Você está na página 1de 5

Pengaruh Latihan Anaerobik terhadap Jumlah Sel Limfosit

Ananda Zaky Narendra/171610101063

Drg. Tecky

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Abstrak

Limfosit adalah salah satu jenis sel darah putih yang ada dalam peredaran darah kita. Limfosit
adalah sel darah putih yang seragam dalam penampilan tetapi bervariasi dalam fungsi, contohnya
adalah sel T, sel B, dan sel natural killer. Sel-sel ini bertanggung jawab untuk produksi antibodi,
pembunuhan langsung sel yang terinfeksi virus dan sel tumor, dan pengaturan respon imun. Sel
darah putih berfungsi membantu melindungi tubuh terhadap penyakit dan melawan infeksi. Begitu
juga dengan fungsi limfosit ini. Sekitar 15% sampai 40% dari sel-sel darah putih (leukosit) adalah
limfosit, ini merupakan nilai normal pada manusia. Limfosit yang berjumlah rendah, dinamakan
Limfositopenia, dapat menjadi salah satu penyebab gejala sepsis dan penyakit lainnya. Hal tersebut
dapat mengeluarkan biaya yang mahal untuk penanganannya. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan
rutin untuk menjaga kadar limfosit agar tetap pada kadar yang normal. Latihan anaerobik dapat
dijadikan sebagai kegiatan fisik yang dapat menjaga kadar sel limfosit agar tetap normal.

Kata kunci: limfosit, latihan anaerobic, sistem hematologi

Pendahuluan

Kesehatan tubuh merupakan hal yang penting untuk dipertahankan agar dapat menjalani
hidup yang lebih produktif. Menurut World Health Organization, sehat adalah adalah sejahtera
jasmani, rohani, dan sosial, bukan hanya bebas dari penyakit, cacat maupun kelemahan. Salah satu
usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai dan mempertahankan kesegaran jasmani adalah
dengan melakukan gerak badan (olahraga) dalam bentuk latihan fisik yang teratur dan terukur.
Latihan fisik merupakan perwujudan dari respon-respon muscular dan diekspresikan dalam gerak
tubuh secara teratur.
Berdasarkan proses mendapatkan ATP, latihan fisik dibagi menjadi dua, yaitu latihan
aerobik dan latihan anaerobik. Latihan aerobik merupakan latihan yang bergantung terhadap
ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembentukan ATP yang akan digunakan sebagai
sumber sedangkan latihan anaerobik adalah latihan yang tidak membutuhkan oksigen pada proses
pembentukan sumber energinya. Latihan anaerobik bergantung pada energi yang disimpan di otot
dan hasil dari proses glikolisis (Muliadin, 2009). Latihan fisik secara umum dapat mempengaruhi
fungsi sistem di dalam tubuh. Salah satunya adalah sistem hematologi (Bhatti & Shaikh, 2007).

Sistem hematologi terdiri atas darah dan tempat darah dihasilkan. Darah terbagi atas tiga
elemen selular khusus yaitu, eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit
(keping darah). Eritrosit mengandung hemoglobin yang berfungsi mengedarkan oksigen.
Sedangkan leukosit (sel darah putih) adalah sel pertahanan tubuh yang terdiri dari lima jenis
leukosit yaitu, neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit yang masing-masing memiliki
struktur dan fungsi tersendiri (Sherwood, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Atan & Alacam tentang efek latihan anaerobik terhadap
komponen darah tidak banyak dijelaskan, disimpulkan bahwa ada peningkatan nilai komponen
darah berupa eritrosit, leukosit dan trombosit pada latihan anaerobik lari (running aerobik).

Pembahasan

Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara
tiga kelompok. Pada penelitian Harahap pada tahun 2008 menyatakan bahwa jumlah leukosit
meningkat setelah melakukan latihan fisik. Penelitian yang dilakukan oleh Shahidi tahun 2012
menyatakan bahwa leukosit meningkat disebabkan oleh stress yang muncul akibat dari latihan fisik
dan adanya mobilisasi cadangan darah dari pembuluh limfa ke pembuluh darah.

Penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2011), latihan anaerobik akan menyebabkan
peningkatan asam laktat yang akan menyebabkan penurunan pH yang memicu pembentukan
radikal bebas. Penurunan pH menyebabkan asidosis yang menyebabkan terganggunya kerja enzim
antioksidan sehingga terjadi stress oksidatif. Stress oksidatif akan menyebabkan inflamasi yang
kemudian memicu pengeluaran leukosit untuk menghentikan inflamasi. (Wahyuni, 2016)
Penelitian yang dilakukan oleh Atan & Alacam (2015) menyimpulkan bahwa ada
peningkatan nilai komponen darah berupa eritrosit, hemoglobin, leukosit dan trombosit pada
latihan aerobik lari (running aerobic) dan latihan anaerobik lari (running anaerobik).

Penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2008) menyatakan bahwa limfosit meningkat
setelah latihan fisik maksimal. Hal tersebut dikarenakan oleh aktifitas limfosit yang menghasilkan
pertahanan imun dan latihan memicu limfosit keluar dari lien menuju aliran darah karena
rangsangan dari hormon kortisol. (Wahyuni, 2016)

Hormon kortisol sering juga dikenal sebagai hormon stress, karena saat dalam keadaan
stress tubuh akan memproduksi hormon manusia ini, baik fisik maupun emosional. Hormon
tersebut adalah kelenjar adrenal bagian korteks ginjal yang juga dipengaruhi oleh master gland
hipotalamus yang mengeksresikan kelompok hormon steroid. Melalui kelenjar hipofisis (pituitari),
Hipotalamus mensekresikan hormon pembebas kortikotropik dan merangsangnya. Salah satunya
adalah hormon kortisol Pituitary yang memberi respon dari hipotalamus dengan mensekresikan
hormon ACTH yang akan merangsang kelenjar adrenal untuk mensekresikan hormon –
hormonnya yang salah satunya adalah kortisol. Hal tersebut masih berkaitan dengan pelepasan
hormon adrenal, sesuatu yang dapat meningkatkan pelepasan hormon – hormon adrenal.

Stress yang dihasilkan akibat rangsangan hormon kartisol setelah aktivitas anaerobik ini
meningkatkan sel-sel limfosit dalam tubuh. Hal tersebut disebabkan karena aktivitas anaerobik
bersifat fisik dan mengakibatkan mobilisasi cadangan darah dari pembuluh limfa ke pembuluh
darah.
Kesimpulan
Latihan anaeorobik dapat mempengaruhi jumlah sel-sel limfosit dalam tubuh. Latihan
anaerobik memicu kerja hormone kortisol. Saat beraktivitas secara fisik seperti latihan anaerobic,
tubuh akan mengalami stress karena latihan fisik akan memicu kerja hormon kortisol. Hormon
kortisol merangsang aktifitas limfosit yang menghasilkan pertahanan imun yang memicu limfosit
keluar dari lien menuju aliran darah. Oleh karena itu, stress yang dihasilkan akibat rangsangan
hormon kartisol meningkatkan sel-sel limfosit dalam tubuh. Hal tersebut disebabkan karena
aktivitas anaerobik bersifat fisik dan mengakibatkan mobilisasi cadangan darah dari pembuluh
limfa ke pembuluh darah.
Daftar Pustaka
Atan T. & Alacam H. (2015). The Effects of Acute Aerobic and Anaerobic Exercise on
Blood Parameters. Faculty of Medical. Samsun, Turkey, 19(1): 87-93 (2015)

Bhatti R. & Shaikh D. M. (2007). The Effect of Exercise On Blood Parameters. Physiology
Journal. 3(2): 211-215.

Giri.W.( 2013). Fisiologi dan Olahraga,Graha Ilmu,Jakarta

Guyton and Hall. (2012). Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta.

Harahap N.S. (2008). Pengaruh Aktivitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Leukosit dan
Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit (Musculus L). Universitas Sumatera Utara.

Ibis S. et al. (2010). Acute effect of hematological parameters on aerobic and anaerobic
exercise. Uluslararası İnsan Bilimleri Dergisi [Bağlantıda]. 7(1): 1303- 1334

Isprayoga I. (2015). Efektivitas Latihan Aerobik Pagi dan Malam Hari Terhadap Kadar
Hemoglobin dan Kadar Leukosit (Tesis) Semarang: Universitas Negeri Semarang

Sherwood L. (2014). Fisiologi Manusia Dari SelKe Sistem. Edisi 6. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Simanulang R.H. (2009). Pengaruh Vit.C Sebelum Latihan Fisik Maksimal Terhadap
Kualitas Eritrosit Mencit Jantan (Mus Musculus Strain DD Webster. Universitas Sumatera Utara.
Medan.

World Heath Organization. (2010). Global Recommendations on Physical Activity for


Health. Geneva, Switzerland : WHO Press, 10.

Você também pode gostar