Você está na página 1de 3

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Joko Irianto dkk terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian diare pada balita (1994) salah satu faktor yang diteliti yaitu
sumber air yang digunakan. Dalam penggunaan air PAM sebagai sumber utama
(minum, mandi, mencuci, dll) tidak terlalu jauh persentase penderita diare (baik di
desa maupun di kota) yaitu sekitar 8-9% sedangkan untuk penderita yang
menggunakan air dari sumber yang tidak terlindungi yaitu (10%-12,5%). Hal ini
menunjukkan bahwa sumber air bukan merupakan faktor utama penyebab tinggi atau
tidaknya penderita penyakit diare. Dilihat dari peta kualitas Air Bersih dan Jumlah
penderita diare, hasil yang didapatkan tidak menunjukkan hubungan yang berbanding
lurus. Daerah yang memiliki tingkat kualitas air minum yang bagus (Kalimantan
Timur, Barat, Selatan, Jawa tengah, timur, jambi, Sulawesi Tenggara) sebagian
memiliki jumlah penderita KLB yang banyak (Jawa, Sulawesi tenggara, papua).
Sebaliknya, daerah yang memiliki tingkat kualitas air minum yang buruk (Aceh,
Bengkulu, Banten) justru memiliki jumlah penderita KLB yang rendah (Bengkulu,
aceh, Kalimantan). Pengolaha air minum yang sudah benar walaupun dari sumber
yang kurang aman sekalipun dapat memperkecil resiko diare.

Sanitasi yang tidak layak yang meliputi tempat buang air besar yang tidak memenuhi
syarat dan tidak menggunakan septic tank, berdasar pada penelitian yang dilakukan
Joko Irianto menunjukkan perbandingan yang cukup tinggi antara penggunaan septic
tank dan tidak. Dalam analisis ini persentase diare anak balita yang keluarganya
menggunakan kakus yang tidak dilengkapi dengan tangki septik 12,2%, sedangkan
yang menggunakan kakus dengan tangki septik 7.3%. Maka sanitasi yang buruk
memperngaruhi tingkat penderita penyakit diare. Hal ini berbanding lurus dengan data
dimana pada daerah yang memiliki sanitasi buruk juga memiliki penderita KLB yang
tinggi contohnya di daerah Papua. Namun, ada pula data yang tidak menunjukkan
adanya ketidaselarasan, hal tersebut dapat terjadi karena tidak terjadi karena imunitas
penduduk, tidak terjadinya kontaminasi air ataupun makanan, ataupun penanganan
yang sudah benar ketika balita terjangkit diare sehingga tidak menimbulkan kejadian
luar biasa diare.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan hal terpenting untuk pencegahan
penyakit diare. Gerakan mencuci tangan sesudah BAB penting dilakukan. Pola hidup
masyarakat yang bersih dan sehat tentunya berbanding lurus dengan penyakit diare
yang terjadi. Dari data penyebaran penyakit, antara PHBS dan penyakit diare
berbanding lurus. Daerah dengan PHBS yang jelek seperti Aceh, Sulawesi tenggara,
papua didapatkan hasil bahwa KLB diare pun tinggi. Perilaku masyarakat dalam
menjalani hidup bersih menjadi faktor utama dalam penyebaran penyakit diare.
Selain faktor-faktor diatas ada faktor lain yang mendukung KLB diare seperti di
Pulau Jawa yang dikatakan memiliki PHBS dan sanitasi yang cukup baik namun KLB
diare terjadi hal tersebut dapat didukung oleh kepadatan penduduk.
Tingkat imunisasi anak tidak berhbungan dengan KLB diare. Karena penyakit ini
disebabkan oleh pola hidup dan bakteri bukan dari virus yang dapat dicegah dengan
imunisasi.

Penyakit Filiarisis

Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit zoonosis menular yang banyak
ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah sekelompok cacing
parasit nemtoda yang tergolong superfamilia Filarioidea yang menyebabkan infeksi
sehingga berakibat munculnya edema. Jika nyamuk ini menghisap darah seseorang
yang telah tertular sebelumnya, darah yang terinfeksi dan mengandung larva akan
ditularkan ke orang lain pada saat nyamuk yang terinfeksi menggigit orang tersebut.
Dari data yang diperoleh hubungan antara sanitasi layak dan filiariasis berbanding
lurus. Daerah yang memiliki sanitasi yang buruk seperti daerah Jambi, Aceh, dan
Kalimantan, memiliki penderita penyakit filarisis yang tinggi. Hal ini diakibatkan
dengan tingkat sanitasi yang buruk, seperti banyaknya air yang tergenang maka
nyamuk dapat hidup dan berkembang biak menyebarkan penyakit ini.

