Você está na página 1de 24

PENGARUH JENIS BAHAN PENGEMAS PLASTIK PADA PENGEMASAN

VAKUM TAPE KETAN TERHADAP KARAKTERISTIK TAPE KETAN (Oryza


sativa glutinosa) SELAMA PENYIMPANAN

Oleh:
1
) H. Thomas Gozali, Ir. MP. 2)Hj. Ina Siti Nurminabari Ir; MP. 3) Soewardana Akbar

The purpose of this research was to determine the effect of plastic packaging materials
and storage time on the characteristics of sticky tape to obtain good characteristics.
Research methods used is Group Randomize Design (RAK) with factorial pattern 2x6 and
2 replications. The first factor is type of plastic packaging materials (A), which consists of a1
(LDPE plastic) and a2 (PP plastic). The second factor is the storage time (B), which consists of b1
(storage day 0th), b2 (storage day 2nd), b3 (storage day 4th), b4 (storage day 6th), b5 (storage
day 8th), and b6 (storage day 10th).
The results showed that the type of plastic packaging materials have no effect on reducing
sugar content, alcohol content, total acid content, degree of acidity (pH), smell, taste, and texture
of sticky tape. Long storage time have effect on reducing sugar content, alcohol content, acid total
content, the value of the degree of acidity (pH), smell, taste, and texture of sticky tape. While the
interaction between the type of packaging materials and storage time have no effect on reducing
sugar content, alcohol content, acid total content, degree of acidity (pH), smell, taste, and texture
of sticky tape. Overall, LDPE plastic with the storage day oth (a1b1) was selected sample with a
reducing sugar content of 27.578%; alcohol content 2.875%; acid total 0.121%, and the degree of
acidity (pH) 4.915.

PENDAHULUAN Tape merupakan makanan tradisional


hasil fermentasi yang diperoleh dengan cara
Bab ini menguraikan mengenai (1) mengukus bahan mentah, diinokulasikan
Latar Belakang Penelitian, (2) dengan inokulum, kemudian disimpan atau
Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan diperam dalam jangka waktu tertentu pada
Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, suhu ruang. Berdasarkan pengelompokan di
(5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis atas, tape termasuk kedalam produk
Penelitian, dan (7) Waktu Dan Tempat fermentasi alkohol serta produk fermentasi
Penelitian. campuran.
Tape ketan merupakan salah satu
Latar Belakang Penelitian
makanan hasil fermentasi yang populer di
Makanan hasil fermentasi banyak
Indonesia. Tape ketan berbahan dasar beras
digemari oleh masyarakat karena rasanya
ketan yang kaya dengan pati, mempunyai
yang khas. Makanan fermentasi yang
tekstur yang lunak dan berair dengan rasa
terkenal dan sering dikonsumsi yaitu tape,
yang manis, asam, dan sedikit bercitarasa
tempe, dan oncom. Pengolahan pangan
alkohol. Kandungan alkohol pada tape ketan
secara fermentasi merupakan salah satu cara
yaitu sekitar 3-5% dengan pH sekitar 4
untuk mengawetkan makanan.
(Rahman, 1992). Tape memiliki rasa manis
Produk-produk fermentasi
dengan sedikit kandungan alkohol serta
dikelompokkan menjadi produk makanan
memiliki cita rasa dan aroma yang khas
dengan nilai gizi tinggi, produk makanan
sebagai hasil proses fermentasi. Tape ketan
hasil proses fermentasi asam, produk dimana
merupakan produk yang dipasarkan dengan
etanol merupakan hasil utama proses
produksi skala rumah tangga. Rasa manis
fermentasi, dan produk fermentasi yang
pada tape ketan dipengaruhi oleh kadar gula
dikonsumsi sebagai saus dan penyedap
yang terdapat didalamnya.
makanan. Berdasarkan mikroorganisme
Secara tradisional, tape ketan dibuat
yang aktif, produk-produk fermentasi ini
dari beras ketan yang telah dimasak,
dapat dikelompokkan menjadi produk
didinginkan dan diinokulasi dengan
fermentasi khamir, produk fermentasi
inokulum. Inokulum tape ketan mengandung
kapang, produk fermentasi bakteri, dan
berbagai mikroorganisme yang terdiri dari
produk fermentasi campuran (Rahman,
kapang, khamir, dan bakteri dari berbagai
1992).

1
spesies. Oleh karena itu fermentasi tape organik oleh bakteri Pediococcus dan
ketan termasuk kedalam fermentasi Acetobacter melalui proses oksidasi alkohol,
campuran (Fardiaz, dkk, 1996). (4) sebagian asam organik akan bereaksi
Proses pembuatan tape ketan dilakukan dengan alkohol membentuk citarasa tape
dengan beberapa tahap, tahap pertama beras yaitu ester (Hesseltine, 1979).
ketan dicuci, lalu direndam selama 4-6 jam, Fermentasi tape ketan diawali dengan
kemudian beras ketan dikukus sampai hidrolisis pati oleh enzim amilase yang
masak, beras ketan yang sudah masak dihasilkan oleh kapang, khamir, atau bakteri
didinginkan dan diinokulasi dengan yang bersifat amilolitik. Enzim pemecah
inokulum tape ketan, dibungkus rapat dan karbohidrat terbagi atas tiga golongan, yaitu
dibiarkan terfermentasi dalam suhu kamar α-amilase, β-amilase, dan amiloglukosidase.
selama 2-3 hari (BBIHP, 1990). Hasil pemecahan pati oleh amiloglukosidase
Mutu dari tape ketan yang dihasilkan berupa molekul-molekul glukosa atau
dapat menjadi kurang baik disebabkan disebut tahap sakarifikasi. Kemudian
karena proses yang kurang teliti, misalnya dilanjutkan pada pembentukan alkohol,
penambahan inokulum yang berlebihan dan pembentukan alkohol pada fermentasi tape
waktu fermentasi yang terlalu lama. Jenis ketan berasal dari penguraian glukosa oleh
dan mutu inokulum tape dapat juga khamir. Alkohol yang dihasilkan dari
mempengaruhi proses pembuatan, yaitu penguraian glukosa oleh khamir akan
apabila inokulum tape yang digunakan dipecah menjadi asam asetat pada kondisi
bermutu baik maka tape ketan yang aerobik (Algaratman, 1997)
dihasilkan akan baik dan sebaliknya bila Proses fermentasi pada tape ketan
menggunakan inokulum tape dengan mutu banyak memberikan keuntungan selain dapat
yang kurang baik (PUSBANGTEPA, 1982). merubah rasa, aroma, dan warna dari produk
Inokulum yang terdapat pada tape tersebut, tape ketan juga dapat meningkatkan
mengandung tiga jenis mikroorganisme, kadar vitamin dan protein, serta jika
yaitu kapang, khamir, dan bakteri. Menurut dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama
Suliantari dan Rahayu (1990), mikroba yang dapat mencegah serangan stroke dan
diduga paling berperan dalam fermentasi jantung. Tetapi disamping kelebihan diatas,
tape adalah Amylomyces rouxii, tape ketan juga memiliki kelemahan seperti
Endomycopsis burtonii, dan Saccharomyces banyak mengandung zat alkohol yang dapat
cereviciae. Selain itu ada pula bakteri asam menyebabkan kemabukan.
laktat (Pediococcus) dan bakteri amilolitik Tape merupakan produk yang tidak
(Bacillus). Mikroorganisme-mikroorganisme tahan lama atau cepat rusak karena proses
pada inokulum tape yang berbeda-beda ini fermentasi terus berlanjut setelah keadaan
akan berpengaruh terhadap produk yang optimum tercapai, sehingga tape harus
dihasilkan. Masing-masing jenis inokulum dikonsumsi dengan segera, tetapi jika
tape akan memberikan konsistensi, rasa, disimpan dalam suhu rendah tape dapat
aroma dan flavor yang berbeda-beda. bertahan hingga 2 minggu. Fermentasi yang
Selama fermentasi, tape mengalami terus berlangsung semakin lama akan
perubahan biokimiawi akibat aktivitas menghasilkan asam dan alkohol yang sudah
mikroba. Perubahan yang terpenting adalah tidak layak untuk dikonsumsi (Merican dan
hidrolisis pati menjadi glukosa dan maltose, Yeoh, 1989).
sehingga menghasilkan rasa manis. Menurut Hall (1970), kerusakan
Hidrolisis sebagian gula alkohol dan asam- pangan diawali dengan penyusutan baik
asam organik dikatalis oleh enzim yang kualitas maupun kuantitasnya. Penyusutan
dihasilkan oleh mikroba. kualitas adalah terjadinya penurunan nilai
Proses fermentasi yang berlangsung gizi, sedangkan penyusutan kuantitas adalah
selama pembuatan tape terdiri dari empat terjadinya penurunan berat. Kerusakan
tahap penguraian, yaitu: (1) molekul- bahan pangan tergantung dari jenis bahan
molekul pati akan dipecah menjadi dekstrin pangan dan dapat berlangsung secara lambat
dan gula-gula sederhana, merupakan proses misalnya pada biji-bijian atau kacang-
hidrolisis enzimatik, (2) gula-gula yang kacangan, atau dapat berlangsung cepat
terbentuk akan dirubah menjadi alkohol, (3) sekali seperti susu dan hati.
alkohol akan diubah menjadi asam-asam

4
Untuk memperpanjang umur simpan lingkungan serta jenis kemasan yang
bahan pangan dapat dilakukan dengan cara digunakan.
penyimpanan pada suhu dingin baik dalam Secara ideal, kemasan dapat
keadaan beku maupun tidak beku yang mengawetkan bahan pangan dengan
merupakan salah satu penyimpanan yang mencegah terjadinya kerusakan
telah lama dilakukan untuk mencegah mikrobiologis. Namun demikian tidak
kerusakan bahan pangan. Selama semua kemasan dapat mencegah kerusakan
penyimpanan dan distribusi, produk pangan dengan baik, karena masing-masing
terbuka pada kondisi lingkungan. Faktor- kemasan mempunyai ambang batas
faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, kemampuan dan spesifikasi kegunaan yang
kandungan oksigen, dan cahaya dapat berbeda. Oleh karena itu, diperlukan
memicu beberapa reaksi yang dapat penilaian dan pemilihan kemasan yang tepat
menyebabkan penurunan mutu produk. jika ingin mendapatkan efek pengawetan
Sebagai konsekuensinya, produk pangan yang optimum (Priyanto, 1988).
dapat ditolak oleh konsumen, atau dapat Makanan tradisional biasanya dikemas
membahayakan orang yang dengan menggunakan bahan botanis seperti
mengkonsumsinya. Oleh karena itu, dedaunan, kemasan botanis ini bukan saja
pemahaman yang baik terhadap reaksi yang berfungsi sebagai pelindung isinya dari debu
dapat menyebabkan penurunan mutu produk atau agar tahan lama, tetapi juga untuk
pangan menempati priroritas untuk mengupayakan makanan itu agar mudah dan
pengembangan prosedur spesifik guna praktis dibawa-bawa, dipegang atau dibuka
mengevaluasi umur simpan produk. ketika hendak disantap serta membantu
Perubahan secara kimiawi, fisik, dan dalam proses pendistribusian. Tape ketan
mikrobiologi merupakan penyebab pada yang merupakan makanan khas dari daerah
penurunan mutu produk pangan Kuningan ini biasanya dikemas dengan daun
(Christaman, 2007). jambu, yang memiliki tekstur dan aroma
Faktor-faktor penyebab kerusakan yang disukai oleh konsumen. Kemasan
pangan dapat dibagi menjadi dua golongan alami ini mempunyai kelemahan yaitu tidak
yaitu: yang secara alamiah sudah ada dalam tahan lama, mudah mengalami kerusakan,
produk dan tidak dapat dicegah hanya dan daya proteksi terhadap serangan dari
dengan pengemasan saja, dan tergantung luar lemah. Untuk mengatasi kekurangan
dari lingkungan sekitar dan mungkin dapat kemasan alami tersebut, dapat digunakan
dikendalikan semuanya oleh pengemasan kemasan plastik karena tahan lama (tidak
Untuk memperpanjang umur simpan bahan mudah rusak) dan banyak lagi kelebihan
pangan dapat juga dilakukan dengan lainnya dibandingkan kemasan alami.
pengemasan, proses pengemasan pada bahan Kemasan plastik mempunyai jenis dan
pangan dapat berperan sebagai pelindung ragam, baik bahan maupun desain atau
dari mikroorganisme perusak yang berasal konstruksinya. Kemasan plastik pada
dari luar. Pada umumnya tujuan pengemasan umumnya mempunyai sifat tidak hermetis,
bahan pangan adalah: 1) memelihara mudah terjadi penggembungan jika suhu
acceptability bahan pangan, misalnya warna, menurun, beberapa keunggulan diantaranya
cita rasa dan tekstur, dan 2) mencegah yaitu sifatnya kuat tetapi ringan, inert, tidak
kerusakan nilai gizi selama transportasi dan berkarat, dan sifat thermoplastik (heat seal),
distribusi (Buckle, 1987). serta dapat diberi warna (Priyanto, 1988).
Menurut Winarno dan Betty (1982), Pengemasan vakum produk pangan
pengemasan memegang peranan penting adalah pengemas produk pangan dalam
dalam pengawetan bahan pangan. Kemasan kemasan (biasanya plastik) yang telah
membatasi bahan pangan dengan lingkungan divakumkan. Dengan melakukan
sekelilingnya untuk mencegah atau pengemasan vakum, dapat menghambat
menghambat kerusakan selama pertumbuhan mikroorganisme aerobik dan
penyimpanan. Jadi dengan adanya kerusakan bahan pangan yang disebabkan
pengemasan dapat membantu mencegah atau pengaruh oksigen, seperti oksidasi lemak,
mengurangi terjadinya kerusakan, tetapi perubahan warna dan ketengikan.
kerusakan terjadi dapat berlangsung secara Pengemasan vakum berkembang pesat
spontan dan sering terjadi karena pengaruh sebagai metode memperpanjang umur

