Você está na página 1de 28

JUDUL KARYA TULIS

Gerakan Ibu SIAGA “Sadar Gizi Keluarga” Berbasis Health Literacy sebagai

Upaya Peningkatan Kesehatan Keluarga di Kecamatan Sampang,

Kabupaten Sampang, Madura

Diajukan untuk Mengikuti PILMAPRES Universitas Airlangga 2017

Diusulkan oleh:

Ika Zulkafika Mahmudah 131511133008

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya tulis yang berjudul “Gerakan Ibu SIAGA (Sadar
Gizi Keluarga) Berbasis Health Literacy sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan
Keluarga di Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Madura”.
Karya tulis yang ini disusun dalam rangka berpartisipasi aktif mengikuti
PILMAPRES Universitas Airlangga 2017. Atas selesainya penulisan karya tulis
ilmiah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga pada
pihak Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah membantu dan
memberikan dukungan.
Penulis berharap karya tulis sederhana ini dapat bermanfaat dan dapat
dijadikan sebagai sarana informasi yang berguna bagi para generasi muda dalam
mengembangkan daya kreatifitas, inovasi, dalam rangka meningkatkan
kemampuan akademik khususnya dalam penulisan karya ilmiah.
Akhirnya kepada semua para pembaca karya tulis ini, penulis
mengharapkan saran serta kritik yang positif dari semua pihak yang
berkepentingan.

Surabaya, 18 Oktober 2017

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i


KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2
1.4 Manfaat................................................................................................2
1.5 Luaran yang Diharapkan......................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3
2.1 Wilayah 3T..........................................................................................3
2.2 Keadaan Alam.....................................................................................3
2.3 Kondisi Masyarakat............................................................................4
2.4 Kecamatan Sampang, Madura............................................................4
2.5 Sistem Health Literacy........................................................................7
2.6 Teori Team Building............................................................................9
BAB 3 METODE PENULISAN.....................................................................13
3.1 Sumber dan Jenis Data......................................................................13
3.2 Objek Penulisan................................................................................13
3.3 Teknik Pengambilan Data.................................................................13
3.4 Prosedur Penuisan.............................................................................13
3.5 Kerangka Berpikir.............................................................................14
3.6 Metode Pelaksanaan..........................................................................15
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................16
4.1 Gerakan Ibu SIAGA melalui Sistem Health Literacy........................16
4.2 Program Pelaksanaan Gerakan Ibu SIAGA Berdasarkan Teori
Team Building....................................................................................17
4.3 Efektifitas Gerakan Ibu SIAGA bagi Masyarakat Sampang.............19
4.4 Pengaruh Gerakan Ibu SIAGA terhadap Upaya
Peningkatan Kesehatan Kesehatan Keluarga.....................................19
BAB 5 PENUTUP..........................................................................................21
5.1 Kesimpulan.......................................................................................21

iii
5.2 Saran..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data Kabupaten Miskin (Bappenas, 2015)...................................2

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Berfikir........................................................................14

v
Gambar 3.2 Bagan Skema Pengembangan Kelompok Berdasarkan Teori
Tuckman..........................................................................................................14

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecamatan Sampang, berlokasi di Kabupaten Sampang, Madura.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik 2014, wilayah ini memiliki kepadatan
penduduk sebesar 121.815 jiwa. Menurut Kementerian Kesehatan tahun
2015, buruknya derajat kesehatan di wilayah Sampang, bukan hanya
dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana serta prasarana
yang memadai, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan,
lingkungan sosial, dan faktor lainnya. Jenis penyakit yang dijumpai di
wilayah ini pada tahun 2014, mencakup malaria, TB paru, HIV/AIDS, dan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Pengaruh yang cukup besar terjadi
dalam masyarakat adalah dampak buruk bagi status gizi dan kesehatan,
morbiditas, dan mortalitas akibat rendahnya pendidikan dan kesadaran
masyarakat terhadap gizi keluarga.
Pelayanan kesehatan telah tersedia di Sampang, namun minimnya
tenaga kesehatan untuk menjangkau keseluruhan masyarakat dan rendahnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi keluarga merupakan faktor
yang menyebabkan rendahnya derajat kesehatan di wilayah tersebut. Padahal,
kesehatan merupakan sesuatu yang vital bagi keberlangsungan hidup.
Oleh karena itu, penulis mengusungkan gagasan “Gerakan Ibu SIAGA
(Sadar Gizi Keluarga) Berbasis Health Literacy sebagai Upaya Peningkatan
Kesehatan Keluarga di Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Madura”.
Gerakan ini dilakukan dengan membentuk kesehatan keluarga yang terdiri
dari ibu-ibu. Gagasan ini dilakukan melalui metode studi literasi dengan
menganalisa berbagai keadaan dan teori yang tepat. Tujuan dari pembentukan
kader ini adalah sebagai penggerak kesehatan keluarga mulai dari keluarga
sejak dini. Melalui sistem Health Literacy, masyarakat akan diberikan
pengetahuan sekaligus pelatihan mengenai kesehatan yang mencakup
informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan, teruatama pembekalan tentang
gizi seimbang untuk keluarga serta kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan
yang diharapkan nantinya dapat memberikan pengaruh dalam meningkatkan

