Você está na página 1de 20

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

GOLONGAN
DARAH

NAMA : DIANA ARI YUDHANTI


NIM : PO 0224 214 006
KELOMPOK : 2

PRODI D3 KEBIDANAN POSO


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES PALU
2015
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 TEORI

Darah selalu dihubungkan dengan kehidupan, baik berdasarkan kepercayaan


saja maupun atas dasar bukti pengamatan. Penggunaan darah yang berasal
dari individu lain dan diberikan secara langsung ke dalam pembuluh darah juga
sudha lama pula dilakukan, paling tidak sejak abad pertengahan.
Seseorang dapat meninggal apabila kehilangan 40% darahnya pada waktu
yang singkat karena tubunya tidak dapat membuat darah lagi dengan cepat.
Tetapi kematian akibat kasus tersebut di atas dapat dicegah dengan tindakan
transfusi darah dari seorang donor. Darah donor dapat ditransfusikan pada
orang-orang tertentu. Hal ini dikarenakan adanya persyaratan tertentu yang
harus dipenuhi. Sebelum transfuse dilakukan perlu dilakukan tes mencampur
darah donor dengn darah resipien. Bila tidak terjadi aglutinasi maka dikatakan
darah sesuai dan transfuse dapat dilakukan. Kesesuaian tersebut tergantung
dari antigen pada permukaan eritrsit dan antibody dalam plasmanya.
Setiap manusia mempunyai golongan darah masing-masing. Golongan darah
dapat diturunkan secara genetik dari kedua orang tua kepada generasi keturunannya. Ada
tidaknya antigen dalam darah merupakan dasar pembeda pada penentuan golongan darah
seseorang. Pada mulanya, pemberian darah seperti ini dan yang kini dikenal
sebagai transfusi tidak dilakukan dengan landasan ilmiah, tidak mempunyai
indikasi yang jelas dan dilakukan secara sembarangan saja. Tindakan ini lebih
banyak dilakukan atas dasar yang lebih bersifat kepercayaan, misalnya darah
sebagai lambing kehidupan. Indikasi juga tidak jelas, bukan terutama untuk
mengobati penyakit atau memperbaiki keadaan karena pendarahan. Lebih
sering hal ini dilakukan untuk tujuan seperti peremajaan jaringan
(rejuvenilisasi). Pelaksanaanya juga tidak didasarkan atas pengetahuan yang
cukup. Oleh karena itu, tidak heran bila pada masa itu banyak korban karena
tindakan yang dilakukan secara sembarang ini, baik donor maupun pada
penerima darah. Bahkan pernah ada suatu masa, tepatnya abad ke-17 dan 18,
transfuse dilarang dilakukan di eropa.

Transfuse yang dilakukan secara bertanggung jawab, dengan tujuan


yang jelas dan cara yang benar, baru dilakukan pada pertengahan abad ke-19.
Meskipun indikasi telah jelas, kesadaran akan sterilitas juga telah mulai
diamalkan, kecelakaan transfuse tidak dapat dikurangi sampai serendah-
rendahnya, walaupun telah jauh berkurang. Barulah pada akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20, fenomena ini dapat dipahami dengan jelas dan tepat,
sehingga tindakan transfuse dapat dilakukan dengan cara yang jauh lebih
aman. Pada masa itu, seorang dokter berkebangsaan Austria dan bekerja di
New York, Karl Landsteiner, menemukan melalui sejumlah besar
pengamatan, bahwa darah manusia yang berasal dari 2 orang yang berbeda
tindaklah selalu dapat dicampur begitu saja tanpa perubahan fisik apapun.
Dalam kebanyakan pengamatan, percampuran darah yang berasal dari 2 orang
yang berbeda akan menyebabkan timbulnya pengendapan sel-sel darah
merah. Peristiwa pengamatan sel tersebut dinamai sebagai aglutinasi.
Pengamatan selanjutnya memperlihatkan, bahwaperistiwa ini melibatkan SDM
dan bagian cair dari darah, yaitu serum atau plasma. Serum seseorang tidak
dapat mengendapkan SDM orang itu sendiri atau SDM yang berasal dari orang
lain, yang bila darahnya dicampur dengan darah orang yang pertama, tidak
menyebabkan pengendapan. Akan tetapi, bila darah dari 2 orang berbeda
dicampur dan aglutinasi terjadi, maka bila serum dari salah satu dari orang
tersebut dicampur dengan SDM dari orang yang lainnya, akan terjadi aglutinasi.
Secara skematis, fenomena tersebut dapat dilihat dalam tabrl 7.1 berikut ini.