5
simpan produk makanan karena tidak Tape dapat yang dibuat dari beras ketan
mempengaruhi kualitasnya. Pengemasan disebut tape ketan dan dari singkong disebut
vakum juga merupakan suatu cara yang tape singkong. Tape mengandung etanol
efektif untuk mencegah terjadinya kerusakan sekitar 3-5 persen, pH sekitar 4 dan rasa
pangan, tetapi dapat menciptakan kondisi yang bervariasi antara manis dan agak manis
anaerobik yang dapat menghambat (Rahman, 1987). Menurut Nuraini (1980)
pertumbuhan organisme aerobik (organisme tape yang baik memiliki komposisi hasil
yang tumbuh lebih baik dengan adanya akhir yang terdiri dari keasaman (3, 4-4, 5
oksigen). Dengan pengemasan secara mgrek/100g), kadar gula pereduksi (5%-
vakum, maka produk yang dikemas akan 11%) dan kadar alkohol (1,8%-2,9%).
aman dari oksidasi, kerusakan biologis, dan Tape merupakan salah satu produk
bisa lebih bertahan lama serta tetap fresh fermentasi tradisional yang menggunakan
(Anonim, 2008). bahan dasar beras ketan yang kaya akan pati
yang memiliki kadar amilopektin tinggi dan
Identifikasi Masalah
kadar amilosa yang sangat rendah (Rahman,
Berdasarkan latar belakang yang
dkk., 1986). Menurut Margono, dkk. (2000)
telah dikemukakan, masalah yang dapat
tape ketan adalah makanan tradisional yang
diidentifikasi adalah bagaimana pengaruh
bahan bakunya berupa beras ketan (putih
jenis bahan pengemas pada pengemasan
maupun hitam) dan inokulum sebagai bahan
vakum tape ketan terhadap karakteristiknya
penunjangnya, dengan proses pengolahan
selama penyimpanan.
yang baik tape ketan ini dapat tahan lebih
Maksud dan Tujuan Penelitian dari satu minggu.
Maksud dan tujuan dari penelitian ini Beras ketan putih memiliki beberapa
adalah untuk mengetahui pengaruh jenis varietas diantaranya yaitu varietas Lusi,
bahan pengemas pada pengemasan vakum Ciasem, dan Ketonggo. Masing-masing
tape ketan dan lama penyimpanan terhadap varietas beras ketan memiliki perbedaan, hal
karakteristik tape ketan. ini dapat dilihat dari kandungan pati yang
terkandung dalam tiap varietas beras ketan
Manfaat Penelitian ketan. Beras ketan varietas Lusi memiliki
Manfaat dari penelitian ini adalah
kadar pati sebesar 77,88%; varietas Ciasem
untuk memperpanjang umur simpan,
memiliki kadar pati 78,57 %; dan varietas
memperbaiki penerimaan konsumen
Ketonggo memiliki kadar pati 82,16%
terhadap tape ketan, dan untuk mendapatkan (PUSBANGTEPA, 2007).
jenis bahan pengemas terbaik pada Beras ketan dibedakan menjadi dua
pengemasan vakum tape ketan serta lama
macam, yaitu beras ketan putih dan beras
penyimpanan terbaik berdasarkan
ketan hitam. Kandungan protein, air, dan
karakteristik tape ketan.
vitamin B1 pada beras ketan putih lebih
Kerangka Pemikiran tinggi dibandingkan dengan beras ketan
Tape merupakan salah satu makanan hitam. Kandungan karbohidrat dan kalsium
hasil fermentasi yang telah banyak dikenal beras ketan hitam lebih tinggi dibandingkan
dan digemari di Indonesia. Pada umumnya dengan beras ketan putih. Sedangkan untuk
tape diproduksi oleh skala rumah tangga lemak dan besi mempunyai nilai yang sama
dengan teknik pembuatan secara tradisional. untuk kedua jenis beras ketan. Protein yang
Tape ketan merupakan makanan yang terdapat pada beras ketan yaitu oryzenin,
digemari dan disukai masyarakat karena sedangkan asam-asam lemak yang paling
mempunyai rasa manis dan sedikit asam banyak yaitu asam oleat, asam linoleat, dan
serta aroma yang khas dari alkohol asam palmitat. Beberapa vitamin yang
(Setyawardhani, 2008). terdapat pada beras ketan yaitu thiamin,
Tape ketan diolah dengan cara riboflavin, dan niasin (Astawan, 2007).
fermentasi dari mikroba, terutama kapang Proses pembuatan tape ketan meliputi
dan ragi. Secara tradisional, tape ketan tahap-tahap pencucian, perendaman,
dibuat dari beras ketan yang telah dimasak, pengukusan, pendinginan, inokulasi dan
didinginkan dan diinokulasi dengan ragi. inkubasi atau fermentasi. Pengukusan
Tape merupakan jenis makanan dimaksudkan untuk menggelatinisasi pati
beralkohol yang memiliki rasa asam-manis. sehingga mudah didegradasi oleh mikroba.

6
Fermentasi dilakukan selama 48-72 jam. timbulnya busa dan aroma asam yang
Selama proses fermentasi terjadi pemecahan menyengat pada cairan tape yang cukup
pati menjadi glukosa yang selanjutnya banyak. Tape ketan yang layak dikonsumsi
diubah menjadi alkohol dan CO2. Pada akhir yaitu pada penyimpanan sampai 3 hari pada
proses fermentasi akan dihasilkan tape ketan suhu ruang dan 4 minggu pada suhu dingin.
dengan tekstur lunak, berair, manis dan Kondisi penyimpanan terbaik pada suhu
beralkohol (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). dingin karena dapat mempertahankan mutu
Proses fermentasi tape ketan dilakukan tape ketan hingga 4 minggu penyimpanan.
oleh oleh sejenis khamir (yeast) Selama penyimpanan tape ketan pada suhu
Saccharomyces cerevisiae dan kapang ruang dengan menggunakan kemasan
Aspergillus Sp. Kapang inilah yang berperan tradisional terjadi peningkatan total asam
merubah karbohidrat yang terkandung dalam yang tajam. Secara umum, total asam tape
bahan menjadi gula. Sedangkan ragi ketan yang menggunakan ragi yang
mengubah gula menjadi alkohol. Khamir berkualitas baik mengalami peningkatan
dan kapang biasanya terdapat di dalam dibandingkan ragi yang berkualitas rendah
inokulum tape (PUSBANGTEPA, 1982). (Putri, 2007).
Menurut Panji (1990) khamir yang Kondisi penyimpanan yang kurang
digunakan dalam pembuatan tape adalah baik dapat menyebabkan penurunan mutu
ragi pasar. Di dalam ragi pasar terdapat makanan. Tindakan pengawetan bahan
bermacam-macam kapang dan khamir. pangan dimaksudkan untuk memperpanjang
Mikroorganisme yang terpenting umur simpan agar masih dapat dikonsumsi
diantaranya adalah Clamydomucor sp., pada waktu yang akan datang dengan mutu
Hansenula sp., Saccharomyces cerevisiae. yang tetap baik. Pengawetan, penyimpanan,
Pada umumnya kisaran suhu untuk dan pengemasan seringkali dilakukan secara
pertumbuhan ragi (sebagian besar) adalah bersamaan. Karena itu dewasa ini banyak
serupa dengan kapang, dengan suhu dikembangkan penyimpanan dengan
optimum sekitar 25-30 oC dan suhu pengaturan kondisi atmosfer dengan kondisi
maksimum kira-kira 35-47 oC. Beberapa pengemasan tertentu, untuk buah-buahan,
macam ragi dapat tumbuh pada suhu 0oC sayuran, daging, biji-bijian, rempah-rempah,
atau kurang dari 0 oC. Menurut Winarno, dan produk perikanan (Syarief dan Halid,
dkk., (1981) hasil-hasil fermentasi terutama 1992).
tergantung pada jenis bahan pangan Pengemasan merupakan suatu cara
(substrat), macam mikroba dan kondisi dalam memberikan kondisi sekeliling yang
disekelilingnya yang mempengaruhi tepat bagi bahan pangan dengan demikian
pertumbuhan dan metabolisme mikroba membutuhkan pemikiran dan perhatian yang
tersebut. lebih besar daripada yang biasanya
Proses fermentasi pada lama waktu diketahui. Salah satu fungsi kemasan adalah
penyimpanan tertentu dapat menyebabkan memberikan perlindungan pada bahan
tape ketan mengalami kerusakan atau tidak pangan terhadap kerusakan fisik, air,
layak dikonsumsi. Semua bahan pangan oksigen dan sinar (Buckle, 1987).
bersifat dapat mengalami kerusakan, artinya Pembuatan tape ketan pada umumnya
setelah penyimpanan tertentu terjadi diakhiri dengan pengemasan yang
perubahan-perubahan yang menyebabkan menggunakan kemasan tradisional yaitu
kemunduran mutu sampai batas tertentu dedaunan seperti daun jambu kemudian
yang disebut rusak atau tidak layak makan. dibungkus dengan kemasan sekunder yaitu
Perubahan-perubahan yang biasa terjadi besek atau ember. Kemasan pada tape tidak
dalam tape ketan selama penyimpanan hanya berfungsi sebagai pelindung dari
meliputi perubahan kandungan kimia, debu, tetapi juga berfungsi untuk mengatur
perubahan profil aroma, dan kenampakan serta merapikan makanan agar mudah dan
warna. praktis dibawa-bawa, dipegang atau dibuka
Menurut penelitian Putri (2007) ketika hendak dikonsumsi. Kelebihan
mengenai penyimpanan tape ketan, kemasan daun dapat membantu dalam
kerusakan tape terjadi setelah 3 hari pada proses peragian (fermentasi) dan
suhu ruang dan 4 minggu pada suhu dingin memberikan aroma tertentu.
selama penyimpanan ditunjukkan oleh

7
Disamping kelebihan-kelebihan yang tumbuh lebih baik dengan oksigen)
kemasan tradisional seperti diatas, kemasan dapat dilakukan dengan cara pengemasan
daun memiliki beberapa kekurangan yaitu vakum. Pengemasan vakum produk pangan
dapat menyebabkan bahan makanan adalah pengemas produk pangan dalam
khususnya tape ketan dapat terkontaminasi kemasan (biasanya plastik) yang telah
oleh kotoran dan air dari luar. Selain itu, divakumkan. Dengan melakukan
apabila bahan makanan yang disimpan pengemasan vakum, dapat menghambat
memiliki kandungan air maka air tersebut pertumbuhan mikroorganisme aerobik dan
dapat mudah keluar. Karena terbuat dari kerusakan bahan pangan yang disebabkan
bahan dedaunan, kemasan tradisional pada pengaruh oksigen, seperti perubahan warna
tape dapat mudah rusak dan hanya dapat dan ketengikan.
digunakan beberapa kali pemakaian. Dalam Pengemasan vakum telah menjadi
distribusi, apabila ditumpuk terlalu berat metode pengawetan makanan yang populer
akan mengakibatkan perubahan baik pada karena dapat mengurangi kerusakan bahan
bentuk juga dalam mutunya. Oleh karena itu makanan tanpa mempengaruhi kualitas dari
kemasan plastik dapat digunakan sebagai makanan tersebut (Cyngor, 2007).
bahan pengganti kemasan tradisional karena Pertumbuhan organisme pada bahan pangan
mempunyai kelebihan-kelebihan yang tidak dapat dikontrol pada proses penyimpanan.
terdapat dalam kemasan tradisional. Secara umum, pengemasan vakum pada
Kemasan plastik lebih mudah bahan pangan tidak lebih dari 10 hari, ketika
ditemukan dan tersedia untuk berbagai disimpan pada suhu 8 oC atau kurang.
macam kegunaan, dapat digunakan (Anonim, 2008).
berulang-ulang kali, lebih rapat sehingga
Hipotesis Penelitian
terlindung dari debu dan kontaminasi dari
Berdasarkan perumusan kerangka
luar, tersedia dalam berbagai jenis ukuran
pemikiran diatas, maka dapat diambil suatu
sesuai dengan ruang penyimpanan yang ada.
hipotesis bahwa:
serta dapat ditumpuk secara rapi dan teratur
1. Jenis bahan pengemas pada pengemasan
dengan jarak penumpukan yang tidak terlalu
vakum tape ketan diduga berpengaruh
rapat sehingga memberikan pengaturan
terhadap karakteristik tape ketan.
sirkulasi udara dalam ruang pendingin
2. Lama penyimpanan diduga berpengaruh
sebagai tempat penyimpanan.
dapat terhadap karakteristik tape ketan.
Menurut penelitian Setyawardhani
3. Bagaimana pengaruh interaksi antara jenis
(2008) mengenai fermentasi tape ketan
bahan pengemas pada pengemasan vakum
dengan menggunakan jenis kemasan dan
tape ketan dan lama penyimpanan terhadap
volume ketan yang berbeda diketahui bahwa
karakteristik tape ketan.
pengemasan ketan dengan menggunakan
kemasan plastik dan volume ketan Waktu dan Tempat Penelitian
berpengaruh terhadap fermentasi tape ketan. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Selain itu jenis kemasan dan volume ketan Agustus – Oktober 2009 yang bertempat di
juga mempengaruhi nilai organoleptik serta Laboratorium Teknologi Pangan,
sifat fisiko kimia dari tape ketan. Universitas Pasundan Bandung.
Plastik polietilen merupakan kemasan
yang memiliki kerapatan rendah, tahan BAHAN DAN METODE PENELITIAN
panas, mudah dibentuk, transparan,
fleksibel, pada suhu rendah serta atmosfer di Bab ini menguraikan mengenai (1)
dalam kemasan dapat disesuaikan dalam Bahan dan Alat Penelitian, (2) Metode
mengatur masa kadaluarsa. Plastik Penelitian, (3) Prosedur Penelitian, dan (4)
polipropilen merupakan kemasan dengan Deskripsi Penelitian.
permeabilitas uap air yang rendah,
permeabilitas gas sedang, tahan terhadap Bahan dan Alat Penelitian
suhu tunggi, asam kuat dan basa, serta Bahan-bahan yang Digunakan
ringan dan mudah dibentuk (Berlian dan Bahan baku yang digunakan dalam
Rahayu, 1995). penelitian ini adalah tape ketan yang berasal
Untuk menghambat pertumbuhan dari daerah Kuningan dengan merk “Sari
mikroorganisme aerobik (mikroorganisme Asih” yang komposisinya terdiri dari beras

