Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Zodiac : Balance
Ia sudah antusias bahkan saat masih berusia belia. Sempat suatu waktu sang pendiri PKII bernama Silas
Papare ditangkap oleh Belanda. Ia kemudian bersama beberapa rekan berinisiatif untuk menyatukan
wilayah Irian agar menjadi bagian dari Indonesia. Ia sangat anti dengan Pemerintahan Belanda saat itu.
Bahkan ia sempat meminta sang putra bernama Markus Kaisiepo untuk mengganti nama sekolah dari yang
semula disebut Papua Bestuurschool menjadi Irian Bestuurschool.
Menurutnya, nama Irian memiliki arti besar terutama kaitannya dengan semangat persatuan masyarakat
agar tidak mudah untuk takluk di tangan Belanda. Ia dan beberapa teman sangat antusias menjelang
presiden memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia. Ini dibuktikannya dengan memperdengarkan lagu
kebangsaan beberapa hari menjelang proklamasi, tepatnya pada 14 Agustus 1945. Ia juga merupakan salah
satu dari pahlawan TRIKORA. Ia berjasa di dalam pembentukan Partai Indonesia merdeka pada 10 Juli
1946.
Yang menjabat sebagai ketua saat itu adalah Lukas Rumkofen. Ia pun kemudian diutus untuk pergi
menghadiri Konferensi Malino 1946. Itu merupakan peristiwa penting dalam sejarah hidupnya sebab
dalam konferensi tersebut, ia merupakan satu-satunya perwakilan dari Irian. Disana ia menyuarakan
aspirasinya agar nama Papua diganti menjadi Irian. Hanya berselang 1 tahun, Belanda mencoba melakukan
penekanan sehingga perang pun pecah di Biak, Irian. Kaisiepo merupakan salah satu tokoh penting dalam
pergerakan tersebut. Sikap antinya terhadap Belanda kembali ditunjukkan dengan menolak dipilih sebagai
wakil Belanda di Konferensi Meja Bundar.
Atas sikap kerasnya itu, ia kemudian ditahan dalam periode yang cukup lama, mulai dari 1954 – 1961.
Penahanan tersebut tidak menyurutkan semangatnya. Bahkan ia kembali menemukan jati diri dengan
menjadi pendiri Partai Politik Irian pada 1971. Misi utama dari pembentukan partai tersebut adalah agar
supaya wilayah nugini bisa bersatu dengan Indonesia. Pada periode ini sempat terjadi peristiwa penting
termasuk TRIKORA (Tiga Komando Rakyat). Frans Kaisiepo menghembuskan nafas terakhir pada 10
April 1979, kemudian raganya disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih di Biak.