Table 7.1 Aglutinasi SDM oleh serum dari orang yang berbeda

SDM Orang 1 SDM Orang 2


Serum orang 1 (-) (+)
Serum orang 2 (+) (-)
1.1 GOLONGAN DARAH ABO
Pengamatan terhadap contoh darah yang berasal sari sejumlah besar
orang menunjukan, bahwa ternyata SDM manusia dapat dikelompokkan
dalam 4 golongan, yang dinamakan sebagai golongan A, B, AB DAN O
(singkatan dari kata “ohne”, kata dalam bahasa jerman yang berarti “tanpa”).
Dengan demikian, lahirnya sistem golongan darah ABO yang sangat luas
terkenal itu. Dalam sistem golongan ABO ini, berlaku asas yang mengatakan
bahwa serum seseorang tidak akan mengendapkan SDM orang itu sendiri serta
SDM orang lain yang segolongan. Jadi, serum seseorang dengan SDM
golongan A tidak akan mengaglutinasikan SDM golongan A, baik yang berasal
dari dirinya sendiri maupun yang berasal dari orang lain. Sebaliknya, serum
orang itu mengaglutinasi SDM golongan B. hal yang sebaliknya jga berlaku
untuk serum dari seseorang dengan golongan darah B. selain kedua golongan
darah tersebut, ternyata daa golongan lain yang juga perlu diperhatikan. Ada
orang dengan SDM yang dapat diaglutinasikan A dan B. golongan ketiga ini
dinamai golongan AB. Golongan darah yang keempat juga mempunyai sifat
yang istimewa, kebalikan dari golongan darah AB. Sel darah merah golongan
keempat ini tidak dapat diaglutinasikan oleh serum dari orang dengan SDM
golongan A, B maupun AB. Golongan keempat inilah yang dinamai golongan
O. sebaliknya, serum dari orang dengan SDM golongan O ini mampu
mengendapkan, baik SDM golongan A maupun SDM golongan B.
Peran serum dalam golongan darah juga sangat penting. Oleh karena
serum dari orang dengan SDM golongan A tidak dapat mengendapkan SDM
golongan tersebut tetapi mampu mengaglutinasikan SDM golongan B, maka
dikatakan serum orang dengan SDM golongan A mempunyai agglutinin (
senyawan pengaglutinasi ) β. Sebaliknya, seseorang dengan SDM golongan B
mempunyai agglutinin 𝛼. Orang dengan SDM golongan AB tidak mempunyai
salah satu atau kedua agglutinin tersebut, sedangkan orang dengan SDM
golongan O mempunyai kedua agglutinin tadi. Pada table 7.2 berikut ini,
disajikan ikhtisar dari hubungan tersebut.
7.2 jenis agglutinin pada golongan darah ABO
Golongan A Golongan B Golongan AB Golongan O
Aglutinin -α (-) (+) (-) (+)
Aglutinin -β (+) (-) (-) (+)

