Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
kita sekarang ini menjadi kelompok elit dikarenakan berasal dari soroh yang
dahulu leluhurnya menjadi seorang yang sangat begitu terkenal, berwibawa dan
Jaman dahulu, Beliau para leluhur kita juga sama seperti kita menjadi manusia
yang memiliki indra normal sama seperti kita semua, namun mereka mempunyai
sehingga nilai sejarah yang telah di ukir diingat sampai keturunannya yang
sekarang.
Nah apakah dengan ukiran sejarah terdahulu membuat kita semua tenggelam
didalam bayangan masa lalu ataukah kita semua mengambil sisi positif dan nilai
dari apa yang telah dilakukan oleh para leluhur kita dan kita sendiri sekarang
berusaha mengukir sebuah sejarah baru yang berguna untuk orang banyak
dimana sejarah yang kita buat akan di kenang oleh keturunan kita kelak?!…..
Pada suatu ketika, i dongkang melihat i lutung berjalan dengan tegap namun
mendahului langkahnya……
“Hei dongkang, beraninya engkau mendahului langkahku…tidak tahukah engkau
dahulu leluhurku adalah Sang Hanoman yang gagah perkasa dan sakti
“Hei lutung, maafkan aku juga terburu-buru, karena harus pergi ke kolam….Aku
tahu leluhurmu itu dahulu adalah Sang Hanoman….namun apakah dengan hal
sakti dan perkasa…karena itu adalah bagian dari masa lalu dan sudah menjadi
masa sekarang…supaya kamu sekarang ini bisa membuat sejarah bagi anak
dalam dan rasa fanatik terhadap masa lalu keluargaku….padahal aku sekarang
membuktikan bahwa aku bisa memberikan yang terbaik bagi orang banyak dan
aku ingin mengukir sejarah yang akan di ingat selalu nanti oleh keturunanku
kelak….”
Semoga kita semua bisa mengambil makna dan intisari dari cerita di atas dan
PENJELASAN KASTA
Kata “kasta” sendiri berasal dari bahasa portugis, artinya perbedaan kelas
apapun itu akan ada kelas bangsawan dan kelas rakyat biasa. Di dalam agama
Hindu tidak ada kasta, yang ada justru adalah “warna” tentang pengelompokan
militer disebut ksatriya, yang mempunyai bakat di bidang usaha dan pertanian
sebut sudra.
Anak seorang pelayan (sudra), bisa menjadi ahli dan bahkan guru Weda seperti
ahli Weda, bisa menjadi professor, bisa juga menjadi jenderal atau pengusaha
atau pendeta. Demikian pula sebaliknya anak seorang pendeta juga akan bisa
Seperti contohnya di India pada jaman yang modern ini seorang keturunan dalit,
bisa menjadi perdana menteri atau presiden. Di dalam masyarakat Hindu kita di
Indonesia, contoh lainnya seperti itu bukanlah satu pengecualian, artinya
diperintah oleh Gubernur dari wangsa warna sudra dan Pendetanya pun
sekarang bukan didominasi oleh salah satu klan atau warna tetapi karena
tetapi riak-riak kecil itu wajar saja karena adanya oknum dan dimana-mana pun
Seorang tukang arloji yang mewarisi profesi atau bisnis keluarga yang telah
keluarga sering mengiklankan pendiri- nya yang sudah hidup lebih dahulu. Tetapi
untuk sebuah jabatan publik dan sejenisnya itu memang tidak baik.Karena kalau
itu perusahaan keluarga, resikonya juga hanya ditanggung oleh keluarga itu
banyak.
Tuntunan kasta itu ada sebenarnya diambil dari Catur Warna menurut kitab suci
weda, dan marilah kita merenung bahwa warna yang ada dalam dirimu itu tidak
anda bawa semenjak lahir, tetapi akan berbanding lurus sejalan dengan apa
yang anda lakoni di kehidupan ini, yang disebut dengan swadharma dan swagina
bisa menjadi Brahmana asal dia bisa menganggap semua orang di bumi ini
adalah Brahman, kita semua terlahir dari percikan sinar suci Brahman, ( atman
itu adalah percikan sinar suci dari Brahman / atman ini ada dari Brahman ).
Wanaprasta, dan Biksuka / Sanyasin. Setiap orang pun bisa jadi Ksatriya apabila
dia bisa dan mampu membela kebenaran dan bisa memimpin dirinya untuk
disaat dia mencari uang untuk bisa menghidupi dirinya sendiri atau keluarganya,
catur warna itu melekat akan di setiap orang dan di saat mana yang paling
Catur Warna
Di Bali berlaku sistem Catur Varna (Warna), yang mana kata Catur Warna
berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “Catur” berarti empat dan
kata “warna” yang berasal dari urat kata Wr (baca: wri) artinya memilih. Catur
Warna berarti empat pilihan hidup atau empat pembagian dalam kehidupan
yang tumbuh dari dalam dirinya dan ditopang oleh ketangguhan mentalnya
dengan istilah Catur Warna itu ialah: Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.
