Você está na página 1de 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam
Oktaviani, dkk: 2008) adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas
SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak.
Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti
perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang
dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif.
Imunisasi merupakan upaya memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar membuat antibodi
untuk mencegah penyakit tertentu.Vaksin adalah bahan yang dipakain untuk
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, melalui mulut seperti polio.
(Hidayat, 2008).
Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh
kebal terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya terdapat tinggi kadar anti body pada saat
dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara
pemberian imunisasi. Keefektifan imunisasi tergantung dari faktor yang
mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.
Efek samping vaksin bagi sebagian anak umumnya berupa reaksi
ringan di area penyuntikan seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan. Terkadang
reaksi disertai demam ringan 1-2 hari setelah imunisasi, gejala tersebut
umumnya tidak berbahaya dan akan hilang dengan cepat (Subdit Imunisasi
Kementerian Kesehatan RI, 2010). Campak merupakan salah satu penyakit
menular dengan berbagai komplikasi yang berat, sangat potensial
menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa (KLB), serta dapat menyebabkan
kematian.
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit
menular.Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.Frekuensi
pemberian imunisasi campak adalah 1 dosis.Imunisasi campak diberikan
melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam
pada tempat suntikan dan panas (Alimul, 2009), Vaksin campak rutin
dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan dalam, pada
umur 9 bulan (IDAI, 2008).
Begitu pentingnya imunisasi campak, maka pelayanan imunisasi harus
menyebar keseluruh Indonesia bahkan ke pelosok pendalaman. Agar dapat
mengurangi angka kematian pada bayi, selain itu pertumbuhan dan
perkembangan bayi juga sangat penting deteksi awal yang paling baik yaitu
dengan melihat kenaikan berat badan bayi pada buku KMS apakah melewati
garis merah atau masih berada di zona aman. Memantau terus perkembangan
dan pola pikir anak juga sangat penting pada anak usia 9 bulan biasanya sudah
mampu naik untuk berdiri di meja atau dimana saja yang ada pegangannya.
Hal tersebut harus disosialisasikan kepada semua keluarga yang mempunyai
anak di atas 1 bulan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Pengertian Bayi Sehat
Masa bayi adalah usia 0-11 bulan dan masa bayi dibagi 2 yaitu:
a. Masa neonatal (usia 0-28 hari)
1) Masa neonatal dini (usia 0-7 hari)
2) Masa neonatal lanjut (usia 8-28 hari)
b. Masa pasca neonatal lanjut (usia 28 hari-1 tahun)
2. Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Pertumbuhan
1) Kenaikan berat badan
Kenaikan berat badan pada anak tahun pertama kehidupan berkisar
antara:
a) 0,7 sampai 0,9 per bulan pada TM I
b) 0,45 sampai 0,56 kg per bulan pada TM II
c) 0,34 sampai 0,45 kg per bulan pada TM III
2) Tinggi badan
Pertambahan panjang badan pada tahun pertama kehidupan
berkisar antara:
a) 2,5 sampai 4 cm pada bulan pertama sampai bulan ke empat
b) 5 cm pada usia 4 sampai 7 bulan
c) Meningkat 50% dengan rata-rata 72,5 cm pada usia 8 sampai
12 bulan
3) Lingkar kepala
a) Antara usia 0 dan 6 bulan lingkar kepala meningkat 1,32 cm
per bulan hingga ukuran rata-rata 37,4 cm
b) Antara usia 6 sampai 12 bulan lingkar kepala meningkat 0,4 cm
per bulan hingga mencapai ukuran rata-rata 45 cm pada usia 12
bulan lingkar kepada meningkat sepertiganya dan berat otak
bertambah 2,5 kali dari berat lahir

