Você está na página 1de 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya

yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabaccum, Nicotiana rustica dan spesies lain.

Sebatang rokok tembakau mengandung lebih dari 4000 bahan kimia berbahaya didalamnya.

Berdasarkan data WHO, total jumlah perokok di Indonesia menempati urutan ketiga setelah

China dan India, dengan angka 34,7% dari total jumlah penduduk atau sekitar 82 juta jiwa.1

Banyak penyakit yang timbul dikarenakan oleh merokok maupun asap rokoknya.

Kebiasaan merokok sebenarnya tidak hanya merugikan bagi yang merokok namun juga

merugikan bagi yang menghirup asap rokok. Merokok merupakan salah satu faktor gaya

hidup yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan pada masyarakat dan memiliki dampak

buruk terhadap kesuburan pria.2

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas. Radikal bebas adalah produk

antara yang terbentuk dari berbagai proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme

sel, pernapasan, olahraga yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap

rokok, asap kendaraan, bahan pencemar dan juga radiasi.3

Berbagai faktor dari internal maupun eksternal dapat mempengaruhi kualitas dari

spermatozoa .4 Faktor internal contohnya hormon, usia, berat badan, genetik, kelainan

urogenital kongenital atau didapat, kelainan endokrin dan faktor imunologi.5 Sedangkan

faktor eksternal misalnya suhu, makanan, gaya hidup, polusi serta pekerjaan. Gaya hidup

yang tidak sehat seperti merokok mengakibatkan radikal bebas dalam jumlah besar masuk

kedalam tubuh dan menimbulkan efek yang berbahaya bagi kesehatan .Dari penelitian-

1
2

penelitian sebelumnya didapatkan hasil bahwa rokok dapat mempengaruhi tingkat fertilitas

seorang pria dengan menurunkan motilitas sperma , konsentrasi sperma dan menurunkan

presentase morfologi sperma normal.6

Salah satu parameter pengukuran uji kualitas sperma secara mikroskopis adalah

morfologi sperma. Morfologi merupakan salah satu faktor penting yang diperlukan dalam

menunjang kemampuan fertilisasi spermatozoa, sebagai contoh akrosom pada sel sperma

yang bertugas menembus zona pelusida pada sel telur.7 Fertilisasi akan terjadi apabila

spermatozoa memiliki bentuk yang normal. Hanya spermatozoa normal yang mampu

membuahi sel telur. Walaupun jumlah spermatozoa seseorang normal, namun apabila

morfologinya terganggu akan berpengaruh terhadap rendahnya kemampuan fungsional

spermatozoa.8

Radikal bebas yang masuk dapat dibuang melalui mekanisme antioksidan yang

bekerja didalam tubuh . Antioksidan tersebut dapat alami dihasilkan oleh tubuh, namun ada

juga yang bisa didapatkan dari mengonsumsi makanan tertentu yang mengandung

antioksidan. Semakin tinggi radikal bebas yang masuk, semakin tinggi pula kebutuhan akan

antioksidan untuk menetralisirnya .

Banyak makanan yang mengandung antioksidan misalnya kacang-kacangan, buah dan

sayuran. Buah yang dikenal kaya akan kandungan antioksidannya antara lain buah delima,

buah bit, anggur merah, cranberry, apel, jeruk, nanas, tomat dan wortel. Namun dalam sebuah

penelitian menunjukkan bahwa buah yang berwarna merah memiliki kekuatan antioksidan

tertinggi dibanding dengan buah lainnya .9

Buah bit yang memiliki nama latin Beta vulgaris ini berwarna merah pekat dan

memiliki kapasitas antioksidan lebih tinggi dibanding wortel , tomat dan berbagai sayuran

lain kecuali buah delima yang memiliki kapasitas antioksidan paling tinggi berdasarkan
3

metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) Assays yang merupakan metode untuk

megukur aktivitas antioksidan.10

Buah bit dikenal kaya akan kandungan yang bermaanfaat bagi tubuh antara lain

vitamin A, Vitamin B1, B2, B3, B5, B6, Folat, Vitamin C, Kalsium, Zat besi, dan

Magnesium. Beta vulgaris ini juga memiliki kandungan betanin, betaxanthin, betacyanin ,

flavonoid yang merupakan family dari betalain. Kandungan betanin salah satu golongan

betalain yang ditemukan dalam jumlah besar pada buah bit, merupakan antioksidan yang

bertindak sebagai inhibitor paling efektif untuk menghambat reaksi yang dapat menimbulkan

kerusakan pada DNA yaitu reaksi peroksidase lipid. Sedangkan flavonoid juga berperan

penting sebagai antioksidan poten yang bermanfaat bagi kesehatan.

Berdasarkan latar belakang tersebut dan belum adanya penelitian lebih lanjut

mengenai pengaruh buah bit terhadap morfologi spermatozoa, penulis ingin mengetahui lebih

lanjut mengenai pengaruh buah bit terhadap morfologi sprematozoa pada tikus wistar yag

dipapar asap rokok . Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat

mengingat semakin tingginya populasi perokok aktif di Indonesia yang secara tidak langsung

juga meningkatkan populasi perokok pasif.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas , maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

Adakah pengaruh pemberian buah Bit terhadap morfologi spermatozoa tikus wistar yang

dipapar asap rokok ?


