Você está na página 1de 2

"Apa yang saya lakukan di video itu adalah satu-satunya cara agar saya bisa

memindahkannya. Dia melakukannya setiap saat dan tidak akan bangun atau
membiarkan saya menjemputnya," kata ibu yang namanya dirahasiakan tersebut
seperti dilansir Goodhousekeeping.

Mendapati banyaknya kecaman yang didapat, ibu tersebut pun merasa dirinya
adalah ibu yang buruk. Tapi dia menyesalkan banyak orang yang cepat menilai dan
menghakimi sebelum tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Apalagi menurut ibu tersebut, membesarkan anak dengan autisme bukanlah hal
yang mudah. Terutama ketika anaknya mulai bertingkah. "Dia sebelumnya
menyerang saya dan menjatuhkan saya. Tapi dia tidak tahu kalau sudah menyakiti
saya," sambungnya.

Si ibu itu menambahkan saat dirinya sibuk menolong anaknya, hanya ada dua
perempuan yang menghampirinya. Sementara orang-orang lain yang beradadi
sekitarnya hanya lewat saja sambil menatap.

Menurut Autism Speaks' Challenging Behaviors Tool Kit, saat situasi krisis seperti
emosi anak yang tidak terkontrol di tengah masyarakat, orang tua sangat penting
memiliki rencana yang paling sesuai untuk mengatasinya. Nah, seperti bunda di
video itu, dia menggunakan tali untuk diikatkan ke tubuh anaknya karena di anak tak
memiliki rasa takut akan bahaya.

"Saya mencoba yang terbaik, dan orang yang mengenal saya tentu tahu saya ibu
yang baik," imbuhnya.

Baca juga: Channel Video Ini Jadi Wadah Anak-anak 'Spesial' Berbagi Cerita

Anak Autis Agresif

Anak autis seringkali mengalami masalah dalam komunikasi sehingga membuatnya


lebih agresif dibanding anak-anak lainnya. Namun sebenarnya anak autis nggak
bermaksud untuk melukai orang lain. Ia hanya merasa tidak nyaman dengan
kondisinya sendiri tapi tidak bisa mengkomunikasikannya.

"Anak autis itu memiliki masalah sensorik. Jadi dia mengolah informasi yang
berbeda dengan kita. Hipersensitif terhadap suara, sinar, kerumunan, yang
membuat dunia mereka menjadi tidak nyaman," jelas dr Adriana Ginanja, MS,
psikolog sekaligus pendiri sekolah khusus anak autis 'Mandiga', demikian dikutip dari
detikHealth.

Ketika tubuh anak menjadi overwarm (lebih panas), anak akan menjadi agresif dan
mudah marah. Menurut wanita yang juga pengajar di Universitas Indonesia ini, anak
autis tidak seperti anak nakal lainnya yang memang suka memukul temannya
sendiri.

Anak autis cenderung lebih mudah mengamuk karena tidak bisa menyampaikan apa
yang dirasakan oleh tubuhnya. Namun, lanjut Adriana, tekanan dari lingkungan
sekitar yang terus terjadi, misal menjadi bahan ledekan (bully) dari teman-teman
sekolah, bisa saja meningkatkan agresivitas anak autis.

Agresivitas pada anak autis biasanya lebih sering terjadi pada masa anak-anak.
Dengan bertambahnya usia, akan terjadi pematangan pada psikologisnya, sehingga
agresivitas pun berkurang. (vit/vit)

Share yuk, Bun!


link telah dicopy

Você também pode gostar