1
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, sehingga dapat mengurangi angka
buruknya status gizi, morbiditas, dan mortalitas. Dengan demikian,
tercapainya tujuan tersebut dapat memberikan dampak positif dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan kesehatan di wilayah Kecamatan Sampang,
Madura.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penerapan sistem Health Literacy dalam Gerakan Ibu
SIAGA?
2. Bagaimanakah konsep dan aplikasi Gerakan Ibu SIAGA sebagai upaya
perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan keluarga pada masyarakat
Sampang, Madura?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penerapan sistem Health Literacy dalam Gerakan Ibu
SIAGA
2. Untuk mengetahui konsep dan aplikasi Gerakan Ibu SIAGA sebagai upaya
perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan keluarga pada masyarakat
Sampang, Madura
1.4 Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Dapat meningkatkan kualitas kesehatan keluarga melalui Gerakan Ibu
SIAGA
2. Bagi Mahasiswa
Dapat meningkatkan pengetahuan dan kreativitas dalam menciptakan
sebuah gagasan
3. Bagi Pemerintah
Dapat membantu meningkatkan angka kesehatan dan kesejahteraan rakyat
Indonesia.
1.5 Luaran yang diharapkan
Terbentuknya Gerakan Ibu SIAGA melalui sistem Health Literacy
sebagai upaya peningkatan kesehatan Keluarga pada masyarakat Sampang,
Madura.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wilayah 3 T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal)


2.1.1 Definisi
Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang masyarakat
serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan dengan
daerah-daerah lain dalam skala nasional (Peraturan Menteri Negara
Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 07/PER/M-DT/III/2007).
2.1.2 Persebaran
Kepadatan penduduk kabupaten Sampang sebesar754jiwa
perkm², Kecamatan Sampang mempunyai tingkat kepadatan penduduk
paling tinggi dibandingkan kecamatan lainnya yaitu 121.815,
sedangkan kepadatan penduduk kecamatan Pangarengan yang hanya
22.375 adalah terkecil bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya.
Pada tahun 2015 lalu tercatat 122 kabupaten ditetapkan sebagai
daerah tertinggal, dan 43 daerah terdepan dan terluar berdasarkan surat
nomor 2421/Dt.7.2/04/2015 PPN BAPPENAS. Berikut Daftar Daerah
3T untuk tahun 2015:
No Kabupaten daerah tertinggal
1 Aceh singkil
2 Nias
3 Lampung barat
4 Bondowoso
5 Situbondo
6 Bangkalan
7 Sampang
Tabel 2.1 Data Kabupaten Miskin (Bappenas, 2015)

2.2 Keadaan alam


Daerah 3T memiliki sumber daya alam, maritime dan faktor
endowment yang sangat melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal.
Data menunjukkan bahwa struktur konomi di daerah tertinggal didominasi
oleh sektor pertanian (42%). Sub sektor tanaman bahan makanan
menyumbang 41% (BPS, 2010). Daerah ini memiliki sumber daya alam yang
besar namun lingkungan sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi atau

3
tidak dapat dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan sumber
daya alam yang berlebihan. Secara geografis daerah tertinggal relatif sulit
dijangkau karena letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan,
kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau terpencil.
2.3 Kondisi Masyarakat
Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan yang relative rendah serta
kelembagaan adat yang belum berkembang. Pandangan masyarakat di daerah
tertinggal cenderung lebih berorientasi pada hal materiil, yaitu lebih
menyukai jika anak-anaknya bekerja membantu orang tua daripada harus
belajar di sekolah.
2.4 Kecamatan Sampang, Madura
2.4.1 Demografi
Kabupaten Sampang adalah sebuah kabupaten yang ada di
sebelah utara bagian timur dari pulau Jawa tepatnya di Pulau Madura,
Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Sampang.
Kabupaten Sampang secara administrasi terletak dalam wilayah
Provinsi Jawa Timur yang secara geografis terletak di antara 113o 08’ -
113o 39’ Bujur Timur dan 6o 05’ - 7o 13’ Lintang Selatan. Kabupaten
Sampang terletak ± 100 Km dari Surabaya, dapat dengan melalui
Jembatan Suramadu kira-kira 1,5 jam atau dengan perjalanan laut
kurang lebih 45 menit dilanjutkan dengan perjalanan darat ± 2 jam.
Kabupaten Sampang mempunyai 1 buah pulau berpenghuni yang
terletak di sebelah selatan Kecamatan Sampang. Nama pulau tersebut
adalah Pulau Mandangin, luas Pulau Mandangin sebesar 1,650 km2.
Akses transportasi ke Pulau Mandangin adalah dengan menggunakan
transportasi air dalam hal ini adalah perahu motor yang berada di
Pelabuhan Tanglok. Perjalanan dari Pelabuhan Tanglok menuju Pulau
Mandangin ini membutuhkan waktu ± 30 menit Masakan khas kota ini
adalah kaldu. Selain itu makanan khasnya adalah nasi jagung.
2.4.2 Data Penyakit