4

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini membahas pengaruh buah bit terhadap tikus wistar bersamaan dengan

paparan asap rokok yang dapat memberikan efek pada tingkat molekul, sel dan jaringan atau

organ akibat paparan tersebut. Tujuan penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum :

Menganalisa dan mengetahui pengaruh pemberian buah bit terhadap morfologi

spermatozoa tikus wistar yang diberi paparan asap rokok.

1.3.2 Tujuan Khusus :

- Mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian paparan asap rokok terhadap

morfologi spermatozoa tikus wistar .

- Mengetahui apakah terdapat pengaruh buah bit untuk menetralisir efek yang

ditimbulkan paparan asap rokok terhadap morfologi spermatozoa tikus wistar

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh

pemberian buah bit terhadap morfologi spermatozoa tikus wistar jantan yang

dipapar asap rokok.

1.4.2 Manfaat untuk masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat

mengenai pengaruh pemberian buah bit terhadap morfologi spermatozoa tikus

wistar yang dipapar asap rokok .


5

1.4.3 Manfaat untuk penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi landasan untuk penelitian

selanjutnya, khususnya penelitian yang berkaitan dengan pengaruh buah bit

terhadap morfologi spermatozoa tikus wistar yang dipapar asap rokok.

1.5 Keaslian Penelitian

Sampai saat ini , peneliti belum menemukan penelitian yang serupa dengan penelitian

ini. Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini namun berbeda secara teknis adalah sebagai

berikut :

Tabel 1. Keaslian Penelitian

No. Penulis,judul,tahun Metode Hasil Penelitian

penerbitan,dan Penelitian

nama jurnal

1. Arinta Retno Anggi , Desain : Dark chocolate

Pengaruh Pemberian Penelitian Eksperimental dapat

Dark Chocolate Variable : meningkatkan

terhadap Jumlah Jumlah spermatozoa, asap jumlah

Spermatozoa Tikus rokok,dosis dark chocolate spermatozoa pada

mencit balb/c yang tikus balb/c yang

diberi Paparan Asap dipapar asap

Rokok , 2016 10 rokok

2. Koo Melyza Hartono Desain : Kopi terbukti

, Pengaruh Penelitian Eksperimental meningkatkan


6

Pemberian Kopi Variable : motilitas

terhadap Motilitas Motilitas Spermatozoa , Sinar spermatozoa pada

Spermatozoa Tikus UV , Pemberian kopi tikus wistar yang

wistar yang dipapar dipapar sinar UV

sinar ultraviolet ,

2016 11

3. Mujahidatul Desain : Minyak Nigella

Musfiroh dkk, Penelitian Eksperimental sativa dapat

Pengaruh Minyak Variable : meningkatkan

Nigella sativa Kualitas spermatozoa , Asap kualitas sperma

terhadap Rokok , Minyak Nigella baik dari segi

Kualitas sativa jumlah , motilitas

Spermatozoa Tikus maupun

Wistar yang morfologi normal

Terpapar Asap spermatozoa

Rokok , 2012

4. Haq, Arynal. Desain : Kopi berpengaruh

Pengaruh Pemberian Penelitian Eksperimental terhadap

Kopi Terhadap Variable : peningkatan

Proses Kopi, Radiasi sinar proses

Spermatogenesis ultraviolet, Spermatogenesis spermatogenesis

Tikus Jantan Galur tikus jantan galur

Wistar (Rattus wistar (Rattus

norvegicus) Yang norvegicus) yang

Dipapar Radiasi dipapar radiasi


10 7

Sinar Ultraviolet, sinar ultraviolet

2016

5. Safitri, Iqlima. Desain : Terdapat

Pengaruh Sari Umbi Penelitian Eksperimental perbedaan

Bit (Beta vulgaris) Variable : bermakna berupa

Terhadap VO2 Max VO2 Max , Sari Umbi Bit peningkatan VO2

Atlet Sepak Bola, Max Atlet Sepak

2015 Bola Yang Diberi

Sari Umbi Bit

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, sampel dan

waktu penelitian. Bila penelitian pertama dan ketiga variable bebas yang digunakan pada

masing-masing penelitian adalah dark chocolat, kopi dan minyak Nigella sativa, pada

penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah buah bit. Pada penelitian pertama dan

kedua variabel terikat yang digunakan adalah jumlah, spermatogenesis dan motilitas

spermatozoa , sedangkan pada penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah

morfologi spermatozoa Belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai pengaruh

pemberian buah bit terhadap morfologi spermatozoa tikus wistar jantan yang dipapar asap

rokok.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah suatu proses kompleks di mana sel germinal yang relatif

belum bisa berdiferensiasi berpoliferasi dan diubah menjadi spermatozoa yang

terspesialisasi dan motil, yang masing-masingnya mengandung satu set 23 kromosom yang

haploid. Proses spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus, yang pada dindingnya

megandung banyak sel-sel germinal dan sel-sel sertoli. Siklus spermatogenesis

berlangsung selama enam puluh empat hari dan terdiri atas 3 fase, yaitu

spermatositogenesis, spermatidogenesis, dan spermiogenesis. 11

1) Spermatositogenesis, dimana spermatogonia membelah menjadi spermatosit;

2) Meiosis, dimana spermatosit mengalami pembelahan menjadi spermatid dan terjadi

pengurangan setengah jumlah kromosom dan jumlah DNA per sel;

3) Spermiogenesis, dimana spermatid mengalami proses sitodiferensiasi menghasilkan

spermatozoa.