4) Gigi
Gigi pertama tumbuh pada umur 4 sampai 7 bulan. Dua gigi depan
bawah (gigi seri pertama) biasanya muncul pertama, diikuti pada
kira-kira delapan minggu kemudian dengan empat gigi bagian atas
(gigi seri pertama dan kedua) dan kira-kira satu bulan kemudian,
dua gigi seri bawah. Geraham besar pertama timbul berikutnya,
diikuti dengan gigi taring (Shelov, Stephen, 2004: 227).
b. Perkembangan
Usia 1 bulan : Menggenggam kaut, mengguman
Usia 2 bulan : Tersenyum spontan
Usia 3 bulan : Mengangkat kepala, reflek menggenggam bayi
memudar dan dapat memegang mainan, tertawa
Usia 5 bulan : Berguling dari depan ke belakang, menggenggam
secara sadar, memindahkan benda dari tangan k
tangan, tersenyum, pada bayangan di cermin
Usia 6 bulan : Takut terhadap orang asing, meniru suara
Usia 7 bulan : Duduk bersandar, menggenggam ibu jari dari jari-
jari lain
Usai 8 bulan : Duduk tanpa ditopang, melafalkan suku kata
kombinasi (ma-ma)
Usia 9 bulan : Mulai naik untuk berdiri, mengerti kata “tidak”
Usia 10 bulan : Bayi merambat, mengembangkan gerakan
menjepit, mengatakan dan mengerti ma-ma dan da-
da
Usia 12 bulan : Berjalan sambil memegang tangan seseorang,
mencoba membangun menara 2 blok,
memperlihatkan emosi (cemburu dan rasa sayang),
mengatakan antara 4 dan 10 kata.
3. Imunisasi
a. Pengertian
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja
memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga
tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu (Proverawati, 2010).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi
dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Alimul,
2009).
b. Tujuan
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan
pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak
yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit (Proverawati,
2010).
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi
kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas
dan mortabilitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (Alimul, 2009).
c. Jenis
1) Imunisasi aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah
dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon
spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini,
sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan
meresponnya.Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan
campak.
2) Imunisasi pasif
a) Aktif alami
Adalah kekebalan yang didapatkan transplesental, yaitu
antibodi diberikan ibu kandungnya melalui plasenta kepada
janin yang dikandungnya.Jadi semua bayi yang dilahirkan telah
memiliki sedikit/banyak dari ibu kandungnya.
b) Pasif buatan
Adalah pemberian antibodi yang sudah disiapkan
dimasukkan ke dalam tubuh anak.Contoh pada ibu hamil
dengan Hb SAg positif, maka bayi yang dilahirkan harus segera
diberi imunisasi Hb.
d. Jenis vaksin imunisasi dasar lengkap
1) BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab
terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat
terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG.TBC yang berat
contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh
lapangan paru, atau TBC tulang.Vaksin TBC merupakan vaksin
yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak
lahir sebelum umur 3 bulan.Vaksin BCG diberikan melalui
intradermal/intracutan.Efek samping pemberian imunisasi BCG
adalah terjadinya Ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis
regionalis, dan reaksi panas.
2) Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis B. Kandungan vaksin
ini adalah HbsAg dalam bentuk cair.Frekuensi pemberian
imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis.Imunisasi hepatitis ini
diberikan melalui intramuscular.
3) Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat
menyebabkan kelumpuhan pada anak.Kandungan vaksin ini adalah
virus yang dilemahkan.Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah
4 dosis.Imunisasi polio diberikan melalui oral.
4) DPT
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus.Vaksin
DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman diteri
yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat
merangsang pembentukan zat anti (toksoid).
Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah 3
dosis.Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit
(tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ
tubuh membuat zat anti.Pada pemberian kedua dan ketiga
terbentuk zat anti yang cukup.Imunisasi DPT diberikan melalui
intramuscular.
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun
berat.Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada
tempat penyuntikan, dan demam.Efek berat misalnya terjadi
menangis hebat, kesakitan kurang lebih emapt jam, kesadaran
menurun, terjadi kejang, encephalopathy, dan syok.
5) Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena
termasuk penyakit menurun.Kandungan vaksin ini adalah virus
yang dilemahkan.Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1
dosis.Imunisasi campak diberikan melalui subkutan.Imunisasi ini
memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat
suntikan dan panas (Alimul, 2009).
e. Jadwal Imunisasi
1) BCG
a) Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun
dianjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur antara 0-12
bulan.
b) Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk
anak (>1 tahun)
c) Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan
d) Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun
dapat mencegah komplikasinya
e) Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan,
sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu. Vaksin
BCG diberikan apabila uji tuberculin negatif.
2) Hepatitis B
a) Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu
12 jam) setelah lahir
b) Imunisasi hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu)
dari imunisasi hepatitis B-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan.
Untuk mendapatkan respon imun optimal, interval imunisasi
hepatitis B-2 dengan hepatitis B-3 minimal 2 bulan, terbaik 5
bulan. Maka imunisasi hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6
bulan.
c) Departemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin
hepatitis B-0 monovalen (dalam kemasan uniject) sat lahir,
dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/hepatitis B pada
umur 2-3-4 bulan. Tujuan vaksin hepatitis B diberikan dalam
kombinasi dengan DTwP untuk mempermudah pemberian dan
meningkatkan cakupan hepatitis B-3 yang masih rendah.
d) Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah
memperoleh imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan
imunisasi hepatitis B dengan jadwal 3 kali pemberian.
3) Polio
a) Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio -1. 2,
dan 3 (1.OPV, hidup dilemahkan, tetes, oral: 2. IPV, in-aktif,
suntikan)
b) Polio-O diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai
tambahan untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi
c) Untuk imunisasi dasar (polio -2, 3, 4) diberikan pada umur 2, 4,
dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak kurang dari 4
minggu
d) OPV diberikan 2 tetes per oral
e) IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuscular. Vaksin IPV dapat
diberikan tersendiri atau dalam kemasan kombinasi (DPT/IPV).
4) DPT
a) Imunisasi DPT primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan
(DPT tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan
interval 4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu, jadi
DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 4 bulan
dan DPT-3 pada umur 6 bulan
b) Dosis DPT adalah 0,5 ml, intramuscular, baik untuk imunisasi
dasar maupun ulangan
c) Vaksin DPT dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin
lain yaitu DPT/Hepatitis B dan DPT/IPV.
5) Campak
Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu dosis
0,5 ml secara subkutan dalam pada umur 9 bulan (IDAI, 2008).
JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI MENURUT PROGRAM
PENGEMBANGAN IMUNISASI / PPI (Diwajibkan)