4
Berikut akan disajikan mengenai penyakit menular, penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit potensial
kejadian luar biasa (KLB) menurut Kemenkes RI dalam Profil
Kesehatan Kabupaten Sampang 2014.
a. Penyakit menular
Penyakit menular yang disajikan dalam profil kesehatan
Kabupaten Sampang tahun 2014 antara lain adalah penyakit
malaria, TB Paru, HIV/AIDS, dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA).
b. Penyakit malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
parasit (plasmodium) yang ditularkan oleh gigitan nyamuk yang
terinfeksi (vector-borne desease). Pada tubuh manusia parasit
membelah diri dan bertambah banyak di dalam hati dan kemudian
menginfeksi sel darah merah.Penyakit malaria masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, dimana upaya
pengendalian dan penurunan kasusnya merupakan komitmen
internasional dalam Millennium Development Goals (MDGs).
Kabupaten Sampang dari tahun ketahun penyakit ini tidak pernah
ditemukan kecuali tahun 2014 ada 1 kasus dari puskesmas
Jrengoan, tapi ini hanya kasus kiriman dari pulau Kalimantan.
c. Penyakit TB Paru
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Penyakit ini menyebar dan ditularkan melalui udara, Ketika orang
yang terinfeksi TB Paru batuk, bersin, berbicara atau meludah.

d. Penyakit HIV/AIDS
HIV adalah virus yang menginfeksi sel-sel sistem
immunologi sehingga merusak sistem kekebalan manusia. HIV
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak
dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi HIV, misalnya melalui

5
hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang
terkontaminasi,dan penularan dari ibu ke anak yang dilahirkan atau
disusui. Di Kabupaten Sampang, penderita penyakit HIV/AIDS
pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus, namun pada tahun 2014
ada 49 kasus.
2.4.3 Derajat Kesehatan Masyarakat
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat
dilihat dari kejadian kematian (mortalitas) dalam masyarakat dari
waktu ke waktu dan tempat tertentu. Di samping itu, kejadian kematian
juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.
Berikut ini adalah derajat kesehatan masyarakat menurut Kemenkes RI
dalam Profil Kesehatan Kabupaten Sampang Tahun 2014:
a. Jumlah Kematian Balita
Jumlah kematian balita di Kabupaten Sampang pada tahun
2014 sebanyak 37orang, terjadi penurunan bila dibandingkan
dengan jumlah kematian balita tahun lalu yang sebanyak 232
orang.
b. Jumlah Kematian Ibu
Kematian Ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu karena
peristiwa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Jumlah Kematian
Ibu di Kabupaten Sampang pada tahun 2014 mengalami penurunan
bila dibandingkan dengan tahun lalu, Jumlah kematian ibu tahun
2014 sebanyak 20 orang, tahun 2013 sebanyak 24 orang. Adapun
penyebab kematian ibu diantaranya adalah :
1. Pre Eklampsia dan Eklamsia
2. Perdarahan
3. Infeksi
4. Lain-lain
Penyebab lain-lain ini bisa diakibatkan oleh penyakit-
penyakit yang memperburuk kehamilannya (penyakit jantung,
paru, ginjal, anemia,hepatitis,dll).

6
2.4.4 Tingkat Kesadaran Masyarakat terhadap Kesehatan
Kuranganya keasadaran masyarakat dalam hal kesehatan
membuat kondisi masyarakat Sampang Madura terkena berbagai
macam penyakit, mereka beranggapan bahwa kehidupan mereka telah
sehat menurut mereka tapi lingkunganya masih tidak sehat.
2.4.5 Pelayanan Kesehatan
Terdapat puskesmas dan rumah sakit yang hanya terdapat dalam
kota, tapi di pedesaan sulit dijangkau layanan kehatannya.
2.5 Sistem Health Literacy
2.5.1 Definisi
Health literacy telah diakui sebagai salah satu determinan
kesehatan dan menjadi salah satu goal pembangunan kesehatan
masyarakat. Health literacy adalah kemampuan untuk mendapatkan,
memproses, dan memahami informasi kesehatan dasar dan pelayanan
kesehatan yang bertujuan untuk membuat keputusan kesehatan yang
tepat, telah berkembang menjadi kontributor status kesehatan
(Nutbeam, 2000, Nutbeam, 2008, Kickbusch and Maag, 2008).
Health literacy atau Literasi kesehatan meliputi kapasitas
masyarakat, keterampilan, pengetahuan dan motivasi untuk
mengakses, memahami, menilai dan menerapkan informasi kesehatan
dalam bentuk yang berbeda, untuk membentuk penilaian dan
penambilan keputusan dalam hal menggunakan sistem pelayanan
kesehatan, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan, untuk
meningkatkan kualitas hidup sepanjang perjalanan kehidupannya
(European Health Literacy Consortium, 2013; Rootman & Gordon-El-
Bihbety, 2008).
Konsep literasi kesehatan muncul dalam kaitannya dengan
pendidikan kesehatan pada tahun 1970 di Amerika Serikat dan
ketertarikan terhadap topik ini telah meningkat dengan pesat sejak
tahun 1990.
2.5.2 Pentingnya Health Literacy