8
ketan putih varietas Ketonggo, ragi, daun pola faktorial 2 x 6 sehingga didapatkan
katuk, lengkuas, daun jambu, dan air. Bahan ulangan sebanyak 2 kali. Kombinasi pola
kimia yang digunakan untuk analisis adalah faktorial 2 x 6 dan ulangan sebanyak 2 kali
aquadest, H2SO4 6 N, larutan Luff-Schoorl, akan menghasilkan 24 plot percobaan.
Na2S2O3 0,1 N, KI, amilum, NaOH 0,1 N. Untuk membuktikan adanya pengaruh
Bahan yang digunakan sebagai pengemas perlakuan dan interaksinya terhadap semua
yaitu Low Density Poliethylen (LDPE) dan respon variabel yang diamati, maka
Poliprophylen (PP). dilakukan analisis data dengan persamaan
berikut:
Alat-alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam
Yijk = µ + Kk + Ai + Bj + (AB)ij + (ε)ijk
penelitian ini adalah timbangan elektrik,
mortir, labu ukur, erlenmeyer, gelas ukur,
Keterangan:
batu didih, piknometer, kertas saring, kapas,
i = 1,2 (Banyaknya jenis kemasan
pipet volume, buret, inkubator, gelas kimia,
plastik (a1, a2)).
tabung reaksi dan lemari es, vacuum pack.
j = 1,2,3,4,5,6 (banyaknya lama
waktu penyimpanan (b1, b2, b3, b4, b5, b6)).
Metode Penelitian
k = 1,2 (banyaknya ulangan)
Penelitian Pendahuluan. Yijk = Nilai pengamatan dari
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk kelompok ke-k yang
menentukan lama waktu fermentasi terbaik memperoleh taraf ke-i dari
pada tape ketan “Sari Asih” yang akan faktor jenis bahan pengemas
dijadikan acuan pada penelitian utama. plastik, taraf ke-j dari faktor
Lama waktu fermentasi yang digunakan lama waktu penyimpanan, dan
adalah 24, 48, dan 72 jam yang selanjutnya ulangan ke-k.
dilakukan pengujian organoleptik µ = Nilai rata-rata sebenarnya.
berdasarkan aroma, tekstur, dan warna. Ai = Pengaruh dari taraf ke-i faktor A
(jenis bahan pengemas plastik).
Penelitian Utama Bj = Pengaruh dari taraf ke-j faktor B
Penelitian utama dilakukan untuk
(lama waktu penyimpanan).
mengetahui pengaruh jenis kemasan plastik
(AB)ij = Pengaruh dari interaksi antara
pada pengemasan vakum tape ketan
taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B.
terhadap karakteristik tape ketan selama Kk = Pengaruh kelompok ulangan ke-
penyimpanan. Dari hasil penelitian k
pendahuluan akan didapat tape ketan dengan
(ε)ijk = Pengaruh galat percobaan.
lama waktu fermentasi yang terbaik
Model rancangan pola faktorial 2 x
kemudian dilakukan pengemasan vakum
6 yang akan digunakan pada penelitian ini
(metode Nozzle) dengan bahan pengemas
dapat dilihat pada Tabel 4.
plastik LDPE dan PP serta dilakukan
penyimpanan selama 10 hari dan dianalisis Tabel 4. Model Ekperimen Rancangan Acak
secara interval 2 hari sekali yaitu pada hari
Kelompok Pola 2 x 6
ke-0, ke-2, ke-4, ke-6, ke-8, dan ke-10.
Jenis Lama Waktu Penyimpanan (B)
Rancangan Perlakuan Peng
Rancangan perlakuan pada penelitian emas
utama meliputi: Plasti 0 2 4 6 8 10
1. Variasi jenis kemasan yang dipakai yaitu k (A)
LDPE dan PP. LDP
a1 a1 a1 a1 a1 a1
2. Waktu penyimpanan dilakukan selama 10 E
b1 b2 b3 b4 b5 b6
hari dan dianalisis setiap 2 hari sekali yaitu (a1)
pada penyimpanan hari ke-0, ke-2, ke-4, ke- LDP
a2 a2 a2 a2 a2 a2
6, ke-8, dan ke-10. E
b1 b2 b3 b4 b5 b6
(a1)
Rancangan Percobaan.
Rancangan percobaan yang akan
digunakan pada kedua tahap tersebut adalah Berdasarkan rancangan diatas dapat
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dibuat denah (layout) percobaan faktorial 2 x

9
6, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel Penentuan tingkat pengaruh nyata
5. dalam sidik ragam dapat menggunakan nilai
Tabel 5. Denah (layout) Rancangan F hitung dengan ketentuan sebagai berikut :
Percobaan Faktorial 2x6
H1 ditolak, jika F hitung < F tabel 5%
Kelompok Ulangan I H1 diterima, jika F hitung > F tabel 5%
Kesimpulan dari hipotesis diatas yaitu
a1b hipotesis diterima jika terdapat perbedaan
a1b1 a1b2 a1b3 a1b4 a1b5
6 antara rata-rata dan masing-masing
a2b perlakuan. Sedangkan hipotesis ditolak jika
a2b1 a2b2 a2b3 a2b4 a2b5
6 tidak terdapat perbedaan antara rata-rata dari
masing-masing perlakuan.
Analisis lanjutan dilakukan jika
Kelompok Ulangan II hipotesis diterima, yang berarti paling
a1b sedikit ada dua nilai tengah perlakuan yang
a1b1 a1b2 a1b3 a1b4 a1b5
6 berbeda, hal ini dilakukan untuk melacak
a2b perbedaan di antara nilai tengah perlakuan
a2b1 a2b2 a2b3 a2b4 a2b5
6 tersebut menggunakan uji jarak berganda
Duncan (Gaspersz, 1995).
Rancangan Analisis
Berdasarkan rancangan percobaan di Rancangan Respon
Rancangan respon yang dilakukan
atas dapat dibuat analisis variansi (ANAVA)
untuk menentukan optimasi dari perlakuan-
untuk mendapatkan kesimpulan mengenai
perlakuan meliputi:
pengaruh perlakuan, dimana analisis variansi
1. Analisis Kimia. Analisis kimia yang
dapat dilihat pada Tabel 6.
dilakukan adalah perhitungan total asam
asetat dengan metode titrasi asam basa,
Tabel 6. Tabel Analisis Ragam (ANAVA)
pengukuran kadar gula pereduksi dengan
F
J F metode Luffschoorl, dan pengukuran kadar
SV DB RJ t5
K Hitung alkohol dengan metode destilasi.
K %
2. Analisis Fisika. Analisis fisika yang
JK
dilakukan adalah perhitungan derajat
Kelo JK K/
(r-1) - - keasaman (pH) dengan metode pH meter.
mpok K DB
3. Uji kesukaan (uji organoleptik) pada
K
penelitian ini meliputi: aroma, rasa, dan
JK tekstur. Penilaian uji organoleptik dilakukan
Fakto JK A/ RJKA/ oleh tes panelis dengan metode mutu
(a-1)
rA A DB RJKG hedonik yang berdasarkan tingkat kesukaan
A panelis. Hasil penilaian dikumpulkan dan
JK dimasukkan ke dalam formulir pengisian,
Fakto JK RJKB/
(b-1) B/D selanjutnya data tersebut diolah secara
rB B RJKG
BB statistik menggunakan tabel anava dan uji
JK lanjut Duncan.
Intera JK
(a-1) AB/ RJKAB
ksi A
(b-1) DB /RJKG Tabel 7. Kriteria Skala Mutu Hedonik pada
AB B
AB Penelitian Utama
JK
(r-1) Skala Skala Kesukaan
JK G/
Galat (ab- Numer Rasa
G DB Aroma Tekstur
1) ik Manis
G
JK Sangat Sangat Sangat
Total rab-1 1 tidak Tidak Tidak
T
Sumber : Gasperz (1995) kuat Manis Lembut
Tidak Tidak Tidak
2
kuat Manis Lembut
3 Biasa Biasa Biasa

10
4 Kuat Manis Lembut ini dilakukan sebelum pengukusan II
Sangat Sangat Sangat dilakukan, daun katuk dan lengkuas
5 ditumbuk dan ditambah air, dengan
Kuat Manis Lembut
Data hasil dari panelis diolah kedalam perbandingan air dan bahan 3 : 1. Kemudian
tabel anava dan dilanjutkan dengan uji diperas dan diambil sarinya.
Duncan sehingga diketahui variasi dari jenis Pendinginan
kemasan dan lama penyimpanan yang mana Proses pendinginan ini dimulai dari
yang paling disukai konsumen berdasarkan penaburan nasi ketan dari kukusan ke lantai
mutu dari tape ketan tersebut. yang telah dilapisi plastik pada ruangan yang
telah disiapkan kipas angin, kipas angin
bertujuan untuk mempercepat proses
pendinginan, nasi ketan yang telah dikukus
Kadar Alkohol

LDPE/PP
Total Asam

LDPE/PP tadi didinginkan sampai nasi ketan mencapai


suhu ruang (±24oC).
0 10
Waktu Penyimpanan (Hari)
0 10
Waktu Penyimpanan (Hari) Inokulasi
Nasi ketan yang telah dingin kemudian
Derajat Keasaman (pH)

diberi ragi yang bertujuan untuk mengubah


Kadar Gula Pereduksi

LDPE/PP LDPE/PP
nasi ketan menjadi tape ketan. Peragian ini
menggunakan ragi Saccharomyces
cerevisiae sebanyak 1% dari total berat
0
Waktu Penyimpanan (Hari)
10 0
Waktu Penyimpanan (Hari)
10
bahan.
Gambar 1. Kurva Pendugaan Nilai Pembentukan.
Kandungan Kimia Pada Beberapa Macam Nasi ketan yang telah diberi ragi
Jenis Kemasan dan Waktu Penyimpanan selanjutnya dibentuk menjadi persegi. Proses
pembentukan ini biasa disebut oleh pembuat
Deskripsi Penelitian
Deskripsi penelitian ini meliputi tape Kuningan dengan sebutan Ondol.
penelitian pendahuluan dan utama. Prosedur Pengemasan Daun Jambu
penelitian pendahuluan dan utama dapat Daun jambu yang digunakan sebagai
dilihat pada gambar 3 dan 4. bahan pengemas ini sebelumnya di rebus
dengan air selama 2 jam pada suhu 100oC
Deskripsi Percobaan Pada Penelitian
dan kemudian dikeringkan menggunakan
Pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini adalah sinar matahari sampai daun jambu tadi
menentukan lama waktu fermentasi pada mengering.
tape ketan “Sari Asih”. Deskripsi pembuatan Fermentasi
tape ketan “Sari Asih” sebagai berikut. Pada proses fermentasi ini dilakukan
menjadi 3 tahap yaitu selama 24, 48, dan 72
Pencucian jam.
Beras ketan putih varietas Ketonggo
sebanyak 5 kg dicuci pada air mengalir, Analisis
pencucian ini bertujuan untuk membersihkan Tape ketan yang telah mengalami
kotoran yang melekat pada beras ketan putih proses fermentasi dengan waktu yang telah
dan selama 1 jam. ditetapkan kemudian dianalisis
menggunakan uji organoleptik (warna, rasa,
Pengukusan I tekstur) untuk mengetahui tingkat
Pengukusan dilakukan selama 30 menit kematangan tape ketan yang lebih baik.
pada suhu 100oC dengan perbandingan beras
ketan dan air sebesar 1 : 1. Deskripsi Percobaan Pada Penelitian
Utama
Pengukusan II Pada penelitian utama, proses
Setelah pengukusan pertama selesai, pembuatan tape ketan “Sari Asih” yang
bumbu dimasukkan kedalam kukusan beras dilakukan sama dengan penelitian
ketan, dan dilanjutkan dengan pengukusan pendahuluan, yang membedakannya adalah
kedua yang dilakukan selama 30 menit pada pada proses:
suhu 100oC. Pembuatan bumbu tape ketan