JADWAL ULANGAN /
VAKSINASI
PEMBERIAN USIA BOOSTER
BCG Waktu lahir
Hepatitis B Waktu lahir – dosis 1 1 tahun – pada bayi
1 bulan – dosis 2 yang lahir dari ibu
dengan hepatitis B
6 bulan – dosis 3
DPT dan Polio 3 bulan – dosis 1 18 bulan – booster 1
4 bulan – dosis 2 6 tahun – booster 2
5 bulan – dosis 3 12 tahun – booster 3
Campak 9 bulan -

PROGRAM IMUNISASI NON PPI (Dianjurkan)

JADWAL ULANGAN /
VAKSINASI
PEMBERIAN USIA BOOSTER
MMR 1 – 2 tahun 12 tahun
Hib 3 bulan – dosis 1 18 bulan
4 bulan – dosis 2
5 bulan – dosis 3
Hepatitis A 12 – 18 bulan -
Cacar air 12 – 18 bulan
(Atikah Proverawati, 2010: 33-34)
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Biodata
a) Bayi / Balita
(1) Nama
Dikaji untuk mengenal pasien
(2) Tanggal / jam lahir
Bayi baru lahir normal/fisiologis adalah bayi yang lahir dalam umur
kehamilan 37-42 minggu. (Depkes RI, 2005 )
Selain itu dikaji tanggal dan jam lahir dapat ditentukan asuhan
seperti imunisasi. (Atikah Proverawati,2010:33-34)
(3) Jenis kelamin
Jenis kelamin dibutuhkan untuk mengetahui identitas, selain itu juga
untuk dapat pemeriksaan klinis.Dikatakan bahwa laki-laki lebih
sering sakit dibanding bayi/balita perempuan tetapi belum diketahui
secara pasti penyebabnya.
b) Biodata orang tua
Ibu
(1) Nama
Berisi siapa nama ibu bayi/balita, dikaji untuk mengenal ibu
pasien.
(2) Umur
Tua atau mudanya orang tua bayi/balita turut mempengaruhi pola
pengasuhan bayi/balita.
(3) Agama
Agama dikaji karena pengajaran agama harus sudah ditanamkan
pada bayi/balita-bayi/balita sedini mungkin, karena dengan
memahami agama akan menuntun umatnya untuk berbuat
kebaikan. Dan adakah ajaran agama yang mungkin
mempengaruhi dalam pola pengembangan bayi/balita mencapai
tumbuh kembang.