Fenomena yang diungkapkan dengan ringkas dalam tabel 7.1 dan table
7.2 menjadi dasar dari penetapan golongan darah. Dalam praktiknya, kini
disediakan perangkat pereaksi siap pakai yang terdiri atas larutan anti A,
larutan anti B dan larutan anti AB, dalam botol-botol yang terpisah. Tiap larutan
ini didapat dengan cara menyuntikan SDM A, SDM B dan SDM AB kepada 3
individu hewan yang berbeda. Melalui imunisasi seperti ini, individu hewan
yang disuntik SDM A akan menghasilkan anti A, yang disuntik dengan SDM B
menghasilkan anti B dan yang disuntik dengan SDM AB menghasilkan anti
AB. Dengan tersedianya perangkat pereaksi siap pakai ini, uji penetapan
golongan darah dapat dilakukan dengan cara yang amat sederhana.
Penetapan dapat dilakukan dengan hanya mencampurkan setetes darah yang
akan diperiksa dengan setetes pereaksi. Reaksi aglutinasi dapat dilakukan
cukup di atas gelas objek mikroskop saja. Golongan darah ABO dari
seseorang akan dibaca dan ditetapkan menurut skema yang disajikan dalam
table 7.3 berikut ini.

Table 7.3 penetapan golongan darah ABO

Golongan A Golongan B Golongan AB Golongan O


Anti A (+) (-) (+) (-)
Anti B (-) (+) (+) (-)
Anti AB (+) (+) (+) (-)

Penetapan golongan darah ini penting dilakukan, terutama dalam


menghadapi keperluan transfusi. Untuk tujuan tersebut, golongan darah
penerima (resipien) harus sama dengan golongan darah pemberi (donor).
Selain itu, perlu pula dilakukan uji serasi silang (cross match test), yaitu uji
aglutinasi antara serum resipien dengan SDM donor dan serum donor dengan
SDM resipien dengan SDM donor dan serum donor dengan SDM resipien.
Kedua uji tersebut haruslah tidak menghasilkan aglutinasi.

1.2 DASAR MOLEKULER GOLONGAN DARAH ABO


Penggolongan darah menurut sistem ABO ini niscaya memiliki dasar
kimia atau molekul yang tepat, karena reaksi aglutinasi yang dihasilkannya
sangat spesifik dan dapat diukir kekuatannya. Penyelidikan menunjukan,
bahwa penggolongan ini disebabkan oleh adanya perbedaan monosakarida
(karbohidrat sederhana) yang berada dibagian ujung dari oligosakarida
(ikatan beberapa monosakarida) yang terikat ke protein serta glikolipid
membrane SDM. Pada oligosakarida golongan darah A terdapat suatu turunan
gula sederhana galaktosa, yaitu N-Asetilgalaktosamin (Nacgal).
Oligosakarida golongan darah B, kedudukan tersebut tidak diisi oleh Nacgal,
tetapi oleh galaktosa (gal). untuk jelasnya, perhatikan

Gambar 7.4 berikut ini.

Sebagian dari pada protein dan glikolipid SDM golongan AB,


mengandung oligosakarida dengan ujung N-asetilgalaktosamin dan sebagian
lagi mengandung oligosakarida dengan ujung galaktosa. Pada protein dan
glikolipid SDM golongan O, tidak terdapat baik N-asetilgalaktosamin maupun
galaktosa. Oligosakarida dari protein dan glikolipid golongan darah O hanya
mengandung N-asetilglukosamin, galaktosa dan fukosa. Dengan kata lain,
oligosakarida dari golongan darah O satu monosakarida lebih pendek dari pada
oligosakarida A atau B.
Pada dasarnya, perbedaan oligosakarida ini disebabkan oleh perbedaan
enzim yang mengolah oligosakarida golongan O. pada SDM golongan A,
terdapat enzim N-asetilgalaktosamin transferase yang mengikatkan N-
asetilgalaktosamin ke galaktosa yang sudah terikat ke N-asetilgalaktosamin.
Pada SDM golongan B, enzim ini tidak ada dan sebagai gantinya ialah enzim
galaktosa transferase. Enzim ini akan mengakatkan galaktosa ke galaktosa
yang sudah terikat dengan N-asetilglukosamin. Kedua enzim ini terdapat pada
individu dengan golongan darah O tidak mempunyai kedua enzim ini.
Oligosakarida golongan darah ini ternyata tidak hanya terdapat pada
membrane SDM. Sebagian dari populasi, yaitu 78%, ternyata mensekresikan
oligosakarida ini ke dalam cairan sekresi mukosa, dalam bentuk terikat dengan
protein (glikoprotein). Individu yang mensekresikan oligosakarida golongan
darah ini dinamakan secretor, sedangkan yang tidak mensekresikan
dinamakan non-sekreto. Oligosakarida golongan darah ini dapat dijumpai
dalam air liur, cairang saluran cerna lain, termaksud cairan empedu, air mata,
ASI, keringat, air kemih dan juga dalam air mani. Akan tetapi, oligosakarida ini
tidak terdapat dalam cairan serebrospinal (cairan rongga otak dan susunan
saraf pusat).

