Você está na página 1de 14

Tugas Industri Perikanan Tangkap

ANALISIS USAHA PRIMER,SEKUNDER DAN TERSIER

OLEH:

PANDI A
L23115520

DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULATAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ANALISIS RANTAI PEMASARAN DAN BESAR MARJIN PEMASARAN IKAN
ASIN PADA TIAP PELAKU PEMASARAN DI DESA KOROANI
KECAMATAN TAMBULANGI KABUPATEN NAGAN RAYA
Oleh: Asri anas

Sumberdaya kelautan dan perikanan merupakan salah satu potensi


unggulan dalam konteks pembangunan ekonomi. Dengan mencermati
beragamnya sumberdaya, pembangunan kelautan dan perikanan Indonesia
mempunyai potensi besar dan melibatkan banyak pihak. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni s/d November 2013 dan berlokasi di Desa
KOROANIKecamatan TAMBULANGIKabupaten Nagan Raya Teknik
pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling) yaitu
pada setiap pelaku pemasaran yang terlibat yakni : nelayan/pengolah ikan
asin, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul tingkat kecamatan,
pedagang grosir ikan asin dan pedagang pengecer. Pengambilan sampel 50
% dari jumlah populasi 22 orang yaitu 11 orang. Rantai pemasaran ikan asin
di Desa KOROANIKecamatan TAMBULANGIKabupaten Nagan Raya terdiri
dari tiga tipe rantai pemasaran. Semakin pendek rantai pemasaran, maka
akan semakin besar keuntungan yang didapatkan oleh suatu lembaga,
begitu juga sebaliknya.
Adapun perincian jumlah masing-masing sampel lembaga
pemasaran di daerah penelitian dapat dilihata pada tabel berikut ini.

A. Batasan Variabel
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menganalisis rantai pemasaran
ikanasin dan menentukan besaran share nelayan, margin dan profit margin
pada setiap lembaga pemasarannya, maka diperlukan variabel dan data
untuk dianalisis. Periode data yang dianalisis adalah rata-rata nilai per hari
pada musim timur, antara lain sebagai berikut.
1. Hasil produksi ikan asin adalah produksi rata-rata ikan segar yang
diasinkan yang akan dijual kepada konsumen yang dinyatakan dalam
satuan Kg/hari.
2. Jumlah pembelian setiap lembaga pemasaran adalah rata-rata pembelian
ikan asin oleh setiap lembaga pemasaran dari saluran pemasaran
sebelumnya dihitung dalam Kg/hari.
3. Harga pembelian dan penjualan di masing-masing rantai pemasaran
adalah harga pembelian dan penjualan rata-rata ikan asin pada tiap-tiap
lembaga pemasaran berdasarkan situasi pasar yang berlaku pada saat
penelitian dinyatakan dalam Rp/Kg.
4. Biaya pemasaran yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan tiap lembaga
pemasaran ikan baik segar ataupun olahan dalam melaksanakan kegiatan
usahanya yang terdiri atas biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap
(fixed cost), dihitung dalam Rp/Kg/hari.
5. Pendapatan adalah selisih antara nilai hasil penjualan dengan total biaya
yang dikeluarkan dinyatakan dalam Rp/Kg/hari.
6. Rantai pemasaran adalah banyaknya mata rantai atau lembaga pemasaran
yang dilalui dalam penyampaian ikan segar atau olahan dari nelayan
(produsen) ke konsumen yang dinyatakan dalam unit (bilangan).
7. Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima nelayan
produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen ikan baik segar
maupun olahan dihitung dalam Rp/Kg.
8. Profit margin adalah keuntungan bersih per Kg ikan yang dihitung dari
selisih antara harga beli dengan harga jual di setiap pelaku pemasaran ikan
yang terlibat baik segar ataupun olahan dikurangi biaya pemasaran,
dihitung dalam Rp/Kg.
9. Share nelayan yaitu bagian atau proporsi yang diterima nelayan dari harga
jual oleh lembaga pemasaran terkait, dinyatakan dalam persen.
B. Analisa Pendapatan
Biaya total merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan. Biaya ini didapat dari menjumlahkan biaya tetap dan biaya
variabel. Untuk melihat
1. Total biaya produksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
TBP = BT + BV ………………………………….…........(Dumairy, 2004)
Dimana :
TBP = Total Biaya Produksi (Rp)
BT = Biaya Tetap (Rp) BV = Biaya Variabel (Rp)