Proses spermatogenesis dimulai dari spermatogonium yang mengalami mitosis.

Spermatogonium ada yang bentuknya tetap seperti spermatogonia A yang terus menjadi

sumber spermatogonia atau ada yang seperti spermatogonium B yang berpotensi

melanjutkan proses perkembangan. Spermatogonia B tumbuh menghasilkan spermatosit

primer. Spermatosit primer akan masuk dalam fase meiosis. Dari pembelahan meiosis

pertama akan dihasilkan spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder akan masuk ke

8
9

pembelahan meiosis kedua yang menghasilkan spermatid yang mengandung 23 kromosom

dan DNA sejumlah n/haploid. Pada fase spermiogenesis terjadi pembentukan kepala, bagian

tengah dan ekor sperma. Pada bagian kepala sperma terdapat akrosom yang mengandung

enzim hidrolitik yang akan melepaskan sel korona radiata dan mencernakan zona pelusida.

Saat spermatozoa bertemu ovum, akrosom akan lisis sebagian dan mengeluarkan enzim yang

dikandungnya sehingga memudahkan penetrasi sperma ke ovum. Pada bagian tengah

spermatozoa terdapat mitokondria yang akan berkaitan dengan pembentukan energi untuk

pergerakan spermatozoa. Bagian ekor spermatozoa dibentuk oleh sentriol dan akan timbul

flagelum yang digunakan untuk pergerakan spermatozoa.12

Spermatozoa matur terdiri dari :

1. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan

bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mempermudah fertilisasi

ovum.

2. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.

3. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan

untuk motilitas.

4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa matur ke dalam

vasdeferens dan ductus ejakulatorius 13


10

Gambar 1. Proses Spermatogenesis14 (Reece, 2014)

2.2 Morfologi Spermatozoa

Morfologi merupakan salah satu dari pemeriksaan spermatozoa dan termasuk

pemeriksaan mikroskopis selain pemeriksaan jumlah dan motilitas spermatozoa. Penilaian

morfologi sperma dilakukan dengan sediaan hapus sperma yang diwarnai dengan giemsa

di baca dengan pembesaran 1000x. Kriteria morfologi sperma disebut normal bila :

i) Kepala : berbentuk oval, akrosom menutupi 1/3nya, panjang 3-5 mikron, lebar

½ sampai s/d 2/3 panjangnya


11

ii) Midpiece : langsing (<1/2 lebar kepala), panjang 2x panjang kepala dalam satu

garis lengan sumbu panjang kepala.

iii) Ekor : batas tegas, berupa garis panjang 9x panjang kepala.

Kriteria normal dan abnormal morfologi spermatozoa (WHO,2010)

Normal Morphology Pathological

Morphology

Kepala Regular oval shape, Too big, too small, too

well-defined acrosome thin and long,

region without vacuoles pearshaped, round,

and a volume of 40– amorphous, with

70% of the head acrosome vacuoles (>2

or more than 20%),

post-acrosomal

vacuoles, too small or

too large acrosomes

Tubuh Narrow, regular, about Asymmetric connection

as long as the head. The to the head, middle piece

main axis of the head irregularly, too thick,

and middle piece should bent or too thin.

be in line. Cytoplasmatic Cytoplasmatic droplets

droplets of the midpiece >30%.

should be

Ekor The tail should be Too short, multiple tails,

thinner than the kinks, irregular

midpiece, the caliber thickness, spiralshaped.


12

should be uniform and

the length about 10 times

the length of the head

length. The tail may be

curved, but without

abrupt kinks.

Sumber : Guidelines on Male Infertility. European Association of Urology

Update

Istilah-istilah yang dipakai pada bentuk abnormal adalah

 Makro : 25% > kepala normal

 Mikro : 25% < kepala normal

 Taper : kurus, lebar kepala ½ yang normal, tidak jelas batas akrosom,

memberi gambaran cerutu

 Piri : memberi gambaran “tetesan air mata”

 Amorf : bentuk kepala yang ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas

akrosom

 Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom

 Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala atau midpiece, lebih cerah

 Ekor abnormal : pendek/spiral/permukaan tidak halus/ganda

Menurut buku petunjuk praktikum biologi FK UNDIP, dengan pengecatan giemsa

maka spermatozoa normal nampak berbentuk oval dengan bagian ujung lebih terang dan

bagian pangkal dekam leher gelap.

Bentuk abnormal dari spermatozoa biasanya kurang dari 30% dan meliputi bentuk-

bentuk :
13

1) Piriform : bentuk kepala spermatozoa berbentuk seperti buah peer

2) Depteform : bentuk kepala spermatozoa pipih dan panjang

3) Temtoform : bentuk kepala tidak tentu, kepala spermatozoa yang besar

4) Double head, double neck, and double tail

5) Dan bentuk-bentuk lain yang tidak normal/biasa

Morfologi abnormal sperma sering dikumpai pada keadaan atau penyakit infeksi,

varicocele, stress, gangguan bomorta, gangguan neurologi, dan alergi.

2.3 Faktor yang mempengaruhi morfologi sperma

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap morfologi sperma diantaranya :

 Suhu Tinggi

Testis manusia tidak berfungsi dengan baik jika suhu testis lebih tinggi atau

sama dengan suhu tubuh manusia. Pembentukan sperma paling optimal pada

suhu 35,5 C (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis dapat tetap berada pada suhu

tersebut karena terletak didalam skrotum yang berada diluar rongga tubuh.