11
Fermentasi Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan
Fermentasi dilakukan berdasarkan hasil Air Bumbu Tape ketan
penelitian pendahuluan, lama waktu
fermentasi yang terbaik pada penelitian Daun Jambu

pendahuluan kemudian dijadikan acuan pada


Air Besih Pencucian Air Kotor
penelitian utama.
Perebusan

Pengemasan Plastik t = 15 menit

Pengemasan dilakukan dengan Pendinginan


t = 1 jam

menggunakan 3 jenis kemasan. Kemasan-


Kemasan Daun Jambu
kemasan tersebut berbahan dasar LDPE dan
PP. Masing-masing jenis plastik ini Gambar 3. Diagram Alir Proses Pembuatan
mempunyai ketebalan 80 micron dan 2 Kemasan Daun Jambu Tape Ketan
layer.
Pengemasan Vakum Beras Ketan Putih

Setelah semua tape ketan dikemas


Pencucian
dengan kemasan plastik selanjutnya Air Bersih t = 1 jam
Air Kotor

dilakukan pemvakuman menggunakan Pengukusan I


t = 30 menit
mesin vacuum pack metode Nozzle.
Nasi Ketan
Setengah matang
Penyimpanan
Pengukusan II
Penyimpanan tape ketan yang sudah Air bumbu
t = 30 menit

dikemas vakum dilakukan pada suhu ruang Pendinginan

(25oC) dan ditempatkan pada inkubator agar Pembentukan


“Ondol”
suhu penyimpanannya stabil, dan dengan Inokulum Inokulasi
lama waktu penyimpanan selama masing-
Daun jambu Pengemasan
masing 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 hari.
Tape ketan mentah
“Sari Asih”
Pelaksanaan analisis
Fermentasi
Analisis kimia yang dilakukan adalah
perhitungan total asam dengan metode titrasi Tape ketan
“Sari Asih”

asam basa, pengukuran kadar gula pereduksi


Pengamatan:
dengan metode Luffschoorl, dan pengukuran Uji organoleptik: warna, aroma, rasa dan tekstur

kadar alkohol dengan metode destilasi. Uji


organoleptik meliputi aroma, rasa, dan Gambar 4. Diagram Alir Proses Penelitian
tekstur. Analisis ini dilakukan selama 10 Pendahuluan
hari secara interval 2 hari sekali. Pada
penyimpanan hari ke-0, 2, 4, 6, 8, dan 10
dilakukan analisis kimia dan organoleptik
terhadap masing-masing jenis kemasan yaitu
LDPE dan PP sehingga didapatkan
perbandingan kandungan kimia, fisika dan
tingkat kesukaan panelis untuk menentukan
jenis kemasan dan lama waktu penyimpanan
tape ketan yang terbaik.

Daun Katuk
+ Lengkuas

Air Besih Pencucian Air Kotor

Air Bersih
Penggilingan
1:1

Penyaringan

Pemanasan
t = 30 menit

Air Bumbu

12
Beras Ketan Putih
Lama
Air Bersih
Pencucian
t = 1 jam
Air Kotor Fermentasi Ras Wa Aro Teks
Pengukusan I (jam) a rna ma tur
t = 30 menit
1,46 3,73 1,93 2,40
Nasi Ketan
Setengah matang 24 7a a 3a a
Air bumbu
Pengukusan II
t = 30 menit
3,53 3,80 3,13 3,33
Pendinginan 48 3b a 3b b
Pembentukan
“Ondol”
4,73 3,80 4,46 4,13
Inokulum Inokulasi
72 3c a 7c b
Daun jambu Pengemasan
Ket: Nilai yang ditandai huruf yang sama
Tape ketan mentah
menunjukkan tidak berbeda nyata
“Sari Asih”
pada taraf 5% menurut uji lanjut
Fermentasi
t = 3 hari, T = 25 oC Duncan.
Tape ketan
“Sari Asih”

Pengemasan Plastik
Dari hasil penelitian pendahuluan
LDPE dan PP
menunjukkan bahwa untuk warna tidak
Pengemasan Vakum
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata
Penyimpanan
T = Suhu Ruang antara tape ketan dengan lama waktu
t (hari) = 0, 2, 4, 6, 8, dan 10

Pengamatan:
fermentasi 24 jam, 48 jam dan 72 jam.
Pada hari ke 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 dilakukan:
Uji organoleptik: rasa, aroma, dan tekstur
Sedangkan untuk hal rasa, aroma dan tekstur
Analisis kimia: Kadar gula, kadar total asam, pH, dan kadar gula pereduksi.
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata
antara tape ketan dengan lama waktu
Gambar 5. Diagram Alir Proses Penelitian fermentasi 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Hasil
Utama uji organoleptik menunjukkan bahwa tape
ketan dengan lama waktu fermentasi 72 jam
HASIL DAN PEMBAHASAN memberikan hasil organoleptik dengan nilai
rata-rata yang paling tinggi untuk rasa,
Bab ini menguraikan mengenai hasil warna, aroma dan tekstur. Perbedaan nilai
dan pembahasan (1) Penelitian Pendahuluan, rata-rata waktu fermentasi tape ketan dapat
dan (2) Penelitian Utama. dilihat pada Gambar 6.
Penelitian Pendahuluan
5
Penelitian pendahuluan ini
4
perlakuannya adalah menentukan lama
3
waktu fermentasi tape ketan yaitu 24 jam, 48
2
jam dan 72 jam yang bertujuan untuk
1
memperoleh tape ketan yang sudah matang.
0
Penentuan hasil perlakuan pada penelitian 24 jam
pendahuluan ini yaitu menggunakan metode
48 jam
uji hedonik terhadap rasa, warna, aroma dan
tekstur dengan 15 orang panelis.
Berdasarkan perhitungan analisis Gambar 6. Grafik Uji Hedonik Tape Ketan
variansi pada lampiran 6, bahwa lama waktu pada Penelitian Pendahuluan.
fermentasi tidak berpengaruh nyata terhadap
warna tape ketan, tetapi sangat berpengaruh Penentuan mutu bahan makanan pada
nyata terhadap rasa, aroma dan tekstur tape dasarnya bergantung pada beberapa faktor
ketan yang dihasilkan sehingga dilakukan uji diantaranya warna, aroma, rasa, tekstur, dan
lanjut Duncan. Hasil uji organoleptik pada nilai gizinya. Suatu bahan dengan nilai gizi,
penelitian pendahuluan dapat dilihat pada tekstur, warna yang baik, tetapi jika tidak
Tabel 8. Skala uji hedonik yang digunakan diikuti dengan rasa yang baik dan enak,
pada penelitian pendahuluan ini yaitu: (1) maka makanan tersebut tidak akan disukai
Sangat Tidak Suka, (2) Tidak Suka, oleh konsumen. Faktor-faktor tersebut
(3) Biasa, (4) Suka, dan (5) Sangat Suka. merupakan satu kesatuan yang saling
Tabel 8. Hasil Uji Organoleptik Penelitian mendukung agar suatu produk makanan
Pendahuluan dapat diterima oleh konsumen.

13
Pada fermentasi tape ketan selama 72 adanya peristiwa esterifikasi antara alkohol
jam seperti yang terlihat pada Gambar 6, dengan asam membentuk etil asetat.
rasa yang ditimbulkan pada tape ketan ini Warna adalah yang paling cepat dan
sangat disukai oleh panelis. Hal ini terjadi mudah dalam memberi kesan, tetapi paling
karena rasa manis yang ditimbulkan akibat sulit diberi deskripsi dan sulit cara
dari proses penguraian karbohidrat pada pengukurannya. Itulah sebabnya penilaian
waktu fermentasi tape ketan ini lebih lama secara subjektif dengan penglihatan masih
dari pada waktu fermentasi 24 dan 48 jam. sangat menentukan dalam penilaian
Penguraian karbohidrat oleh ragi menjadi komoditi (Soekarto, 1985). Pada uji hedonik
senyawa-senyawa yang sederhana salah warna tape ketan ini, tidak terdapat
satunya yaitu diubah menjadi senyawa perbedaan yang nyata antara tape ketan
monosakarida contohnya glukosa, dan dengan lama waktu fermentasi 24 jam, 48
disakarida contohnya maltosa yang dapat jam dan 72 jam. Hal ini disebabkan oleh
memberikan rasa manis pada produk tape proses fermentasi tape ketan tidak
ketan. Rasa manis yang masih kuat dapat mempengaruhi warna, warna dari tape ketan
disebabkan karena terdapatnya gula ini adalah hijau muda yang berasal dari
sederhana yang telah banyak terurai menjadi penambahan daun katuk yaitu salah satu
alkohol. bahan penunjang yang digunakan dalam
Rasa merupakan faktor yang sangat pembuatan tape ketan.
penting dari suatu makanan. Citarasa Menurut Kartika (1988), tekstur
dipengaruhi oleh flavor yang dapat merupakan parameter yang penting dalam
memberikan rangsangan pada indera menentukan mutu dari suatu produk
penerima pada saat mengecap dan kesan makanan, terkadang lebih penting dari bau,
yang ditinggalkan pada indera perasa setelah rasa, dan warna. Tekstur yang lunak pada
seseorang menelan suatu produk makanan. tape ketan putih disebabkan oleh adanya
Umumnya suatu produk makanan tidak kapang dan khamir amilolitik yang bekerja
hanya terdiri dari suatu macam rasa, tetapi menguraikan pati sehingga butir nasi
merupakan paduan yang menimbulkan menjadi lunak.
citarasa makanan yang utuh (Winarno, Lama waktu fermentasi yang paling
2002). disukai oleh panelis pada penelitian
Aroma atau bau makanan banyak pendahuluan ini adalah tape ketan dengan
menentukan kelezatan dari bahan makanan lama waktu fermentasi 72 jam. Tekstur tape
tersebut. Aroma dapat didefinisikan sebagai ketan yang lembut ini dikarenakan pati yang
sesuatu yang dapat diamati dengan indera berbentuk granula dipecah oleh enzim
pembau. Pengujian terhadap aroma amilase. Granula pati yang dipecahkan
merupakan faktor yang dianggap penting dengan pemanasan pada suhu 90-100oC oleh
karena dengan cepat dapat memberikan hasil enzim ini menyebabkan molekul pati
penilaian terhadap suatu produk, sehingga menjadi larut. Di dalam pati tersusun
dapat menentukan diterima atau tidaknya molekul-molekul amilosa dan amilopektin.
produk tersebut (Kartika, dkk., 1988). Kedua molekul ini akan mempengaruhi daya
Tape ketan dengan lama waktu kembang dan tekstur yang dihasilkan. Dan
fermentasi 72 jam adalah tape ketan yang selama proses fermentasi berlangsung terjadi
paling disukai oleh panelis. Aroma tape pelunakan tekstur pada tape ketan. Seperti
ketan ini dipengaruhi oleh senyawa-senyawa yang terlihat pada Gambar 6, tekstur tape
volatil (senyawa-senyawa yang dapat ketan dengan lama waktu fermentasi 24 jam
menguap) yang terkandung di dalam tape tidak disukai oleh panelis dan tape ketan
ketan (Soekarto, 1985). Senyawa-senyawa dengan waktu fermentasi 48 jam berada
volatil yang terdapat pada tape ketan adalah disekitar skala 3 (biasa). Hal ini disebabkan
alkohol dan ester yang timbul akibat karena proses perombakan pati menjadi
fermentasi. Terbentuknya alkohol pada gula-gula sederhana belum sempurna
produk tape ketan disebabkan karena adanya sehingga tekstur yang dihasilkan tidak
kerja khamir yang dapat mengubah gula lembut.
sederhana menjadi alkohol. Selain itu aroma Selama proses fermentasi berlangsung,
juga dapat timbul dari senyawa ester yaitu selain menghasilkan gula sederhana, alkohol
dan asam, juga dihasilkan air sebagai bagian