2. Total penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus:


TBP = BT + BV ………………………………….…........(Dumairy, 2004)
Dimana :
TBP = Total Biaya Produksi (Rp)
BT = Biaya Tetap (Rp)
BV = Biaya Variabel (Rp)
3. Total penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus:
TP = TH x JUP....................................................................(Dumairy, 2004)
Dimana :
TP= Total Penerimaan (Rp)
TH = Tingkat Harga (Rp/Kg)
JUP = Jumlah Unit Produksi (Kg)
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka analisis pendapatan
dilakukan untuk melihat tingkat keuntungan yang diperoleh pada pemasaran
ikan asin dengan menggunakan rumus:
P = TP – TBP ………..……..……………………………(Soeheroe, 1994)
Dimana :
P= Pendapatan (Rp)
TP = Total Penerimaan (Rp)
TBP = Total Biaya Produksi (Rp)

C. Pembahasan
1. Analisis Biaya
Perhitungan biaya produksi sangat penting dalam mengambil
suatukeputusan dalam menjalankan suatu usaha. Dengan adanya
perhitungan biaya produksi akan diperoleh gambaran tentang besarnya
pendapatan yang akan diterima. Biaya produksi yang dimaksud di sini
adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pengolah ikan asin, baik biaya
investasi maupun biaya operasional. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
satu proses produksi dapat bersifat biaya tetap dan biaya variabel.
a. Biaya tetap adalah semua biaya-biaya yang dikeluarkan tidak habis
dalam sekali produksi, misalnya penyusutan alat.
Biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh pengolah ikan asin
pertama kali merintis usahanya relatif besar yaitu mencapai Rp 780.000,-
karena harus membuat bangunan meskipun sederhana, bangunan
tersebut memiliki umur ekonomis sekitar 3 tahun. Namun jika di rata–
ratakan, maka biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh pengolah untuk
sekali produksi ikan asin (80 kg) adalah Rp 20.000,
b. Biaya Variabel adalah biaya-biaya yang habis dipakai dalam sekali proses
produksi, misalnya bahan-bahan dalam pengolahan ikan asin
Biaya variabel adalah Rp 1.197.000,- jadi pengeluaran
keseluruhan pengolah ikan asin setiap produksi adalah Rp 1.217.000,-
2. Analisis Pendapatan
Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh pengolah sekaligus
penjual ikan asin dalam menjalankan kegiatan usaha sangat dipengaruhi
kecermatan lembaga pemasaran tersebut dalam mengkombinasikan antara
biaya produksi, jumlah produksi harga jual dan harga beli konsumen.
Pendapatan dapat ditingkatkan dengan menaikkan harga jual, menekan
biaya produksi dan menghemat biaya pemasaran.
Di daerah penelitian, rata-rata jumlah produksi ikan asin dalam 80 kg
ikan segar menghasilkan 40 kg ikan asin dengan harga jual Rp 65.000,-/kg.
Maka total penerimaan pengolah ikan asin dalam sekali produksi adalah Rp
2.600.000,-
Rata-rata keuntungan pengolah sekaligus pedagang ikan asin dalam
satu kali produksi dengan jumlah ikan asinnya 40 Kg adalah Rp 2.600.000,-
Rp 1.217.000,- yaitu Rp 1.403.000,- keuntungan ini diperoleh pengolah ikan
asin karena telah mengeluarkan korbanan dan memberikan nilai tambah
yang besar pada ikan segar. Keuntungan ini belum termasuk keuntungan
dengan mengolah jenis - jenis ikan yang lain. Hal ini membuktikan bahwa
usaha ikan asin patut untuk dikembangkan karena dapat memberikan
keuntungan yang besar.
ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN TENGGIRI(Scomberomorus
commerson) ASIN KERING DI DESA MUARA KINTAP KECAMATAN
KINTAP KABUPATEN TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Oleh: Maria Ulfah Riani, Emmy Sri Mahreda, dan Rina Mustika