7
Health literacy menggambarkan kemampuan kognitif dan
ketrampilan sosial yang dapat diartikan sebagai motivasi dan
kemampuan individu untuk mengakses, memahami dan menggunakan
informasi dalam hal menjaga kesehatannya. Health literacy lebih dari
sekedar kemampuan membaca pamflet dan kesuksesan berhubungan
atau berkomunikasi dengan petugas kesehatan. Dengan meningkatkan
kemampuan akses terhadap informasi dan kapasitas untuk
menggunakannya secara efektif, health literacy adalah variabel penting
untuk memberdayakan individu dalam hal kesehatan (Nutbeam, 2000).
2.5.3 Cara Meningkatkan Health Literacy
Dalam upaya kesehatan, program yang diperlukan adalah
program kesehatan yang lebih efektif yaitu program kesehatan yang
mempunyai model-model pembinaan kesehatan (Health Development
Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan
mampumenjawab tantangan sekaligus memenuhi program upaya
kesehatan. Model ini menekankan pada upaya kesehatan yang
berorientasi pada upaya kesehatan promotif dan preventif yang sesuai
dengan konsep paradigma baru yakni paradigma sehat.
Perubahan paradigm kesehatan yang lebih menekankan pada
upaya promotif dan preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan
rehabilitatif diharapkan merupakan titik balik kebijakan Dinas
Kesehatan dalam menangani kesehatan penduduk yang berarti proram
kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa
bukan sekedar menyembuhkan penyakit. Upaya kesehatan ini
diharapkan mampu menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia
yang sehat dan produktif sehingga mampu mengantarkan setiap
penduduk memiliki status kesehatan yang baik.
2.6 Teori Team Building
Team building adalah sebuah proses pembelajaran dengan pendekatan
experimental yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi internal kelompok
seperti kerjasama, komunikasi yang lebih baik, serta mengurangi konflik
disfungsional antar sesama anggota organisasi (Kreitner & Kinicki, 2008).

8
Dessler (2005) dalam bukunya mengatakan bahwa team building
merupakan pengembangan organisasi yang fokusnya adalah pada human
process. Intervensi pengembangan organisasi semacam ini secara umum
bertujuan untuk meningkatkan skill dalam hubungan sesama individu. Tujuan
utama dari team building adalah untuk meningkatkan kekompakkan dan kerja
sama yang seimbang antar anggota organisasi (Yukl, 2006).
Berikut adalah tahap-tahap dalam proses pengembangan team
building menurut Tuckman (1965):
1. Forming
Merupakan proses awal pembentukan kelompok kerja. Memiliki
karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan
kepemimpinan kelompok tersebut. Masing-masing individu tidak memiliki
pengetahuan yang jelas mengapa harus bekerja secara berkelompok.
Banyaknya pertanyaan yang muncul di setiap anggota tersebut
menyebabkan mereka berada dalam kondisi yang tidak pasti. Pada tahap
ini, setiap individu mencoba untuk mencari tahu konsep yang ada dalam
tim. Pada tahap ini juga dibentuk perasaan dan perilaku seperti
kegembiraan, antisipasi dan optimisme dalam tim, menentukan perilaku
kelompok yang dapat diterima, mendefinisikan tugas, menetapkan harapan
tingkat dasar, identifikasi kesamaan, dan menyepakati tujuan umum. Tahap
ini selesai ketika para anggotanya mulai menganggap diri mereka sebagai
bagian dari tim. Pada tahap forming ini ada hal penting yang dilakukan
misalnya:
a. Goal Setting (menentukan tujuan)
Salah satu hal yang dilakukan saat tahap forming ialah menentukan
tujuan. Penentuan tujuan ini penting karena apabila tujuan tim telah
diklarifikasi berdasarkan persetujuan bersama, maka tujuan tersebut
bisa menambah komitmen dari masing-masing individu dalam tim.
a. Role Definition (mendefinisikan peran)
Pendekatan dari program tipe ini adalah fokus pada klarifikasi peran
masing-masing individu dalam sebuah tim, norma dalam tim, dan
pembagian tanggung jawab masing-masing individu dalam sebuah
tim. Nilai dari program ini adalah setiap anggota tim dapat melihat