Warna Brahmana: Disimbulkan dengan warna putih, adalah golongan
keamanan negara.
di bidang ketenagakerjaan.
sistem Catur Warna cenderung membaur mengarah kepada sistem yang tertutup
yang disebut Catur Wangsa atau dari Turunan darah. Padahal Catur Warna
Semoga kita semua bisa mengambil makna dan intisari dari cerita di atas dan
berusaha untuk menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya dan
mengerti apa kasta itu yang diambil dari intisari warna. Janganlah saudaraku
sesuai dengan warna yang dilakoni agar bisa menembus moksa (kebebasan).
Warna apapun yang menjadi lakon anda sekarang ini semasa hidup itulah yang
terbaik,… hayatilah dan syukurilah dan itulah hasil dari karma wasana anda
terdahulu,…….
Membahas fenomena benang kusut yang sudah terjadi dari jaman dahulu
sampai saat ini yang sudah membaur dan terjadi diantara kita dan sudah
semakin ruwet menjadi berlarut-larut maka mari kita renungkan dengan hati yang
sebagai berikut :
Ada orang bertanya seperti ini “tiang metaken akidik puniki tiang mangkin dados
jero, petaken tiang kenapa tidak boleh ngaturang bakti disanggah tiang waktu
bajang karena itu jadi pertanyaan anak-anak tiang trus kalau paridan (lungsuran
di bhetare hyang tak boleh dimakan) tapi di tugu karang boleh. Punapi niki
patutne suksma ? “
kewangsaan dalam bentuk sebuah dinasti, akan ada sebuah keyakinan bahwa
salah satu soroh maka akan kedudukannya lebih tinggi dari yang lain. Padahal
jika kita memutuskan sujud bhakti kepada leluhurnya, kita akan mepiutang
sembah terhadap leluhur selamanya. Banyak orang yang gengsi tidak mau lagi
menyembah bhakti ke tempat asalnya di saat dia sudah berubah status jero atau
kawin ke level yang dianggap mereka lebih tinggi. Mari kita pikirkan masak-
masak dengan pikiran jernih karena hal ini bisa menjadi masalah yang sangat
besar di kemudian hari. Kenapa kita beragama Hindu yang mengakui “tat twam
asi,” (kamu adalah aku, dan aku adalah kamu) vaisudewa kutumbakam (kita
prakteknya. Saya tidak berani terlalu menghakimi. Tapi hal ini tanyakan saja
kepada suami dan keluarga besarnya kenapa bisa melarang?” Apa dasar
Ada pula pertanyaan yang kedua, “saya seorang cowok menikah dengan istri
saya yang wangsanya dianggap lebih tinggi dan setelah proses pernikahan
berjalan mulus dan kami sudah mempunyai anak maka dari pihak keluarga kami
berniat mepejati untuk memohon bahwa istri kami masuk klan kami dan mohon
ijin untuk mepejati, tetapi dengan alasan apapun itu kami tetap ditolak karena
tidak ada dalam tradisi mereka seperti itu? Yang tertera di dalam pawiwahan
bukanlah mepamit yang sering ditulis oleh para Sulinggih tetapi kenapa dalam
mereka menganggap klan soroh orang lain lebih rendah dari dirinya dan tidak
leluhurnya padahal mulia niatnya keluarga kami untuk memohon maaf dan
memberi tahu pada leluhurnya bahwa istri yang kami ambil sudah masuk
keluarga kami, akan dijaga baik-baik dan mohon restunya agar ikut juga menjaga
anak cucu kami agar tidak kapi- utangan karena status klannya menjadi jelas
Untuk lebih jelasnya mari pahami serta resapi untuk diterapkan bhisama sabha
umatnya ke depan!!..
Jawabannya itu mari kita pelajari secara rinci dari Lampiran BHISAMA SABHA
Varna itu yang bersumber pada wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang sudah
terhimpun dalam kitab suci Veda dan kitab-kitab susastra Veda (Hindu) yang
lainnya adalah ajaran yang sangat mulia. Namun dalam penerapannya terjadi
Indonesia (Bali) yang jauh berbeda dengan konsep Catur Varna. Penyimpangan
ajaran Catur Varna yang sangat suci ini sangat meracuni perkembangan agama
benar-benar sangat merusak citra Agama Hindu sebagai agama sabda Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan agama tertua di dunia. Perjuangan untuk
mengembalikan kemurnian ajaran Catur Varna itu sudah banyak dilakukan oleh
sebagian umat Hindu. Perjuangan itu dilakukan baik oleh para cendekiawan
maupun lewat berbagai organisas atau lembaga keumatan Hindu. Meskipun
sangat alot namun perjuangan untuk mengembalikan ke- benaran ajaran Catur
politik, ekonomi dan hukum semakin nampak adanya kesetaraan. Justru dalam
membeda-bedakan Wangsa atau Soroh itu masih sangat kuat. Dalam bahasa
salah itu, dipakai oleh umat Hindu. Demikian pula dalam bidang keagamaan dan
adat istiadat membeda-bedakan Wangsa itu masih sangat kuat. Hal itu menjadi
Hindu semakin keras untuk kembali ke ajaran dari Catur Varna, oleh karena itu
dalam Maha Sabha VIII Parisada Hindu Dharma Indonesia bulan September
Warna ini. Usulan itu didahului juga oleh berbagai seminar dan diskusi-diskusi.
