Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Jenis jerawat `klasik' ini mudah dikenal, tonjolan kecil berwarna pink
atau kemerahan. Terjadi krn pori2 yg tersumbat terinfeksi dgn bakteri.
Bakteri ini bisa yg terdapat dipermukaan kulit, bisa juga dari waslap,
kuas makeup, jari tangan, juga telepon. Stress, hormon dan udara yg
lembab dpt memperbesar kemungkinan infeksi jerawat, krn
menyebabkan kulit memproduksi minyak, yang merupakan tempat
berkembang-biaknya bakteri. Jerawat yg disebabkan oleh hormon
biasanya muncul di sekitar rahang dan dagu, menurut seorang ahli kulit,
yang merekomendasikan pemakaian pil KB yang rendah estrogen,
seperti Orthotricyclen, Orthocept dan Alesse. (Untungnya, menurut
penelitian ternyata coklat dan French fries tidak mempunyai pengaruh
pada berbiaknya jerawat).
1. Pencegahan
1. Pencegahan
Obat2 jerawat yg dijual bebas tidak akan mempan buat jerawat jenis ini.
Memakai scrub pun tidak akan ada hasilnya. Jalan satu2nya adalah
meminta dokter meresepkan pil antibiotik seperti tetracycline. Bila
dalam sebulan tidak ada tanda2 perbaikan, mungkin dokter akan
memberikan resep Accutane (kurang pasti di Indonesia sudah ada atau
belum), obat yg efektif, tapi kontroversial. Meskipun penyembuhannya
memakan waktu hingga 5 bln, dan dapat mengakibatkan bayi cacat pada
ibu hamil, tapi tetep aja dianggap sebagai obat mujarab pilihan terakhir.
1. Pengobatan
1. Patofisiologi
–>risiko infeksi
–> komedo terbuka, hitam akibat akumulasi lipid, bakteri dan debris
epitel
–> komedo tertutup –>perembasan isi folikel ke dermis –> inflamasi –
lesi akne
–>papula eritematosa \\
–> pustyla
Diagnosa Keperawatan
Askep Milia
13 Nov, 2009
Author: Tyo | Filed Under: ASKEP KULIT |
Milia
BAB I
PENDAHULUAN
Milia adalah salah satu jenis kista epidermoid, yang dibatasi epidermoid
dan berisi massa keratin. Milia sering dijumpai congenital atau lesi
dapatan yang timbul pada bayi maupun dewasa. Beberapa penelitian
melaporkan angka kejadiannya lebih banyak pada wanita dan yang lain
melaporkan antara laki-laki dan wanita prevalensinya sama.5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
2.2. EPIDEMIOLOGI
Milia dapat ditemukan pada berbagai populasi dan umur. Milia primer
ditemukan pada bayi baru lahir (50% dari semua bayi lahir) yang
diperkirakan merupakan normal. Milia sekunder lebih sedikit ditemukan
pada bayi tetapi mungkin akan muncul jika ada trauma pada kulit.3
Milia primer secara khas ditemukan di bayi, tetapi bisa juga ditemukan
di anak-anak dan dewasa. Milia sekunder diobservasi pada kelainan kulit
yang lepuh dan setelah dermabrasi. Milia en plaque dan erupsi multiple
milia adalah hal yang berbeda1
2.3. KLASIFIKASI
Milia yang timbul sekunder dari lesi sebelumnya sering dijumpai pada
penyakit epidermolisis bulosa, porphyria cutanea tarda, luka bakar,
setelah terapi dermabrasi, setelah penggunaan laser ablasi dan setelah
penggunaan terapi topical glukokortikoid atau terapi 5-fluorouracil.5
2.4. PATOFISIOLOGI
Milia adalah kista epidermois. Kista berasal dari folikel sebacea. Milia
primer tumbuh di kulit wajah yang menghasilkan folikel rambut vellus.
Milia sekunder terjadi akibat kerusakan pilosebaceus.1
Sekitar hidung
Sekitar mata (periorbital area)
Pipi
Dagu
Dahi
Badan
Tungkai dan lengan
Penis (korpus penis)
Membrane mucosa (area di dalam mulut)3
Orang dewasa bisa timbul milia di wajah. Kista dan benjolan juga bisa
timbul di bagian tubuh yang mengalami inflamasi atau trauma
sebelumnya. Iritasi kulit oleh karena kain atau baju yang kasar mungkin
menyebabkan kemerahan ringan pada sekitar benjolan tetapi bagian
tengah berwarna putih. Milia yang teriritasi kadang disalahartikan "baby
acne" (sebenarnya bukan bentuk acne). 4
1. Acne Vulgaris
2. Syringoma
3. Trichoepithelioma
4. Milialike idiopathic calcinosis cutis (pada penderita Sindrom
Down)1
2.10. TERAPI
Tidak ada terapi topical maupun sistemik yang efektif untuk milia
primer dan sekunder. Terdapat laporan tentang penggunaan isotretinoin
topical, etretinate oral dan minocycline dalam menerapi pasien dengan
milia en plaque.1
Bedah listrik
Elektrolisis
Elektrofulgurasi
2.11. KOMPLIKASI
2.12. PROGNOSIS
2.13. PENCEGAHAN
Tidak ada pencegahan spesifik untuk milia. 4 Cara terbaik untuk
pencegahan terhadap milia adalah melindungi kulit terhadap agen kimia
yang kuat dan menghindari paparan sinar matahari. Untuk mengurangi
milia di sekitar mata, bila menggunakan berbagai macam cream, hindari
pemakaian area sekitar mata terlalu banyak. Juga, usap wajah terutama
area sekitar mata dengan halus dan hindari menggosok mata dengan
kasar. Bila menggosok gigi, usahakan pasta gigi tetap ada di dalam
mulut, hindari pasta gigi terkena area sekitar mulut, sehingga bisa
mengurangi iritasi kulit terhadap fluoride. Gunakan tabir surya apabila
bepergian dalam terik sinar matahari dan pilih yang mengandung bahan
titanium oxide atau zinc oxide. 2
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
2.Anonym.Milia.2007.http://www.bigskincare.com/skin_diseases/milia_
causes_treatment.php
4.Kaneshiro,NK.Milia.2009.http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/a
rticle/001367.htm
A. Pengertian
Lepra adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh kuman tahan
asam “Mycobacterium Leprae”.
B. Etiologi
C. Patofisiologi
Lesi kulit menyerupai tipe TT. Jumlah lesi lebih banyak (2-8 buah)
berupa macula/plak hipopigmentasi. Beberapa syaraf mungkin menebal
dan menimbulkan gangguan sensoris dan motoris, anestesi tampak
nyata. BTA negatif atau positif satu (+1), test lepromin positif lemah.
Lesi kulit condong simestris, berupa macula, plak atau papul dan dapat
kombinasi ketiganya, warna lesi eritematosa atau kecoklatan. Lesi
punched merupakan tanda karakteristik berupa infiltrat dengan central
clear area. BTA positif satu atau dua (+2/+3). Test lepromin negative
atau positif lemah.
F. Pemeriksaan Penunjang
Test lepromin
Bakteriologis : sediaan apas dari irisan kulit dan usapan mukosa
hidung dengan pewarnaan Zeihl-Nielsen.
Scrologis pengukuran antibody anti M.Leprae
PA : Biopsi lesi kulit dan atau saraf
ENMG
G. Komplikasi
H. Penatalaksanaan
A. Pengkajian
1. Data Subyetif
1. Data Obyektif
1. Data Penunjang
B. Diagnosa Keperawatan
C. Rencana Keperawatan