 Konsumsi alkohol

Banyaknya konsumsi alkohol dihubungkan denan rendahnya kadar hormon

testosteron yang tentu akan mengganggu pertumbuhan sperma. Zat toksin yang

ditemukan dalam alkohol dapat merusak sel-sel yang berperan dalam

spermatogenesis, mempengaruhi ukuran testis, dan meningkatkan sperma

bentuk abnormal, yang pada akhirnya dapat menurunkan fertilitas.

 Merokok

Asap rokok dapat memberikan dampak buruk terhadap fungsi reproduksi pria

karena terdapat radikal bebas yang dapat merusak sel. Radikal bebas merupakan
14

suatu molekul yang tidak stabil akibat kehilangan elektron, dan dapat

menyebabkan kerusakan DNA pada

berbagai sel tubuh.

 Varicocele

Varicocele adalah suatu kondisi dimana terjadi dilatasi pada pleksus

pampiniformis sedangkan klep vena tetap sehingga aliran darah menjadi tidak

lancar dan dapat refluks. Kondisi tersebut mengakibatkan darah tidak dapat

kembali ke jantung dan terperangkap disekitar testis sehingga suhu testis dapat

lebih tinggi dari suhu ideal testis.

 Infeksi Saluran Genital

Infeksi saluran genital merupakan salah satu penyebab infertilitas pria. Golshani

dkk (2006) mencatat bahwa gangguan motilitas dan kelainan morfologi lebih

sering dijumpai pada kasus-kasus dengan bakteriosperma positif terutama pada

sampel dimana E.coli dan Enterococci positip. 15

 Zat/Obat Gonadotoksik

Beberapa penelitian menunjukkan adanya sejumlah zat pestisida yang toksin

terhadap gonad, antara lain imidakloprid, organofosfat, organoklorin, karbamat,

fumigan dan beberapa fungisida dan herbisida. Obat-obatan seperti marijuana,

heroin, kokain juga dapat menekan fungsi reproduksi pria.

 Nutrisi

Kandungan nutrisi kaya oksidan, misalnya makanan yang mengandung vitamin

C, vitamin E, polifenol, flavonoid, dan jenis-jenis antioksidan lain dapat

memperbaiki kualitas sperma karena mencegah kerusakan sel gonad akibat

radikal bebas.16

 Radiasi Ponsel
15

Radiasi gelombang elektromagnetik dari ponsel dapat mengakibatkan

menurunnya jumlah dan kualitas spermatozoa pada laki-laki fertil pengguna

ponsel, tetapi tidak sampai menyebabkan infertilitas. Mekanisme gangguan ini

memungkinkan terjadi melalui penurunan integritas membran sperma,

hambatan produksi, dan sekresi hormon gonadotropin. 17

2.4 Asap Rokok sebagai Radikal Bebas dan Buah Bit sebagai Antioksidan

2.4.1 Asap Rokok sebagai Radikal Bebas

Merokok merupakan perilaku yang merugikan bagi individu pelaku dan orang lain

disekitarnya karena dapat menimbulkan berbagai masalah.Dari tahun ke tahun jumlah

perokok terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pada tahun

2011, rokok membunuh hampir 6 juta orang, hampir 80% kematian terjadi pada negara-

negara dengan pendapatan perkapita rendah dan sedang. 8

Radikal bebas sudah diketahui sebagai kondisi yang menonjol dari berbagai

penyakit dan perkembangannya. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki

elektron tidak berpasangan. Elektron tersebut cenderung untuk membentuk pasangan

dengan menarik elektron lain sehingga terbentuk radikal baru. Radikal berbahaya karena

bersifat sangat reaktif dalam upaya mendapatkan pasangan elektronnya, dapat pula

terbentuk radikal bebas baru dari atom atau molekul yang elektronnya terambil untuk

berpasangan dengan radikal bebas sebelumnya. 18

Radikal bebas yang banyak menimbulkan masalah terkait dengan senyawa oksigen

reaktif (Reactive Oxygen Compound). Senyawa oksigen reaktif berasal dari oksigen yang

mengalami peralihan elektron kurang sempurna pada saat proses pembentukan ATP.

Dalam gerakannya yang tidak beraturan, karena sangat reaktif, radikal bebas dapat

menimbulkan kerusakan pada sel dengan cara mereduksi molekul oksigen dalam rangkaian
16

elektron transpor dalam mitokondria atau dalam proses-proses lain yang melibatkan

molekul organik dana anorganik. Radikal hidroksil karena reaktifitasnya yang tinggi

menjadikannya sangat berbahaya dan dapat merusak asam lemak tak jenuh yang

merupakan komponen penyusun membran sel, DNA yang merupakan perangkat genetik

sel, dan protein seperti enzim, reseptor, antibodi, dan proses pertahanan tubuh. 19

Di dalam asap rokok, komponen kimiawi yang dimiliki dapat mencapai puluhan

ribu komponen. Komponen tersebut biasanya bersifat toksik, dapat berupa nikotin, tar,

mutagen, dan radikal bebas. Partikel tersebut biasanya gabungan senyawa organik dan

memiliki potensi gaya elektromagnetik dan magnetik, sehingga secara sendiri-sendiri

komponen kimia dari asap rokok bisa menjadi berbahaya.20

2.4.2 Buah Bit sebagai Antioksidan

Klasifikasi buah bit21 :