1.3 KEGUNAAN PENENTUAN GOLONGAN DARAH ABO


Informasi tentang golongan darah ABO seseorang mutlak diperlukan
dalam keadaan yang berhubungan dengan transfuse darah, baik sebagai
donor maupun sebagai resipien. Informasi ini lebih penting lagi bagi resipien
dari pada bagi donor. Oleh karena itu, sepatutnya seseorang mengetahui
dengan pasti akan golongan darahnya sendiri, yang dapat dilakukannya
dengan memeriksakan darahnya ke laboratorium.
Golongan darah juga berfungsi sebagai salah satu petanda (marker)
genetic, yang ikut menjadi bagian dari identitas seseorang. Selain itu, sifat
secretor dan non secretor, yang juga di tentukan secara genetic, ikut menjadi
petanda genetic. Informasi tentang petanda genetic seringkali di perlukan
dalam masalah yang berhubungan dengan hukum, apakah itu sebagai bukti
yang memperkuat atau memperlemah tuduhan terhadap tersangka. Untuk
tujuan tersebut, informasi tentang golongan darah ABO serta keadaan sector
ataupun non-sector dari seseorang akan sangat membantu dan dapat
dimanfaatkan. Selain itu, kedua petanda genetic ini dapat pula dipakai sebagai
bahan pertimbangan dalam menyelesaikan sengketa-sengketa perkebaratan,
seperti penentuan ayah atau ibu dari seprang anak.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM

1. menentukan golongan darah

2. mempelajari prinsip aglutinasi golongan tertentu terhadap golongan darah


lainnya.
BAB 2

METODOLOGI

 Bahan dan alat

Bahan
1. Tetes darah segar
2. Alcohol 70%
3. Kapas steril
4. REAGEN
1. Anti A
2. Anti B

Alat

1. Slides – clear glass


2. Blood lancet steril
3. Surgical gloves
4. Pipet tetes
 Prosedur kerja
1. Sterilkan pinset dan sarung takan menggunakan bahan disinfektan
2. Bersihkan tangan dengan alcohol 70% menggunakan kapas steril
kemudian pasang sarung tangan steril
3. Ambillah tetesan darah individu dengan menggunakan blood lancet
secara aseptis
4. Teteskan pada gelas objek (setetes pada sisi kanan dan setetes
pada sisi kiri ) kemudian tambahkan masing – masing setets anti B
sebelah kanan dan setes anti A sebelah kiri
5. Aduklah menggunakan penaduk jarum
6. Buatlah table hasil pengamatan seperti table 7.3 pada pendahuluan
7. Buat table golongan darah dalam satu kelas anda .
BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Tabel hasil pengamatan

GOL
NO NAMA PERLAKUAN PENGAMATAN DAR
AH
+ Anti A Aglutinasi
1 MERSITA + Anti B ≠ Aglutinasi A

+ Anti A Aglutinasi
2 AYU WIDIARI + Anti B Aglutinasi AB

+ Anti A ≠ Aglutinasi
3 WAYAN HERLINA + Anti B Aglutinasi B

+ Anti A Alutinasi
4 SUNARTI + Anti B ≠ Aglutinasi A

+ Anti A ≠ Aglutinasi
5 DIANA ARI + Anti B Aglutinasi B

+ Anti A Aglutinasi
6 WAYAN SUASMIWATI + Anti B ≠ Aglutinasi A

+ Anti A ≠ Aglutinasi
7 NOVLIN + Anti B ≠ Aglutinasi O

+ Anti A Aglutinas
8 ELVA MAYA + Anti B ≠ Aglutinasi A
+ Anti A ≠ Aglutinasi
9 NILUH SEKAR + Anti B ≠ Aglutinasi O

