Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Dua orang pendidik dari Belanda, Piere Van Hiele dan istrinya, Dina Van Hiele-
Geldorf, mengembangkan teori pendidikan untuk menjelaskan gejala ini. Mereka
mengidentifikasi secara relative stabil, perbedaan secara kualitatif tingkatan-tingkatan
pemahaman di mana setiap individu mengalaminya selama belajar.
Sebagaimana ditulis oleh Schoenfeld (1986), teori ini tidak memberi satu
pandangan yang menentukan adanya kemajuan, melainkan ini merupakan penggambaran
yang empiris tentang tahapan-tahapan stabil secara relatif dan memberikan petunjuk
dalam penyusunan berbagai pengalaman para pelajar. Selanjutnya, sejak tahun 1950 teori
ini telah dikembangkan oleh Van Hiele dan tengah menjadi topik proyek-proyek
penelitian di seluruh penjuru dunia.
Pada tahun 1957 sampai 1959 van Hiele mengajukan suatu teori
mengenai proses perkembangan yang dilalui para siswa dalam
mempelajari geometri. Dalam teori yang mereka kemukakan,
mereka berpendapat bahwa dalam mempelajari geometri para
siswa mengalami perkembangan kemampuan berpikir dengan
melalui tingkattingkat berikut:
Tingkat ini disebut juga tingkat pengenalan. Pada tingkat ini, siswa memandang sesuatu
bangun geometri sebagai suatu keseluruhan, sesuatu yang wholistic. Pada tingkat ini
siswa belum memperhatikan komponenkomponen dari masingmasing bangun. Dengan
demikian, meskipun pada tingkat ini siswa sudah mengenal nama sesuatu bangun,
Tingkat ini sering disebut juga tingkat deskriptif. Pada tingkat ini siswa sudah
mengenal bangunbangun geometri berdasarkan ciriciri dari masingmasing bangun.
Dengan kata lain, pada tingkat ini siswa sudah bisa menganalisis bagianbagian yang
ada pada suatu bangun dan mengamati sifatsifat yang dimiliki oleh unsurunsur tersebut.
Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa suatu bangun
merupakan persegipanjang karena bangun itu “mempunyai empat sisi, sisisisi yang
berhadapan sejajar, dan semua sudutnya sikusiku”.
Tingkat ini disebut juga tingkat pengurutan atau tingkat relasional. Pada tingkat ini,
siswa sudah bisa memahami hubungan antara ciri yang satu dan ciri yang lain pada
sesuatu bangun. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa
jika pada suatu segiempat sisisisi yang berhadapan sejajar, maka sisisisi yang berhadapan
itu juga sama panjang. Di samping itu pada tingkat ini siswa sudah memahami perlunya
definisi untuk tiaptiap bangun. Pada tingkat ini, siswa juga sudah bisa memahami
hubungan antara bangun yang satu dengan bangun yang lain. Misalnya pada tingkat ini
siswa sudah bisa memahami bahwa setiap persegi adalah juga persegi panjang karena
persegi juga memiliki ciriciri persegi panjang.
Pada tingkat ini siswa sudah memahami peranan pengertianpengertian pangkat, definisi-
definisi, aksiomaaksioma, dan teoremateorema pada geometri. Pada tingkat ini
siswa sudah mulai mampu menyusun buktibukti secara formal. Ini berarti bahwa pada
tingkat ini siswa sudah memahami proses berpikir yang bersifat deduktifaksiomatis dan
mampu menggunakan proses berpikir tersebut.
Tingkat ini disebut juga tingkat metamatematis. Pada tingkat ini, siswa mampu
melakukan penalaran secara formal tentang sistemsistem matematika (termasuk sistem-
sistem geometri), tanpa membutuhkan modelmodel yang konkret sebagai acuan. Pada
tingkat ini, siswa memahami bahwa dimungkinkan adanya lebih dari satu geometri.
Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa menyadari bahwa jika salah satu aksioma pada
suatu sistem geometri diubah, maka seluruh geometri tersebut juga akan berubah.
Sehingga, pada tingkat ini siswa sudah bisa memahami adanya geometrigeometri yang
lain di samping geometri Euclides.
Menurut van Hiele, semua anak mempelajari geometri dengan melalui tingkat-
tingkat tersebut, dengan urutan yang sama, dan tidak dimungkinkan adanya tingkat yang
diloncati. Akan tetapi, kapan seseorang siswa mulai memasuki sesuatu tingkat yang baru
tidak selalu sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Selain itu, menurut van Hiele, proses perkembangan dari tingkat yang satu ke
tingkat berikutnya terutama tidak ditentukan oleh umur atau kematangan biologis, tetapi
lebih tergantung pada pengajaran dari guru dan proses belajar yang dilalui siswa.
Kealamian hirakis tingkatan: Menurut van Hiele, teori ini merupakan suatu hirarki di
mana seorang pelajar tidak bisa melakukan dengan memahami atas satu tingkatan tanpa
melalui tingkat yang sebelumnya. Hal ini telah dibenarkan dalam penelitian (Burger dan
Shaughnessy,1986; Fuys et.al., 1988; De Villiers & Njisane, 1987).
Burger dan Shaughnessy (1986) menyarankan, meskipun demikian tingkat-tingkat
tersebut tidaklah terputus sebatas apa yang dijelaskan dengan gambaran-gambaran tadi.
