Você está na página 1de 11

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA ABDOMEN

Di susun oleh :

I Wayan Bisma Brawidya

G3a017136

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

UNIFERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018
DEFINISI

Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen


yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama
organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus,
usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur
abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2000).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).

ETIOLOGI / FAKTOR PENYEBAB


Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada
abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan
kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau
benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang
menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak,
trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk
sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :
a. Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka
tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan,
kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan,
deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas.
b. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka
tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak.
Manifestasi Klinis
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
a. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul
di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
b. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh
iritasi.
c. cairan atau udara dibawah diafragma
d. Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada
saat pasien dalam posisi rekumben.
e. Mual dan muntah
f. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
g. Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock
hemoragi

PATHOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan
lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka
beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik dari
kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi
berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan
tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari
jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma
juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas
adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya.
Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun
ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan
tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya
yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap
permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang
disebabkan beberapa mekanisme :
Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya
tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ
berongga.
Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan
gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.

PATWAY

Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi & Non-Penetrasi

Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen → Nyeri

Motilitas usus

Disfungsi usus → Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan dan eloktrolit dan Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas fisik

(Sumber : Mansjoer,2001)
Pemeriksaan Penunjang
a. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
b. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine
yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
c. VP (Intravenous Pyelogram.
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada
ginjal.
d. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut.
Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada
keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
e. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
Penatalaksanaan Medis/Operatif dan Terapi farmakologi
Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda-tanda jelas yang menunjukkan
trauma intra-abdominal (pemeriksaan peritoneal, injuri diafragma, abdominal free
air, evisceration) harus segera dilakukan pembedahan
a. Trauma tumpul harus diobservasi dan dimanajemen secara non-operative
berdasarkan status klinik dan derajat luka yang terlihat di CT
b. Pemberian obat analgetik sesuai indikasi
c. Pemberian O2 sesuai indikasi
d. Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT jika diperlukan
e. Trauma penetrasi : Dilakukan tindakan pembedahan di bawah indikasi
tersebut di atas. Kebanyakan GSW membutuhkan pembedahan tergantung
kedalaman penetrasi dan keterlibatan intraperitoneal. Luka tikaman dapat
dieksplorasi secara lokal di ED (di bawah kondisi steril) untuk menunjukkan
gangguan peritoneal ; jika peritoneum utuh, pasien dapat dijahit dan dikeluarkan.
(Catherino, 2003 : 251)
Pengkajian
a. Primary Survei
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa,
harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik
mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda
lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC
jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan
jalan napas.
1) Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa responsivitas
pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya
sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka
jalan nafas pasien terbuka (Thygerson, 2011).
Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway dan ventilasi.
Tulang belakang leher harus dilindungi selama intubasi endotrakeal jika dicurigai
terjadi cedera pada kepala, leher atau dada. Obstruksi jalan nafas paling sering
disebabkan oleh obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak sadar (Wilkinson &
Skinner, 2000).
2) Breathing
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan
keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai,
maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan
drainase tension pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan
ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner, 2000).
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara
‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada
napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban
(kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
3) Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan
tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda
sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan
bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan
napas).
4) Disability
Kaji ulang tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan GCS dan cek pupil.

PEMERIKSAAN FISIK ‘HEAD TO TOE’


1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera
(trauma)
2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), polanapas(hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan
fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan Selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental,Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif.
Gangguan rentang gerak.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan : intra vaskuler berhubungan dengan perdarahan aktif
2. Nyeri berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera : trauma fisik
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hilangnya nafsu makan
H. Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
NOC NIC
1. Defisit volume cairan Setelah dilakukan 1. Pantau status hidrasi
: intra vaskuler tindakan keperawatan (tensi dan nadi)
berhubungan dengan selama1 x 24 jam deficit - Pantau kadar hb
perdarahan aktif volume cairan teratasi 2. Pantau jumlah
dengan criteria hasil : kehilangan darah
1. Keseimbangan cairan dengan mengobservasi
Intra vaskuler terpenuhi adanya distensi
dibuktikan dengan abdomen oleh darah
tekanan darah sistolik dan Kaji adanya tanda-
antara 100-120 mmhg, tanda syok
nadi antara 60-100 hipovolemik
x/mngt 3. Berikan therapy
2. Hidrasi cairan intra intra vena sesuai
vaskuler tercukupi program dokter
dibuktikan dengan ; 4. Catat semua jumlah
pulsasi nadi kuat, masukan cairan infuse
tetesan infuse lancer, selama 24 jam
produksi urin cukup

2. Nyeri berhubungan Setelah dilakukanØ1. Kaji nyeri secara


dengan agen-agen tindakan keperawatan komprehensif meliputi
penyebab cedera : selama1 x 24 jam nyeri lokasi, karakteristik,
trauma fisik teratasi dengan criteria durasi, frekuensi,
hasil : kwalitas, intensitas dan
Ø1. Pengandalian nyeri factor presipitasinya
efektif dibuktikan - 2. Observasi tanda non
dengan psien mampu verbal adanya nyeri
melakukan tehnik - 3. Ajarkan tehnik
relaksasi untuk manipulasi nyeri :
mengurangi nyeri tehnik relaksasi
Ø 2. Tingkat nyeri - 4. Libatkan pasien dan
berkurang dibuktikan keluarga untuk
dengan skala nyeri menginformasikan
antara 1-5 kepada perawat jika
skala nyeri berkurang
atau tehnik
pengurangan nyeri
tidak tercapai
- 5. Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
analgetik
-
3. Perubahan nutrisi Setelah dilakukanØ1. Kaji ttv, bb,imt dan
kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan lingkar lengan pasien
tubuh berhubungan selama 7 x 24 kebutuhan 2 cari jenis makanan
dengan hilangnya nafsu nutrisi terpenuhi dengan kesukaan pasien dan
makan criteria hasil : sajikan selama tidak
Ø1. Status gizi asupan ada kontra indikasi
makanan dan cairan - 3. dukung anggota
seimbang dibuktikan keluarga untuk
dengan pasien membawa makanan
menyampaikan tidak kesukaan pasien dari
mual, nafsu makan rumah selama tidak ada
meningkat kontra indikasitentukan
Ø2. status gizi terpenuhi jumlah kalori yang
dibuktikan dengan BB dibutuhkan pasien
pasien tidak turun
selama 1 minggu
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. Jakarta: EGC


Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek
Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGC
Judith M. Wilkinson & Nancy R.Ahern 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan
edisi 9. Alih bahasa Esty Wahyuningsih. Jakarta : EGC
https://sehatadin.blogspot.co.id/2017/01/lp-trauma-abdomen-gadar.html
https://putririzkadewi.blogspot.co.id/2011/09/trauma-abdomen.html

Você também pode gostar