Você está na página 1de 12

Latar Belakang

Pelayanan farmasi Rumah Sakit (RS) merupakan salah satu kegiatan di


RS yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi
RS adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan RS
yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.

Pelayanan farmasi sekaligus merupakan revenue center utama. Hal


tersebut mengingat bahwa sekitar 50% dari seluruh pemasukan RS berasal dari
pengelolaan perbekalan farmasi. Untuk itu, jika masalah perbekalan farmasi tidak
dikelola secara cermat dan penuh tanggung jawab maka dapat diprediksi bahwa
pendapatan RS akan mengalami penurunan.

Tujuan pelayanan farmasi RS adalah pelayanan farmasi yang paripurna,


termasuk didalamnya adalah perencanaan pengadaan obat, sehingga dapat
meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan berupa : tepat pasien, tepat dosis,
tepat cara pemakaian, tepat kombinasi, tepat waktu dan tepat harga. Instalasi
farmasi harus bertanggung jawab terhadap pengadaan, distribusi dan
pengawasan seluruh produk obat yang digunakan di RS (termasuk perbekalan
kesehatan dan produk diagnostik), baik untuk pasien rawat jalan maupun pasien
rawat inap. Kebijaksanaan dan prosedur yang mengatur fungsi ini harus disusun
oleh instalasi farmasi dengan masukan dari staf RS yang berhubungan ataupun
komitekomite yang ada di RS.

Perencanaan obat adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan mutu obat
sesuai dengan kebutuhan. Keberhasilan perencanaan jumlah kebutuhan obat
bisa dicapai dengan melibatkan tim dan kombinasi dari berbagai metode. Metode
konsumsi merupakan salah satu metode standar yang digunakan untuk
perencanaan jumlah kebutuhan obat. Metode ini memberikan prediksi
keakuratan yang baik terhadap perencanaan kebutuhan obat. Namun demikian
tidak selalu memberikan hasil yang memuaskan, karena metode ini hanya
meramalkan berapa jumlah kebutuhan obat yang akan direncanakan, tidak dapat
diketahui kapan saatnya harus memesan obat lagi. Disamping itu, metode
konsumsi juga tidak bisa memberikan informasi tentang perencanaan obat
berdasarkan prioritas nilai investasinya.

Analisis Metode ABC

Analisis ABC juga dikenal dengan nama analisis Pareto, dari nama
ekonom Itali Vilfredo Pareto. Hukum pareto menyatakan bahwa sebuah grup
selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak
terbesar (80%), karena itu disebut juga 80/20 rule. Analisis ABC Merupakan
metode pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan peringkat nilai dari nilai
tertinggi hingga terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut
kelompok A,B dan C.

Kelompok A adalah inventory dengan jumlah sekitar 20% dari item tapi
mempunyai nilai investasi sekitar 80% dari total nilai inventory. Kelompok B
adalah inventory dengan jumlah sekitar 30% dari item tapi mempunyai nilai
investasi sekitar 15% dari total nilai inventory. Sedangkan kelompok C adalah
inventory dengan jumlah sekitar 50% dari item tapi mempunyai nilai investasi
sekitar 5% dari total nilai inventory. Besarnya persentase ini adalah kisaran yang
bisa berubahubah dan berbeda antara perusahaan satu dengan yang lainnya.

Tahapan-tahapan dalam analisis ABC adalah sebagai berikut (dengan


menggunakan program Microsoft excel).

1. Buat daftar list semua item dan cantumkan


2. Masukkan jumlah kebutuhannya dalam periode tertentu
3. Kalikan harga dan jumlah kebutuhan
4. Hitung persentase harga dari masing-masing item
5. Atur daftar list secara desending dengan nilai harga tertinggi berada
diatas
6. Hitung persentase kumulatif dari masing-masing item terhadap total harga
7. Tentukan klasifikasinya A, B atau C Kelompok A adalah kelompok yang
sangat kritis sehingga perlu pengontrolan secara ketat, dibandingkan
kelompok B yang kurang kritis, sedangkan kelompok C mempunyai
dampak yang kecil terhadap aktivitas gudang dan keuangan.

Terhadap persediaan di IFRS maka yang dimaksud kelompok A adalah


kelompok obat yang harganya mahal, maka harus dikendalikan secara ketat
yaitu dengan membuat laporan penggunaan dan sisanya secara rinci agar dapat
dilakukan monitoring secara terus menerus. Oleh karena itu disimpan secara
rapat agar tidak mudah dicuri bila perlu dalam persediaan pengadaannya sedikit
atau tidak ada sama sekali shingga tidak ada dalam penyimpanan. Sedangkan
pengendalian obat untuk kelompok B tidak seketat kelompok A. Meskipun
demikian laporan penggunaan dan sisa obatnya dilaporkan secara rinci untuk
dilakukan monitoring secara berkala pada setiap 1-3 bulan sekali. Cara
penyimpanannya disesuaikan dengan jenis obat dan perlakuannya.
Pengendalian obat untuk kelompok C dapat lebih longgar pencatatan dan
pelaporannya tidak sesering kelompok B dengan sekali-kali dilakukan monitoring
dan persediaan dapat 49 dilakukan untuk 2-6 bulan dengan penyimpanan biasa
sesuai dengan jenis perlakuan obat.