+ Anti A ≠ Aglutinasi
10 IRNA + Anti B ≠ Aglutinasi O

+ Anti A Aglutinasi
11 LISA ASTUTI + Anti B Aglutinasi B

+ Anti A ≠ Aglutinasi
12 NILUH TITI + Anti B ≠ Aglutinasi O

13 NINGRUM + Anti A ≠ Aglutinasi


+ Anti B ≠ Aglutinasi O
+ Anti A ≠ Aglutinasi
14 HARTINA + Anti B ≠ Aglutinasi O
+ Anti A ≠ Aglutinasi
15 LISDA + Anti B ≠ Aglutinasi O

+ Anti A ≠ Aglutinasi
16 SITI MAKFIRA + Anti B Aglutinasi O

+ Anti A ≠ Aglutinasi
17 HIJRA + Anti B AglutinasI B

+ Anti A Aglutinasi
18 SITI RAHMAWATI + Anti B Aglutinasi AB
+ Anti A Aglutinasi
19 WIDYA ASTIKA + Anti B ≠ Aglutinasi A
+ Anti A Aglutinasi
20 MISRAWATI + Anti B Aglutinasi AB
+ Anti A ≠ Aglutinasi
21 SAFRIANI + Anti B ≠ Aglutinasi O
+ Anti A Aglutinasi
22 Siti amina + Anti B ≠Aglutinasi B
+ Anti A ≠Aglutinasi
23 NOVITA KUMALA +Anti B Aglutinasi A
+ Anti A ≠Aglutinasi
24 SETIAWATI + Anti B ≠Aglutinasi O
+ Anti A ≠Aglutinasi
25 RISMA + Anti B ≠Aglutinasi O
+ Anti A ≠Aglutinasi
26 YUNENGSI + Anti B ≠Aglutinasi O
+ Anti A Aglutinasi
27 AWALIA + Anti B Aglutinasi AB
+ Anti A Aglutinasi
28 FITRIANI KUI + Anti B ≠Aglutinasi B

NO GOLONGAN DARAH JUMLAH PRESENTASE

1 A 6 21 %
2 B 6 21 %
3 AB 4 14 %
4 O 12 43 %

JUMLAH 100%

3.2 Pembahasan

Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh


alela ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam
kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam istilah A, B, O,
tetapi pada tahun 1990 dan 1901, Dr Landsteiner menemukan antigen
(aglutinogen) yang terdapat di dalam sel darah merah dan juga menemukan
antibodi (aglutinin) yang terdapat di dalam plasma darah. Atas dasar macam
antigen yang ditemukan tersebut (Prawirohartono, 1995).
Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan
pengujian yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin. Dimana bila
darah seseorang diberi serum aglutinin a mengalami aglutinasi atau
penggumpalan berarti darah orang tersebut mengandung aglutinogen A.
Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah A atau AB. Bila tidak
mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung antigen A, kemungkinan
darahnya adalah bergolongan darah B atau O (Kimball, 1999).
Bila darah seseorang diberi serum aglutinin b mengalami aglutinasi, maka
darah orang tersebut mengandung antigen B, berarti kemungkinan orang
tersebut bergolongan darah B atau AB. Bila tidak mengalami aglutinasi,
kemungkinan darahnya adalah A atau O. Bila diberi serum aglutinin a maupun
b tidak mengalami aglutinasi, kemungkinan darahnya adalah O (Solomon,
1993).