9
bagaimana pandangan tentang mereka dari luar tim, sehingga dapat
meningkatkan peran mereka dalam tim. (Levi,2001).
2. Storming
Tahap ini merupakan proses dimana masing-masing orang didalam
kelompok berusaha untuk saling menyesuaikan diri dengan cara
menyatukan nilai-nilai yang dianutnya. Pada tahap ini, setiap anggota tim
telah menunjukkan gaya aslinya dan ide yang berbeda bersaing untuk
dipertimbangkan. Tim ini membahas isu seperti masalah apa yang akan
diselesaikan dan model kepemimpinan apa yang mereka gunakan. Perilaku
yang menjadi ciri pada tahap ini adalah bagaimana anggota tim
mengekspresikan perbedaan ide, perasaan, dan opini serta reaksi yang
dilakukan terhadap kepemimpinan.
3. Norming
Merupakan proses ketika konflik mereda dan masing-masing
anggota sudah mulai menyatukan visi dan misi diantara mereka. Mereka
lebih mementingkan pencapaian tujuan kelompok dari pada kelompok
pribadinya. Tuckman mendeskripsikannya sebagai tahap kohesif dimana
anggota sudah dapat menerima keunikan dan perbedaan dalam kelompok.
Anggota kelompok merasa bagian dari kelompok dan menerima norma-
norma dalam kelompok. Walaupun setiap anggota memiliki interpretasi
dan persepsi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, tetapi
penekanannya adalah pada harmoni. Anggota mengesampingkan konflik
yang ada dan lebih mengembangkan norma-norma dalam kelompok.
Dalam tahap ini mulai terbentuk struktur, peran, dan rasa kebersamaan.
Karakteristik tahap ini adalah persetujuan dalam peranan, pencarian
mufakat, dan peningkatan sportivitas.
4. Performing
Setiap anggota di dalam kelompok mulai menyatukan diri dalam
visi dan misi. Yang dipentingkan adalah proses pencapaian tujuan
kelompok, maka proses selanjutnya adalah menghasilkan sebuah karya
kelompok. Menurut Tuckman, dalam tahap performing ini struktur
interpersonal yang terbentuk dan berkembang pada tahap-tahap
sebelumnya menjadi modal dan sangat berpengaruh dalam penyelesaian
masalah dan tugas untuk mencapai tujuan. Masalah interpersonal

10
merupakan bagian dari masa lalu dan sebagai pembelajaran bersama,
seluruh anggota kelompok menuangkan energinya untuk mencapai tujuan
bersama. Tahap ini memiliki karakteristik fokus terhadap hasil, orientasi
tugas yang tinggi, menekankan pada penampilan dan produktivitas.
Beberapa program yang dapat diberikan untuk meningkatkan
performa tim adalah sebagai berikut.
a. Cohession Building
Program ini ditujukan untuk memelihara semangat tim dan
membangun koneksi interpersonal antar anggota tim. Apabila program
ini berhasil maka akan memperkuat moral dari tim tersebut,
meningkatkan rasa kepercayaan dan kepunyaan pada tim.
b. Problem Solving
Team building ditujukan untuk meningkatkan pekerjaan dalam tim.
Program tipe ini lebih membantu tim dalam menemukan dan
menganalisis masalah yang ada dan juga dapat mengidentifikasi
kekuatan serta kelemahan dari tim tersebut.
5. Adjourning
Merupakan tahap terakhir dimana proyek berakhir dan kelompok
membubarkan diri. Untuk kelompok-kelompok kerja yang permanen,
tahap performing adalah tahap terakhir dalam perkembangan mereka.
Tetapi untuk komisi, tim, angkatan tugas sementara, dan kelompok
kelompok kerja yang mempunyai tugas yang terbatas atau sementara untuk
dilakukan, terdapat tahap adjourning atau pembubaran. Kelompok bisa
saja kembali pada tahap manapun ketika mereka mengalami perubahan
(transforming), misalnya: jika ada review mengenai goal ataupun ada
perubahan anggota kelompok. Dalam tahap ini, kelompok tersebut
mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak
lagi menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian
diarahkan untuk menyelesaikan aktivitas-aktivitas. Respon dari anggota
kelompok dalam tahap ini bervariasi. Beberapa merasa gembira,
bersenang-senang dalam persahabatan dan pertemanan yang didapatkan
selama kehidupan kelompok kerja tersebut.

11
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Sumber dan Jenis Data


Penulisan karya tulis ini bersifat kajian pustaka dan data yang diperoleh
disajikan secara deskriptif disertai dengan sumber ilmiah yang mendukung
sehingga terbentuknya gagasan dilandasi dengan suatu kajian ilmiah. Adapun
hasil dari kajian dapat dikembangkan dan diterapkan lebih lanjut.
3.2 Objek Penulisan
Objek penulisan karya tulis ini adalah Kecamatan Sampang yang terletak
di Kabupaten Sampang, Madura. Segi yang dilihat dari Kecamatan Sampang
ini adalah segi kesehatan, kepadatan penduduk, dan kondisi sumber daya
manusia.

12
3.3 Teknik Pengambilan Data
Informasi yang dikumpulkan adalah informasi yang berkaitan dengan
gambaran umum Kecamatan Sampang Madura, data penyakit, derajat
kesehatan masyarakat, tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, dan
pelayanan kesehatan yang ada di Kecamatan Sampang Madura. Informasi
tersebut diperoleh dari berbagai sumber literatur seperti jurnal ilmiah,
internet, maupun buku yang relevan dangan objek yang dikaji.
3.4 Prosedur Penulisan
Langkah selanjutnya setelah dilakukan penelitian dan pengumpulan data
adalah dijelaskan sedemikian rupa untuk menyelesaikan permasalahan yang
dibahas, sehingga dalam tulisan ini pembahasan dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Gerakan Ibu SIAGA melalui Sistem Health Literacy
2. Program Pelaksanaan Gerakan Ibu SIAGA Berdasarkan Teori Team
Building
3. Efektifitas Gerakan Ibu SIAGA bagi Masyarakat Sampang
4. Pengaruh Gerakan Ibu SIAGA terhadap upaya perbaikan gizi dan
peningkatan kesehatan keluarga.