14
dari hasil fermentasi. Dengan adanya air A
dalam jumlah yang tinggi hal ini dapat
menyebabkan tekstur tape ketan menjadi
lunak. 23,
26, 26, 24, 21, 21,
6
Penelitian Utama PP 4b 8b 4ab 4a 5a
ab
Penelitian utama dilakukan untuk (a2)
mengetahui pengaruh jenis kemasan plastik A A A A A
A
pada pengemasan vakum tape ketan Keterangan:
terhadap karakteristik tape ketan selama - Notasi huruf kecil dibaca horizontal, dan
penyimpanan. Dari penelitian pendahuluan notasi huruf besar dibaca vertikal.
diperoleh hasil bahwa tape ketan dengan - Nilai rata-rata yang ditandai dengan
lama waktu fermentasi 72 jam adalah yang huruf yang berbeda menunjukkan
paling disukai oleh panelis. Pada penelitian perbedaan yang nyata pada taraf 5%
utama menggunakan 2 jenis kemasan plastik menurut uji lanjut Duncan.
yaitu LDPE dan PP. Sedangkan untuk lama
penyimpanannya selama 10 hari dan Perlakuan pengemasan vakum pada
dianalisis secara interval 2 hari sekali. tape ketan ini menyebabkan proses
fermentasi tape ketan menjadi anaerobik
Kadar Gula Pereduksi sehingga hasil dari penguraian gula oleh
Pada proses fermentasi tape ketan khamir hanya menghasilkan alkohol dan
terjadi pembentukan gula yang merupakan karbondioksida. Tetapi jika di dalam
hasil penguraian pati oleh enzim yang kemasan terdapat oksigen maka penguraian
dikeluarkan oleh kapang yang terdapat gula akan menghasilkan alkohol,
dalam inokulum tape. Kadar gula yang karbondioksida dan air seperti yang terlihat
terukur dalam tape ketan, menunjukkan pada reaksi di bawah ini.
banyaknya aktivitas mikroorganisme yang C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2
dapat menghidrolisis pati menjadi gula dan 2C6H12O6 + 3O2 → 3C2H5OH + 6CO2 +
dekstrin (Winarno, 1980). 3H2O
Berdasarkan perhitungan ANAVA Jenis bahan pengemas plastik
pada lampiran 7, menunjukkan bahwa faktor merupakan salah satu faktor yang diduga
jenis bahan pengemas plastik tidak mempengaruhi pengemasan vakum tape
berpengaruh nyata terhadap kadar gula ketan. Setelah analisis dilakukan didapat
pereduksi tape ketan, tetapi lama waktu bahwa jenis bahan pengemas plastik tidak
penyimpanan berpengaruh nyata terhadap mempengaruhi kadar gula pereduksi tape
kadar gula pereduksi tape ketan, sedangkan ketan yang dihasilkan. Tidak terdapat
interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata pengaruh yang nyata antara kadar gula
terhadap kadar gula pereduksi tape ketan pereduksi tape ketan yang dikemas dengan
yang dihasilkan selama penyimpanan. Hasil plastik LDPE dan kadar gula pereduksi tape
analisis kadar gula pereduksi tape ketan pada ketan yang dikemas dengan plastik PP ini
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel. 9. disebabkan karena jenis plastik LDPE dan
PP sama-sama mempunyai sifat proteksi
Tabel 9. Hasil Rata-rata Kadar Gula terhadap uap air dan gas yang baik sehingga
Pereduksi Tape Ketan Selama Penyimpanan menyebabkan gas yang berasal dari luar
Jeni Lama Waktu Penyimpanan (B) khususnya Oksigen (O2) tidak ikut masuk ke
s dalam kemasan. Gas O2 dapat mempercepat
Pen 0 2 6 8 10 proses perombakan karbohidrat menjadi gula
gem har har 4
har har ha yang dilakukan oleh kapang. Dikarenakan
as har
i i i i ri faktor jenis kemasan tidak berpengaruh
Plas (b1 (b2 i
(b4 (b5 (b terhadap kadar gula pereduksi tape ketan
tik (b3)
) ) ) ) 6) yang dihasilkan mengakibatkan tidak adanya
(A) pengaruh yang nyata pada faktor interaksi
27, 26, 25, 24, 21, 21 jenis bahan pengemas dan lama waktu
LD
5d 5 8c 4b 8a a penyimpanan.
PE
cd Lama penyimpanan berpengaruh
(a1)
A A A A A terhadap jumlah gula pereduksi tape ketan

15
yang dihasilkan seperti yang terlihat pada pereduksi. Sedangkan glukoamilase
Gambar 7. Kadar gula pereduksi mengalami memutuskan α-1,4 pada maltosa dan
penurunan pada penyimpanan hari ke-4, dekstrin. Kombinasi enzim-enzim tersebut
kemudian pada penyimpanan hari ke-6 dapat mengkonversi pati menjadi gula
hingga penyimpanan hari ke-10. pereduksi. Diantara mikroorganisme yang
paling berperan adalah kapang. Konversi
40 pati menjadi gula sederhana dilakukan oleh
20 kapang, jenis kapang yang dominan terdapat
0 dalam ragi pasar adalah dari genus
LDPE (a1) PP (a2) Amylomyces, Mucor, dan Rhizopus. Khamir
amilolitik yang terdapat dalam ragi pasar
Gambar 7. Grafik Kadar Gula Pereduksi kemungkinan membantu kapang dalam
Tape Ketan Selama Penyimpanan menghidrolisis pati menjadi gula.
Penurunan kadar gula pereduksi dapat Kadar Alkohol
disebabkan oleh proses fermentasi tape yang Pembentukan alkohol dalam tape ketan
terus berlangsung selama penyimpanan, putih merupakan hasil proses lanjutan dari
dimana pada proses fermentasi ini gula-gula penguraian gula yang dirombak oleh enzim
pereduksi diurai oleh khamir Saccharomyces yang dikeluarkan oleh khamir menjadi
cerevisiae menjadi alkohol dan selanjutnya alkohol dan CO2. Kadar alkohol yang
menjadi asam. Menurut Sasmito (1993) terbentuk merupakan banyaknya gula yang
dalam studi fermentasi tape ketan rendah telah diuraikan oleh khamir yang terdapat
alkohol menyatakan kandungan gula dalam ragi, banyaknya kadar alkohol yang
pereduksi tape mencapai 16,54% setelah 48 terbentuk dalam tape ketan menyebabkan
jam dengan konsentrasi ragi 1%. Kadar gula tape yang dihasilkan mempunyai aroma
pereduksi pada penyimpanan hari ke-0 yang sangat tajam (Winarno, dkk., 1981).
merupakan tingkat penyimpanan dengan Berdasarkan perhitungan ANAVA
kadar gula pereduksi yang paling tinggi, hal pada Lampiran 8, menunjukkan bahwa
ini disebabkan karena proses penguraian pati faktor jenis kemasan tidak berpengaruh
menjadi gula-gula sederhana berada pada nyata pada kadar alkohol tape ketan tetapi
puncaknya, sedangkan fermentasi alkohol lama waktu penyimpanan berpengaruh nyata
masih dalam kondisi aeobik karena belum terhadap kadar alkohol tape ketan,
dilakukan pengemasan vakum, sehingga sedangkan interaksi keduanya tidak
khamir pengurai glukosa menjadi alkohol berpengaruh nyata terhadap kadar alkohol
tidak bekerja secara maksimal. tape ketan yang dihasilkan selama
Penguraian gula pereduksi dapat dilihat penyimpanan. Hasil analisis kadar alkohol
dari pada Gambar 8, yaitu reaksi-reaksi yang tape ketan pada penelitian ini dapat dilihat
berlangsung di dalam fermentasi tape ketan. pada Tabel. 10.
amilase Tabel 10. Hasil Analisis Kadar Alkohol
2(C5H10O5)n + n H2O 2C6H12O6
Pati Glukosa
Tape Ketan Selama Penyimpanan
zimase Plas Lama Waktu Penyimpanan (B)
C6H12O6 + H2O 2C2H5OH + 2 CO2 tik
S. cerevisiae
Glukosa Etanol
(A) 0 2 4 6 8 10
C2H5OH + O2
Acetobacter
CH3COOH + H2O 2,8 3,1 3,7 4,9 4,8 5,5
Etanol Asam asetat LD 75 45 40 50 10 80
CH3COOH + C2H5OH
Hansenula
CH3COOC2H5 + H2O PE a ab abc bc bc c
Asam asetat etanol Etil asetat
(a1)
Gambar 8. Reaksi-reaksi yang Berlangsung A A A A A A
dalam Fermentasi Tape Ketan. 2,8 3,1 3,7 4,9 5,4 5,0
LD 75 50 45 50 25 95
Menurut Winarno (1980), gula
PE a a ab b b b
pereduksi adalah adalah hasil dari proses
(a1)
pemecahan pati terjadi karena terputusnya A A A A A A
ikatan α-1,4 pada rantai polisakarida secara
random membentuk dekstrin. β-amilase Keterangan:
memutuskan α-1,4 pada rantai polisakarida - Notasi huruf kecil dibaca horizontal, dan
dan dekstrin dari bagian ujung non- notasi huruf besar dibaca vertikal.

16
- Nilai rata-rata yang ditandai dengan Gambar 9. Grafik Kadar Alkohol Tape
huruf yang berbeda menunjukkan Ketan Selama Penyimpanan
perbedaan yang nyata pada taraf 5%
menurut uji lanjut Duncan. Peningkatan kadar akohol pada tape
ketan ini disebabkan oleh adanya penguraian
Pengemasan vakum tape ketan yang glukosa pada proses fermentasi tape ketan.
dilakukan pada penelitian ini menyebabkan Menurut Sasmito (1993), kadar alkohol akan
sedikitnya persediaan oksigen yang terdapat mengalami penurunan pada waktu 96-144
dalam kemasan. Sedikitnya kadar oksigen jam waktu fermentasi, sedangkan kadar total
yang terdapat dalam kemasan ini dapat asam mengalami kenaikan pada selang
mempercepat proses penguraian glukosa waktu tertentu. Pada penelitian ini, didapat
menjadi alkohol (etanol). Penguraian hasil bahwa kadar alkohol dan kadar total
glukosa menjadi etanol dilakukan oleh asam sama-sama mengalami kenaikan, hal
khamir Saccharomyces cerevisiae, khamir ini disebabkan oleh penguraian glukosa yang
ini bersifat anaerobik atau disebut juga terus menerus oleh khamir ditunjukkan
fermentatif kuat sehingga tidak dengan menurunnya kadar gula pereduksi
membutuhkan oksigen dalam penguraian yang menyebabkan kadar alkohol terus
glukosa menjadi alkohol. Tetapi dengan meningkat dan kemudian secara perlahan
adanya oksigen, Saccharomyces cerevisiae diurai oleh Acetobacter menjadi asam asetat.
juga dapat melakukan respirasi yaitu Berbagai jenis mikroorganisme yang
mengoksidasi gula menjadi karbondioksida terdapat dalam ragi tape mempunyai peranan
(CO2) dan air (H2O). besar dalam mengkonversi gula menjadi
Setelah analisis kadar alkohol alkohol. Alkohol merupakan penguraian dari
dilakukan, didapat bahwa faktor jenis bahan gula dengan menggunakan bantuan
pengemas plastik tidak mempengaruhi kadar mikroorganisme. Sedangkan
alkohol tape ketan yang dikemas secara mikroorganisme yang berperan dalam
vakum. Tidak terdapat perbedaan yang nyata fermentasi alkohol adalah dari jenis khamir,
antara kadar alkohol tape ketan yang yaitu Saccharomyces cerevisiae.
dikemas dengan plastik LDPE dan kadar Pemecahan karbohidrat menjadi
alkohol tape ketan yang dikemas dengan alkohol pada umumnya melalui suatu
plastik PP ini disebabkan karena kedua jenis degradasi dari gula glukosa menjadi asam
plastik ini mempunyai sifat tahan terhadap piruvat. Asam piruvat dengan katalis enzim
alkohol. Alkohol yang terbentuk dari proses karboksilase membentuk asetildehid dan
fermentasi tape ketan tidak ikut bereaksi karbondioksida, selanjutnya asetildehid
dengan plastik LDPE dan PP sehingga tidak dengan katalisator enzim alkohol
mempengaruhi komposisi bahan yang ada dehidrogenase akan membentuk etanol. Pada
didalamnya. Tidak adanya pengaruh yang proses fermentasi akan terjadi penguraian
nyata pada faktor jenis bahan pengemas ini glukosa oleh khamir menghasilkan alkohol
mengakibatkan faktor interaksi antara jenis dan CO2, proses tersebut akan berlangsung
bahan pengemas dan lama waktu sampai tidak dapat ditolelir lagi oleh sel-sel
penyimpanan juga tidak ikut mempengaruhi ragi (Winarno dan Fardiaz, 1979).
kadar alkohol tape ketan yang dihasilkan.
Kadar Total Asam
Lama waktu penyimpanan pada
Menurut Dwijoseputro (1976) dalam
penelitian ini mempengaruhi kadar alkohol
Yusdianto (2005), asam yang terbentuk
dari tape ketan yang dihasilkan. Kadar
dihasilkan dari penguraian alkohol menjadi
alkohol tape ketan mengalami peningkatan
asam laktat. Proses penguraian ini dilakukan
pada penyimpanan hari ke-4, setelah itu
oleh bakteri Acetobacter. Adanya
cenderung mengalami peningkatan pada
pengubahan alkohol menjadi asam inilah
penyimpanan hari ke-6 sampai hari ke-10
yang menyebabkan tape dan produk
seperti yang terlihat pada Gambar 9.
olahannya mempunyai rasa asam. Alkohol
yang terbentuk pada fermentasi ketan adalah
10 etanol (C2H5OH) dengan hasil
5 sampingannya berupa karbondioksida (CO2),
0 apabila fermentasi tape ketan berlangsung
LDPE (a1) PP (a2) secara anaerobik fakultatif maka glukosa