- Kingdom : Plantae

- Subkingdom :Tracheobionta

- Super Divisi :Spermatophyta

- Divisi :Magnoliophyta

- Kelas :Magnoliopsida

- Sub Kelas :Hamamelidae

- Ordo : Caryophyllales

- Famili :Chenopodiaceae

- Genus :Beta

- Species :Beta vulgaris

Buah bit (Beta vulgaris) dikenal sebagai tanaman yang banyak digunakan untuk

pengobatan. Buah bit memiliki warna merah keunguan. Kandungan pada buah bit seperti
17

pigmen betacyanin, betanin dan betalain berpotensi menimbulkan efek antioksidan bagi

tubuh.22

Antioksidan adalah molekul yang berkemampuan memperlambat atau mencegah

oksidasi molekul lain. Oksidasi merupakan merupakan suatu reaksi kimia yang

mentransfer elektron dari suatu oksidator. Oleh karena itu, antioksidan sering kali

merupakan reduktor seperti senyawa tiol, asam askorbat, ataupun polifenol. Antioksidan

memiliki dua fungsi yaitu fungsi primer dan skunder. Fungsi primer yaitu dengan

memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida, atau mengubahnya ke bentuk

lebih stabil. Fungsi skunder antiokidan bekerja dengan memperlambat laju autooksidasi

dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil. 23

Tindakan antioksidan dalam sistem pertahanan tubuh dapat dikelompokkan

menjadi 4 kategori :24

1) Baris pertama pertahanan, yaitu antioksidan preventif, yang menekan pembentukan

radikal bebas. Untuk menekan reaksi tersebut, beberapa antioksidan mereduksi

hidroperoksida dan hidrogen peroksida sebelum menjadi alkohol dan air, tanpa

meregenerasi radikal bebas dan protein-protein penghasil ion besi.

2) Baris kedua pertahanan, yaitu antioksidan peredam radikal, yang meredam radikal aktif

untuk menekan inisiasi rantai dan/atau memutus reaksi propagasi rantai. Berbagai

antioksidan peredam radikal endogen, contohnya adalah vitamin C, bilirubin, thiol,

asam urat, vitamin E, dan ubiquinol.

3) Baris ketiga pertahanan, yaitu antioksidan yang memperbaiki kerusakan dan

antioksidan de novo. Diperankan oleh enzim-enzim proteolitik, proteinase, protease,

dan peptidase yang ada di sitosol dan mitokondria sel mamalia. Sistem perbaikan DNA

juga memainkan peran penting dalam total sistem pertahanan terhadap kerusakan
18

oksidatif. Berbagai macam enzim yang dikenal seperti glycosylase dan nuclease, yang

dapat memperbaiki DNA yang rusak.

4) Baris keempat pertahanan, yaitu adaptasi, dimana sinyal untuk produksi dan reaksi

radikal bebas dapat menginduksi pembentukan dan transportasi antioksidan yang tepat

pada tempatnya.

2.5 Morfologi Spermatozoa Kaitannya dengan Asap Rokok

Asap rokok telah terbukti menyebabkan berbagai bentuk disfungsi reproduksi, yang

merupakan penyebab utama fertilitas pada laki-laki dan perempuan, seperti Bayi Berat

Lahir Rendah, kematian prenatal dan neonatal, dan disfungsi ereksi. 24

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan

ROS dan menurunkan antioksidan di cairan semen sehingga seorang perokok lebih

rentan mengalami infertilitas karena meningkatnya produksi radikal bebas di dalam

sperma, menyebabkan kerusakan DNA dan apoptosis sel sperma. 25

Radikal bebas menyebabkan kegagalan kapasitasi sehingga reaksi akrosom tidak

terjadi, kemudian terjadi rusaknya membran plasma sperma yang berguna untuk

menembus selaput sel telur yang berakibat menurunnya morfologi spermatozoa

normal. Penelitian lain menyebutkan bahwa paparan asap rokok menyebabkan

gangguan spermatogenensis pada mencit, yang sebagian disebabkan karena adanya

induksi kerusakan DNA dan stress oksidatif. Dalam penelitian lain, telah dilaporkan

bahwa asap rokok menginduksi peroksidasi lipid dan mengubah kadar enzim oksidatif

pada testis tikus.

2.6 Manfaat dan Dosis Buah Bit

2.6.1 Manfaat Buah Bit


19

Bit merah (Beta vulgaris) merupakan tanaman berbunga dari famili Chenopodiaceae,

yang memiliki bentuk morfologis seperti umbi dan pada umumnya dijadikan sebagai

sayuran. Ciri khas dari Bit merah adalah warna akar Bit yang bewarna merah pekat, rasa

yang manis seperti gula, serta aroma Bit yang dikenal sebagai bau tanah. 26

Buah Bit adalah salah satu buah yang sering digunakan sebagai pewarna alami untuk

berbagai jenis makanan. Buah Bit berwarna merah pekat dan memiliki kapasitas antioksidan

lebih tinggi dibanding wortel , tomat dan berbagai sayuran lain kecuali buah delima yang

memiliki kapasitas antioksidan paling tinggi berdasarkan metode FRAP (Ferric Reducing

Antioxidant Power) Assays.10

Buah Bit dikenal kaya akan kandungan yang bermaanfaat bagi tubuh antara lain vitamin

A , Vitamin B1 , B2 , B3 , B5 , B6 , Folat , Vitamin C , Kalsium, Zat besi , dan Magnesium .