3.5 Kerangka Berpikir


Tulisan ini memiliki kerangka berpikir dalam proses penulisannya untuk
memudahkan proses penulisan. Kerangka berpikir dalam tulisan ini akan
dijelaskan pada gambar berikut:
LATAR BELAKANG

1. Buruknya derajat kesehatan di wilayah Sampang yang disebabkan oleh


minimnya tenaga kesehatan dan rendahanya kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan.
2. Diperlukan upaya preventif untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui
sistem Health Literacy mulai dari keluarga melalui Gerakan Ibu SIAGA

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah penerapan sistem Health Literacy dalam Gerakan Ibu


SIAGA?
2. Bagaimanakah konsep dan aplikasi Gerakan Ibu SIAGA sebagai upaya
perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan keluarga pada masyarakat
Sampang, Madura?
13
TINJAUAN PUSTAKA
1. Wilayah 3T
2. Keadaan Alam
3. Kondisi Masyarakat
4. Kecamatan Sampang, Madura
5. Sistem Health Literacy
6. Teori Team Building

PEMBAHASAN

1. Gerakan Ibu SIAGA melalui Sistem Health Literacy


2. Program Pelaksanaan Gerakan Ibu SIAGA Berdasarkan Teori Team Building
3. Efektifitas Gerakan Ibu SIAGA bagi Masyarakat Sampang
4. Pengaruh Gerakan Ibu SIAGA terhadap Upaya Penekanan Penyakit dan
Peningkatan Kesehatan

LUARAN YANG DIHARAPKAN

Terbentuknya Gerakan Sadar Sehat melalui sistem Health


Literacy sebagai upaya peningkatan kesejahteraan kesehatan
masyarakat Sampang, Madura

Gambar 3.1 Kerangka Berfikir

3.6 Metode Pelaksanaan


Gerakan Ibu SIAGA merupakan gerakan dengan membentuk kader yang
terdiri dari ibu-ibu sebagai pemegang peran penting dalam keluarga di
wilayah tersebut. Tujuan dari pembentukan kader ini adalah sebagai
penggerak dalam Gerakan Ibu SIAGA di wilayah Kecamatan Sampang,
Kabupaten Sampang, Madura. Metode yang digunakan dalam program ini
mulai dari tahap Forming hingga tahap Adjourning yang mengacu pada teori
proses pengembangan Team Building menurut Tuckman (1965). Maka dari
itu, harus dipastikan bahwa gagasan sesuai dengan nilai-nilai yang ada di

14
masyarakat itu sendiri. Tahapan dalam proses pengembangan kelompok
menurut Tuckman (1965) terdiri dari Forming (Pembentukan), Storming
(Timbulnya Konflik), Norming (Normalisasi), dan Performing (berkinerja).
Kemudian pada tahun 1977, Bruce Tuckman beserta Mary Ann Jensen
menambahkan Adjourning (Pembubaran) pada tahap setelah Performing
hingga menjadi 5 Tahap Perkembangan Kelompok yang digambarkan dalam
skema berikut.
Gambar 3.2 Bagan Skema Pengembangan Kelompok Berdasarkan Teori Tuckman

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Gerakan Ibu SIAGA melalui Sistem Health Literacy


Kecamatan Sampang merupakan salah satu daerah yang terletak di
kabupaten Sampang, Madura. Berdasarkan data Kemenkes RI, wilayah
tersebut masih banyak didominasi oleh penyakit menular seperti infeksi
menular seksual, TBC, HIV/AIDS, dan sebagainya. Hal tersebut disebabkan
karena pola hidup masyarakat yang masih jauh dari kesadaran akan
kesehatan. Meskipun telah ada fasilitas kesehatan, namun tenaga kesehatan
dan pelayanan kesehatan yang diberikan belum memadai, sehingga banyak
masyarakat yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Selain faktor
tersebut, tingkat pendidikan masyarakat juga masih rendah, rata-rata
pendidikan maksimal adalah tingkat SMA/sederajat yang menyebabkan
tingkat pengetahuan perilaku hidup sehat masyarakat juga masih minim.
Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi tingginya
persebaran penyakit menular di wilayah tersebut, namun pola hidup
masyarakat yang masih buruk dan kurangnya pengetahuan, menyebabkan
kesadaran mereka masih rendah.