(4) Suku/bangsa
Ini perlu dikaji karena tiap suku bangsa memiliki adat istiadat
yang berlaku sendiri-sendiri yang akan berpengaruh terhadap
tumbuh kembang bayi/balita. Pertumbuhan somatic juga
dipengaruhi oleh rasa atau suku bangsa. Bangsa kulit putih atau
ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatic yang lebih tinggi
dibandingkan bangsa asia.
(5) Pendidikan
Pendidikan orang tua dikaji sejauhmana pengetahuan orang tua.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting
dalam tumbuh kembang bayi/balita, karena dengan pendidikan
yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari
kalangan luar terutama tentang cara mengasuh bayi/balita yang
baik, bagaimana menjaga kesehatan bayi/balitanya,
pendidikannya dan sebagainya.
(6) Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan
orang tua terhadap permasalahan kesehatan yang mungkin terjadi
pada bayi. Ibu sangat berpengaruh dengan pengasuhan
bayi/balita dengan kesibukan kerja yang tinggi akan kurang
memperhatikan pengasuhan bayi/balita.
(7) Alamat
Ditanyakan dengan maksud untuk mempermudah hubungan bila
diperlukan dalam keadaan mendesak.Dengan diketahui alamat
tersebut, maka bidan mampu mengetahui tempat tinggal orang
tua bayi dan lingkungannya.Selain itu, untuk mengetahui
bagaimana demografi tempat tersebut.
Ayah
(1) Nama : berisi siapa nama ayah bayi/balita
(2) Umur : berisi berapa umur ayah bayi/balita
(3) Agama : berisi apa agama ayah bayi/balita
(4) Suku/Bangsa : berisi dari suku bangsa mana ayah
bayi/balita
(5) Pendidikan : berisi apa pendidikan terakhir ayah
bayi/balita
(6) Pekerjaan
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
tumbuh kembang bayi/balita karena orang tua dapat
menyediakan semua kebutuhan bayi/balita.
(7) Alamat
Ditanyakan dengan maksud untuk mempermudah
hubungan bila diperlukan dalam keadaan mendesak.Dengan
diketahui alamat tersebut, maka bidan mampu mengetahui
tempat tinggal orang tua bayi dan lingkungannya. Selain
itu, untuk mengetahui bagaimana demografi tempat
tersebut
2) Keluhan Utama
Berisi apa yang sedang dialami oleh bayi/balita yang
berhubungan dengan tumbuh kembang bayi/balita. Di sini seorang
bidan harus mampu menggali secara mendalam apa yang sedang
dialami bayi/balita karena hal ini sangat penting juga untuk
membuat diagnosa. Tuliskan sesuai dengan apa yang diungkapkan
ibu tentang bayi/balitanya.
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan bayi/balita
Tanyakan pada ibu penyakit-penyakit apa saja yang pernah
diderita bayi/balita. Tanyakan pada ibu mulai sejak kapan
penyakit itu di derita bayi/balita dan apakah sering berulang.
Tanyakan pada ibu kapan, pada usia berapa bayi/balita
menderita penyakit tersebut.
Ini perlu dikaji untuk mengetahui penyakit yang sedang
dialami bayi/balita yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang
bayi/balita.
b) Riwayat kesehatan keluarga
Dari pihak istri/suami tidak ada yang menderita penyakit
kronis, infeksi dan penyakit menular, tidak ada riwayat
keturunan kembar.
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
bayi/balita.Misalnya, dalam keluarga ada yang menderita
penyakit menular ada yang menderita TBC atau adanya riwayat
penyakit keturunan seperti asma yang dapat mengganggu
kesehatan bayi/balita.
4) Riwayat Kehamilan
Tanyakan pada ibu tentang riwayat kehamilan ibu, seperti
umur ibu waktu hamil, G… P…. A…., usia kehamilan sampai
bayi/balita lahir, hpht, hpl, berapa kali anc saat hamil, imunisasi
apa yang didapat selama hamil, dan obat-obatan apa saja yang
didapat selama ibu hamil.
Riwayat kehamilan merupakan faktor yang sangat penting
untuk mengetahui perkembangan bayi/balita. Ini menyangkut
risiko bayi/balita untuk mengalami gangguan perkembangan fisik
dan mental bayi/balita, termasuk faktor risiko untuk buta, tuli dan
lain-lain
5) Riwayat Persalinan
Dikaji untuk mengetahui berapa usia kehamilan ini, berapa
tahun jarak antara kelahiran ini dengan kelahiran sebelumnya,
dimana tempat melahirkan, lamanya waktu melahirkan, cara
melahirkan (spontan), juga riwayat bayi/balita yang dilahirkan
mencakup: berat bayi sewaktu lahir, kelainan bawaan, jenis
kelamin bayi dan status bayi yang dilahirkan (hidup atau mati).
Riwayat bersalin sangat berpengaruh untuk perkembangan
bayi/balita karena dengan diketahui kondisi bayi/balita pada saat
lahir akan turut pada menentukan bagaimana perawatan bayi/balita