Beta vulgaris ini juga memiliki kandungan betanin betaxanthin, betacyanin , flavonoid yang

merupakan family dari betalain .7 Kandungan betanin salah satu golongan betalain yang

ditemukan dalam jumlah besar pada buah Bit , merupakan antioksidan yang bertindak

sebagai inhibitor paling efektif untuk menghambat reaksi yang dapat menimbulkan kerusakan

pada DNA yaitu reaksi peroksidase lipid.27 Sedangkan flavonoid juga berperan penting

sebagai antioksidan poten yang bermanfaat bagi kesehatan.

Bit merupakan sumber yang potensial akan serat pangan dan berbagai vitamin dan

mineral yang dapat digunakan sebagai sumbr antioksidan yang potensial dan membantu

mencegah infeksi.26
20

2.6.2 Dosis Buah Bit

Dosis buah bit yang diberikan pada tikus wistar jantan (Rattus norvegicus) dihitung

berdasarkan penelitian terdahulu yang menjelaskan kadar buah bit yang memberi pengaruh

pada tikus yaitu 8 ml/kgBB/hari. 10

Dosis ini dikonversikan untuk dosis manusia adalah dengan mengkalikan 56

sehingga didapatkan hasil 448 ml jus buah bit per hari yang perlu dikonsumsi.

Tabel 3. Konversi Dosis Manusia dan Antar Jenis Hewan 10

Ditanya Mencit Tikus Marmut Kelinci Manusia

20 g 200 g 400 g 1,5 kg 70 kg

Diketahui

Mencit 20 g 1,0 7,0 12,23 27,80 387,9

Tikus 20 g 0,14 1,0 1,74 3,9 56,0

Marmut 400 g 0,08 0,57 1,0 2,25 31,50

Kelinci 1,5 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 14,20

Manusia 70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 1,0


21

2.7 Kerangka Teori

Kerangka teoritis pada penelitian dapat digambarkan secara skematis

sebagai berikut :

Jus Buah Bit

Faktor-faktor yang Vit C,Flavonoid,


menentukan kualitas Betanin
sperma :

 Obesitas
 Obat-obatan
 Alkohol
 Suhu tinggi
 Asap rokok
 Penyakit

Kualitas spermatozoa :

1. Jumlah
2. Motilitas
3. Morfologi

Gambar 2. Kerangka Teori


22

2.8 Kerangka Konsep

Asap rokok Jus Buah Bit (Beta


vulgaris)

Morfologi spermatozoa

Gambar 3. Kerangka Konsep

2.9 Hipotesis

Terdapat perbedaan bermakna antara morfologi spermatozoa tikus wistar jantan yang

diberi buah bit (Beta vulgaris) dengan dosis bertingkat dan dipapar asap rokok, dibandingkan

dengan morfologi spermatozoa tikus wistar jantan yang tidak diberi buah bit (Beta vulgaris).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Bidang ilmu yang tercakup dalam penelitian ini adalah Biologi Medik dan

Andrologi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pegetahuan Alam

(FMIPA) Universitas Negeri Semarang untuk perlakuan hewan coba.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini berlangsung pada bulan April-Juli 2017.

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian yang dilakukan

adalah eksperimental cross sectional, dengan jenis desain penelitian “post test only

control group design”.

23
24

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi penelitian ini menggunakan tikus wistar jantan yang berusia 6-8

minggu dari Universitas Negeri Semarang.

3.4.2 Sampel Penelitian

a. Kriteria inklusi:

1) Tikus wistar jantan.

2) Tikus wistar aktif.

3) Tidak ada kelainan anatomi.

4) Berat badan 200-250 gram.

5) Umur 6-8 minggu

b. Kriteria eksklusi:

1) Tikus mati selama dilaksanakannya penelitian.

2) Tikus sakit selama dilaksanakannya penelitian.


25

3.4.3 Cara Sampling

Sampel penelitian dipilih secara simple random sampling untuk

menghindari bias sehingga semua objek populasi mempunyai kesempatan

yang sama sebagai sampel :

X1 O1

X2 O2

S R X3 O3

X4 O4

X5 O5

Gambar 4. Cara Sampling

Keterangan :

S = Sampel

R = Randomisasi

X = Treatment
26

O = Observation

X1 = Kontrol negatif, sebagai pembanding, tikus yang mendapat diet

standar, tanpa pemberian jus buah bit dan paparan asap rokok

X2 = Kontrol positif, tikus dengan diet standar diberi paparan asap

rokok, tanpa pemberian jus buah bit

X3 = Tikus dengan diet standar diberi paparan asap rokok, dengan

pemberian jus buah bit 4ml/kgBB/hari selama 28 hari

X4 = Tikus dengan diet standar diberi paparan asap rokok, dengan

pemberian jus buah bit 8ml/kgBB/hari selama 28 hari

X5 = Tikus dengan diet standar diberi paparan asap rokok, dengan

pemberian jus buah bit 16 ml/kgBB/hari selama 28 hari

O1 = Morfologi spermatozoa dari kelompok kontrol negatif

O2 = Morfologi spermatozoa dari kelompok kontrol positif, tikus

dengan diet standar diberi paparan asap rokok, tanpa pemberian

jus buah bit

O3 = Morfologi spermatozoa kelompok tikus dengan diet standar

diberi paparan asap rokok, dengan pemberian jus buah bit 4

ml/kgBB/hari selama 28 hari


27

O4 = Morfologi spermatozoa kelompok tikus dengan diet standar

diberi paparan asap rokok, dengan pemberian jus buah bit 8

ml/kgBB/hari selama 28 hari

O5 = Morfologi spermatozoa kelompok tikus dengan diet standar

diberi paparan asap rokok, dengan pemberian jus buah bit 16

ml/kgBB/hari selama 28 hari

3.4.4 Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan sesuai dengan

Research Guidelines for Evaluating the Safety and Efficacy of

Herbal Medicines dari WHO yaitu minimal 5 ekor tiap satu kelompok.