Dalam segi pemenuhan gizi, ikan asin kering sangat berperan dalam
pemenuhan kebutuhan protein hewani, karena mengandung nilai gizi yang
tinggi. Dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan sumber
protein hewan lainnya, hal ini sangat memungkinkan masyarakat berpeng-
hasilan rendah untuk dapat memenuhi kebutuhan proteinnya. Namun saat ini
ikan asin kering juga telah diterima oleh golongan menengah ke atas,
bahkan produk-produk ikan asin kering tertentu dikategorikan sebagai
makanan mewah salah satunya yaitu ikan tenggiri asin kering ini
(Kadarisman et al., 1999).
Pengeringan merupakan cara pengawetan produk makanan yang
pertama kali digu akan oleh manusia. Pengeringan ikan merupakan cara
pengawetan sebagai lanjutan dari kegiatan pengawetan dengan
penggaraman. Ikan hasil proses penggaraman segera diangkat dari wadah
penggaraman, dicuci bersih kemudian dikeringkan. Desa Muara Kintap di
Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut ini adalah salah satu sentral
daerah yang terkenal di Kalimantan Selatan dengan ikan tenggiri asin
keringnya. Desa Muara Kintap terkenal dengan ikan tenggiri asin kering
karena kualitasnya yang bagus dibandingkan dengan daerah pesisir lain di
Kalimantan Selatan. Kualitas ikan tenggiri asin kering yang baik ini diperoleh
karena ikan tenggiri segar yang ditangkap oleh nelayan di laut langsung
diolah menjadi ikan kering didalam kapal dan dijemur diatas kapal.
Proses pengolahan ikan asin kering di dalam kapal ini memerlukan
ukuran kapal yang besar (5 GT – 7 GT), sehingga tentu memerlukan modal
investasi awal yang besar. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk
menangkap ikan tenggiri ini adalah jaring insang hanyut. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis keuntungan, tingkat kelayakan, sensitivitas,
fluktuasi dan variasi harga serta saluran pemasaran ikan tenggiri asin kering
di Desa Muara Kintap

A. Analisis Kelayakan Usaha


1. Analisis keuntungan
Keuntungan suatu usaha dapat ditentukan dengan menggunakan
pendekatan rumus

Total penerimaan merupakan seluruh hasil yang diperoleh dari


penjualan seluruh hasil produksi. Rumusnya adalah:

Total biaya adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam satu kali
siklus produksi, pada umumnya terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak
tetap. Rumusnya adalah:

Keuntungan bagi pemilik kapal yang melakukan usaha pengolahan


ikan tenggiri asin kering di Desa Muara Kintap ditentukan oleh besar
kecilnya penerimaan dan total biaya.hasil perhitungan dapat dilihat di
tabel satu dibawah

2. Analisis titik impas (break event point)


Ada dua jenis titik impas yakni:
a. Titik Impas Harga (Break Event Point Price) dengan rumus :

b. Titik Impas Produksi (Break Event Point Production) dengan


rumus:

Hasil perhitungan titik impas dapat dilihat pada tabel 2 dibawah

3. Periode pengembalian (payback periode)


Periode pengembalian dapat ditentukan dengan menggunakan
pendekatan rumus:

4. Analisis kelayakan
Analisis kelayakan usaha dapat ditentukan dengan menggunakan
metode:
a. Net Present Value (NPV)
b. Internal Rate of Return (IRR)

c. Net Benefit Cost Ratio (Net BCR)

Hasil perhitungan analisis usaha dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel
4 dibawah:
Usaha pengolahan ikan tenggiri di Desa Muara Kintap
menguntungkan untuk dilakukan karena total penerimaan lebih besar
daripada total biaya dan berada diatas BEP baik pada saat musim maupun
pada saat tidak musim penangkapan. Berdasarkan analisis kelayakan pada
saat musim dan saat tidak musim penangkapan usaha ini layak untuk
dilakukan karena NPV 13 % > 0, Net BCR > 1, dan IRR > 13% dan juga PP
kurang dari 15 Tahun umur ekonomis rata-rata kapal yang digunakan. Hasil
analisis sensitivitas dengan kenaikan solar 25% dan garam 50% usaha
pengolahan ikan tenggiri ini sensitif pada saat musim sedangkan pada saat
tidak musim tidak sensitif terhadap kenaikan harga input tersebut. Rata-rata
fluktuasi harga jual ikan tenggiri asin kering di Desa Muara Kintap antara
saat musim dan saat tidak musim adalah sebesar 48,09% dan variasi harga
pada saat musim penangkapan berkisar Rp 42.000,00– Rp48.000,00
sedangkan pada saat tidak musim penangkapan berkisar Rp 64.000,00 – Rp
68.000,00.
PRODUKTIVITAS DAN KELAYAKAN USAHA BAGAN PERAHU
DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA KWANDANG KABUPATEN
GORONTALO UTARA
Frengky Amrain, Abd. Hafidz Olii, Alfi S.R. Baruwadi

Usaha bagan perahu banyak digeluti oleh nelayan di sekitar Pelabuhan


Perikanan Nusantara (PPN) Kwandang. Kelayakan usaha merupakan penilaian
terhadap suatu usaha tentang layak tidaknya usaha tersebut untuk dijalankan.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara
pada bulan April 2014 sampai Januari 2015. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui produktivitas dan kelayakan usaha bagan perahu. Dengan metode
yang digunakan yaitu metode survei. Pengambilan data dilakukan dengan
mengumpulkan data primer dan sekunder. Analisis data yang digunakan yaitu
analis produktivitas dan kelayakan usaha