selanjutnya.
6) Riwayat Imunisasi
Tanyakan pada ibu imunisasi apa saja yang pernah didapat
bayi/balita dan kapan itu pemberiannya.
Ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah bayi/balita telah
diberikan imunisasi yang dapat mencegah penyakit-penyakit yang
dapat mengakibatkan kesakitan dan kematian pada bayi/balita.
Pemberian imunisasi pada bayi/balita adalah penting untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penyakit
yang bisa diubah dengan imunisasi, misalnya penyakit TBC,
dipteri, tetanus, pertusis, polio, campak, dan hepatitis B bahkan
sekarang telah masuk ke Indonesia vaksin MMR untuk mencegah
measles (campak), mumps (parotitis), rubella (campak Jerman).
Dengan melaksanakan imunisasi yang lengkap, maka kita
harapkan dapat dicegah timbulnya penyakit-penyakit yang
menimbulkan cacat dan kematian.
7) Data Psikososial
Yang dikaji dan didokumentasikan pada riwayat psikologi
ibu ini yaitu tentang respon atau penerimaan dari ibu terhadap
bayinya, yaitu apakah ibu menerima atau menolaknya.Mengapa hal
ini harus dikaji karena hal ini sangat berhubungan dengan
kesejahteraan bayinya.Bayi dilahirkan dari perkawinan yang sah
dan sangat diharapkan oleh orang tua.Dalam keluarga tidak ada
masalah.Penerimaan masyarakat terhadap bayi dan keluarga
tersebut.
a) Status perkawinan
Bayi/balita lahir dalam status perkawinan (sah/tidak
sah). Orang tua menikah (berapa kali), lama perkawinan, usia
ibu saat menikah, usia ayah saat menikah.
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
status perkawinan terhadap masalah kesehatan
bayi/balita.Apakah bayi/balita dilahirkan dalam status
perkawinan yang sah ataukah bayi/balita yang tidak diharapkan
karena lahir di luar nikah.
b) Data ekonomi, sosial dan budaya
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui berapa
pendapatan keluarga tiap bulan dan apakah pendapatan
sebanyak itu sudah dapat memenuhi semua kebutuhan keluarga
karena pendapatan keluarga juga turut menentukan terpenuhi
atau tidaknya kebutuhan bayi/balita.Budaya dikaji untuk
mengetahui adakah tradisi-tradisi di lingkungan sekitar yang
mempengaruhi tumbuh kembang bayi/balita.
c) Data pengetahuan ibu
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauhmana ibu
memperoleh atau mendengar pengetahuan mengenai tumbuh
kembang bayi/balita dan cara memperoleh/sumber dari
pengetahuan itu.
8) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola nutrisi
Makanan dan minuman memegang peranan penting
dalam tumbuh kembang bayi/balita, dimana kebutuhan
bayi/balita berbeda dengan orang dewasa, karena makanan dan
minuman bagi bayi/balita dibutuhkan juga untuk pertumbuhan,
selain untuk menjaga ketahanan tubuh, bayi/balita yang
kebutuhan nutrisinya tidak tercukupi akan tumbuh secara
lambat dan juga mudah sakit.
(1) Makan
 Frekuensi
Tanyakan pada ibu berapa kali bayi/balita makan dalam
sehari.
 Porsi
Tanyakan pada ibu seberapa banyak porsi makanan
yang dimakan tiap kali bayi/balita makan
Asi : … x … perhari … ml/hari
 Jenis
Tanyakan pada ibu makanan apa saja yang dimakan
bayi/balita tiap kali makan
 Keluhan
Tanyakan pada ibu apakah ada keluhan dalam
pemenuhan kebutuhan makan pada bayi/balita
(2) Minum
 Tanyakan pada ibu berapa banyak minum tiap hari dan
apa saja jenisnya
 Keluhan
Tanyakan pada ibu apakah ada keluhan dalam
pemenuhan kebutuhan minum pada bayi/balita.
b) Pola eliminasi
Tanyakan pada ibu berapa kali bayi/balita bab dan bak
dalam sehari dan bagaimana frekuensi, bentuk, warna, bau,
waktu, dan konsistensi bab dan bak nya. dan tanyakan pada ibu
apakan ada keluhan dalam bab dan bak pada bayi/balita.
Pola eliminasi sangat perlu dikaji karena bayi/balita
sangat rawan akan penyakit gangguan saluran pencernaan
karena system pencernaannya belum sempurna.
1) Bab : … x …. perhari, warna….
Frekuensi, bentuk, warna, bau, konsistensi, keluhan
2) Bak: … x … perhari, warna ….
Frekuensi, warna, bau, keluhan
c) Pola istirahat
Tanyakan pada ibu berapa lama bayi/balita tidur siang
dan malam lalu tanyakan pula apakah bayi/balita mengalami
gangguan tidur. Kebutuhan tidur bayi/balita turut menentukan
ketahanan tubuh bayi/balita, bayi/balita yang tidak terpenuhi
kebutuhan tidurnya akan sering sakit. Lama tidur malam
bayi/balita yang baik yaitu 10-12 jam dan untuk tidur siang
yang baik lamanya 2-3 jam.
1) Tidur siang : … jam