Lebih dari itu, dimungkinkan para pelajar dapat berada dalam transisi antar tingkat dan
disitu kemampuan-kemampuan kognitif bercampur antara tingkat satu dengan tingkat di
atasnya selama dalam masa transisi. Di situ juga ada fakta bahwa tingkat pemikiran
pelajar mungkin silih berganti lintas topik dan menuruti apa yang baru dipelajari.
Peranan Guru: Van Hiele menempatkan penekanan dalam pendidikan dan pentingnya
guru menyusun pengalaman-pengalaman belajar siswa untuk memfasilitasi perubahan ke
suatu tingkatan. Pengembangan demikian tidak mengembangkan, akan tetapi hasilnya
pelajar memiliki pengalaman yang benar. Sejumlah peneliti telah menandai kegiatan-
kegiatan yang sesuai untuk setiap pelajar pada tingkat yang berbeda.
Sebagai contoh, Murray (1996) berpendapat pelajar pada tingkat visual harus
diberikan pembelajaran di mana :
∼ Situasinya “nyata” dan konsep-konsep baru dapat membentuk satu
bagian yang alami. Dia meyarankan agar guru dapat menemukan situasi dimana suatu
konsep berkembang mengikuti kondisi aktual pelajar secara historis disamping
mencoba merekayasa adanya pengalaman-pengalaman.
∼ Situasinya memerlukan tidak mesti dari hal yang konkrit maupun dunia
nyata.
∼ Ceritera-ceritera/model-model yang digunakan tidak begitu komplek
dibandingkan konsep-konsep aktual yang terlibat
∼ Pelajar dibebaskan untuk menginterpretasi , metode dan keterwakilannya
Murray juga menyarankan agar guru dapat membantu pelajar dalam kemajuan
melewati tingkat ini dengan mengajak diskusi dan mengungkapkan pendapat sambail
mengenalkan berbagai definisin dan pemahaman yang tepat sebagaimana diharapkan.
Holmes (1995) berpendapat bahwa pelajar pada tingkat visual diberi kegiatan-
kegiatan yang mengajak mereka untuk :
∼ Memanipulasi dan mengenali bentuk-bentuk geometri
∼ Mengurutkan dan memaparkan bentuk-bentuk
∼ Menggambar dan menyusun bentuk-bentuk
∼ Menjelaskan bentuk-bentuk menggunakan bahasanya sendiri
∼ Menyelesaikan masalah yang melibatkan bentuk-bentuk
Holmes juga berpendapat bahwa kegiatan-kegiatan yang diperuntukkan bagi
pelajar pada tingkat analisis harus :
∼ beragam kegunaan dalam tingkat pengenalan akan tetapi yang lebih
fokusnya adalah berkenaan sifat-sifat dari bentuk-bentuk.
∼ Terlibat dalam mengklasifikasikan bentuk bentuk berdasarkan sifat-
sifatnya
Kealamian intrinsik dan ekstrinsik perubahan: Van Hiele menyatakan bahwa setiap
tingkat mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam halam objek pemikiran.
Misalnya, pada tingkat visual objek-objek pemikiran adalah gambar-gambar geometris.
Gambar-gambar tersebut pada kenyataannya dibatasi oleh sifat-sifat, akan tetapi beberapa
orang berpikir bahwa pada tingkat ini tidak mempertimbangkan sifat-sifatnya. Sifat-sifat
tersebut menjadi eksplisit pada tingkat analisis di mana para pelajar mempelajarinya
dengan pengelompokan gambar-gambar serta sifat-sifat sebagai objek yang dipelajari.
Pada tingkat abstraksi pengelompokan gambar-gambar ini menjadi objek yang dipelajari.
Fase-fase dalam suatu tingkat: Menurut Van Hiele, kemajuan dari satu tingkat ke
tingkat selanjutnya melibatkan lima fase. Fase-fase ini sangat berguna dalam merancang
kegiatan-kegiatan pembelajaran :
∼ Information : Pelajar mulai mengenali wilayah kerja eksplorasi dengan
menggunakan materi yang dipresentasikan kepadanya, misalnya menguji contoh dan
bukan contoh. Proses ini mengakibatkan ia “menemukan” susunan yang pasti
∼ Guided/Directed Orientation : Pelajar menjajagi wilayah penyelidikan
menggunakan materi yang dipelajari, seperti dengan melipat, mengukur untuk
menentukan simetri.
∼ Explicitation/Explanation : Pelajar menyadari adanya hubungan,
mencoba untuk mengungkapkannya dengan kata-kata dan mempelajari bahasa teknis
yang diperlukan untuk berlangsungnya pelajaran, misalnya mengungkapkan gagasan
tentang sifat-sifat suatu gambar.
∼ Free Orientation : Wilayah penyelidikan/hubungan masih sebagian
besar tidak diketahui pada tingkatan ini, namun pelajar diberi banyak tugas yang
komplek untuk menemukan cara di sekitar wilayah ini. Misalnya seorang pelajar
mungkin tahu tentang sifat-sifat dari satu jenis bentuk akan tetapi yang diharapkan
untuk diselidiki adalah sifat-sifat dari bentuk lain yang baru, contoh laying-layang.
Tugasnya harus dirancang sedemikian hingga dapat dibawa kepada cara-cara yang
lain.
∼ Integration : Pelajar meringkas semua yang telah ia pelajari tentang
pelajaran, merefleksikan ke dalam tindakan dan dengan demikian mendapat
peninjauan luas meliputi seluruh wilayah yang diselidiki. Contohnya meringkas sifat-
sifat dari suatu gambar.