15
Menurut European Health Literacy Consortium pada tahun 2013,
Health literacy atau literasi kesehatan mencakup kapasitas masyarakat,
keterampilan, pengetahuan dan motivasi untuk mengakses, memahami,
menilai dan menerapkan informasi kesehatan dalam bentuk yang berbeda,
yang berguna dalam mengoptimalisasi penggunaan sistem pelayanan
kesehatan, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan, untuk meningkatkan
kualitas hidup sepanjang perjalanan kehidupannya.
Gerakan Ibu SIAGA merupakan komunitas yang dibentuk
berdasarkan sistem health literacy dengan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat Sampang dalam berperilaku hidup bersih dan sehat
terutama dalam memperhatikan pentingnya gizi seimbang bagi keluarga.
Melalui Gerakan Ibu SIAGA, diharapkan terjadi peningkatan kualitas
kesehatan melalui upaya promotif dan preventif dengan diberikannya
pengetahuan dan pelatihan keterampilan kesehatan serta pentingnya gizi
seimbang bagi keluarga. Ibu-ibu sebagai pemegang peran penting dalam
keluarga akan dibentuk dalam sebuuah komunitas Ibu SIAGA. Hal tersebut
dapat menciptakan lingkungan sosial yang saling mendukung atau
memotivasi antar sesama dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Melalui health literacy komunitas Ibu SIAGA dibekali dengan buku-buku
kesehatan sebagai rujukan pengetahuan dan saling berbagai ilmu dengan ibu
lainnya. Sehingga, dengan adanya program ini, meskipun kondisi
perekonomian dan pendidikan masyarakat dinilai cukup rendah, tetapi hal
tersebut tidak membatasi masyarakat untuk memiliki pengetahuan yang luas
dan terjadi perubahan perilaku baik kepada diri sendiri, keluarga, maupun
lingkungan, serta mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia
secara optimal dengan pengetahuan yang telah diberikan.
4.2 Program Pelaksanaan Gerakan Ibu SIAGA Berdasarkan Teori Team
Building
Implementasi dari Gerakan Ibu SIAGA berdasarkan sistem health
literacy terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya yaitu:
1. Forming
Awal dari program ini yaitu terdiri dari sosialisasi program dan
pengelompokan sasaran berdasarkan latar belakang pendidikan. Hal ini

16
bertujuan untuk membentuk kader yang terdiri dari 10% jumlah ibu yang
mengikuti kegiatan. Sasaran utama kader Gerakan Ibu SIAGA adalah ibu-
ibu. Sehingga pola pemikiran dan tujuan dari anggota komunitas tidak jauh
berbeda sebagai pemegang peran penting dalam mengatur kesehatan
keluarga terutama dalam penentu status gizi. Setelah terbentuk kader,
maka masyarakat bersama-sama membentuk tujuan tim, yakni untuk
meningkatkan kesejahteraan kesehatan melalui upaya promotif dan
preventif dengan beberapa program yang disepakati. Selain itu, peran
kader di sini adalah menggerakkan dan mengawasi masyarakat dalam
penerapan program yang telah disepakati. Program ini mencakup gerakan
membaca, pembekalan materi pola hidup bersih dan sehat serta pentingnya
gizi seimbang bagi keluarga sekaligus simulasi penyajian menu makanan
sehat, dan pembekalan materi kesehatan yang dilakukan oleh mahasiswa
kepada kader dan masyarakat.
2. Storming
Kader yang terbentuk bersama masyarakat yang telah mendapatkan
berbagai pembekalan dan pelatihan keterampilan, dalam tahap ini akan
saling menyatukan nilai, ide, dan gagasan untuk menyesuaikan diri dengan
kelompok dan lingkungan. Masyarakat mulai berdiskusi mengenai
permasalahan yang dihadapi beserta solusi dengan dipimpin oleh kader.
3. Norming
Karakteristik tahap ini adalah persetujuan dalam peranan,
pencarian mufakat, dan peningkatan sportivitas. Dalam tahap ini mulai
terbentuk struktur, peran, dan rasa kebersamaan dalam mencapai tujuan
yang telah disepakati, yakni bersama-sama dalam menanggulangi
permaslaahan kesehatan yang berguna untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, sehingga terjadi perubahan perilaku dengan
mengutamakan kepentingan bersama. Pada tahap ini dibentuk struktur
organisasi yang melibatkan tokoh masyarakat sebagai pemegang peran
penting dalam keberlanjutan program secara mandiri oleh masyarakat.
5. Performing
Kelompok masyarakat bersama kader mulai menyatukan diri dan
menerapkan perannya dalam masyarakat. Peran tersebut mencakup
implementasi program yang telah disepakati seperti gotong-royong dan

17
mengajak masyarakat untuk membaca serta diadakannya lomba memasak
dan menyajikan menu makanan sehat bergizi seimbang. Peningkatan
performa dalam tahap ini dilakukan dengan memberikan motivasi dan
latihan problem solving yang berguna untuk mengetahui kinerja mandiri
masyarakat bersama kader tanpa adanya pendampingan dari mahasiswa.
Sehingga diharapkan tanpa hadirnya mahasiswa, masyarakat dapat
melanjutkan program secara mandiri dengan terbentuknya kader yang
dibekali dengan modul kesehatan serta video pelatihan pertolongan
pertama dan PHBS.

6. Adjourning
Tahap akhir dari program ini berupa pelepasan kader dan
masyarakat oleh mahasiswa yang dinilai telah mampu melaksanakan
program secara mandiri dan tetap berlanjut dengan adanya dukungan dari
tokoh masyarakat tanpa didampingi oleh mahasiswa.
4.3 Efektifitas Gerakan Ibu SIAGA bagi Masyarakat Sampang
Adanya Gerakan Ibu SIAGA dinilai mampu untuk meningkatkan
kesejahteraan kesehatan melalui perbaikan gizi bagi keluarga pada
masyarakat Sampang, karena program ini menggunakan sistem health
literacy yang merupakan sistem yang banyak diminati dan dianggap efektif
dalam upaya peningkatan kesehatan melalui upaya promotif dan preventif.
Melalui program yang diberikan, masyarakat tidak akan merasa terbebani,
karena gerakan ini bersistem dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk
masyarakat yang dampak dan pengaruhnya akan dirasakan langsung oleh
masyarakat. Masyarakat terutama ibu-ibu dapat saling berbagi mengenai
pengetahuan baru yang didapat dalam buadaya literasi dan hal-hal baru dalam
menyajikan menu gizi seimbang bagi keluarga. Pendidikan dan
perekonomian yang rendah bukan hambatan dalam penerapan program ini,
karena masyarakat akan dibekali dengan materi kesehatan dan video
keterampilan dalam pertolongan pertama pada gawat darurat serta PHBS
yang mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat. Selain itu, tidak
memerlukan proses yang rumit dalam implementasi gagasan ini.