2) Tidur malam : …. Jam
Maslaah : ….
d) Pola aktivitas
Tanyakan pada ibu bagaimana kegiatan sehari-hari bayi/balita.
e) Pola personal hygiene
Pada masa tumbuh kembang bayi/balita sangat
diperlukan untuk mengajari bayi/balita tentang kebiasaan hidup
bersih agar nantinya bayi/balita tidak mudah sakit sehingga
akan mengganggu tumbuh kembang bayi/balita.
1) Mandi
Tanyakan pada ibu berapa kali bayi/balita mandi dalam
sehari.
2) Sikat gigi
Tanyakan pada ibu berapa kali bayi/balita gosok gigi dalam
sehari
3) Keramas
Tanyakan pada ibu berapa kali bayi/balita keramas dalam
sehari
4) Ganti pakaian
Tanyakan pada ibu berapa kali bayi/balita ganti pakaian
dalam sehari
Mandi : … x/hari
Ganti pakaian : … x sehari
(Matondang, Corry, S, dkk, 2003: 3-10)
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Hal ini dikaji untuk mengetahui bagaimana keadaan
umum dan kesadaran bayi/balita.Apakah bayi/balita baik,
pucat, lemas. Apakah bayi/balita sadar penuh atau hanya sadar
bila dirangsang dengan rangsangan nyeri atau bayi/balita tidak
sadar sama sekali.
b) Tanda vital
(1) Suhu : berapa suhu tubuh bayi/balita
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksilla atau
pada rectal.Hasil pengukuran pada axilla biasanya lebih
rendah daripada hasil pengukuran perrektal. Suhu tubuh
yang normal menurut Hamilton (1995) dan
PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO (2003), yaitu 36,5-
37,2oC
(2) Nadi : berapa banyak denyut nadi bayi/balita tiap menit
Nadi yang normal pada bayi/balita yaitu 100-120 x/menit
(3) Pernafasan/respirasi: berapa banyak pernafasan bayi/balita
tiap menit
Respirasi yang normal pada bayi/balita 16-20 x/menit
c) Antropometri
Normalnya, lingkar kepala lebih besar daripada lingkar dada,
abdomen buncit, dan tonus fleksi
(1) Pengukuran harus dilakukan dengan cara standar
(2) Panjang bayi baru lahir paling akurat dikaji jika kepala bayi
baru lahir terletak rata terhadap permukaan yang keras
(3) Kedua tungkai diluruskan dan kertas di meja pemeriksaan
diberi tanda
(4) Setelah bayi lahir dipindahkan, bidan kemudian dapat
mengukur panjang bayi dalam satuan sentimeter
(5) Lingkar kepala bayi baru lahir diukur dari oksiput dan
mengelilingi kepala tepat di atas alis mata
(6) Lingkar dada diukur di bawah ketiak dan melewati garis
putting.
(7) Berat bayi harus dikaji diatas timbangan tersebut harus
dikalibrasi untuk menyertakan berat alas. Tindakan itu
dapat mencegah kehilangan panas dan infeksi akibat
kontaminasi silang. (Helen Varney, 2008: 921)
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kulit
Yang dikaji warna, sianosis, ikterus, hemangioma,
ekszema, pucat, purpura, eritema, macula, papula, vesikula,
pustule, Ulkus, nodul subkutan, turgor kulit, struktur, suhu,
kelembaban, edema.
Rambut meliputi warna, struktur, kualitas, distribusi dan
elastisitas dan keberhasilannya.
b) Kepala
Lingkar kepala pada bayi umur 6 bulan rata-rata 44 cm
dan umur 1 tahun 47 cm. Lingkar kepala mencerminkan
volume intra cranial dipakai untuk mendeteksi pertumbuhan
otak, apabila otak tidak tumbuh maka kepala akan kecil.
c) Rambut
Pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai warna,
kelebatan, distribusi, dan karakteristik lainnya dari rambut.
Rambut kepala normal berkilauan seperti sutra dan
kuat.Rambut yang kering, rapuh, dan kurang pigmen dapat
menunjukkan adanya kekurangan gizi.
d) Muka
Yang perlu dikaji pada pemeriksaan muka, yaitu apakah
muka pucat atau tidak.Selain itu pemeriksaan wajah pada anak
dilakukan untuk menilai kesimetrisan wajah.Selain menilai
kesimetrisan wajah pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai
adanya pembengkakan daerah wajah.
e) Mata
Pada pemeriksaan apakah ada infeksi, bagaimana
struktur, ukuran dan simetris atau tidak, kornea dan retina.
f) Hidung
Apakah membengkak, ada cairan, warna, kemungkinan
infeksi jalan nafas.
g) Telinga
Pada pemeriksaan telinga, apakah simetris, ada infeksi
atau tidak seperti otitis media dan berbau.
h) Mulut dan tenggorokan
Apakah ada tonsil tekak, osofaring dengan menyuruh
anak mengucapkan kata-kata, apakah ada pembengkakan,
merah, dan sebagainya.
i) Leher
Pembesaran kelenjar limfe, infeksi mulut dan saluran
pernafasan, vena leher yang membesar, biasanya terdapat
gangguan pernafasan dan ekspirasi seperti asma.Pembengkakan
kelenjar tiroid yang terdapat pada dasar leher bila diraba