Fungsi penggolongan darah manusia sangat besar manfaatnya, yaitu


untuk :
1. Proses transfusi darah
2. Membantu penyelidikan tindak kriminal
Transfusi darah adalah pemberian darah dari seseorang yang disebut
dengan donor. Kepada orang yang memerlukan yang disebut dengan resipien.
Dalam proses transfusi darah diusahakan agar aglutinogen pada darah donor
tidak berjumpa dengan zat antinya yang terdapat di dalam plasma darah
resipien. Pada umumnya transfusi darah dapat dilakukan dalam keadaan
sebagai berikut : kecelakaan dan tubuh luka parah, tubuh yang terbakar,
penyakit kronis, kekurangan darah yang akut, pada saat tubuh kehilangan
banyak darah, misalnya pada waktu operasi (Prawirohartono, 1995).
Sebelum lahir, molekul protein yang ditentukan secara genetik disebut
antigen, antigen ini muncul dipermukaan membran sel darah merah. Antigen
ini, tipe A dan tipe B bereaksi dengan antibodi pasangannya, yang mulai terlihat
sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir.
1. Karena reaksi antigen-antibodi menyebabkan aglutinasi ( penggumpalan)
sel darah merah, maka antigen disebut aglutinogen dan antibodi
pasangannya disebut agglutinin.
2. Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A dan tipe B atau hanya
mewarisi salah satunya, atau bahkan keduanya sekaligus.
Klasifikasi golongan darah ABO ditentukan berdasarkan ada tidaknya
aglutinogen (antigen tipe A dan tipe B ) yang ditemukan pada permukaan
eritrosit dan aglutinin (antibodi) anti-A dan anti-B, yang ditemukan dalam
plasma.
1. Darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B.
2. Darah golongan B mengandung aglutinogen tipeB dan aglutinin anti-A.
3. Darah golongan AB mengandung aglutinogen tipe A dan tipe B, tetapi tidak
mengandung aglutinin anti-A atau anti-B.
4. Darah golongan O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung
aglutini anti-A dan aglutini-B.
Penggolongan darah penting dilakukan sebelum transfusi darah karena
pencampuran golongan darah yang tidak cocok menyebabkan aglutinasi dan
destruksi sel darah merah (Samsuri, 2004).

Untuk menentukan golongan darah pedomannya sebagai berikut:

Golongan aglutinogen (antigen) aglutinin (antibodi)


pada eritrosit pada plasma darah
A A b
B B a
AB A dan B -
O - a dan b

1. Jika aglutinin a (anti A) + aglutinogen A = terjadi aglutinasi (penggumpalan)


2. Jika aglutinin b (anti B) + aglutinogen B = terjadi aglutinasi (penggumpalan)

3.Jika anti Rhesus (antibodi Rhesus) + antigen Rhesus = terjadi aglutinasi


(penggumpalan)
a. Darah + anti Rhesus = aglutinasi → terdapat antigen Rhesus → gol Rh+
b. Darah + anti A= aglutinasi → terdapat aglutinogen A → gol A
c. Darah + anti B= aglutinasi → terdapat aglutinogen B → gol B
Penggunaan anti AB hanya untuk verifikasi (kepastian) saja. Tidak
digunakan juga tidak masalah (Priadi, 2009).

