Você está na página 1de 1

Pasien mengatakan penyakit yang diderita sampai sekarang yaitu kejang.

Pasien pertama kali


serangan kejang tahun 1994. Saat serangan pasien tiba tiba tak sadarkan diri tanpa ada gejala
atau tanda sebelumnya, berdasarkan penuturan keluarga pasien biasanya terjatuh kemudian
kejang kelojotan seluruh tubuh dengan mata melirik ke atas. Setiap kejang kurang lebih sekitar
5 menit. Setelah kejang pasien sadar kembali. Serangan kejang terjadi tidak tentu, sebelum
pasien rutin minum obat serangan kejang bisa terjadi sekitar dua kali dalam sebulan, tetapi
setelah rutin minum obat pasien mengaku serangan kejang terjadi sebulan hingga dua bulan
sekali. Pasien mengaku tangan dan pergelangan tangan kanannya terdapat luka bakar parah
karena serangan kejang terjadi saat pasien memasak. Saat ini pasien sulit menggunakan tangan
kanannya akibat bekas luka bakar menyebabkan tangannya tidak bisa menggenggam dan
bergerak bebas. Selain itu serangan lain menyebabkan pasien jatuh kedepan dan dagunya
terantuk tanah yang harus dijahit. Dibagian wajah, siku, dan lutut pasien juga terdapat luka
akibat terjatuh disaat serangan kejang. Pasien saat ini tidak berani mengendarai sepeda atau
bepergian jauh sendirian karena takut tiba tiba serangan kejang. Pasien menyangkal keluhan
lain seperti demam, batuk, dan pilek. BAB pasien satu kali sehari, berwarna cokelat,
konsistensi padat dan tidak ada lendir maupun darah. BAK pasien 3-4 kali sehari, berwarna
kuning jernih, tidak berpasir.

Pasien mulai mengonsumsi obat kejang sejak tiga tahun yang lalu. Pasien berobat rutin setiap
bulan di poliklinik saraf RS PKU Muhammadiyah Sragen dan diberikan obat phenytoin. Pasien
dijemput oleh pihak puskesmas untuk diantarkan ke RS PKU setiap bulannya. Bulan ini pasien
tidak ke RS PKU karena petugas dari puskesmas berhalangan mengantar. Pasien berobat ke
puskesmas dan diberikan obat yang berbeda, yaitu carbamazepin dua kali sehari.

Pasien memiliki riwayat mondok beberapa kali karena kejang dan perawatan luka bakar tangan
kanannya. Pasien terakhir mondok pada tahun 2017 karena serangan kejang, dirawat selama 3
hari.

Você também pode gostar