apakah membesar atau tidak.
j) Dada
Cara dalam melakukan pemeriksaan dada dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Dalam melakukan
pemeriksaan hal yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan
besar dada, kesimetrisan dan gerakan dada, adanya deformitas
atau tidak, adanya penonjolan serta adanya pembengkakan atau
kelainan yang lain (Aziz Alimul, 2008: 83).
k) Perut
(1) Inspeksi
Untuk menilai ukuran dan bentuk perut membuncit,
simetris atau tidak. Apabila membuncit asimetris,
kemungkinan dijumpai poliomyelitis, pembesaran organ
intraabdominal, ileus, dan lain-lain
(2) Auskultasi
Dilakukan menggunakan stetoskop, dapat diketahui adanya
suara peristaltik usus.Normalnya terdengar setiap 10-30
detik.
(3) Perkusi
Dilakukan melalui epigastrium secara simetris menuju ke
bagian bahwa abdomen.Normalnya (bunyi timpani) adalah
bila terdengar pada seluruh lapangan abdomen.
(4) Palpasi
Dapat dilakukan dengan cara satu tangan (monomanual)
atau dua tangan (bimanual). Yang dinilai adalah apakah ada
pembesaran pada organ hati, limpa, dan ginjal (Aziz
Alimul, 2008: 88).
l) Genetalia
Pada laki-laki: apakah glands penis baik bentuknya,
bagaimana testis apakah sudah turun, bagaimana BAK lancar
atau tidak, penyumbatan atau tidak, skrotum sintesis atau tidak.
Pada wanita: ada sekret atau tidak, labia minora dan
klitoris menonjol atau tidak, masa daerah inguinal ada atau
tidak.
m) Anus
Keadaan lubang anus, adakah haemoroid, prolaps, dan
sebagainya.
n) Tulang belakang/punggung
Pemeriksaan yang dilakukan dengan inspeksi, yang
dinilai adalah adanya kelainan tulang belakang seperti lordosis,
kifosis, dan skoliosis (Aziz Alimul, 2008: 89)
o) Ekstremitas
Simetris atau tidak, lengkap atau tidak, kebersihan kuku
bersih atau tidak (Matondang, Corry S, dkk, 2003: 36-126)
2. Interpretasi Data
Bayi ….. Umur ….
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudian
dianalisa dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa dan
masalah pada bayi.
a. Diagnosa Kebidanan
Bayi/balita … Umur…. Bulan, keterangan normal atau dengan….
Data yang telah didapat kemudian dianalisa sesuai data dasar
yang telah didapat dari hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan. Hal ini perlu dikaji sebagai dasar untuk membuat
keputusan klinik yang tepat (Depkes RI, 2008: 8)
Data Dasar:
1) Data subjektif: informasi yang diceritakan pasien tentang apa yang
dirasakannya, apa yang sedang dan telah dialaminya. Selain itu
juga meliputi informasi tambahan yang diceritakan oleh anggota
keluarga tentang status bayi/balita.
2) Data objektif: data dasar yang didapat dari
pemeriksaan/pengamatan (fisik atau penunjang)
b. Diagnosa Masalah
Dikaji guna menganalisa apakah bayi/balita mengalami
masalah yang memerlukan penanganan maka dituliskan sebagai
masalah.Diagnosa masalah harus disertai dengan data dasar (Depkes
RI, 2008: 9).
3. Diagnosa Potensial serta Antisipasinya
Digunakan untuk menentukan diagnosa dan masalah potensial
yang mungkin terjadi berdasarkan diagnose dan masalah yang telah
ditentukan. Selain itu juga menentukan tindakan untuk mengantisipasi
terjadinya masalah atau mencegah jika memungkinkan.
4. Kebutuhan akan Tindakan Segera, Konsultasi, dan Kolaborasi
Untuk menentukan tindakan apa yang harus segera dilakukan
sesuai kondisi bayi/balita, menentukan kebutuhan konsultasi dengan
profesional lain jika diperlukan.
5. Rencana Tindakan
Mengembangkan rencana asuhan atau tindakan yang sesuai dengan
kondisi bayi/balita.Rencana asuhan harus disetujui bersama dengan klien
agar dapat dilaksanakan pada bayi/balita secara efektif.
6. Implementasi
Pelaksanaan rencana asuhan atau tindakan yang telah disepakati
bersama dengan klien.Yang merupakan aplikasi dari rencana tindakan.
7. Evaluasi
Tanggal ….. pukul …..
Berisi tentang penilaian hasil akhir dari tindakan yang telah
dilakukan pada klien (Saifudin, 2001: 109)
Evaluasi dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Evaluasi hasil
Dilakukan untuk menilai keefektifan dari semua tindakan yang telah
dilakukan dalam mengatasi diagnose atau masalah.
b. Evaluasi respon
Dilakukan saat atau segera setelah suatu tindakan dilakukan.
c. Evaluasi proses
Dilakukan selama pemberian asuhan berlangsung
Dengan evaluasi ini dapat dinilai sejauhmana hasil yang telah
dicapai apakah sesuai dengan harapan yang diinginkan atau tidak.