18
4.4 Pengaruh Gerakan Ibu SIAGA terhadap Upaya Penekanan Penyakit
dan Peningkatan Kesehatan
Gerakan Ibu SIAGA dapat mempengaruhi pola perilaku masyarakat
Sampang dalam menerapkan perbaikan mutu gizi keluarga serta pola hidup
bersih dan sehat yang berguna untuk upaya preventif dan promotif kesehatan
terhadap penyakit-penyakit menular baik melalui saluran pernafasan maupun
seksual yang angkanya cukup tinggi di wilayah tersebut. Melalui program
pembekalan materi kesehatan yang diberikan, masyarakat juga diberikan
pelatihan simulasi dalam menerapkannya. Hal yang paling penting adalah
angka kecukupan gizi sebagai program optimalisasi penekanan angka gizi
buruk wilayah tersebut. Pelatihan tersebut diberikan sampai masyarakat
benar-benar mampu melaksanakan sendiri dengan kader yang telah terbentuk.
Tujuannya selain menekan angka kejadian penyakit, juga untuk menekan
angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi akibat kurangnya
pengetahuan kesehatan dan asupan gizi yang tidak memenuhi ibu dan anak.
Upaya promotif yang dilakukan langsung melalui sosialisasi rutin oleh kader
kepada masyarakat dan memantau pola kehidupan masyarakat, secara tidak
langsung dapat mengubah perlahan pola hidup kader untuk menjadi lebih
baik dan menerapkannya kepada masyarakat yang berada di bawah
pantauannya.

19
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Gerakan Ibu SIAGA yang dilaksanakan oleh komunitas ini dapat
meningkatkan kualitas kesehatan di Sampang Madura dengan program-
program yang telah direncanakan yaitu, Forming, Storming, Norming,
Performing, Adjourning. Gerakan Ibu SIAGA mampu untuk meningkatkan
kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat Sampang, karena program ini
menggunakan sistem health literacy yang merupakan sistem yang banyak
diminati dan dianggap efektif dalam upaya peningkatan kesehatan melalui
upaya promotif dan preventif. Pendidikan dan perekonomian yang rendah
bukan hambatan dalam penerapan program ini, karena masyarakat akan
dibekali dengan materi kesehatan dan video keterampilan dalam pertolongan
pertama pada gawat darurat serta PHBS yang mudah diterima dan dipahami
oleh masyarakat.
5.2 Saran
Peranan pemerintah dalam kelanjutan program Gerakan Ibu SIAGA
ini sangat diperlukan dikarenakan program yang akan dilaksanakan
memerlukan banyak sumber daya manusia yang berperan penting dalam
kesehatan yang ada di Sampang Madura.

20
DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS, 2015. Nomor 2421/Dt.7.2/04/2015 PPN. Daftar Daerah 3T. Jakarta.


Dessler, Gary. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Alih bahasa: Eli
Tanya. Penyunting Bahasa: Budi Supriyanto. Jakarta: Indeks
European Health Literacy Consortium. 2013. Health Literacy (HLS-EU).
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Sampang Tahun 2014.
Kemenkes RI: Jakarta.
Kickbusch, I. and Maag, D. 2008. Health Literacy. International Encyclopedia of
Public Health. First Edition ed.: Elsevier Inc.
Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2008. Organizational Behavior. McGraw-
Hill Irwin. Arizona State University.
Levy and Weitz, 2001. Retailing Management, 4th edition. New York: Mc.Graw
Hill, Irwin.
Nutbeam, D. 2000. Health Lieracy as Public Health Goal: a Challenge for
Contemporary Health Education and Communication Strategies into The
21st Century. Health Promotion International, 15(3), pp. 259-267.
Nutbeam, D. 2008. The Evolving Concept of Health Literacy. Social Science &
Medicine, 67(12), pp. 2071-2078.
Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor
07/PER/MPDT/ III/2007 tentang Perubahan Keputusan Menteri Negara
Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 001/KEP/M-PDT/II/2005 tentang
Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal.
Rootman, I., & Gordon-El-Bihbety, D. 2008. A Vision for a Health Literate
Canada: Report of the Expert Panel on Health Literacy (pp. 50). Ottawa:
Canadian Public Health Association.
Tuckman, B. 1965. Developmental Sequence in Small Groups. Psychological
Bulletin. No. 63, 384-399
Yukl, Gary. 2010. Kepemimpinan dalam Organisasi, Edisi Kelima. Jakarta: PT.
Indeks.

21
22

Você também pode gostar