Dalam penelitian ini digunakan 35 ekor tikus wistar jantan yang dibagi

dalam lima kelompok.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas

a. Jus buah bit dosis 4 ml, 8ml, dan 16 ml.

b. Paparan Asap Rokok.

3.5.2 Variabel Terikat


28

Morfologi spermatozoa tikus wistar jantan.

3.6 Definisi Operasional

Tabel 4. Definisi Operasional

Variabel Unit Skala

Jus buah bit Mililiter Numeric

Sediaan bit dalam bentuk jus dibuat dengan cara

homogenisasi buah bit menggunakan household mixer ,

kemudian jus yang diperoleh disentifuge dengan

kecepatan 10000 x g selama 15 menit. Setelah itu, jus

diberikan kepada tikus wistar melalui sonde lambung

dengan dosis berbeda untuk tiap kelompok perlakuan

yaitu 4 ml, 8ml, 16 ml setiap hari selama 4 minggu.

Asap Rokok Batang Nominal

Pemaparan asap rokok dengan 2 batang rokok perhari

perkelompok tikus dengan menggunakan rokok filter

setiap hari selama 28 hari

Morfologi Spermatozoa Persen Rasio

Morfologi spermatozoa adalah bentuk spermatozoa yang

dilihat secara mikroskopis, dimana dibagi dalam

morfologi normal dan abnormal. Diperiksa dalam

lapangan pandang mikroskopis perbesaran 1000x,


29

diperiksa secara sistematis dari setiap spermatozoa di

dalamnya dan dikelompokkan ke dalam kriteria

berdasarkan morfologi normal dan abnormal

3.7 Cara Pengumpulan Data

3.7.1 Bahan

a. Jus buah bit (Beta vulgaris)

b. Makanan tikus

c. Rokok

d. Larutan formalin 30%

e. Akuades

f. Larutan gentian violet

g. NaHCO3

3.7.2 Alat

a. Kandang tikus

b. Sonde lambung

c. Mikroskop cahaya

d. Satu set alat bedah


30

e. Object glass

f. Deck glass

g. Hemositometer Neubauer Improved

3.7.3 Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer hasil penelitian

eksperimental laboratorik yaitu berupa morfologi spermatozoa tikus wistar

jantan (Rattus norvegiccus).

3.7.4 Cara Kerja

Sebelum diberi perlakuan, 35 ekor tikus wistar jantan diadaptasi

dengan dikandangkan dan diberi pakan dan minuman standar selama satu

minggu. Kemudian 35 ekor tikus dibagi lima kelompok yang masing-

masing kelompok terdiri dari tujuh ekor tikus yang dipilih secara acak

atau randomisasi.

Setelah itu tikus diberi perlakuan berupa pemaparan asap rokok

dengan cara memasukkan tikus ke dalam kotak khusus yang terbuat dari

kaca dengan ukuran 30 cm x 40 cm x 50 cm dengan bagian bawah dan atas

kotak diberikan ventilasi udara sebagai jalur masuk asap rokok ke dalam

kotak. Kotak tersebut dihubungkan dengan saluran asap yang berasal dari

pembakaran rokok sebanyak 2 batang/hari. Pemberian jus buah bit


31

dilakukan dengan menggunakan sonde lambung selama 4 minggu sesuai

dengan pembagian kelompok perlakuan

Setelah empat minggu perlakuan, kemudian tikus dimasukkan

ke dalam toples yang sudah diberi kapas yang mengandung kloroform/eter

cair sehingga tikus tidak sadar dan mati. Setelah itu, dilakukan pengambilan

sperma tikus dan pembuatan preparat. Pengambilan sediaan dan pembuatan

preparat untuk pemeriksaan morfologi spermatozoa tersedia di lampiran 1.

3.8 Alur Penelitian


32

35 ekor tikus wistar jantan

Adaptasi selama 7 hari dengan


pakan dan minum standar

X1 X2 X3 X4 X5

7 ekor 7 ekor 7 ekor 7 ekor 7 ekor

Kontrol Asap Asap Asap


Kontrol (+) Rokok + Rokok + Rokok +
(-) Asap
Jus bit Jus bit Jus bit
Rokok
4 ml 8 ml 16 ml

Perlakuan selama 28 hari

Pengambilan sperma dan pembuatan preparat

Pemeriksaan morfologi spermatozoa tikus wistar

Gambar 5. Alur Penelitian


33

3.9 Analisis Data

Data yang diperoleh dari lima kelompok sampel diolah menggunakan

program komputer SPSS. Kemudian dilakukan uji normalitas distribusi

dengan uji Saphiro-Wilks karena jumlah sampel yang kecil. Jika distribusi

data normal, melakukan uji parametrik dengan uji one way Anova. Bila

tidak terdistribusi normal, maka uji yang digunakan adalah uji non

parametrik Kruskal Wallis. Perbedaan dianggap bermakna apabila nilai

p<0,05 dengan 95% interval kepercayaan.