Magelang, Februari 2017

Pembimbing Institusi Mahasiswa

Sri Winarsih, S. Pd, S. SiT, M. Kes Devita Permana Sari


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari teori, pembahasan dan pada kasus Bayi sudah di berikan
imunisasi. Bayi sehat dan pertumbuhan serta perkembangannya sesuai
dengan bayi seusianya. Berat badan dan lingkar kepala bayi sudah bagus
dan dalam batas normal. Ibu terlihat senang dengan hasil pemeriksaan
yang di lakukan oleh bidan.

B. Saran
Hendaknya bidan dan tenaga kesehatan lain tidak bosan untuk selalu
mengingatkan orang tua tentang jadwal imunisasi yang di wajibkan dan
yang menjadi program pemerintah, dan memberikan KIE tentang
imunisasi meliputi jenis imunisasi, tujuan dari masing–masing imunisasi,
jadwal masing–masing imunisasi, dan manfaat dari masing–masing
imunisasi, supaya ibu terpanggil untuk mengimunisasikan bayinya sesuai
jadwal dan tidak menunda–nunda imunisasi anaknya.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges dan Mary. 2001. Rencana perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC.

Hamilton Persis Mary.1995.Dasar- Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta:


EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar ILmu Kesehatan Anak untuk


Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Marmi, Kukuh Rahardjo.2014.Asuhan Neonatus, Bayi,Balita, dan Anak


Prasekolah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Matondang, Corry S., dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak. Jakarta : Sagung
Seto.

Muscari, mary. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Proverawati dan Citra. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta:Nuha Offset.

Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

UNPAD. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Eleman.

Varney, Helen, dkk. 2008. Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Você também pode gostar