Seminar dan diskusi itu diadakan oleh Parisada maupun oleh Ormas dan
lembaga -lembaga umat Hindu. Hampir setiap seminar dan diskusi ada usulan
untuk kembali kepada sistem Catur Varna dengan melepaskan dominasi sistem
Wangsa.
bertahap agar proses perubahan meninggalkan sistem Wangsa yang salah itu
menuju pada sistem Catur Varna lebih cepat jalannya. Sistem Wangsa agar
dipergunakan hanya untuk Pitra Puja dan untuk berbakti kepada leluhurnya
dalam kontek kesetaraan antar sesama manusia. Sistem Wangsa itu tidak
228. Pengertian dan Fungsi Ajaran Catur Varna Menurut Kitab Suci Veda
Tujuan hidup menurut ajaran Agama Hindu sebagaimana dinyatakan dalam kitab
Brahma Purana 228. 45. Dharma, Artha, Kama Moksanam sarira sadanam,
artinya: badan (Sarira) Sthula, Suksma dan Antakarana Sarira) hanya dapat
dijadikan sebagai sarana untuk mencapai Dharma, Artha, Kama dan Moksa.
Inilah yang disebut Catur Purusha Artha atau empat tujuan hidup. Untuk
mencapai empat tujuan hidup manusia itu harus dicapai secara bertahap.
Dalam Agastya Parwa dinyatakan bahwa empat tujuan hidup itu dicapai secara
Kama, sedangkan dalam tahap hidup pada Vanaprastha dan Sannyasa Asrama
hidup dalam empat tahapan hidup (Catur Asrama) itu dibutuhkan empat jenis
profesi yang disebut Catur Varna. Dalam kitab suci Yajurveda XXX.5 dinyatakan
bahwa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan empat profesi atas dasar bakat dan
Brahman, Ksatriya dari lenganNya Brahman, Vaisya dari perut-Nya dan Sudra itu
dari kaki-Nya Brahman”. Jadi semua Varna itu diciptakan oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Keempat Varna ini memiliki kemuliaan yang setara. Hal ini dinyatakan
dalam mantra Yajurveda XVIII.48 untuk memanjatkan puja kepada Tuhan Yang
kemuliaan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Keempat Varna itu akan mulia kalau
Dalam Bhagavadgita IV.13 dan XVIII.41 dengan sangat jelas dan tegas bahwa
Guna artinya minat dan bakat sebagai landasan terbentuknya profesi seseorang.
Seorang yang berbakat dan punya keakhlian (profesi) di bidang kerohanian dan
pendidikan serta bekerja juga di bidang kerohanaian dan pendidikan itulah yang
dapat disebut ber “varna” Brahmana. Demikian juga orang yang dapat disebut
ber “varna” Ksatriya adalah orang yang berbakat dan punya keakhlian di bidang
bekerja juga dalam bidang ekonomi ialah yang dapat disebut Vaisya. Sedangkan
mereka yang tergolong Brahmana, Ksatriya dan Vaisya Varna saja yang boleh
rohani dan daya nalar yang tinggi, oleh karenanya Swa-dharma seorang Dvijati
adalah sebagai Adi Guru Loka atau Gurunya masyarakat. Namun untuk
mendapatkan tuntunan kitab suci Veda semua Varna berhak dan boleh
mempelajarinya termasuk Sudra Varna. Hal ini ditegaskan dengan jelas dan
tegas dalam mantra Yajurveda ke XXV.2. Varna seseorang tidak dilihat dari
sudut ayah dan ibunya, meskipun ayah dan ibunya seorang pandita atau rsi yang
dalam kitab Bhagavata Purana disebut sebagal anak dari raksasa benama
oleh keturunannya ini dijelaskan dengan tegas dalam kitab Mahabharata XII.
Oktober 2002 Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat Dharma Adhyaksa dan
Wakil Dharma Adhyaksa; Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa, Ida
yang berjudul “Sebuah Fenomena Diantara Kita” Oleh: Ida Rsi Bhagawan
Smerthi Kusuma Wijaya Sebali Griya Kusuma Sebali, Peshraman Sari Mandala