3.10 Etika Penelitian

Peneliti akan mengajukan ethical clearance dari Komisi Etik

Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro.
34

3.11 Jadwal Penelitian

Tabel 5. Jadwal penelitian

Kegiatan Bulan (tahun 2017)

1 2 3 4 5 6 7

Studi literature

Penyusunan

Seminar
Proposal
Persiapan Alat
Proposal
Ethical
Bahan
Pelaksanaan
Clearance

Penelitian
Analisis data

dan
Seminar hasil
penyusunan

hasil
35

DAFTAR PUSTAKA

1. Tobacco. In: World Health Organization [Internet]. Available from: www.who.int

2. Masyarakat FK, Sarjana PP. UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH

MEROKOK TERHADAP KUALITAS SPERMA PADA PRIA DENGAN

MASALAH INFERTILITAS STUDI KASUS KONTROL DI JAKARTA

TAHUN 2011 PADA PRIA DENGAN MASALAH INFERTILITAS STUDI

KASUS KONTROL DI JAKARTA TAHUN 2011. 2012;

3. Review A. EFEK VITAMIN C TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA

YANG. 2015;4:1–4.

4. Guyton, Hall. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2008.

5. Organization WH. WHO Manual for the Standardised Investigation and Diagnosis

of the Infertile Couple. Cambridge: Cambridge University Press; 2000.

6. Mujahidatul Musfiroh, Rifki Muslim dan NW. Pengaruh Minyak Nigella sativa

terhadap Kualitas Spermatozoa Tikus Wistar yang Terpapar Asap Rokok.

Semarang: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro;

2012.

7. El-taieb MA, Ali MA, Nada EA. Oxidative stress and acrosomal morphology : A

cause of infertility in patients with normal semen parameters. MIDDLE EAST

Fertil Soc J [Internet]. 2014;3–9. Available from:

http://dx.doi.org/10.1016/j.mefs.2014.05.003

8. Apriora VD, Amir A, Khairsyaf O. Artikel Penelitian Gambaran Morfologi

Spermatozoa pada Perokok Sedang di Lingkungan PE Group yang Datang ke

Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2015;4(2):425–9.


36

9. Fawole OA, Opara UL. Stability of total phenolic concentration and antioxidant

capacity of extracts from pomegranate co-products subjected to in vitro digestion.

BMC Complement Altern Med [Internet]. 2016;1–10. Available from:

http://dx.doi.org/10.1186/s12906-016-1343-2

10. Clifford T, Howatson G, West DJ, Stevenson EJ. The Potential Benefits of Red

Bitroot Supplementation in Health and Disease. 2015;2801–22.

11. W DA. Pemeriksaan mikrodelesi..., David Andy W., FK UI., 2009. 2009;4–21.

12. Sherwwod L. Fisiologi Manusia “Dari Sel ke Sistem.” 6th ed. Jakarta: EGC; 2011.

822-824 p.

13. Bagian B. Petunjuk Praktikum Analisa Sperma. Semarang: Universitas

Diponegoro; 2006.

14. Reece JB, Meyers N, Urry LA et al. Campbell Biology Australian and New

Zealand Version :Tenth Edition. Pearson Higher Education AU; 2014.

15. Rahadrjo P. Kopi. 1st ed. Jakarta: Penebar Swadaya; 2012.

16. Khaki A, Fathiazad F, Nouri M, Afshin A, Ouladsahebmadarek E, Javadi L, et al.

Anti-oxidative effects of citro flavonoids on spermatogenesis in rat.

2011;5(June):721–5.

17. Sutyarso. Hubungan antara Lama Menggunakan Ponsel dengan Jumlah dan

Kualitas Spermatozoa pada Laki-laki Fertil. Mtajalah Kedokt Indones. 2010;119–

25.

18. Bengal W. Free Radicals and Their Role in Different Clinical Conditions : An

Overview. 2010;1(3):185–92.

19. Yadav U. Free Radicals in Human Health and Disease. 1st ed. Springer India;

2015. 119-129 p.
37

20. C PKSMJ (Mus MLYDV. Claudia V, Queljoe E De, Tandean L. J e-Biomedik.

2013;629–34.

21. Melisa W. Pengaruh Penambahan Bit Merh Dalam Bentuk Tepung Dan Hasil

Parutanya Terhadap Cita Rasa Biskuit. Repos USU 2014. 2014;1–5.

22. Manfaat Buah Bit, Si Merah dengan Segudang Nutrisi. In. Available from:

alodokter.com

23. Butnariu M, Grozea I. Antioxidant ( Antiradical ) Compounds. 2012;4:4–6.

24. Lobo V, Patil A, Phatak A, Chandra N. Free radicals , antioxidants and functional

foods : Impact on human health. 2010;

25. Hill C. Smoking and male reproduction : a review. 1996;337(1 996).

26. Buah bit. In: repository USU.

27. Cho J, Bing SJ, Kim A, Lee NH, Byeon S-H, Kim G-O, et al. Bitroot (Beta

vulgaris) rescues mice from γ-ray irradiation by accelerating hematopoiesis and

curtailing immunosuppression. [Internet]. Vol. 55, Pharmaceutical biology. 2017.

p. 306–19. Available from:

https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/13880209.2016.1237976%5Cnhttp:/

/www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27927068
38
39

Você também pode gostar