembly dari kedua shale shaker ini adalah sloping basket,
dimana posisi basket tidak tegak tapi miring, itu memudahkan fluida untuk mengalir.
49
Jenis screen yang digunakan adalah three dimention screen (pyramid screen), screen
50
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari hasil pengamatan peralatan sistem sirkulasi pada rig PDSI H40 D24 di
1. Peralatan sirkulasi di rig PDSI H40 D24 pada sumur RDG45 adalah tanki
lumpur, mixing hopper, tanki air, pompa triplex, pompa sentrifugal, mud
agitator, dan shale shaker. Dengan hanya dilakukannya inspeksi rig dan tes
alat sirkulasi, peralatan tersebut sudah sesuai dengan kebutuhuan, dan semua
2. Pompa triplex memiliki SPM sebesar 120 dan stroke length 7.5”. dengan
menggunakan liner 6” dengan maksimal pressure 2000 psi, dan debit dua
pompa triplex sebesar 583 GPM setelah menyesuaikan kondisi pompa yang
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan untuk memperbaiki sistem sirkulasi rig
mud gas separator, dan desilter. Karena kemungkinan adanya gas maupun
51
2. Penulis berpendapat bahwa tingkat safety di rig PDSI H40 D24 ini perlu
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam, Neal J., 1985, “Drilling Engineering”, A Complete Well Planing Approch,
Tulsa, Oklahama.
2. Lapeyrouse, Norton J., “Formulas and Calculations for Drilling, Production and
Work-over”.
53
Lampiran 1
Layout Rig PDSI H40 D24
54
Lampiran 2
Tabulasi Volume Tanki
55