Pengendalian dari masing-masing kelompok secara ringkas adalah


sebagaimana dalam tabel berikut :
Contoh cara membuat Analisa ABC

Untuk lebih memahami uraian di atas, berikut diberikan contoh klasifikasi dengan
analisa ABC.

1. Berikan harga dasar perolehan saat ini dari masing-masing item obat :

Nama Obat Satuan BYK Harga

Asam Mafenamat tab Box/100 720 32.000

Erythromisin tab Box/60 450 49.000

Ethambutol Box/100 400 52.000

Pyrazinamid Box/100 400 45.000

Dextrometorphan tab Klg/1.000 725 9.000

Paracetamol tab Klg/1.000 1300 7.000


Amoksilin tab Box/100 1500 35.000

Kotrimoksazol tab Box/100 150 45.000

Glibenklamide Box/100 50 60.000

Klonidin Box/100 125 75.000

2. Menghitung persentase nilai item obat

Untuk mendapatkan persentase nilai masing-masing obat adalah dengan cara


sebagai berikut :

Asam Mafenamat (D) = 720 box

Price (harga) = Rp.32.000/box

N = DxP = 720 X 32000 = 23.040.000

Dengan cara yang sama dengan asam mefenamat diatas, lakukan juga
perhitungan terhadap jenis obat yang lainnya, sehingga akan diperoleh nilai
sebagai berikut :

HARGA Persen Klasifikasi


Nama Obat BYK (D) Nilai (N)
(Rp) (P) Nilai (N%) ABC

Asam Mafenamat tab 720 32.000 23.040.000 13,4 B

Erythromisin tab 450 49.000 22.050.000 12,8 B


Ethambutol 400 52.000 20.800.000 12,1 C

Pyrazinamid 400 45.000 18.000.000 10,51 C

Dextrometorphan tab 725 9.000 6.525.000 3,81 C

Paracetamol tab 1300 7.000 9.100.000 5,31 C

Amoksilin tab 1500 35.000 52.500.000 30,6 A

Kotrimoksazol tab 150 45.000 6.750.000 3,94 C

Glibenklamide 50 60.000 3.000.000 1,75 C

Klonidin 125 75.000 9.375.000 5,48 C

Total 171.140.000 100

Nilai total (Nt) = 171.140.000

Persen nilai (N%) diperoleh dari : (N/Nt)x 100

Asam Mefenamat N = 23.040.000

Nt = 171.140.000

N% = (23.040.000/171.140.000)x100

= 13,4%
3. Membuat klasifikasi

Untuk mengklasifikasikan item dalam ABC kita memerlukan skala yang dibuat
dengan cara mengambil nilai persentase (N%) terkecil ditambah nilai persentase
terbesar.

N%1 tekecil = 1,75% yaitu Glibenklamide.

N%2 terbesar = 30,6% Amoksilin tab

Range = (N%1 + N%)/3 = (1,75 + 30,6)/3 = 10,8

Klasifikasi C = 1,75 % s/d (1,75 + 10,8) atau 1,75 s/d 12,5

Klasifikasi B = 12,5 % s/d (12,5 + 10,8) atau 12,5 s/d 23,3

Klasifikasi A = 23,3 % s/d (23,3 + 10,8) atau 23,3 s/d 34,1

Nama Obat Persen Nilai (N%) Klasifikasi ABC

Asam Mafenamat tab 13,4 B

Erythromisin tab 12,8 B

Ethambutol 12,1 C

Pyrazinamid 10,51 C

Dextrometorphan tab 3,81 C

Paracetamol tab 5,31 C


Amoksilin tab 30,6 A

Kotrimoksazol tab 3,94 C

Glibenklamide 1,75 C

Klonidin 5,48 C

1. Butir persediaan kelompok A adalah persediaan yang jumlah nilai


uang per tahunnya tinggi (60-90%), tetapi biasanya volumenya kecil.
2. Butir persediaan kelompok B adalah persediaan yang jumlah nilai
uang per tahunnya sedang (20-30%).
3. Butir persediaan kelompok C adalah persediaan yang jumlah nilai
uang per tahunnya rendah (10-20%), tetapi biasanya volumenya
besar (60-75%)

Dengan pengelompokan tersebut maka cara pengelolahan masing-masing akan


lebih mudah sehingga peramalan, pengendalian fisik, kehandalan pemasok dan
pengurangan besar stock pengaman dapat menjadi lebih baik.