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Darah pada manusia berfungsi untuk mengangkut oksigen yang
diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh
dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung
berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh
dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan
melalui darah.
Pada percobaan kali ini yang dilakukan untuk mengetahui golongan
darah, mula-mula yang dilakukan adalah menyiapkan objek glass. Objek glass
berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan objek yang akan diamati.
Kemudian mensterilkan salah satu ujung jari yaitu jari tengah dengan alkohol
70%. Alkohol 70% berfungsi untuk mensterilkan jari tengah dari kuman.
Kemudian menusukkan lancet ke jari tengah yang telah disterilkan tadi,
ditusukkan pada pembuluh darah arteri. Setelah itu, menekan ujung jari yang
telah ditusuk tadi sehingga mengeluarkan darah dan meneteskan darah
tersebut pada objek glass, di sebelah kiri dan sebelah kanan, kemudian
meneteskan serum beta di sebelah darah yang berada disebelah kanan, dan
meneteskan serum alfa disebelah darah yang berada di sebelah kiri, lalu
mengaduknya dengan gerakan memutar dengan menggunakan blood lancet,
Serum alfa dan serum beta berfungsi untuk menentukan jenis golongan darah
yang ditandai dengan adanya aglutinasi dan tidak adanya aglutinasi.
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan,
Pada uji golongan darah yang bernama novlin dan irna. Object glass di letakan
di meja dan masing-masing di atasnya di beri label yaitu object glass pertama
novlin dan kedua irna. Kemudian jari tengah mereka di bersihkan terlebih
dahulu dengan menggunakan alcohol. Setelah di bersihkan dengan alcohol jari
ditusuk menggunakan lancet sehingga mengeluarkan darah. Kemudian darah
tersbut di letakan di sisi kanan dan kiri object glass. Perlakuan pada object
glass, setelah darah ditetesi anti A maka darah tidak mengalami penggumpalan
dan setelah darah di tetesi anti B darah juga tidak mengalami penggumpalan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel darah yang terdapat pada novlin
dan irna sampel darahnya adalah adalah O, begitupun pada (
No9,12,13,14,15,16,21,24,25 dan 26 pada tabel di atas ).
Pada uji golongan darah yang bernama mersita, suasmiwati dan elva (No
1,6,8 4,19 dan 23 pada tabel di atas ) didapatkan golongan darah A. Hal ini
terjadi karena setelah darah ditetesi anti A darah tersebut mengalami
penggumpalan dan setelah ditetesi anti B darah tidak mengalami
penggumpalan.
Pada herlina dan diana (No 3,5,11,17,22,18 pada tabel di atas ) di
dapatkan darah bergolongan B. Hal ini terjadi karena setelah darah ditetesi anti
A darah tersebut tidak menggumpal dan setelah ditetesi anti B darah tersebut
menggumpal.
Dan pada uji golongan darah pada ayu widiari di dapatkan bergolongan
darah AB hal ini di karenakan setelah darah di tetesi anti A dan di tetesi anti B
keduanya mengalami aglutinasi atau darah mengalami penggumpalan ( no
2,18,20,24)
Antingen adalah sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun,
terutama dalam produksi antibodi. Antingen biasanya berupa protein atau
polisarida, tetapi dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil
dipasangkan dengan protein pembawa. Anti gen ini dibagi menjadi anti gen A
dan anti gen B. dimana anti gen A hanya terdapat dan dihasilkan pada
seseorang bergolongan darah A dan O, sedangkan anti gen B hanya terdapat
pada seseorang bergolongan darah B dan O.
Dikatakan bergolongan darah A, karena setelah darah tersebut dicampur
dengan serum alfa (anti A), darah tersebut mengalami aglutinasi. Aglutinasi
terjadi dikarenakan di dalam sel darah tersebut mengandung aglutinogen A,
dan serum darahnya dapat membuat agglutinin anti-B.
Dikatakan bergolongan darah B, karena setelah darah tersebut dicampur
dengan serum beta (anti B), darah tersebut mengalami aglutinasi. Aglutinasi
terjadi dikarenakan di dalam sel darah tersebut mengandung aglutinogen B,
dan serum darahnya dapat membuat agglutinin anti-A.
Dikatakan bergolongan darah O, karena tidak mengalami aglutinasi
setelah dicampurkan serum alfa (anti A) maupun serum beta (anti B). Hal ini
dikarenakan di dalam sel darah tersebut tidak mengandung aglutinogen, dan
serum darahnya dapat membuat agglutinin anti-A dan agglutinin anti-B.
Jika di katakana bergolongan darah AB karena pada serum anti A dan
Anti B mengalami aglutinasi dan mengandung aglutinogen A dan B tetapi tidak
dapat membuat agglutinin anti A dan Anti B.
Pada percobaan ini juga telah di buktikan bahwa golongan darah O
merupakan golongan darah yang paling banyak dimiliki manusia. AB
Hal ini dapat dikatakan bahwa golongan darah 0 dapat memberikan ke
semua jenis golongan darah, mengingat bahwa golongan darah 0 tidak memiliki
antigen sama sekali. Sehingga kesimpulannya bahwa golongan darah 0 adalah
sebagai donor universal.
Sedangkan darah AB dapat menerima darah dari semua golongan,
mengingat bahwa golongan darah AB memiliki 2 jenis antigen, namun tidak
memiliki aglutinin sama sekali. Sehingga, golongan darah AB adalah sebagai
resipien universal.
Selain berguna sebagai transfuse darah, sistem ABO juga berguna untuk
mengetahui golongan darah anak yang lahir dari sapangan suami istri.
NO. Fenotip Genotip Antigen pada erosit
1. Gol darah A IAIA , IAIO A
2. Gol darah B IBIB, IBIO B
3. Gol darah AB IA IB A,B
4. Gol darah O IOIO Tidak ada

