Você está na página 1de 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia saat ini berada pada pertengahan transisi epidemiologi, dimana telah terjadi
peningkatan jumlah angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular, sedangkan
penyakit menular masih menjadi penyebab kematian utama. Jumlah penderita penyakit tidak
menular, seperti diabetes dan hipertensi selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Penderitanya pun tidak lagi hanya orang-orang usia tua, tetapi juga para penduduk berusia
relatif muda dan masih prosuktif.
Diantara sejumlah penyakit tidak menular yang ada, hipertensi merupakan faktor
risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini. Penderita tidak mengetahui kalau
dirinya mengidap hipertensi, sehingga penderita datang berobat setelah timbul kelainan organ
akibat hipertensi. Atas alasan itulah mengapa hipertensi sering disebut sebagai the silent
killer disease. Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneousegroup of disease karena
penyakit ini dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial dan ekonomi.
Kecenderungan berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi
memunculkan sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan hipertensi.1
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 prevalensi hipertensi pada penduduk
umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 31,7%, dengan insiden komplikasi
penyakit kardiovaskuler lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%).3
Sedangkan untuk Kota Sawahlunto sendiri khususnya di Puskesmas Silungkang, didapati
bahwa hipertensi berada pada urutan pertama sebagai penyakit tidak menular dengan angka
kejadian tertinggi, yaitu 819 kasus selama tahun 2014. Dari jumlah tersebut, 34% nya pada
rentang usia 55-64 tahun dengan perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 1:2. Tidak jauh
berbeda dengan tahun 2015, dimana hipertensi masih menduduki urutan pertama sebagai
penyakit tidak menular dengan angka kejadian tertinggi, yaitu 735 kasus.
Hipertensi membuka peluang 12 kali lebih besar bagi penderitanya untuk menderita
stroke dan 6 kali lebih besar untuk serangan jantung, serta 5 kali lebih besar kemungkinan
meninggal karena gagal jantung. Penderita hipertensi berisiko besar mengalami gagal ginjal.
Bila seseorang dinyatakan positif mengidap hipertensi tetapi tidak berusaha mengatasinya
dengan segera, maka akan mengundang munculnya risiko-risiko tersebut. 2 Tahun 2014 angka
kematian akibat penyakit tidak menular di Puskesmas Silungkang adalah 53 kasus, di
antaranya disumbangkan oleh penyakit jantung (20,7%), kemudian hipertensi (15,09%), dan
stroke (13,2%). Sedangkan pada tahun 2015, kematian akibat penyakit tidak menular di
Puskesmas Silungkang adalah 31 kasus, dimana hipertensi masih menjadi penyebab kedua
terbanyak setelah penyakit jantung. Dapat disimpulkan bahwa hipertensi masih menjadi
persoalan utama yang perlu mendapat perhatian serius.
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kecacatan dan kematian akibat penyakit
tidak menular khususnya hipertensi, Puskesmas Silungkang pun telah menyelenggarakan
Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) khusus untuk penduduk usia 18 tahun ke atas agar dapat
memeriksakan kesehatannya terutama yang memiliki faktor resiko. Namun jumlah kunjungan
masih bisa dikatakan belum memuaskan, terutama para penderita hipertensi. Hal ini tak lain
dan tak bukan karena masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai
penyakit tidak menular tersebut.
Pada dasarnya, tujuan terapi hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas dengan cara yang
paling nyaman. Berdasarkan alogaritma yang disusun JNC VII, terapi paling dini adalah mengubah gaya hidup.
Jika hasil yang dinginkan tak tercapai maka diperlukan terapi dengan obat. Secara umum, golongan obat
antihipertensi yang dikenal yaitu, diuretik, ACE inhibitor, Angiotensin Resptor Bloker, Canal Calsium Bloker,
dan Beta Bloker.4
Terapi hipertensi membutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif dan intensif
guna mencapai pengontrolan tekanan darah secara optimal. Terapi non farmakologis adalah
modifikasi gaya hidup untuk pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi yang meliputi
kurangi berat badan berlebih, batasi asupan alkohol, tingkatkan aktivitas fisik, kurangi asupan
natrium, pertahankan asupan kalium, pertahankan intake kalsim dan magnesium, berhensi
merokok dan kurangi asupan lemak jenuh serta kolestrol untuk kesehatan kardiovaskuler
secarakeseluruhan.5 Oleh karena itu, Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
tidak hanya memberikan pelayanan kuratif saja. Tapi lebih diharapkan untuk dapat
memberikan penatalaksanaan secara holistic dengan pendekatan tidak hanya secara
farmakologik tapi juga non-farmakologik. Sehingga diharapkan tidak hanya dapat
mengurangi jumlah kasus baru akibat hipertensi, tapi juga mengurangi jumlah rawatan akibat
tekanan darah yang tidak terkontrol

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada mini project ini adalah Apakah pemberian tambahan
terapi non farmakologis efektif untuk mencegah kenaikan tekanan darah pada penderita
hipertensi di Puskesmas Silungkang?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui efektifitas tambahan terapi non farmakologis untuk mencegah kenaikan tekanan
darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Silungkang.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi jumlah penderita hipertensi di Puskesmas Silungkang.


2. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di Puskesmas
Silungkang.

3. Menganalisa manfaat pemberian terapi non Farmakologis pada pasien hipertensi di


Puskesmas Silungkang.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Puskesmas

Di harapkan laporan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi, sehingga
segala kekurangan yang masih terjadi dapat diperbaiki dan kelebihan yang sudah ada dapat
dilanjutkan sebaik-baiknya dengan kinerja tim yang lebih efektif, selain itu hasil evaluasi
dapat direalisasikan kedepannya.

1.4.2 Bagi masyarakat


Dari hasil identifikasi masalah yang ada di harapkan bermanfaat dalam meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan masyarakat, baik bagi masyarakat yang belum menderita
hipertensi sehingga dapat lebih memahami arti penting pencegahan hipertensi dengan pola
hidup sehat dan bagi masyarakat yang sudah dinyatakan menderita hipertensi agar
senantiasa rutin mengunjungi faskes terdekat untuk memeriksakan tekanan darahnya.

1.4.3 Bagi Penulis

Sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis tentang efektifitas


tambahan terapi non farmakologis untuk mencegah kenaikan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Puskesmas Silungkang.

1.5 Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian observasional secara diskriptif. Data yang diambil
kemudian di olah dan dipaparkan dalam bentuk diskripsi berupa presentasi dan diagram.
Daftar Pustaka

1. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jenderal PP & PL, 2006,
Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi, Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
2. Lany Gunawan. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Profil Kesehatan Indonesia 2008, Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
4. NIH. The Seven report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation,
and treatment of high blood pressure/JNC. NIH Publishing; 2003.
5. Abdul Gofir. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit Dalam Jilid
I).Jakarta: Salemba Medika.

Você também pode gostar