A. Kelayakan Usaha Bagan Perahu


Salah satu faktor pengelolaan berkelanjutan adalah faktor ekonomi, hal ini
berarti bahwa kegiatan pengelolaan sumberdaya ikan harus dapat membuahkan
pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital, dan penggunaan sumberdaya ikan
serta investasi secara efisien.
Analisis usaha penangkapan bagan yang dianalisis meliputi analisis
finansial dan analisis investasi. Perhitungan analisis usaha penangkapan bagan
yaitu hanya kegiatan penangkapan ikan, sehingga jumlah trip yang dihitung pada
saat menangkap ikan. Investasi merupakan biaya awal yang dikeluarkan untuk
melakukan usaha. Analisis finansial meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap,
sedangkan analisis investasi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
usaha.
Table 1. Biaya yang dibutuhkan uasaha bagan perahu dalam satu tahun

No Analisis Biaya yang di Satuan


Butuhkan
1 Infestasi 129.170.000 Rp
2 Financial 382.611.000 Tahun
a Biaya tetap 19.800.000 Tahun
b Biaya fariabel 362.811.000 Tahun
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan bagan perahu yang
mendaratkan ikan hasil tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Kwandang (Tabel 1), biaya investasi yang dikeluarkan dalam usaha bagan
perahu rata-rata Rp. 129.170.000 yang terdiri dari bagan perahu, perahu penarik
atau penderek, mesin perahu penarik, alat tangkap, mesin generator, dan lampu.
Sedangkan biaya finansial yang dikeluarkan dalam usaha bagan perahu yaitu
biaya tetap, yang meliputi seluruh biaya yang harus dikeluarkan meskipun tidak
melakukan operasi penangkapan ikan. Biaya tetap yang dikeluarkan para
pengusaha bagan perahu yang mendaratkan ikan hasil tangkapannya di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang rata-rata mencapai Rp.
19.800.000/tahun, yang meliputi biaya perawatan perahu, perawatan mesin,
perawatan alat tangkap, dan perawatan lampu. Biaya tidak tetap atau biaya
variabel yang dikeluarkan pengusaha bagan perahu yang mendaratkan ikan hasil
tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang rata-rata mencapai
Rp. 290.466.00/tahun, yang meliputi biayasolar, oli, bensin, upah ABK, dan
perbekalan. Berdasarkan biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel) maka
total biaya finansial yang dibutuhkan untuk usaha bagan perahu rata-rata
mencapai Rp. 310.266.000/tahun.
Dari analisis investasi dan analisis finansial maka total penerimaan yang
diperoleh pengusaha bagan perahu dalam satu tahun yaitu mencapai Rp.
432.000.000/tahun, dengan ikan hasil tangkapan yang diperoleh 400 kg/trip
dengan harga penjualan rata-rata Rp. 5.000/kg serta rata-rata trip dalam satu
tahun mencapai 216 trip. Penerimaan usaha bagan perahu yang mendartkan
ikan hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang seperti yang
terdapat pada Tabel 2.
Table 2. penerimaan usaha bagan perahu

Total trip/thn Penerimaan


1 Trip (Kg) Harga/Kg (Rp) Penerimaan/Tahun
214 400 5.000 432.000.000

Analisis usaha pada suatu usaha perikanan sangat diperlukan mengingat


ketikpastian usaha yang cukup besar, apalagi usaha perikanan tangkap dan
pengolah hasil perikanan yang sangat dipengaruhi oleh musim penangkapan.
Analisis usaha perikanan dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode
yang digunakan dalam menghitung layak tidaknya suatu usaha perikanan
tangkap bagan perahu yang mendaratkan ikan hasil tangkapan di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Kwandang yaitu analisi Laba/rugi, Revenue Cost Ratio
(R/C), Payback Period (PP), Net Present Value (NPV) dan Break Event Point
(BEP). Hasil analisis usaha bagan perahu yang mendaratkan ikan hasil
tangkapan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang seperti yang terdapat
pada Tabel 3.
Table 3. Hasil analisis usaha bagan perahu
No Analisis usaha Biaya hasil analisis Satuan
1 Laba/rugi 121.724.000 Rp
2 R/C 1,39 Layak
3 PP 1,06 Tahun
4 NPV +301.768.360 Rp
5 BEP
BEP Produksi 62,053,2 Kg
BEP harga 3.591 Rp

Produktivitas bagan perahu yang mendaratkan ikan hasil tangkapan di


Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kwandang masih tergolong rendah dan
berdasarkan kreteria laba-rugi, R/C, PP, dan NPV, usaha penangkapan ikan
menggunakan bagan perahu layak untuk dilakukan atau masih menguntungkan.

Você também pode gostar