Selain penggolongan dengan sistem ABO, dikenal pula dengan sistem


golongan darah Rhesus dan MN.
1. Sistem Rhesus
Merupakan sistem yang menggunakan factor Rh atau rhesus yang berasal dari
percobaan pada eritrosit kera rhesus. Antigen rhesus ini berupa glikoprotein
tertentu pada membrane plasma sel-sel darah merah dan membagi golongan
darah manusia menjadi 2 kelompok berdasarkan reaksi penggumpalan antara
antigen sel darah merah dengan anti serum Rh, yaitu positif dan negative.

No. Fenotp Genotif Maqcam gamet


1. Rhesus positif IRH dan Irh
2. Rhesus negative Irh

2. Sistem MN
Merupakan penggolongan yang didasarkan salah satu jenis antigen
glikoprotein, yang disebut glikoforin A yang didapat dari reaksi antigen-antibodi.
Terdapat 2 macam antigen glikoforin yaitu M dan N. Reaksi dari keduanya
dengan antiserum menghasilkan fenotip dan genotip golongan darah sistem
MN.

No. Gol darah erosit Fenotip Genotip


1. M Gol darah M IMIM
2. N Gol darah N ININ
3. MN GOL DARAH MN IMIN
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:

1. Golongan darah berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung


dalam darahnya dibagi menjadi 4 bagian yaitu golongan darah A, B, AB,
dan O
2 Apabila darah + anti A mengalami penggumpalan dan darah + anti B tidak
menggumpal maka golongan darah orang tersebut adalah A.
3.Apabila darah + anti B tidak menggumpal dan darah + anti B mengalami
penggumpalan maka golongan darah orang tersebut adalah B.
4.Apa bila darah + anti A tidak menggumpal dan darah + anti B tidak
menggumpal maka golongan darah orang tersebut adalah O.
5. Golongan darah terbanyak yaitu golongan darah O sebanyak 43% ,
kemudian golongan darah A sebanyak 21% , golongan darah B sebanyak
21%dan golongan darah AB sebanyak 14 %

4.2. Saran

Dalam melakukan praktikum, peserta praktikan di harapkan untuk lebih


berhati – hati dan lebih teliti agar dalam melaksanakan praktikum di dapat hasil
yang di inginkan, dan di harapakan juga alat dan bahannya di lengkapi agar
menunjang proses praktikum yang optimal
DAFTAR PUSTAKA

Kimball, J. W. 1999. Biologi Umum. Erlangga, Jakarta


Prawirohartono, Slamet. 1995. Sains Biologi. Bumi Aksara. Jakarta
Priadi, Arif. 2009. Biologi SMA XI. Yudhistira. Bogor.
Solomon, et. al. 1993. Biology. Savders-Collage Publishing: Fort wort.
Saktiyono. 2008. Seribu Pena Biologi. Jakarta : Erlangga
Syamsuri Istamar, dkk. 2007. Biologi SMA Kelas XI. Malang : Erlangga
Tim LBB SSCintersolusi. 2012. TEXT BOOK SSCIntersolusi : SSCI
Pratiwi D. A. 2007. Biologi Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga
Contoh Laporan Praktikum Biologi tentang Golongan Darah.htm
praktikum darah/SatuDuaTiga Laporan Praktikum Biologi
praktikum darah/praktikum golongan darah _ praktikum
golongan darah.htm
diakses : pada 30 maret 2015

laporan golongan darah Pdf

Você também pode gostar