17
(C6H12O6) yang terbentuk adalah etanol
(C2H5OH), karbondioksida (CO2) dan air 0.500
(H2O).
Berdasarkan perhitungan ANAVA 0.000
pada Lampiran 9, menunjukkan bahwa LDPE (a1) PP (a2)
faktor jenis kemasan tidak berpengaruh
Gambar 10. Grafik Kadar Asam Total Tape
nyata terhadap kadar total asam tape ketan
Ketan Selama Penyimpanan
tetapi lama waktu penyimpanan berpengaruh
Menurut Sasmito (1993), kadar alkohol
nyata terhadap kadar total asam tape ketan,
akan mengalami penurunan pada waktu 96-
sedangkan interaksi keduanya tidak
144 jam waktu fermentasi, sedangkan kadar
mempengaruhi kadar total asam tape ketan
total asam mengalami kenaikan pada selang
yang dihasilkan selama penyimpanan.
waktu tertentu. Pada penelitian ini, didapat
Perlakuan pengemasan vakum pada
hasil bahwa kadar alkohol dan kadar total
tape ketan ini menyebabkan peningkatan
asam sama-sama mengalami kenaikan, hal
kadar total asam menjadi lambat. Semakin
ini disebabkan oleh penguraian glukosa yang
sedikit kadar oksigen (O2) yang terdapat
terus menerus oleh khamir (dapat dilihat
dalam kemasan, maka semakin sedikit pula
pada menurunnya kadar gula pereduksi)
kadar total asam yang akan dihasilkan.
yang menyebabkan kadar alkohol terus
Bakteri Acetobacter acetii adalah bakteri
meningkat dan kemudian secara perlahan
yang mengurai senyawa etanol menjadi
diurai oleh Acetobacter menjadi asam asetat.
asam asetat, bakteri ini bersifat aerobik atau
Selain asam asetat, juga dapat
disebut juga oksidatif sehingga
terbentuk asam piruvat dan asam laktat.
membutuhkan kadar oksigen yang banyak
Tahapan reaksi pembentukan hasil samping
untuk dapat berkembang biak dengan cepat
fermentasi tape ketan selain alkohol dan
serta mengurai zat etanol menjadi asam
asam dapat dilihat pada Gambar 11.
asetat.
Faktor jenis bahan pengemas plastik Pati
pada penelitian ini tidak mempengaruhi
kadar total asam tape ketan yang dikemas
secara vakum. Tidak terdapat perbedaan
yang nyata antara kadar total asam tape Glukosa
ketan yang dikemas dengan plastik LDPE
dan kadar total asam tape ketan yang Glikolisis
dikemas dengan plastik PP ini disebabkan
karena kedua jenis plastik ini mempunyai Asam Piruvat
sifat tahan terhadap asam dan basa. Asam Piruvat dekarboksilase
yang terbentuk seperti asam asetat, asam Mg2+, Thiamin Pirofosfat
piruvat, dan asam laktat tidak ikut bereaksi
dengan bahan plastik sehingga tidak Asetaldehid + CO2
mempengaruhi kadar total asam yang ada Alkohol dehidrogenase
didalamnya. Tidak adanya pengaruh yang NADH2
nyata pada faktor jenis bahan pengemas ini Etanol
mengakibatkan faktor interaksi antara jenis
bahan pengemas dan lama waktu Gambar 11. Tahapan reaksi pembentukan
penyimpanan juga tidak ikut mempengaruhi hasil samping fermentasi tape ketan selain
kadar total asam tape ketan yang dihasilkan. alkohol dan asam (Setyawardhani, 2008).
Pada penyimpanan selama 10 hari,
kadar total asam pada tape ketan ini Beberapa jenis mikroorganisme yang
mengalami peningkatan pada hari ke-4, dan terdapat dalam ragi tape berperan dalam
mengalami peningkatan terus menerus mengubah alkohol menjadi asam. Alkohol
sampai penyimpanan hari ke-10. Hal ini yang berasal dari fermentasi ragi dan dengan
disebabkan adanya penguraian alkohol oleh adanya oksigen akan mengalami fermentasi
Acetobacter menjadi asam asetat. lebih lanjut oleh bakteri misalnya
Acetobacter aceti menjadi asam asetat. Jenis
mikroorganisme mempengaruhi laju

18
fermentasi dan terbentuknya asam, pada - Nilai rata-rata yang ditandai dengan
umumnya khamir mengkonversi gula huruf yang berbeda menunjukkan
menjadi alkohol dan asam. Alkohol yang perbedaan yang nyata pada taraf 5%
dihasilkan dari penguraian glukosa oleh menurut uji lanjut Duncan.
khamir, akan dipecah menjadi asam asetat
dengan bantuan enzim dehigrogenase dalam
Secara keseluruhan jenis bahan
kondisi aerobik (Sasmito, 1993)
pengemas plastik LDPE dan PP pada
Pada saat kadar alkohol mengalami
pengemasan vakum tape ketan ini tidak ikut
penurunan pada waktu fermentasi, maka
kadar asam akan mengalami kenaikan pada mempengaruhi nilai derajat keasaman (pH).
selang waktu tersebut. Hal ini desebabkan Seperti halnya pada kadar total asam, jenis
plastik LDPE dan PP sama-sama
alkohol dikonversi menjadi asam oleh
mempunyai sifat tahan terhadap asam dan
mikroorganisme. Asam dapat terbentuk
basa. Asam yang terbentuk seperti asam
sebagai hasil sampingan reaksi tahap kedua
asetat, asam piruvat, dan asam laktat tidak
yaitu terbentuk H2O dan asam-asam organik
antara lain asam asetat (Louvianingsih, ikut bereaksi dengan bahan plastik sehingga
2004). tidak mempengaruhi nilai derajat keasaman
yang dihasilkan. Tidak adanya pengaruh
Perubahan kadar total asam pada tape
yang nyata pada faktor jenis bahan
juga diperlihatkan oleh derajat keasaman
pengemas ini mengakibatkan faktor interaksi
(pH), dimana peningkatan total asam selama
antara jenis bahan pengemas dan lama waktu
fermentasi diikuti dengan pH yang
cenderung menurun. penyimpanan juga tidak ikut mempengaruhi
nilai derajat keasaman (pH) pada tape ketan
Derajat Keasaman (pH) yang dihasilkan.
Kadar total asam yang meningkat akan Perlakuan pengemasan vakum pada
menurunkan nilai pH. Fermentasi yang tape ketan ini menyebabkan penurunan nilai
semakin lama menyebabkan penurunan nilai derajat keasaman (pH) menjadi lambat.
pH, pengukuran pH ini menggunakan Semakin sedikit kadar oksigen yang terdapat
pHmeter. dalam kemasan, maka semakin sedikit pula
Berdasarkan perhitungan ANAVA zat asam yang akan dihasilkan. Bakteri
pada lampiran 10, menunjukkan bahwa Acetobacter acetii adalah bakteri yang
faktor jenis kemasan tidak berpengaruh mengurai zat etanol menjadi asam asetat,
nyata pada pH tape ketan tetapi lama waktu bakteri ini bersifat aerobik sehingga
penyimpanan berpengaruh nyata terhadap membutuhkan kadar oksigen yang banyak
pH tape ketan, sedangkan interaksi keduanya untuk dapat berkembang biak dengan cepat
tidak mempengaruhi kadar pH tape ketan serta mengurai zat etanol menjadi asam
selama penyimpanan. Hasil analisis derajat asetat.
keasaman tape ketan pada penelitian ini Lama waktu penyimpanan pada
dapat dilihat pada Tabel. 12. penelitian ini mempengaruhi nilai pH yang
dihasilkan yaitu berkisar antara 4,9 – 4,7
Tabel 12. Hasil Analisis Derajat Keasaman (dapat dilihat pada Gambar 12). Perubahan
(pH) Tape Ketan Selama Penyimpanan nilai pH terjadi pada penyimpanan hari ke-4
Plastik Lama Waktu Penyimpanan (B) yang mengalami penurunan, kemudian
(A) mengalami penurunan kembali pada
0 2 4 6 8 10
penyimpanan hari ke-8 dan hari ke-10.
4,9 4,9 4,8 4,8 4,7 4,7 Penurunan nilai pH ini disebabkan karena
LDPE c c bc bc ab a
(a1) adanya aktivitas mikroba pembentuk asam
A A A A A B laktat yaitu bakteri Pediococcus yang
4,9 4,8 4,8 4,8 4,7 4,7 memecah karbohidrat menjadi asam-asam
PP (a2) c c c bc ab a organik.
A A A A A A 5.00
Keterangan: 4.80
- Notasi huruf kecil dibaca horizontal, dan 4.60
notasi huruf besar dibaca vertikal.
LDPE (a1) PP (a2)

19
Gambar 12. Grafik Derajat Keasaman (pH) timbul bisa dirasakan oleh indera pencium,
Tape Ketan Selama Penyimpanan tergantung pada bahan penyusun makanan
Banyak sedikitnya kandungan oksigen tersebut (Soekarto, 1985).
yang terdapat dalam kemasan akan Berdasarkan perhitungan ANAVA
mempengaruhi pemecahan atau pada lampiran 11, menunjukkan bahwa
pembentukan asam-asam organik dari faktor jenis kemasan tidak berpengaruh
glukosa, mikroba yang berperan disini yaitu nyata terhadap aroma tape ketan tetapi lama
Acetobacter. Banyaknya oksigen yang waktu penyimpanan berpengaruh nyata
masuk kedalam kemasan akan terhadap aroma tape ketan, sedangkan
mempengaruhi nilai pH, semakin banyak interaksi keduanya tidak mempengaruhi
oksigen yang masuk maka nilai pH akan aroma tape ketan yang dihasilkan selama
semakin menurun. penyimpanan.
Semakin tinggi total asam yang Aroma suatu bahan makanan akan
dihasilkan akan berhubungan dengan nilai hilang jika disimpan dengan kondisi udara
pH yang dihasilkan yaitu semakin menurun. yang terbuka. Perlakuan pengemasan vakum
Penurunan pH selama fermentasi disebabkan pada tape ketan ini menyebabkan aroma tape
banyaknya asam organik yang terbentuk ketan semakin kuat karena aroma ester yang
karena keaktifan enzim dalam khamir, dihasilkan pada tetap berada didalam
dimana selain mengubah gula menjadi kemasan. Aroma yang terperangkap dalam
alkohol terbentuk juga hasil sampingan kemasan akan terkumpul, sehingga jika
seperti asam laktat, asam asetat, gliserol dan kemasannya dibuka maka aroma ester yang
sebagainya. Proses pembentukan hasil tercium akan terasa sangat kuat.
samping fermentasi tape ketan selain alkohol Jenis bahan pengemas plastik LDPE
dan asam dapat dilihat pada Gambar 11. dan PP pada pengemasan vakum tape ketan
Asam-asam organik yang terbentuk ini tidak ikut mempengaruhi nilai mutu
dapat berbeda untuk setiap bahan, hal ini aroma dari tape ketan. Plastik LDPE dan PP
disebabkan perbedaan jenis dan jumlah merupakan jenis plastik yang bersifat daya
karbohidrat serta perbedaan gula yang rentang tinggi tanpa sobek, dan mempunyai
terbentuk. Penurunan pH juga terjadi apabila daya tahan yang baik jika direkatkan
terbentuk asam-asam yang lebih banyak sehingga aroma yang ada dalam kemasan
akibat adanya oksidasi ataupun adanya tidak keluar. Tidak adanya pengaruh yang
bakteri yang dapat membentuk asam asetat nyata pada faktor jenis bahan pengemas ini
dengan mengoksidasi alkohol. mengakibatkan faktor interaksi antara jenis
Menurut Fardiaz (1989), pH bahan pengemas dan lama waktu
merupakan salah satu faktor yang penyimpanan juga tidak ikut mempengaruhi
mempengaruhi pertumbuhan mikroba. nilai mutu aroma tape ketan yang dihasilkan.
Mikroba pada umumnya dapat tumbuh pada Lama waktu penyimpanan pada uji
kisaran pH 3,0 – 6,0. Kebanyakan bakteri mutu hedonik aroma tape ketan
mempunyai pH optiimum sekitar 6,5 – 7,5. mempengaruhi nilai mutu aroma yang
Pada pH dibawah 5,0 dan diatas 8,5 hanya dihasilkan. Perubahan nilai aroma yang
bakteri asam aetat dan bakteri oksidasi slfur berupa peningkatan yang nyata mulai terjadi
yang dapat tumbuh dengan baik. Khamir pada penyimpanan hari ke-6, kemudian terus
menyukai pH 4,0 – 5,0 dan dapat tumbuh meningkat pada penyimpanan hari ke-8 dan
pada kisaran pH 2,5 – 8,5. Sedangkan mengalami penurunan pada penyimpanan
kapang mempunyai pH optimum 5,0 – 7,0 hari ke-10. Grafik perubahan nilai mutu
tetapi seperti halnya khamir, kapang masih aroma tape ketan dapat dilihat pada Gambar
dapat hidup pada pH 3,0 – 8,5. 13.