Perilaku bersih dan sehat perlu diterapkan oleh masyakarat. Tentunya jika pola
perilaku masyarakat sehat seperti rajin membersihkan rumah dan memberantas jentik
nyamuk maka penyakit kaki gajah tidak akan menjangkit warga. Daerah Aceh dan
Papua yang warganya tidak menjalani PHBS yang baik mengakibatkan penderita
penyakit filiarisis di daerah ini juga tinggi. Daerah lain yang memiliki tingkat sanitasi
dan PHBS yang masih kurang baik namun tidak terjangkit penyakit ini dapat terjadi
karena adanya pengobatan massal yang telah dilakukan sejak tahun 2002 secara
bertahap dengan DEC atau Albenazol.
Meskipun daerah Aceh memiliki air minum yang kurang layak dan sebanding dengan
tingkat penderita penyakit filiariasis ini. Namun, pada daerah lain tidak ditemukan
hubungan yang menggambarkan tingkat air minum yang layak dengan penyebaran
penyakit ini. Hal ini disebabkan penularan penyakit dilakukan dari gigitan nyamuk
yang dimungkinkan berhubungan dengan sanitasi dan pola hidup saja.

Daerah Aceh dan Papua yang memiliki tingkat imunisasi anak yang kurang baik juga
memiliki tingkat penderita penyakit filiariasis yang tinggi. Namun, imunisasi anak
yang wajib dilakukan yaitu polio, DPT, hepatitis B, BCG, dan Campak tidak meliputi
imunisasi untuk kaki gajah. Dan pada daerah lain tidak menunjukkan korelasi yang
signifikan maka tingkat imunisasi tidak berpengaruh terhadap penyakit filiariasis.
Alasan lain yaitu karena pemberian vaksi kaki gajah tidak terbatas hanya untuk anak
saja namun antara usia 2-70 tahun dan diberikan pada daerah yang memiliki resiko
penularan yang tinggi.

Penyakit DBD

Demam berdarah atau demam dengue (disingkat DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue. Nyamuk atau/ beberapa jenis nyamuk menularkan (atau menyebarkan) virus
dengue. Seperti yang kita ketahui, di Indonesia sering terjadi DBD dan bahkan banyak
merenggut korban jiwa. Sama halnya seperti penyakit kaki gajah, penularan penyakit ini
melalui nyamuk. Pola hidup masyarakat dan tingkat sanitasi masyarakat yang buruk
diasumsikan menjadi factor utama penyebab penyebaran penyakit ini. Hampir seluruh daerah
terjangkit penyakit ini, contoh daerah dengan tingkat penderita penyakit yang tinggi yaitu
Bangka Belitung, Kalimatan Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Namun, daerah-daerah tersebut
dikategorikan sebagai daerah yang memiliki PHBS dan sanitasi yang tidak terlalu buruk. Hal
tersebut dikarenaka karena meskipun PHBS dan sanitasi yang tidak terlalu baik namun jika
sudah ada seseorang yang terjangkit maka penularan akan cepat terjadi. Untuk pencegahan
penularan yang lain maka jika seseorang sudah diketahui terjangkit dilakukan pembenahan
lingkungan hidup dengan memberantas jentik-jentik nyamuk dsb. Maka, penularan penyakit
dapat diperkecil resikonya.
Antara tingkat imunisasi dan air bersih tidak terdapat korelasi yang sebanding. Hal tersebut
karena penyebaran DBD tidak berhubungan dengan kedua factor tersebut.

Você também pode gostar

  • Print Plambing D
    Print Plambing D
    Documento11 páginas
    Print Plambing D
    Baiq Faradina Utari Part II
    Ainda não há avaliações
  • Profil Hidrolis 2
    Profil Hidrolis 2
    Documento1 página
    Profil Hidrolis 2
    Baiq Faradina Utari Part II
    Ainda não há avaliações
  • Profil Hidrolis
    Profil Hidrolis
    Documento1 página
    Profil Hidrolis
    Baiq Faradina Utari Part II
    Ainda não há avaliações
  • 7 PH PDF
    7 PH PDF
    Documento4 páginas
    7 PH PDF
    Baiq Faradina Utari Part II
    Ainda não há avaliações
  • 1.metode Sampling PDF
    1.metode Sampling PDF
    Documento12 páginas
    1.metode Sampling PDF
    Baiq Faradina Utari Part II
    Ainda não há avaliações
  • BAB IV - Lalat
    BAB IV - Lalat
    Documento5 páginas
    BAB IV - Lalat
    Baiq Faradina Utari Part II
    Ainda não há avaliações