2.4.2 Analisis VEN

Metode analisis VEN merupakan pengelompokan obat berdasarkan kepada


dampak tiap jenis obat terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang
direncanakan dikelompokan ke dalam tiga kategori yakni (Maimun,2008) :

1. Vital (V)

Obat-obat yang harus tersedia untuk melayani permintaan guna penyelamatan


hidup manusia, atau untuk pengobatan karena penyakitnya tersebut dapat
menyebabkan kematian (live saving).
2. Esensial (E)

Obat-obat yang banyak diminta untuk digunakan dalam tindakan atau


pengobatan penyakit terbanyak yang ada disuatu daerah atau rumah sakit.

3. Non – esensial (N)

Obat-obat pelengkap agar tindakan atau pengobatan menjadi lebih baik. Instalasi
farmasi rumah sakit harus menetapkan kriteria pemilihan pemasok sediaan
farmasi untuk rumah sakit. Kriteria pemilihan pemasok sediaan farmasi untuk
rumah sakit adalah sebagai berikut : telah memenuhi persyaratan hukum yang
berlaku untuk melakukan produksi dan penjualan (telah terdaftar), telah
terakreditasi sesuai dengan persyaratan CPOB(Cara Pembuatan Obat yang Baik
dan Benar) dan ISO 9000, mempunyai reputasi yang baik artinya tidak pernah
melakukan hal-hal yang melanggar hukum, selalu mampu dan dapat memenuhi
kewajibannya sebagai pemasok produk oabt yang selalu tersedia dengan mutu
yang tertinggi dan dengan harga yang terendah.

Penggolongan Obat Sistem VEN dapat digunakan untuk :

1. Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang


tersedia.
2. Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok
vital agar diusahakan tidak terjadi kekosongan obat.
3. Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan terlebih dahulu kriteria
penentuan VEN. Dalam penentuan kriteria perlu mempertimbangkan
kebutuhan masing-masing spesialisasi.

Kriteria penentuan VEN dpt mencakup berbagai aspek:

 Klinis
 Konsumsi
 Target kondisi
 Biaya
Beberapa informasi yang diperlukan dalam analisa VEN :

1. Daftar penyakit penyebab kematian terbanyak termasuk 1o


penyakit penyakit penyebab kematian
2. Pedoman pengobatan setempat
3. Daftar Obat
4. Program Depkes/Dinkes

Langkah-langkah menentukan VEN.

1. Menyusun kriteria menentukan VEN


2. Menyediakan data pola penyakit
3. Standar pengobatan

Kombinasi ABC dan VEN

Jenis obat yang termasuk kategori A (dalam analisis ABC) adalah benar-
benar yang diperlukan untuk menanggulangi penyakit terbanyak dan obat
tersebut statusnya harus E dan sebagian V (dari analisa VEN). Sebaliknya jenis
obat dengan status N harusnya masuk dalam kategori C (Maimun,2008).

Metode kombinasi ini digunakan untuk menetapkan prioritas pengadaan


obat dimana anggaran yang tidak sesuai kebutuhan. Metode kombinasi ini
digunakan untuk melakukan pengurangan obat. Mekanismenya adalah sebagai
berikut :

1. Obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas pertama untuk dikurangi


atau dihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka
obat kategori NB menjadi prioritas selanjutnya dan obat yang masuk
kategori NA menjadi prioritas berikutnya. Jika setelah dilakukan dengan
pendekatan ini dana yang tersedia masih juga kurang lakukan langkah
selanjutnya.
2. Pendekatan sama dengan pada saat pengurangan obat pada kriteria NC,
NB, NA dimulai dengan pengurangan obat kategori EC, EB dan EA
(Maimun,2008).
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang


Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit

Suciati, S. Adisasmito,W. Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks


Krirtis Di Instalasi Farmasi. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2006; 09 :
19-26. diambil dari http://www.jmpkonline.net/files/03-suci.pdf. tanggal 17 juli
2007.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Lokakarya Standar


Pelayanan Kefarmasian. 2004. diambil dari
http://simkes.jogjamedia.net/def_menu.php. tanggal 5 september 2007.

Yusmainita. Pemberdayaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pemerintah


(BagianII).2003.diambildari www.tempo.co.id/medika/arsip/012003/top1.htm.
tanggal 20 september 2007.

Hamid,T.B.J. Elemen Pelayanan Minimum Di Rumah Sakit. Direktorat Jenderal


Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2005. diambil dari
http://simkes.jogjamedia.net/def_menu.php. tanggal 10 september 2007.

Anonim. Sistem Kesehatan Nasional. Diambil dari


www.dinkeskotasemarang.go.id/staticfile/dokumen/drafc-skn.pdf. tanggal 14
Agustus 2007

Quick,J. The Selection, P, Distribution and use of pharmaceuticals. In Managing


Drug Supply. Second Edition. Kumarian Press Book on International
Development. 1997

Você também pode gostar