Hasil Uji Organoleptik


5.0
Aroma
Aroma suatu makanan mempunyai 0.0
peranan penting dalam penilaian, karena
LDPE (a1) PP (a2)
apabila makanan tersebut tidak memiliki
aroma yang khas makanan tersebut bisa Gambar 13. Grafik Uji Mutu Hedonik
dikatakan tidak baik. Aroma khas yang Aroma Tape Ketan Selama Penyimpanan

20
Peningkatan nilai aroma yang terdapat Hasil uji mutu hedonik rasa tape ketan
dalam tape ketan ini terjadi karena pada dapat dilihat pada Tabel 14. Skala uji mutu
proses fermentasi tape ketan asam-asam hedonik yang digunakan untuk rasa tape
organik yang terbentuk seperti asam laktat ketan ini yaitu: (1) Sangat Tidak Manis, (2)
akan bereaksi dengan alkohol membentuk Tidak Manis, (3) Biasa, (4) Manis, dan (5)
suatu ester aromatik yaitu etil asetat yang Sangat Manis.
merupakan salah satu komponen pembentuk
citarasa tape. Aroma tape selain disebabkan Tabel 14. Hasil Rata-rata Uji Mutu Hedonik
oleh ester asam etanoat, juga disebabkan Rasa Tape Ketan Selama Penyimpanan
oleh adanya komponen-komponen alkohol, Pl Lama Waktu Penyimpanan (B)
karbonil, asam dan zat-zat lain seperti etil as
benzena, propil benzena, butilrelaktan, dan ti 0 2 4 6 8 10
veralan (Soedarsono, 1972). k
Perubahan aroma adalah masalah yang L 3,90 4,2 3,66 3,60 3,43 3,2
sensitif dalam produk pangan, hal ini D 3 7 0 3 00
disebabkan karena adanya deteksi oleh sel- ab
P b ab ab a a
sel pembau di dalam hidung yang mampu E A A A A A A
mencium bau yang terbentuk meskipun pada
4,3 3,80 3,50 3,36 3,1
konsentrasi yang sangat rendah. 3,63
P 6 0 0 7 3
Terbentuknya beberapa molekul off-flavor ab
P b ab ab ab a
pada produk akan dapat merusak flavor
secara keseluruhan. Salah satu yang paling A A A B A A
umum adalah terjadinya ketengikan baik Keterangan:
akibat hidrolisa maupun oksidasi (Arpah, - Notasi huruf kecil dibaca horizontal, dan
2001). notasi huruf besar dibaca vertikal.
Aroma dari suatu produk diamati - Nilai rata-rata yang ditandai dengan
dengan cara membau dan merasakan. Aroma huruf yang berbeda menunjukkan
juga bisa dijadikan sebagai indikator perbedaan yang nyata pada taraf 5%
terjadinya kerusakan pada suatu produk. menurut uji lanjut Duncan.
Industri pangan menganggap bahwa
pengujian terhadap aroma adalah penting, Perlakuan pengemasan vakum yang
karena dengan cepat memberikan hasil dilakukan pada tape ketan selama
penilaian terhadap produk, apakah produk penyimpanan menyebabkan rasa tape ketan
tersebut diterima atau tidak oleh konsumen yang dihasilkan tetap manis dan
(Kartika, 1988). mengandung rasa alkohol serta sedikit rasa
asam. Jika penyimpanan tape ketan ini tidak
Rasa dilakukan dengan vakum maka yang terjadi
Menurut Kartika (1988), rasa adalah bakteri Acetobacter akan lebih cepat
merupakan faktor yang paling penting dari merombak alkohol (C2H5OH) menjadi asam
produk makanan disamping tekstur, asetat (CH3COOH). Bakteri Acetobacter
penampakan, dan konsistensi bahan yang adalah bakteri yang bersifat oksidatif yang
akan mempengaruhi citarasa yang membutuhkan oksigen dalam peromabakan
ditimbulkan oleh bahan makanan tersebut. etanol menjadi asam asetat dan air seperti
Rasa suatu bahan pangan dapat berasal dari yang terlihat pada reaksi berikut ini:
sifat bahan pangan itu sendiri atau karena Acetobacter
adanya zat lain yang ditambahkan pada C2H5OH + O2 –––––––––→ CH3COOH +
proses pengolahannya. 2H2O
Berdasarkan perhitungan ANAVA
pada lampiran 12, menunjukkan bahwa Bahan pengemas plastik LDPE dan PP
faktor jenis kemasan tidak berpengaruh yang digunakan sebagai bahan pengemas
nyata terhadap rasa tape ketan tetapi lama vakum tape ketan ini tidak ikut
waktu penyimpanan berpengaruh nyata mempengaruhi nilai rasa manis dari tape
terhadap rasa tape ketan, sedangkan interaksi ketan yang dihasilkan. Seperti yang terlihat
keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap pada tabel 13, perbedaan yang nyata antara
rasa tape ketan yang dihasilkan selama tape ketan yang dikemas dengan plastik
penyimpanan. LDPE dan plastik PP hanya terdapat pada

21
penyimpanan hari ke-6 dengan nilai rata-rata glukosa daripada pati sebagai sumber
3,6 dan 3,5. Sedangkan pada penyimpanan karbonnya.
hari lainnya tidak terdapat perbedaan yang Bahan pangan umumnya tidak hanya
nyata diantara kedua jenis plastik ini. Plastik terdiri dari salah satu rasa, tetapi merupakan
LDPE dan PP mempunyai daya tahan gabungan berbagai rasa secara terpadu
terhadap impact yang baik sehingga tidak sehingga menimbulkan citarasa yang utuh.
mudah dimasuki oleh senyawa dari luar Selain itu, rasa suatu bahan pangan
khususnya gas oksigen yang dapat merupakan hasil kerjasama antara indera-
mempengaruhi proses fermentasi. Tidak indera yang lain, seperti indera penglihatan,
adanya pengaruh yang nyata pada faktor pembauan, dan perabaan yang ikut berperan
jenis bahan pengemas ini mengakibatkan dalam pengamatan rasa suatu bahan pangan
faktor interaksi antara jenis bahan pengemas tersebut.
dan lama waktu penyimpanan juga tidak ikut Menurut Kartika (1988), rasa manis
mempengaruhi nilai mutu rasa tape ketan pada gula akan bertambah apabila
yang dihasilkan. konsentrasi gula semakin tinggi, tetapi
Faktor B yaitu lama waktu sampai konsentrasi tertentu rasa enak yang
penyimpanan mempengaruhi nilai rasa dari ditimbulkan akan menurun.
tape ketan yang dihasilkan. Perubahan
Tekstur
terjadi pada penyimpanan hari ke-2 dimana
Tekstur adalah suatu sifat bahan atau
tape ketan yang dihasilkan sangat manis
produk yang dapat dirasakan melalui
dengan rata-rata berada pada skala 4
sentuhan kulit ataupun pencicipan,
(manis). Selanjutnya pada penyimpanan hari
penglihatan dan juga pendengaran. Dengan
ke-4 rasa manis yang dihasilkan pada tape
adanya tekstur dari suatu bahan pangan,
ketan mengalami penurunan sampai pada
maka bahan pangan tersebut terlihat lebih
penyimpanan hari ke-8 dan penyimpanan
menarik (Soekarto, 1985).
hari ke-10.
Berdasarkan perhitungan ANAVA
6.0 pada lampiran 13, menunjukkan bahwa
faktor jenis kemasan tidak berpengaruh
4.0 nyata terhadap tekstur tape ketan tetapi lama
2.0 waktu penyimpanan berpengaruh nyata
terhadap tekstur tape ketan, sedangkan
0.0
interaksi keduanya tidak mempengaruhi
LDPE (a1) PP (a2) tekstur tape ketan yang dihasilkan selama
Gambar 14. Grafik Uji Mutu Hedonik Rasa penyimpanan.
Tape Ketan Selama Penyimpanan Hasil uji mutu hedonik tekstur tape
Rasa manis yang terdapat dalam tape ketan dapat dilihat pada Tabel 15. Skala uji
ketan ini berhubungan dengan kadar gula mutu hedonik yang digunakan untuk tekstur
pereduksi, kadar alkohol dan kadar total tape ketan ini yaitu: (1) Sangat Tidak
asam, dimana selama penyimpanan kadar Lembut, (2) Tidak Lembut, (3) Biasa, (4)
gula pereduksi pada tape ketan mengalami Lembut, dan (5) Sangat Lembut.
penurunan yang menyebabkan rasa manis
yang timbul juga ikut menurun, sedangkan Tabel 15. Hasil Rata-rata Uji Mutu Hedonik
kadar alkohol dan kadar total asam Aroma Tape Ketan Selama Penyimpanan
mengalami peningkatan yang menyebabkan Pl Lama Waktu Penyimpanan (B)
rasa alkohol dan asam muncul yang as
mengubah rasa tape ketan menjadi kurang ti 0 2 4 6 8 10
manis. Selama penyimpanan, proses k
fermentasi tape ketan yang terus L 3,4 3,90 4,13 4,26 4,2 4,1
berlangsung, dimana pada proses fermentasi D 3 0 3 7 3 0
ini glukosa terus diubah oleh P a ab b b b b
mikroorganisme yang terdapat dalam ragi E A A A A A A
tape menjadi alkohol dan asam. Kapang
3,4 3,60 4,13 4,16 4,0 4,3
memanfaatkan glukosa dan pati sebagai P
3 0 3 7 6 0
sumber karbon dalam pembentukan etanol, P
a ab bc bc a c
sedangkan khamir lebih memanfaatkan

22
A A A A A A ke-10. Perubahan nilai mutu tekstur tape
Keterangan: ketan dapat dilihat pada Gambar 15.
- Notasi huruf kecil dibaca horizontal, dan
notasi huruf besar dibaca vertikal. 6.0
- Nilai rata-rata yang ditandai dengan 4.0
huruf yang berbeda menunjukkan
perbedaan yang nyata pada taraf 5% 2.0
menurut uji lanjut Duncan. 0.0
LDPE (a1) PP (a2)
Perlakuan pengemasan vakum yang
Gambar 15. Grafik Uji Mutu Hedonik
dilakukan pada tape ketan ini menyebabkan
Tekstur Tape Ketan Selama Penyimpanan
tekstur tape ketan yang dihasilkan menjadi
lebih lembut. Udara yang berada dalam Tekstur tape ketan yang terus menjadi
kemasan disedot dengan menggunakan lembut dikarenakan pati yang berbentuk
granula dipecah oleh enzim amilase. Granula
nozzle yang terdapat pada alat vacuum pack,
pati yang dipecahkan dengan pemanasan
pada saat udara keluar tape ketan yang
pada suhu 90-100oC oleh enzim ini
terdapat didalam kemasan menjadi tertekan
menyebabkan molekul pati menjadi larut. Di
oleh plastik sehingga menyebabkan
teksturnya menjadi lebih lembut. Selain itu dalam pati tersusun molekul-molekul
perlakuan pengemasan vakum dapat amilosa dan amilopektin, kedua molekul ini
akan mempengaruhi daya kembang dan
mempercepat proses peningkatan kadar
tekstur yang dihasilkan. Dan selama proses
alkohol dalam tape ketan. Alkohol yang
fermentasi berlangsung terjadi pelunakan
berupa cairan adalah hasil dari perombakan
glukosa yang dilakukan oleh khamir S. tekstur pada tape ketan.
Cerevisiae, khamir ini mempunyai sifat Selama proses fermentasi berlangsung,
fermentatif yaitu tidak membutuhkan selain menghasilkan gula sederhana, alkohol
dan asam, juga dihasilkan air sebagai bagian
oksigen untuk menghasilkan alkohol.
dari hasil fermentasi. Dengan adanya air
Semakin banyak kadar alkohol yang
dalam jumlah yang tinggi hal ini dapat
dihasilkan, maka semakin lembut tekstur
tape ketan yang dihasilkan. menyebabkan tekstur tape ketan menjadi
Faktor jenis bahan pengemas plastik lunak.
Tekstur suatu bahan pangan
pada penelitian ini tidak mempengaruhi nilai
dipengaruhi oleh kadar air. Menurut Syarief
tekstur yang dihasilkan. Tidak terdapat
dan Halid (1993), air merupakan komponen
perbedaan yang nyata antara nilai tekstur
penting dalam bahan pangan karena dapat
tape ketan yang dikemas dengan plastik
LDPE dan nilai tekstur tape ketan yang mempengaruhi kekerasan, penampakan,
dikemas dengan plastik PP ini disebabkan citarasa, dan nilai gizinya. Tekstur tape
menjadi lunak atau mengalami pengerutan.
karena diantara kedua jenis plastik ini tidak
ikut membentuk tekstur tape sehingga nilai
tekstur tape ketan yang dikemas dengan KESIMPULAN DAN SARAN
LDPE dan PP tidak berbeda nyata. Tidak
adanya pengaruh yang nyata pada faktor Bab ini menguraikan mengenai (1)
jenis bahan pengemas ini mengakibatkan Kesimpulan, dan (2) Saran.
faktor interaksi antara jenis bahan pengemas Kesimpulan
dan lama waktu penyimpanan juga tidak ikut 1. Hasil penentuan lama waktu fermentasi
mempengaruhi nilai mutu tekstur tape ketan tape ketan terbaik dengan menggunakan
yang dihasilkan. respon organoleptik secara hedonik,
Faktor B yaitu lama waktu diperoleh hasil bahwa tape ketan dengan
penyimpanan mempengaruhi nilai rasa dari lama waktu fermentasi 72 jam.
tape ketan yang dihasilkan. Perubahan 2. Hasil penelitian utama menunjukkan
terjadi pada penyimpanan hari ke-4 dimana bahwa faktor jenis bahan pengemas plastik
tape ketan yang dihasilkan lebih lembut dan faktor interaksi antara jenis bahan
dengan nilai rata-rata berada pada skala 4 pengemas plastik dengan lama waktu
(lembut). Selanjutnya peningkatan nilai penyimpanan pada pengemasan vakum tape
mutu tekstur terjadi pada penyimpanan hari ketan tidak berpengaruh terhadap kadar gula

