Você está na página 1de 6

ANALISIS KEBIJAKAN dan PENGELOLAAN PENDIDIKAN

DASAR

ANALISIS KEBIJAKAN TENTANG KOMITE SEKOLAH


(Permendikbud No. 75 tahun 2016)

OLEH
Azmi Yontri
NIM 17124010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
A. Sekilas Tentang Komite Sekolah

Komite Sekolah merupakan nama baru pengganti Badan Pembantu Penyelenggara


Pendidikan (BP3). Secara substansial kedua istilah tersebut di atas tidak begitu mengalami
perbedaan, yang membedakannya hanya terletak pada optimalisasi peran serta masyarakat dalam
mendukung dan mewujudkan mutu pendidikan.
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam
rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efesiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan
di luar sekolah.
Tujuan pembentukan komite sekolah:

1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam


melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.
2. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.

Adapun fungsi Komite Sekolah, sebagai berikut:


1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
2. Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/
dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada
satuan pendidikan mengenai:
a. Kebijakan dan program pendidikan
b. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
c. Kriteria kinerja satuan pendidikan
d. Kriteria tenaga pendidikan
e. Kriteria fasilitas pendidikan, dan
f. Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan
5. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna
mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan
6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan
7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010, pasal 196 dijelaskan fungsi Komite
Sekolah sebagai berikut:
1. Komite sekolah/madrasah berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan mutu
pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan
tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan.
2. Komite sekolah/madrasah menjalankan fungsinya secara mandiri dan
professional.
3. Komite sekolah/madrasah memperhatikan menindaklanjuti terhadap keluhan,
saran, kritik, dan aspirasi masyarakat terhadap satuan pendidikan.
Semenjak diluncurkannya konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah dalam sistem manajemen sekolah, Komite Sekolah sebagai organisasi
mitra sekolah memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya turut serta
mengembangkan pendidikan di sekolah. Kehadirannya tidak hanya sekedar
sebagai stempel sekolah semata, khususnya dalam upaya memungut biaya dari
orang tua siswa, namun lebih jauh Komite Sekolah harus dapat menjadi sebuah
organisasi yang benar-benar dapat mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta
prakarsa dari masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program
pendidikan di sekolah serta dapat menciptakan suasana dan kondisi transparan,
akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan
yang bermutu di sekolah.

Sedangkan peran Komite Sekolah berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional


Npomor 04 tahun 2002, keberadaan Komite sekolah/madrasah berperan sebagai
1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran,
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan
pendidikan.
B. Analisis Problematika yang Terjadi Pada Komite Sekolah dan Solusinya
No. Permasalahan Solusi

1. Kehadiran komite sekolah / Sekolah dan pengurus


pembentukan komite sekolah komite sekolah harus
hanya sebagai formalitas saja mempelajarai lagi tugas,
fungsi dan tujuan dari komite
sekolah yang telah di
tuangkan dalam
permendikbud No. 75 tahun
2016

2. Pihak orang tua / wali murid Pihak sekolah bersama dinas


banyak yang tidak terkait harus melakukan
mengetahui tugas, peran dan sosialisasi kepada pihak
fungsi adanya komite sekolah orang tua mengenai tugas,
peran dan fungsi dari komite
sekolah agar komite sekolah
tidak lagi hanya menjadi
formalitas semata saja

3. Pihak orang tua / wali murid Harus adanya sosialisasi baik


masih beranggapan bahwa dari sekolah maupun pihak
komite sekolah sama saja hal terkait mengenai komite
nya dengan BP3 di masa sekolah, agar tidak ada lagi
lampau, yaitu badan yang yang beranggapan bahwa
bertugas sebagai pengumpul komite sekolah ini hanya
danabantuan untuk perubahan nama saja dari
pendidikan BP3.

4. Kurangnya keterlibatan / Komite sekolah seharusnya


tanggung jawab komite bertanggung jawab dalam
dalam pembentukan RAPBS penyususnan perencanaan
strategis dan rencana
tahunan sekolah, perumusan
kebijakan sekolah,
pemenuhan kebutuhan
sekolah, menilai keberhasilan
pelaksaan program-program
yang dilaksanakan sekolah
serta ikut mensyahkan
laporan sekolah tahunan.
Disinilah tugas dari kepala
sekolah untuk merangkul
komite sekolah agar mau
bekerja sama.

5. Pembentukan komite sekolah Perlu adanya pembenahan


masih banyak yang melalui fungsi organisasi. Komite
prosedur yang tidak benar sekolah hendaknya dibentuk
dengan prosedur yang tepat
sesuai dengan permendikbud
No. 75 tahun 2016.

6. Banyaknya pengurus komite Inilah salah satu manfaat


sekolah yang tidak tahu pembentukan komite
dengan TUPOKSI nya sekolah yang sesuai dengan
prosedur yang benar.
Dengan prosedur yang benar
tersebut, setiap anggota
yang terpilih untuk
menduduki jabatan tertentu
dalam komite sekolah, telah
mengetahui tugas pokok dan
fungsinya.

7. Masih adanya beberapa Kembali lagi ke pribadi


sekolah yang menjadikan kepala sekolah, jika kepala
komite sekolah sebagai alat sekolah tersebut adalah
untuk memungut biaya seseorang yang taat pada
aturan, maka permasalahan
seperti ini tidak akan terjadi.
Sebab tugas, peran, dan
fungsi dari komite sekolah
telah di atur oleh
permendikbud No. 75 tahun
2016.
Akan tetapi jika kepala
sekolahnya masih melakkan
hal yang demikian, sebaiknya
diingatkan kembali oleh
rekan-rekannya
8. Kurang adanya informasi Sebetulnya prosedur
pengarahan secara pembentukan komite
berkelanjutan tentang sekolah telah diatur dalam
membuat komite sekolah permendikbud No. 75 tahun
yang ideal. 2016, namun masih banyak
sekolah yang sulit
memahami permen tersebut.
Jadi salah tindakan yang
mungkin bisa di jadikan
solusi adalah memasang
pengarahan pembentukan
komite sekolah yang tepat,
solid dan kuat di situs milik
kementerian pendidikan
nasional (Kemdiknas). Selain
itu, harus ada pula arahan
berupa garansi bagi orangtua
yang aktif di sekolah. Hal ini
dimaksudkan agar tidak
terjadi benturan antara pihak
sekolah dan komite sekolah
selaku wakil masyarakat.

Você também pode gostar