23
pereduksi, kadar alkohol, kadar total asam, menyimpan tape ketan pada suhu yang
derajat keasaman (pH), aroma, rasa, dan berbeda.
tekstur tape ketan. Sedangkan lama 2. Untuk melakukan pengemasan vakum
penyimpanan berpengaruh terhadap kadar harus menggunakan plastik dengan 2 layer
gula pereduksi, kadar alkohol, kadar total dan ketebalan plastik 0,8 mm, sedangkan
asam, derajat keaasaman (pH), aroma, rasa, jenis plastik LDPE yang paling cocok
dan tekstur tape ketan. digunakan untuk kemasan vakum.
3. Perlakuan pengemasan vakum pada tape 3. Perlu adanya pengolahan lebih lanjut dari
ketan menyebabkan tape ketan lebih cepat tape ketan putih.
rusak karena dapat menyebabkan kadar
alkohol menjadi lebih cepat mengalami DAFTAR PUSTAKA
peningkatan dibandingkan dengan tape ketan
yang tidak dikemas secara vakum. Algaratman, R., 1977, Production of High
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fructose Syrup From Starch. Di
sampel terbaik dilihat berdasarkan kadar dalam K. Tan (ed). Papers of First
gula pereduksi yang paling tinggi yaitu jenis International Sago, Symp, Kualalumpur.
plastik LDPE dan hari penyimpanan ke-0
(a1b1) dengan kadar gula pereduksi sebesar Anonim, 2008, Vacuum packing -
27,578%; sampel terbaik dilihat berdasarkan Wikipedia, the free encyclopedia.
kadar alkohol yang paling rendah adalah (http://en.wikipedia.org/wiki/Vacuum_p
jenis plastik LDPE dan hari penyimpanan acking). Akses 10 Maret 2009.
ke-0 (a1b1) dengan kadar alkohol sebesar
2,875%; sampel terbaik dilihat berdasarkan Arpah, (2001), Penentuan Kadaluarsa
kadar total asam yang paling rendah adalah Produk Pangan, Program Studi Ilmu
jenis plastik LDPE dan hari penyimpanan Pangan, Program Pascasarjana, Institut
ke-0 (a1b1) dengan kadar total asam sebesar Pertanian Bogor, Bogor.
0,121%; sampel terbaik dilihat berdasarkan
kadar nilai derajat keasaman (pH) yang Astawan, M, 2007, Bihun Goreng, Bihun
paling tinggi adalah jenis plastik LDPE dan Rebus, Kalorinya Wow.
hari penyimpanan ke-0 (a1b1) dengan kadar (http://www.depkes.go.id). Akses 27
nilai derajat keasaman (pH) sebesar 4,915; Desember 2008.
sampel terbaik dilihat berdasarkan nilai
organoleptik aroma yang paling tinggi BBIHP, 1990, Profil Industri (Tape
adalah jenis plastik PP dan hari Ketan), Balai Besar Industri Hasil
penyimpanan ke-8 (a2b5) dengan kadar nilai Pertanian, Bogor.
organoleptik aroma sebesar 4,333; sampel
terbaik dilihat berdasarkan nilai organoleptik Berlian, N., dan E. Rahayu, 1995, Bambu:
rasa yang paling tinggi adalah jenis plastik Budidaya dan Prospek Bisnis, Penebar
PP dan hari penyimpanan ke-2 (a2b2) Swadaya, Jakarta.
dengan kadar nilai organoleptik rasa sebesar
4,333; sampel terbaik dilihat berdasarkan Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet,
nilai organoleptik tekstur yang paling tinggi dan M. Wooton, 1987, Ilmu Pangan
adalah jenis plastik PP dan hari (terjemahan), UI Press, Jakarta.
penyimpanan ke-2 (a2b6) dengan kadar nilai
organoleptik tekstur sebesar 4,333. Secara Christaman, 2007, Pendugaan Umur
keseluruhan plastik LDPE dan hari Simpan Produk Kopi Instan Formula
penyimpanan ke-0 (a1b1) adalah sampel Merk-Z Dengan Metode Arrhenius,
terpilih dengan kadar gula pereduksi Skripsi, Jurusan Teknologi Pangan dan
tertinggi sebesar 27,578%; kadar alkohol Gizi, Fafeta, IPB, Bogor.
terendah sebesar 2,875%; kadar total asam
terendah sebesar 0,121%; dan nilai derajat Cronk, T. C., K. H. Steinkraus., L. R.
keasaman (pH) tertinggi sebesar 4,915. Hackler, dan M. Wooton, 1987,
Indonesian Tape Ketan
Saran
Fermentation, App. Environ Microbial
1. Untuk mendapatkan umur simpan dari
33.
tape ketan harus dilakukan dengan

24
Tropical Asia, Food Technology an
Cyngor, Sir, 2007, Guidance Note For Development Centre, IPB, Bogor.
Small Retailers Vacuum Packing
Foods Louvianingsih, M. 2004. Pengaruh Jenis
(http://www.powys.gov.uk/uploads/med Ragi dan Lama Fermentasi Terhadap
ia/12_Safe_Vacuum_Packing_en_02.pd Sifat Kimia dan Biokimia Ubi Kayu.
f) Akses 10 Maret 2009. Skripsi. Universitas Pasundan,
Bandung.
Damardjati, D. S., 1980, Struktur dan
Komposisi Kimia Beras, Fakultas Merican, Z. dan Q. L. Yeoh, 1989, Tapai
Pasca Sarjana, IPB, Bogor. Processing in Malaysia: A Technology
in trasition. Di dalam Steinkraus, K. H.
Dwijosepuptro, D. dan F. T. Wolr. 1976, (ed), Industrislization of Indigenous
Microbiological studies of Indonesian Fermented Foods, Marcel Dekeer, New
Fermented Food Stuff, Mycopathol, York.
Mycol. Applic.
Muchtadi, T. R. dan Sugiyono, 1992,
Fardiaz, S. 1989. Penuntun Praktikum Petunjuk Laboratorium Teknologi
Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Pengolahan Pangan Nabati, Pusat
Universitas, IPB, Bogor. Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB,
Bogor.
Fardiaz, S., F. G. Winarno, dan A.
Supriatmadja, 1996, Studi Fermentasi Nuraini, Y., 1980. Mempelajari Faktor-
Tape Ketan Rendah Alkohol, Jurnal faktor Kimiawi yang Berpengaruh
Ilmu dan Teknologi Pangan Vol. 1 Terhadap Nilai Organoleptik Tape
Bogor. Ketan, Berdasarkan Jenis Beras
Grist, D. H., 1995, Rice, Longmans and Co., Ketan, Wadah dan Lama Fermentasi,
London. Fakultas Mekanisasi dan Teknologi
Hasil Pertanian IPB, Bogor.
Hesseltine, C. W., 1979, Microorganism
Involved in Food Fermentation Asia, Nurhidayat, 2007. Mikrobiologi dan
Procedings International Symposium on Biokimia Tape Ketan.
Microbiological Aspect of Food (http://permimalang.wordpress.com/)
Storage, Processing and Fermentation in Akses 10 Juli 2009.
Tropical Asia, Bogor.
Panji, C., 1990, Penuntun Praktikum
Hubies, M. 1984, Pengantar Pengolahan Bioimdustri, Pusat Antar Universitas
Tepung Serelia dan Biji-bijian. IPB, Bogor.
Jurusan Teknologi Pangan & Gizi IPB,
Bogor. Pantastico, Er. B., (1989), Fisiologi Pasca
Panen Penagan dan Pemanfaatan
Kartika, B., P. Hastuti, W. Supartono, Buah-buahan dan Sayur-sayuran
(1988). Pedoman Uji Inderawi Bahan Tropika dan Subtropika,
Pangan, Pusat Antar Pangan dan Gizi, diterjemahkan oleh Prof. Ir.
Perguruan Tinggi UGM, Yogyakarta. Kamariyani, Gajah Mada Universitas
Press, Yogyakarta.
Ko, S. D., 1982, Indigenous Fermented
Foods. Di dalam: A. H. Rose (ed). PUSBANGTEPA, 1982, Pengolahan
Economic microbiology, Vol 7: Pangan Tradisional, Institut Pertanian
Fermented Foods Academic Press, Bogor, Bogor.
London.
Putri, Y. N., 2007, Mempelajari Pengaruh
Kozaki, M., 1984, Microbiological in Penyimpanan Tape Ketan (Oryza
Fermented Food Processing in sativa glutinosa) Terhadap Daya
Terima Konsumen, Tugas Akhir,

25
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB,
Bogor. Suliantri dan Rahayu, W. P., 1990,
Teknologi Fermentasi Umbi-umbian
Rahman, A., 1987, Teknologi Fermentasi, dan Biji-bijian, PAU Pangan dan Gizi,
Arcan, Bandung. IPB, Bogor.

Rahman, A., Suliantri, dan C. C. Nurmitri, Syarief dan Halid, (1992), Teknologi
1992, Teknologi Fermentasi, Fakultas Penyimpanan Pangan, Pusat Antar
Teknologi Pertanian IPB, Bogor. Inversitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

Saono, S., Basuki dan D. D. Sastraatmadja, Umaryadi, E., 1998, Mempelajari Sifat
1977, Indonesian Ragi, Symposium of Fisik dan Kima Tepung Tape Ubi
Indigenous Fermented Foods, Bangkok. Kayu, Tugas Akhir, Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB, Bogor.
Sasmito, Y. A. 1993. Stui Fermentasi Tape
Ketan Rendah Alkohol. Fateta IPB, Winarno, F. G., 1997, Kimia Pangan dan
Bogor. Gizi, PT. Gramedia, Jakarta.

Sediaoetama, A. D., 1993, Ilmu Gizi Jilid Winarno, FG., S. Fardiaz. 1979.
II, Dian Rakyat, Jakarta. Biofermentasi dan Biosintesa Protein.
Angkasa, Bandung.
Setyawardhani, R. D., 2008, Pengaruh Winarno, F. G., 1986, Pemanfaatan dan
Jenis Kemasan dan Volume Ketan Pengolahan Beras Non Nasi.
Terhadap Fermentasi Serta Konsultasi Pengembangan Industri
Perubahan Mutu Tape Ketan Hitam Pengolahan Beras Non Nasi, Kerja
Selama Penyimpanan, Tugas Akhir, Sama Dept. Perindustrian dengan IPB,
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Bogor.
Winarno, F. G., dan Aman, 1981,
Soedarsono, J. 1972. Some Note on Ragi Penyimpanan Buah-buahan, Sayur-
Tape for Tape Fermentation. Ilmu sayuran, dan Bunga-bungaan, Alih
Pertanian I (16) : 235-241 Bahasa, Jurusan Teknologi Industri,
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB,
Soekarto, Soewarno T. 1985. Penilaian Bogor.
Oragnoleptik. Bharata Karya Aksara,
Jakarta. Winarno, F. G. dan B. S. L. Jenie, 1983,
Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
Steinkraus, K. H., 1989, Handbook of Pencegahannya, Ghalia Indonesia,
Indigenous Fermented Foods, Marcel Jakarta.
Dekker Inc, New York.
Winarno, F. G. dan S. Fardiaz, 1984,
Sudarmadji, S., B. Haryono, Suhardi, 2003, Biofermentasi dan Biosintesis
Analisa Bahan Makanan dan Protein, Angkasa, Bandung.
Pertanian, Liberty Yogyakarta UGM,
Yogyakarta.

26

Você também pode gostar